Title: Rain Drop
Cast: Oh Sehun - Kang Jiyoung - Xiu Luhan
Genre: Sad Romance
Author: YRP risae
-----yoohoo-----
Lagi nge-Sehun nih, jadi cari-cari pasangannya. Dan hati ini mengatakan Jiyoung cocok juga sama Sehun.. xixixi.. :) tau ah gelap banget!
Semoga suka dengan fanfic ini ya...
berharap banget yang baca bisa kasi komen...
kan jadi semangat kalo ada yang komen..
Chingu komen please, ne?
Hope U Like it... ^_^
Dan ketika seseorang masuk ke dalam hidupmu, mengukir berjuta kesan
dalam hatimu. Akankah kau bisa mempertahankannya untuk tetap mengisi hatimu?
Atau merelakannya pergi?
“Sehun-ah!”
Jiyoung berteriak seraya berlari menghampiri Sehun yang jauh di depannya. Sehun
menoleh dan menghetikan langkahnya menunggu Jiyoung tiba di hadapannya.
“Wae?”
tanya Sehun singkat sambil melempar pandang pada Jiyoung yang sibuk mengatur
nafasnya.
“Haruskah?
Haruskah aku ikut ke asramamu?” Jiyoung bertanya dan berhasil membuat Sehun
tersenyum.
“Mwo?
Hahaha! Aku hanya bercanda Jiyoung-ah! Tapi jika memang kau benar-benar ingin
ke asramaku, aku tak menolaknya.” Sehun mengacak rambut panjang Jiyoung yang
terurai. Jiyoung hanya menunduk karena Sehun. “Apa kau kecewa karena aku tak
benar-benar mengajakmu ke asramaku?”
“Anio!
Aku hanya, ah sudahlah! Aku harus pulang.” Jiyoung berjalan cepat meninggalkan
Sehun yang masih berdiri disana, memandangnya dengan senyum mengembang
diwajahnya.
“Hyung,
apa ada makanan untukku?” Sehun berjalan menuju dapur, mencoba mencari sesuatu
untuk dimakan.
“Lebih
baik kau pergi cari makan saja Sehun-ah. Selagi masih belum terlalu malam.”
Luhan menjawab sambil terus konsentrasi pada laptopnya.
“Apa
kau tak ingin mencari makan juga?” Sehun memakai jaketnya hendak keluar untuk
mencari makanan.
“Bisakah
kau membelikan untukku? Tugasku sangat banyak malam ini, aku harus lembur.
Uangnya kau ambil saja di jaketku.” Luhan tetap fokus pada pekerjaannya.
“Ne,
aku pergi dulu hyung!” Sehun berpamitan. Dia kelaur asramanya, merasakan udara
malam yang dingin menusuk kulit wajahnya yang tak terlindung. Sehun bingung
harus mencari makan dimana, dia mengikuti langkah kakinya menuju arah pertokoan
tak jauh dari asramanya.
Cukup
ramai disana, banyak sekali pelajar dan mahasiswa yang sama sepertinya, mencari
makan karena mereka tinggal di sebuah asrama. Sehun memilih untuk berhenti
disebuah rumah makan sederhana. Entah mengapa dia sangat ingin makan ramen saat
ini. Tanpa ragu Sehun melangkahkan kakinya masuk, dan melihat hanya tinggal
beberapa tempat kosong disana. Sehun memilih sebuah tempat di sebelah jendela.
“Osseo
osaeyo!” kata seseorang yang memakai seragam. Sehun tersenyum.
“Aku
pesan dua ramen, salah satunya aku bawa pulang.”
“Ah
ne, tunggu beberapa menit.” Sang pekerja pergi dan Sehun kembali melihat ke
arah luar jendela. Sehun bisa merasakan rumah makan itu makin ramai.
“Silyehamnida,
bolehkah aku duduk disini? Tempat ini sudah penuh.” Seseorang berdiri di
sebelah Sehun, setelah Sehun menoleh ke arahnya gadis itu bernapas lega.
“Sehun-ah!”
“Neo!”
Sehun kaget dengan kedatangan gadis itu, dia melihat gadis itu duduk di bangku
kursi kosong tepat di depannya.
“Untung
saja itu kau. Baru hari ini aku tinggal di asrama, aku cukup bingung untuk
mencari makanan.” Jioyung bercerita tanpa mengijinkan Sehun bertanya dahulu.
“Bukankah
rumahmu dekat dengan sekolah?” tanya Sehun heran.
