Tittle: First Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.
Jiyoung tau kemana arah pembicaraan Chanyeol
akan di mulai. Jiyoung hanya diam seraya terus berjalan, akan berhenti jika
orang di sebelahnya ini juga berhenti. Awalnya Jiyoung pikir Jongin akan
mengejarnya, paling tidak mengikutinya. Tapi harapannya itu tak pernah
terwujud, karena disinilah sekarang dirinya. Berdiri di hadapan Chanyeol, tidak
berani langsung membalas tatapan mata Chanyeol dan lebih memilih untuk menunduk
menatap ujung sepatunya yang sama sekali tidak menarik.
“Aku sudah bilang aku akan menunggu.” Chanyeol
membuka percakapan, topik yang ingin dihindari Jiyoung sebenarnya. Jiyoung
melihat sekeliling, mereka ada di salah satu kelas kosong dengan meja tinggi.
Membuat siapa saja bisa bersembunyi dengan sempurna di bawahnya.
“Oppa…”
“Aku hanya meyakinkan diriku sendiri bahwa kau
tidak melupakan pernyataanku waktu itu.” Jiyoung mencoba mengangkat wajahnya
dan melihat wajah ramah Chanyeol, “Kau masih ingat kan?”
“Yah… Tentu saja aku ingat.” Kata Jiyoung
seraya membuang nafas berat, “Oppa….”
“Aku akan menunggu sampai kau benar-benar
siap.” Chanyeol memegang pundak Jiyoung dengan kedua tangannya, memberi Jiyoung
tatapan penuh kasih saying. Jiyoung gila jika sampai menolak orang sebaik
Chanyeol.
“Aku rasa aku sudah punya jawabannya.” Kata
Jiyoung setelah mengumpulkan seluruh keberaniannya. Kening Chanyeol berkerut,
tidak bisa menutupi ada ketegangan disana. Tapi meskipun begitu Chanyeol tetap
tersenyum dengan ramahnya.
“Aku akan mendengarnya dengan baik, kalau
begitu.”
“Oppa, aku minta maaf.” Jiyoung kembali menatap
ujung sepatunya dengan perasaann bersalah.
“Aku tetap tidak menemukan jawaban dari
kalimatmu.” Jiyoung tau Chanyeol hanya pura-pura. Chanyeol pura-pura tidak
mengerti dengan kalimat sederhanannya barusan. Oh haruskah Jiyoung
menjelaskannya?
“Aku minta maaf. Aku tidak bisa menjadi
pacarmu!”
Heol!
Jiyoung melihat Chanyeol tersenyum. Tapi
tatapannya memberikan luka.
“Oppa aku minta maaf. Aku tau aku bodoh, aku
harap kau akan mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku.” Tambah Jiyoung
cepat-cepat. Seandainya boleh, Jiyoung ingin memeluk Chanyeol sekarang.
“Bukan masalah!” kata Chanyeol kemudian,
“Setidaknya kau membuatku lega.”
“Aku minta maaf!”
“Tidak ada yang perlu di maafkan.” Chanyeol
membelai rambut Jiyoung sekilas, membiarkan matanya menatap Jiyoung
lekat-lekat. Mencoba tersenyum dan menghilangkan rasa sakit yang bertubi-tubi
menyerang perasaannya.
“Kau pantas mendapatkan yang lebih baik.” Kata
Jiyoung seraya memberinya tatapan dalam, Chanyeol mengangguk dan masih
tersenyum.
“Kau menyukai Jongin kan?” tanya Chanyeol
berhasil membuat Jiyoung mengerutkan keningnya.
“Oppa….”
“Aku bisa melihat dari caramu melihat Jongin!”
sela Chanyeol seraya tertawa ringan, “Aku tidak marah.” Sambungnya sambil
tersenyum konyol, berhasil meruntuhkan hati Jiyoung yang tegang karena Chanyeol
mengetahui perasaannya.
“Segitu terlihatnyakah?” Jiyoung malah bertanya
seakan ragu dengan perasaannya sendiri.
Lagi-lagi Chanyeol tersenyum ramah, menepuk
kedua pundak Jiyoung lembut dan berkata, “Aku selalu berdoa yang terbaik
untukmu, tapi jika Jongin itu membuatmu menangis. Maaf, aku tidak bisa tinggal
diam.”
“Terima kasih!” Jiyoung mendengus lega,
setidaknya anak yang sedang berdiri di depannya ini tidak berencana untuk
memukuli Jongin saja sudah membuat Jiyoung sangat lega.
“Baiklah, aku rasa kita harus kembali.”
Chanyeol memberi isyarat agar Jiyoung berjalan terlebih dahulu. Mereka berpisah
di ujung koridor dan Jiyoung kembali untuk mencari Jongin, entah darimana
perasaan senang itu datang. Hanya dengan mencari Jongin saja membuat jantungnya
berdegup tak karuan.
Namun rasa senangnya itu seketika berubah
menjadi khawatir ketika melihat Krystal menangis, Jiyoung tidak tau apa yang
membuat gadis riang dan usil itu menangis. Jiyoung segera mempercepat
langkahnya, memegang pundaknya seraya mengucap kalimat tanya, “Krystal, kenapa
menangis? Kemana Jongin dan Sehun?”
Krystal mengerjap mengetahui kedatangan Jiyoung
yang tiba-tiba, tangannya mengusap airmata di pipinya. Tersenyum sekilas seakan
tidak terjadi apa-apa. Jiyoung melongok ingin tau apa yang ada di dalam kelas,
dan pertanyaannya terjawab melihat Sehun keluar darisana.
“Kalian disini?” tanya Sehun seraya menatap
curiga ke Jiyoung dan Krystal. Dan matanya melebar dua kali lebih besar ketika
melihat Krystal seperti habis menangis, “Kau kenapa?”
Krystal hanya bungkam, menggelengpun tidak.
Jiyoung mencoba membaca wajah Krystal, ingin tau apa yang membuat gadis itu
menangis. Tapi detik berikutnya Jongin dengan cepat menarik pergelangan tangan
Krystal dan mengajaknya pergi darisana.
“Sampai ketemu!” kata Jongin singkat tanpa
melihat ke arah Jiyoung dan Sehun yang hanya bisa diam melihat kepergiannya.
***
“Aku
mendengar percakapan Chanyeol dan Jiyoung. Intinya Jiyoung menyukaimu!” Kalimat Sehun terus berputar di kepala Jongin.
Jongin memijat keningnya mencoba mengurangi rasa pusing yang menyerangnya, dia
tidak pernah mau ditempatkan pada posisi serumit ini. Sehun adalah sahabatnya,
Jongin tidak punya pikiran untuk membuat hatinya terluka, tapi disisi lain
hatinya berkata lain.
“Hei Kim Jongin! Bangun!” suara Sehun
samar-samar membangunkannya. Jongin membuka mata dengan susah, tidak pernah
ingat bagaimana dia bisa tertidur semalam. Sehun terlihat sudah mengenakan
seragamnya dengan lengkap. Dilihat dari itu saja sudah bisa dipastikan Jongin
pasti terlambat.
“Kenapa diam?!?! Cepat kau terlambat!” bentak
Sehun membuat Jongin melompat bangun dan mandi secepat kilat. Mengenakan
seragamnya dengan asal, tidak menyisir rambut dan memakai sepatunya
asal-asalan.
Disambarnya ransel miliknya, membanting pintu
kamar dan segera berlari keluar. Sehun sudah menunggunya di atas motor, siap
untuk berangkat kapan saja. Jongin bisa mendengar Sehun menggerutu kesal tapi
Jongin tidak memedulikannya.
Sampai di sekolah, tentu saja mereka terlambat.
Sehun dan Jongin tidak berhenti mengumpat sampai mereka tiba di kelas masing-masing.
Dan betapa kagetnya mereka menyadari semua kelas kosong. Tidak ada seorangpun
yang duduk di dalam kelas seraya mendengarkan materi seperti biasanya. Kelas
kosong, sekali lagi kelas kosong.