“Arasheo,
tapi aku iri melihat teman-temanku tinggal di asrama. Mereka selalu bercerita
bisa makan malam bersama di luar setiap hari.” Jiyoung melempar pandang liar
mencari pelayan.
“Tapi
kenapa sekarang kau tidak bersama teman-temanmu?”
“Mereka
pergi bersama, aku pikir itu seru. Tapi aku berubah pikiran karena mereka juga
mengajak pasangan mereka masing-masing.” Jiyoung tak menatap Sehun, “Pelayan!
Disini!” Jiyoung memanggil seorang pelayan untuk mendekatinya dan memesan ramen
serupa dengan Sehun.
“Dan
kau, kau juga selalu sendiri seperti ini?” Jiyoung menatap Sehun dalam, Sehun
hendak mengucapkan jawabannya namun segera dipotong oleh Jiyoung, “Kalau begitu
kita akan makan malam bersama setiap hari.” Jiyoung tersenyum membuat Sehun
mengerutkan keningnya namun disusul senyum kemudian.
“Baiklah,
jam 7 malam kita bertemu di taman asrama. Otthae?” Sehun menatap Jiyoung yang
masih tersenyum lega.
“Ne,
jam 7 di taman asrama.” Jioyung mengulangi perkataan Sehun. Tak lama ramen
mereka datang dan mereka menikmatinya.
“Kenapa
kau keluar tanpa memakai jaketmu?” Sehun menatap Jiyoung dalam ketika mereka
mulai berjalan kembali menuju asrama.
“Aku
pikir tidak akan sedingin ini.” Jiyoung menggosokkan tangannya mencoba
mengurangi rasa dinginnya.
“Bawakan
ini!” Sehun menyodorkan ramen milik Luhan pada Jiyoung. Dia segera melepas
jaketnya, merebut ramen Luhan kembali dengan kasar dan memberikan jaketnya pada
Jiyoung,
“Gomawo.”
Kata Jiyoung lirih.
“Besok
kau harus memakai jaketmu!” Sehun berkata tajam, Jiyoung tersenyum seraya
menganggukkan kepalanya.
Aku tau mungkin
ini bodoh, tapi sejak Jiyoung masuk dalam hidupku aku merasa hidupku lebih
berarti dari sebelumnya. Aku merasa hidupku lebih bewarna, dan aku mencintai
hidupku.
“Sehun-ah!”
lagi-lagi suara itu memanggil Sehun, Sehun juga bisa mendengar langkah lari
seseorang di belakangnya mencoba untuk menghampirinya. Sehun tak menolah namun
dia menghentikan langkahnya. “aaiiisshh!” desah Jiyoung ketika sudah berada di
samping Sehun.
“Apa
kau selalu sekacau ini Kang Jiyoung?” Sehun memerhatikan seragam Jiyoung yang
tak rapi.
“Anio,
aku belum terbiasa hidup sendiri. Kau tau, aku harus menyiapkan semuanya
sendiri.” Jiyoung berceloteh seraya mulai berjalan bersama Sehun. “Apa aku
harus kembali ke rumah saja? Ah, aku sangat bingung.” Sehun meliriknya sekilas.
“Jika
kau kembali ke rumahmu, aku akan memanggilmu pengecut.” Sehun tersenyum sinis,
Jiyoung membelalakkan matanya.
“Apa
kau marah Sehun-ah? Aku tak benar-benar ingin kembali ke rumah.” Jiyoung
mengguncang badan Sehun. Kemudian disusul gelak tawa Sehun. “aiiissh! Oh
Sehun!” Jiyoung memukul pundak Sehun keras.
“Sakit!”
Sehun mendengus seraya menatap Jiyoung penuh ancaman. Namun Jiyoung tak
menanggapinya lagi, keduanya berjalan dengan diam.
Bel
berbunyi, jam pertama kelas Jiyoung dan Sehun adalah olahraga. Pelajaran yang
paling di benci Jiyoung. Dengan malas Jiyoung berjalan menuju lapangan, Sehun
yang memerhatikannya hanya diam.
“Sehun-ah!”
Jiyoung mulai lagi, Sehun terus berjalan seakan tak melihat Jiyoung. “Sehun-ah!
Aku ingin bicara denganmu!” Jiyoung berteriak membuat teman-temannya
meledeknya, Sehun langsung membekap mulutnya.
“Tidak
bisakah kau menjaga mulutmu? Aku heran, mengapa anak sepertimu benci olahraga?