“Kenapa kosong? Kemana yang lainnya?” tanya
Sehun dan Jongin hanya menggeleng.
“Aula besar? Mungkinkah?” Jongin mencoba
menebak-nebak, lalu tanpa pikir panjang mereka mencoba mencari kesana. Dan
benar saja, aula besar penuh dengan hobae. Mereka saling berbisik dan memekik
senang, sepertinya ada berita baik.
“Sehun!!! Jongin!!!” Jiyoung memanggil mereka
dengan keras, melambai agar mereka segera bergabung. Krystal yang bisa melihat
Sehun mendekat ke arahnya tiba-tiba saja membuang muka.
“Ada apa sih? Kenapa kumpul disini?” tanya
Sehun seraya memandang sekitar.
“Gladi buat malam inagurasi.” Jawab Sulli.
“Yah! Jadi bocor dong!” keluh Jongin.
“Hanya memastikan urutan tampil dan melihat
panggung kok! Eh Jongin belum sisiran ya? Rambutmu super banget!” Sulli
terkikik melihat rambut acak-acakan Jongin. Jongin hanya nyengir seraya mencoba
merapikan rambutnya dengan tangan.
“Emang kebo dia!” kata Sehun, Jongin hanya
menyeringai tanpa berniat membalas omongan Sehun.
“Hei Jung! Kenapa diam? Bosan ya?” kali ini
Sehun mencoba menggoda Krystal yang sedari tadi hanya diam dengan raut yang tak
seperti biasanya.
“Jangan diganggu!” Jiyoung memperingatkan,
Sehun memandang Krystal sekilas kemudian memilih diam. Sepertinya saat ini
memang bukan waktu yang tepat untuk menggoda Krystal.
Selama dua jam penuh mereka menghabiskan waktu
di aula besar, secara bergiliran mencoba naik panggung dan mencoba beberapa
penampilan. Untuk pertama kalinya Jiyoung merasa bosan bersama teman-temannya.
Sehun hanya memainkan game di ponselnya, Krystal diam seraya mendengarkan lagu,
Jongin tidur di lantai dan Sulli yang terlihat asyik berkirim pesan bersama
Minho. Jiyoung hanya diam seraya memerhatikan anak-anak yang sedang mencoba
panggung dan menghafal gerakannya sendiri.
Malam inagurasi sudah di depan mata, dan
Jiyoung sedikit merasa kesal dengan suasana hatinya saat ini. Jongin tidak
begitu memberi asupan semangat seperti biasanya, lihat saja sekarang dia malah
asyik tidur! Ingin rasanya dia menendang Jongin hingga terbangun agar bisa
mengobrol dengannya. Tapi dia tidak tega bahkan untuk membangunkannya dengan
pelan.
Dan akhirnya waktu yang di tunggu-tunggu
datang. Semua hobae sudah mencoba panggung dan tau urutan mereka tampil. Kabar
gembira lainnya mereka bisa lagsung pulang setelah itu. sehun dan Krystal
mengeluh karena mereka masih harus berkumpul latihan dasar kepemimpinan,
apalagi mereka berdua ikut serta sebagai panitia dalam acara besar itu.
Jiyoung mencoba menghibur Krystal yang terlihat
sangat kesal. “Huh, tau begini aku tidak ikut!” sahut Krystal cepat.
“Sudah Jung, kan ada aku!” kata Sehun dengan
tawa garingnya, dan Krystal hanya melengos seraya berjalan mendahuluinya, “WOI
JUNG! Itu anak kenapa sih?”
“Sehun cuma pintar memahami isi buku ya! Tapi
tidak pintar memahami isi hati orang lain!” keluh Sulli prihatin.
“Lama-lama juga sadar kalau Krystal suka
padanya.” Jawab Jiyoung enteng. Tidak ada jawaban adri Jongin maupun Sulli,
mereka sibuk berjalan cepat keluar aula besar dengan pikiran masing-masing.
Mereka pulang lebih awal dari biasanya, Jiyoung
merasa sayng jika melewatkan waktu kosong ini hanya dengan berdiam diri di
rumah. Tanpa berpikir lebih panjang Jiyoung menarik ransel Jongin membuat
pemiliknya itu berhenti berjalan.
“Heh? Apa?” tanya Jongin seraya menoleh ke
belakang.
“Main yuk!” ajak Jiyoung, Jongin mengerutkan
keningnya tampak ragu.
“Sulli mau main sama Minho tuh!” kata Jongin
menunjuk Sulli dengan dagunya.
“Tau darimana?” Sulli terlihat kaget, namun ada
senyum disana.
“Aku tadi baca pesan Minho di ponselmu! Hehe!”
sebuah pukulan mendarat di kepala Jongin.
“Dasar cowok sialan!” gertak Sulli kesal, tapi
tetap saja tidak biasa menyembunyikan semburat malu di wajahnya. Jiyoung
menatap Sulli protes minta pejelasan, dan Sulli memberi tatapan yang seakan
berkata nanti –pasti –aku –ceritakan –semuanya!
“Tuh Minho sudah menunggu!” Jongin menunjuk
Minho yang berdiri tak jauh dari mereka dengan kakinya. Sebelum berlari
menghampiri Minho, Sulli menyempatkan diri untuk menjambak rambut Jongin
kuat-kuat dan membuat Jongin merancau kesakitan seraya mengumpat tak jelas.
“Kau kuantar pulang atau gimana?” tanya Jongin
ketika mereka sudah sampai di area parkir.
“Heemmm….” Jiyoung memutar bola matanya, tampak
berpikir, “Kau ada urusan?”
“Latihan! Ingat besok malam inagurasi.” Jawab
Jongin enteng. “Kau tidak latihan?”
Jiyoung menggeleng. Lalu keheningan menyerang
dua menit penuh, Jiyoung masih ingin bersama Jongin! Tapi tentu saja dia tidak
sanggup untuk mengatakannya. Jongin yang diam-diam memerhatikan kegundahan
Jiyoung terkikik geli.
“Aku main ke rumahmu boleh?” tanya Jongin
membuyarkan lamunan Jiyoung dan membuat bibirnya melengkung ke atas. Tentu saja
boleh!
“Tapi latihanmu?” tanya Jiyoung sedikit
menurunkan kadar bahagia dalam hatinya.
“Aku ikut latihan malam saja.” Jawabnya singkat
kemudian mengambil helm Sehun dan menyuruh Jiyoung untuk memakainya. Tidak usah
ditanyakan lagi Jiyoung sangat bahagia, dan untuk kesekian kalinya dia
menghabirkan waktu berdua bersama Jongin.
Meja di depan ruang tv lantai atas penuh dengan
makanan yang disuguhkan ibu Jiyoung untuk Jongin. Awalnya Jiyoung sudah
merengek agar ibunya tidak mengeluarkan semua isi kulkas, tapi apa daya jika
Jongin bersorak gembira dan beribu kali mengucap terimakasih pada ibunya.
Bahkan Jongin sendiri yang membawa semua makanan itu dari dapur ke lantai atas.
“Tamu tidak tau diri!” tuduh Jiyoung ketika
mereka menaiki tangga.
“Bukannya tidak tau diri, tapi aku tidak
menolak kebaikan!” tandas Jongin tak mau kalah. Jiyoung berpikir sejenak,
seandainya ada Krystal dan Sehun pasti makanan ini habis dalam waktu sekejap.
Jongin mengganti channel TV sesuka hatinya,
Jiyoung sesekali protes jika tontonan pilihan Jongin tidak sesuai dengan
kemauannya. Akhirnya Jongin memilih menonton kartun dan remote tv di
sembunyikan oleh Jiyoung agar anak itu tidak mengganti channel sesuka hatinya.