Kau kan tidak bisa diam.” Sehun menyeret Jiyoung dengan tangan tetap membekap
mulut Jiyoung.
“Anio!”
Jiyoung berhasil melepas tangan Sehun. “Aku tak suka olahraga ada alasannya.
Olahraga membuatku ingin muntah, apalagi kalau dalam permainan aku kalah.”
“Ah!
Jadi kau pernah kalah dalam olahraga, apa itu membuatmu trauma?” Sehun mengacak
rambut Jiyoung dan segera lari menjauh darinya. Jiyoung tak ingin mengejarnya,
suasana hatinya selalu buruk jika pelajaran olahraga.
Selama
pelajaran tak sekalipun Jiyoung melirik Sehun, awalnya Sehun khawatir tetapi
dia lebih memilih diam. Pelajaran hati itu adalah lari, setelah berlatih Kim
songsaenim mengambil nilai mereka. Nilai Jiyoung yang terbaik dari teman
perempuannya. Sehun tersenyum padanya ketika mata mereka bertemu, namun Jiyoung
hanya diam.
Sore
itu hujan turun, membuat Jiyoung menunda kepulangannya ke asrama. Banyak
temannya yang juga menunggu hujan reda, tapi dia tak melihat Sehun. Perlahan
temannya berkurang hingga menyisakan dia sendiri disana.
“Selain
benci olahraga kau juga benci hujan Kang Jiyoung?” Jiyoung bisa mengenali suara
Sehun.
“Sehun-ah!”
lagi-lagi Jiyoung memanggilnya dengan polos dan selalu berhasil membuat Sehun
tersenyum.
“Wae?
Apa lagi?” Sehun berdiri di depannya, membuat Jiyoung sedikit mendongakkan
kepalanya agar bisa melihat wajah Sehun dengan jelas.
“Bagaimana
kalau kita hujan-hujanan?” Jiyoung memasang muka memohon, hampir membuat Sehun
mengiyakan permintaannya.
“Mwo?
Jangan, nanti kau sakit. Ingat kau tak tinggal dengan orangtuamu, siapa yang
akan merawatmu?” Sehun menatap Jiyoung tajam, Jiyoung mengerucutkan bibirnya.
“Tentu
saja kau yang akan merawatku!” Jiyoung berkata lirih namun Sehun masih bisa
mendengarnya. Sedetik kemudian Sehun menarik tangan Jiyoung dan membawanya
dalam hujan. Jiyoung tersentak kaget, kemudian dia melepas sepatunya agar
kakinya tersapa dinginnya air hujan.
“Kenapa
melepas sepatumu?” Sehun sedikit berteriak melawan suara hujan.
“Karena
itu hal yang tak pernah kulakukan.” Jiyoung berlarian dalam hujan, Sehun
mengejarnya. Menendang genangan air hingga air terciprat pada Jiyoung dan
Jiyoung membalasnya. Keduanya terlihat seperti anak kecil, hanya postur tubuh
dan seragam mereka yang memberi tahu bahwa mereka sebenarnya bukan anak kecil
lagi. Sehun mengajak Jiyoung untuk makan di tempat ramen biasanya dan Jiyoung
mengiyakan itu.
Dalam
perjalanan menuju rumah makan ramen hujan masih mengguyur mereka. Keduanya
bergandengan tangan seraya bermain air di sekitar mereka, diselingi tawa lepas
khas mereka. Namun kemudian Jiyoung merasa hujan tak menyentuh tubuhnya.
Jiyoung melihat sekeliling, air masih turun dari langit, namun air hujan tak
menyentuhnya. Jiyoung menoleh pada Sehun yang sekarang mengerutkan keningnya
melihat ke arah belakang Jiyoung. Jiyoung mengikuti mata Sehun, betapa kagetnya
dia melihat seseorang sedang membawa payung, memberinya perlindungan dari air
hujan.
“Hyung?”
Sehun bertanya.
“Kenapa
kau melakukan sesuatu yang harus kau hindari, Kang Jiyoung?”
“Oppa....”
Jiyoung tertegun melihat seseorang itu, dia bahkan tak bisa berkata apa-apa
lagi.
***
unyu banget sehun jiyoung ><
BalasHapusada hubungan apa luhan ama jiyoung? ._.
nice fic ^^
terimakasih.. >_<
BalasHapuslanjut baca next chapter...
ff ini udah kelar kok,, selamat membaca.. :)
Ternyata cocok juga sehun jiyoung walaupun lebih cocok kaijing hehe good author:)
BalasHapus