Jiyoung
tidak akan pernah melupkan hari itu, karena untuk pertama kalinya Jongin
menceritakan latar belakang keluarganya. Jiyoung mendengarkan dengan seksama,
tidak mau menyela setiap kalimat Jongin. Menikmati pemandangan di depannya,
bagaimana cara Jongin mengambil nafas di setiap ceritanya, bagaimana sesekali
dia memeragakan sesuatu dengan tangannya, atau memukul pundaknya ketika dia
tertawa.
Dan
akhirnya Jiyoung tau jika orangtua Jongin bekerja di luar kota, dulu Jongin
pernah tinggal di kota ini sewaktu kecil, namun di haruskan pindah ke rumah
kakeknya. Dan ketika besar Jongin kembali ingin tinggal di kota kelahirannya,
dan membuatnya tinggal dengan kakak perempuannya.
“Jadi
sejak SD sampai SMA Sehun itu temanmu?” tanya Jiyoung berdecak kagum ketika
Jongin menceritakan tentang Sehun.
“Ya,
rumahnya tidak jauh dari rumah kakekku. Dia teman pertamaku sejak aku tinggal
disana. Kita sudah seperti saudara.” Katanya bangga. Dan Jongin juga bercerita
bahwa kakeknya yang menyuruh Sehun untuk ikut tinggal di rumah kakak Jongin.
Tentu saja itu menjadi kabar baik untuk Sehun dan Jongin.
“Kalian
tinggal dimana sih? Busan?” tanya Jiyoung dan dijawab anggukan oleh Jongin.
Sudah
duan jam mereka bercerita, dan Jiyoung baru ingat seharusnya dia meminjamkan baju
untuk Jongin pakai. Jiyoung memukul kepalanya pelan seraya berkata, “Jongin,
seharusnya aku menawarimu baju ganti dari tadi!”
Jongin
menatapnya ragu, antara pandangan ragu dan takut, “Aku tidak mau memakai baju
perempuan Kang Jiyoung!”
“Bukan
pakai bajuku, pakai baju sepupu laki-lakiku!” kata Jiyoung frustasi dan Jongin
menghela nafas lega.
Jiyoung
mencari baju Seungyoon –sepupunya –yang dia simpan di lemarinya. Sepertinya
baju ini akan pas di pakai Jongin. Jiyoung mempersilahkan Jongin untuk ganti
baju di kamarnya.
“Permisi
ya Jing!” katanya sebelum menutup pintu kamar.
Sudah
lebih dari sepuluh menit Jongin masuk kamar, tapi tidak ada tanda-tanda dia
akan segera keluar. Awalnya Jiyoung tidak peduli tapi kelamaan dia khawatir
juga. Mungkinkah Jongin jatuh tertidur di ranjangnya? Atau Jongin tidak bisa
membuka pintu dengan kedua tangannya?
Perlahan
Jiyoung mendekat pada pintu kamarnya, menempelkan telinganya mencoba mencuri
dengar. Tapi nihil, tidak ada suara apapun dari dalam. Jiyoung mengetuk
pintunya pelan.
“Jongin-ah!”
panggilnya seraya terus mengetuk pintu kamarnya, “Jongin-ah kau sedang apa
sih?”
“Ya
ya aku keluar!” Jiyoung mendengar suara Jongin dari dalam. Detik berikutnya
pintu terbuka dan memperlihatkan wajah Jongin, Jongin tersenyum tapi ada yang
berbeda dari senyumnya.
“Kenapa
lama?” tanya Jiyoung curiga.
“Tidak,
tidak. Hanya saja meja belajarmu terlalu menarik. Hehe.” Jawab Jongin enteng.
Keduanya
kembali duduk di ruang tv, hanya saja suasana sedikit menjadi canggung
sekarang. Jongin lebih banyak diam dan menatap kosong ke arah tv, terlihat
memikirkan sesuatu. Jiyoung yang juga tidak tau harus bagaimana memilih untuk
menonton tv yang sama sekali tidak menarik sekarang.
Sampai
akhirnya Jongin buka suara dan meminta ijin untuk pulang. Jiyoung tidak
melarangnya dan mengantarnya sampai depan rumah. Senyum Jongin terlihat tulus
seperti biasa, tapi Jiyoung bisa melihat matanya sedang menyembunyikan sesuatu.
“Sampai
jumpa!” kata Jongin, Jiyoung tersenyum seraya melambai kepadanya.
***
“Wow Jiyoung kau cantik sekali,
seperti biasanya!” sapa Sehun ketika menerobos masuk ruang tunggu grup Jiyoung,
Krystal, Sulli, Suzy dan Sohyun.
“Oh
Sehun kau tidak boleh masuk kesini!” bentak Sulli, tapi Sehun memperlihatkan ID
Card panitianya. Memutar-mutarnya tepat di depan mata Sulli dan Sulli hanya
berdecak kesal.
“Apa
sudah waktunya kita untuk tampil?” tanya Suzy pada Sehun, Sehun menggeleng
cepat.
“Masih
menunggu dua penampilan lagi. Lalu giliran kalian!” jawabnya ramah, “Woi jutek
jangan murung dong! Lihat tuh Jiyoung cantik banget kalau senyum!” lanjut Sehun
pada Krystal.
“Sebaiknya
pergi saja jika kau hanya ingin membandingkanku dengan Jiyoung!” bentak Krystal
keras, siapa saja pasti tau Krystal sedang marah sungguhan sekarang.
“Aiiisshh,
kau kenapa sih akhir-akhir ini?” kata Sehun seraya mengerutkan keningnya.
Krystal tidak menjawab dan pura-pura sibuk merapikan rambutnya dan Sehun segera
keluar darisana tanpa menoleh pada lainnya.
“Kalian
berdua baikan dong!” kata Jiyoung pada Krystal, tapi Krystal hanya tersenyum
kecut.
Waktu
terasa begitu cepat karena Jiyoung dan grupnya sudah bersiap di belakang
panggung. Jantung mereka berdegup kencang, mereka saling memberi semangat satu
sama lain. Mereka harus menampilkan yang terbaik. Latihan dance dan vocal
mereka tidak boleh sia-sia!
Jiyoung
ingin melihat satu persatu wajah yang melihatnya saat ini. Ingin rasanya dia
menemukan sosok Jongin sedang tersenyum sambil menikmati penampilannya, tapi
aula besar yang sangat luas dan penuh orang seperti saat ini, terlalu mustahil
untuk menemukannya.
Musik
sudah mulai, Krystal sudah melakukan
bagiannya. Mereka semua kompak melakukan bagian masing-masing, tidak melupakan
part mereka, dan mulai merasakan jantung mereka berdetak dengan normal. Jiyoung
sudah tidak peduli dimana Jongin sekarang, dia hanya melakukan dengan baik.
Terpuk
tangan dan riuh penonton menyadarkan Jiyoung kalau penampilannya sudah selesai.
Panitia sudah menyuruh mereka untuk cepat keluar panggung, mereka segera
bergegas mengikuti instruksi.
“Kerja
bagus Jiyoung!” Taemin yang ada di belakang panggung menjabat tangannya seraya
tersenyum bangga. “Dan kalian juga, tentu saja!” sambungnya ketika Krystal dan
Sulli berdiri di belakang Jiyoung.
“Terima
kasih sunbaenim!” kata Krystal sambil memukul lengan Taemin keras-keras.
“Ouch!”
pekik Taemin kesakitan, “Krystal, segera ganti pakaianmu dan bantu aku disini. Ingat
kau juga panitia!”
“Oh!
Aku menyesal ikut latihan dasar kepemimpinan itu!” keluhnya seraya memeluk
Jiyoung.
“Ketemu
Sehun juga gak bakal nyesel!” tiba-tiba suara erat itu terdengar, Jiyoung dan
Krystal menoleh menangkap sosok tinggi Jongin yang sedang berdiri di belakang
mereka. Untuk sesaat Jiyoung dan Krystal kehilangan kesadaran mereka.
“Jongin
ganteng!!” triak Sulli keras membuat Jiyoung dan Krystal kembali sadar. Jongin tersenyum
miring, memberikan jempol pada Sulli.
“Seleramu
bagus Choi Sulli!” Jongin tersenyum lagi, senyum khas brengsek. Namun malah
membuat Jiyoung makin suka!
“Jongin
foto bareng yuk!” Sulli menyeret Jongin untuk menepi dan mengabadikan moment
itu. jongin memutar matanya tapi menuruti semua perkataan Sulli.
“Hei!
Aku juga mau!” Krystal mengikuti mereka, mengambil posisi di sebelah Jongin
sehingga Jongin berdiri diapit dua perempuan sinting. Krystal dan Sulli memeluk
kedua lengan Jongin dan menyandarkan kepala mereka di pundak Jongin.
“Duh
susah! Jiyoung tolong fotoin ya!” pinta Sulli.
DAEBAK!
Jiyoung
menjadi orang yang paling ingin foto bersama Jongin saat ini, tapi Jiyoung
malah berakhir sebagai tukang foto. Sudah tidak tau berapa foto yang sudha
tersimpan, Krystal dan Sulli masih belum puas juga berfoto bersama Jongin. Bahkan
sampai Jongin mengeluh lelah, dua gadis itu tetap bersi keras.
“Gantian
sama Jiyoung dong!” kata Jongin membuat Jiyoung tersenyum bahagia.
“Ya
deh!” Krystal dan Sulli minggir, sekarang Jongin dan Jiyoung yang akan difoto. Tapi
kenapa Jiyoung tidak berani memeluk lengan Jongin seperti yang dilakukan
Krystal an Sulli?
“Ini
bukan foto KTP Kang Jiyoung!” ledek Krystal seraya terkikik, tau sahabatnya
yang satu itu sedang deg-degan tidak karuan.
“Eh,
bagaimana?” tanya Jiyoung tolol membuat Krystal dan Sulli terkikik.
“Sini-sini!”
Jongin menarik Jiyoung agar mendekat dan lengan kekarnya merangkul Jiyoung. Membiarkan
lengan itu ada di lengan Jiyoung.
“Cocok
deh buat pre-wedd!” celetuk Krystal membuat wajah Jiyoung bersemu merah. Malu.
“WOI
WOI WOI! Jongin mau siap-siap jangan ganggu!” Sehun datang dengan pakaian yang
sama dengan Jongin, memang Sehun tidak kalah tampan dengan Jongin. Tapi dimata
Jiyoung tentu saja Jongin segalanya dan Sehun yang tampan itu pun terlihat
sangat biasa.
Jiyoung
dan Sulli mendapat tempat tak jauh dari panggung, Krystal yang menjadi panitia
tidak bisa bergabung untuk melihat penampilan Jongin, Sehun dan grupnya. Sedikit
banyak Jiyoung sudah tau gerakannya karena Jiyoung sering melihat latihan
mereka, tapi Jiyoung tidak pernah tau Jongin akan terlihat sekeren ini di atas
panggung.
Mata
Jiyoung hanya tertuju pada Jongin, tentu saja. Jiyoung membiarkan perasaannya
melambung dengan melihat Jongin seperti saat ini. Sampai-sampai tujuh menit
terasa seperti sedetik. Karena sekarang Taemin sudah memegang mic dan
mempromosikan kegiatan dance yang dia ketuai.
Ada
rasa kesal karena penampilan mereka sudah berakhir, apalagi ketika Jongin dan
yang lain keluar panggung. Tapi kemudian perasaannya kembali melambung ketika
ponselnya bergetar, tanda pesan masuk.
From Sehun:
Tunggu aku di taman dekat aula
besar ya!
Jiyoung mengerutkan kening, kemudian berbisik
pada Sulli jika Sehun ingin menemuinya di taman dekat aula besar. Sulli mengangguk
dan mempersilahkan Jiyoung untuk pergi.
Jiyoung
sengaja berjalan pelan, karena dia berpikir Sehun pasti masih sibuk di belakang
panggung dan belum lagi usahanya untuk kabur dari tugas panitia. Jiyoung memilih
untuk berjalan-jalan sejenak di bazaar, melihat pernak-pernik tanpa berniat
untuk membelinya.
Setelah
dirasa cukup lama Jiyoung mulai keluar dan menuju taman. Taman tidak begitu remain
karena banyak anak menghabiskan waktu di aula besar. Tapi ada sosok yang sedang
duduk di salah satu bangku, Jiyoung tidak menyangka Sehun sudah ada disana.
“Sehun? Kau sudah disini?” tanya Jiyoung,
sosok itu mengangkat kepala dan menatap Jiyoung tulus.
“Ini
Jongin!” katanya singkat.
“Eh?
Kenapa disini?” tanya Jiyoung gugup, dia memilih duduk di sebelah Jongin.
“Cari
udara, kau sendiri?” Jongin memandang curiga ke arah Jiyoung.
“Sa-sama…”
jawabnya bohong.
Jongin
menunduk terlihat sedang memikirkan sesuatu. Kemudian Jongin merogoh sesuatu
dari saku jaketnya. Dia tampak ragu, mempertimbangkan apa yang harus dilakukan.
“Hmm..
Jing! Ini untukmu!” kata Jongin cepat seraya memberinya sebuah jepit kupu-kupu.
Jiyoung yang terlalu senang hanya menerimanya tanpa berpikir.
“Terima
kasih!” katanya riang, melihat setiap inchi dari jepitan itu. Jiyoung terlalu
senang, bahkan dia lupa untuk bertanya kenapa Jongin memberinya ini.
Jongin
meraih tangannya, membuat jantung Jiyoung benar-benar ingin lompat. Sentuhan itu
begitu hangat, dan tatapan Jongin yang menusuk hatinya, Jiyoung tidak tau apa
artinya ini. Jongin terlihat masih ragu dan berpikir, tapi detik selanjutnya
Jongin mendekatkan wajahnya pada Jiyoung. Mencoba menghilangkan semua ragu
dalam hatinya.
Jiyoung
membeku begitu bibir Jongin menyentuh bibirnya, sampai terdengar suara dari
belakang mereka. Membuat Jongin terlonjak dan melepas ciumannya…
“Maaf
mengganggu!” Sehun menatap mereka dengan pandangan terluka…
TBC
Author's Note: Akhirnya saya post juga. Maaf atas keterlambatan ini, lagi uts, banyak tugas kuliah dan yaaaah... palagi perginya Luhan bener-bener memberi dampak berarti buat author. TT TT
Maaf juga kalo banyak typo, nanti bakal di edit kalau kelar uts hari ini. Doain author ya!
Dan ya, gimana-gimana si Jongin? Jongin gaje. kkkk... Di tunggu aja, aku masih bingung mau jelasin kisah Jongin di chapter 9 atau 10.
Jangan lupa komen! Semoga hari kalian menyenangkan!
duh kupikir itu akal akalannya sehun buat njembatani jiyoung jongin jadian. eh bukan ya. itu incidental gitu jonginnya? dan sehun mergokin mereka ciuman. duh sakitnya tuh di sini #pegang jidat. secara aku gak tega sama sehun, dia menderita banget sih ya, sehun cinta mati sama jiyoung, tapi ya mau gimana lagi coba .. sedih bacanya.. :'(. yah hope that they'll find their happiness soon. gak tegaaa ^^ update soon ya
BalasHapusSehun mending kamu sama Krystal aja. Kasian dia waiting'in kamu #bhak
BalasHapusDemi apa si Jongin nyosor bibir jiyoung gitu aja. Chanyeol baik banget disini. Padahal awal awalnya galak. Giliran sama Jiyoung aja baik kayak malaikat gitu. Cepet di update chap 9 nya yaa :((( aku waitingin ff ini tiap hari beh. Semangat buat authornya
Gah gah gah! Cliffhanger!!! Excellent chapter yet again, and I'm of course rooting for KaiJing full force, and of course, again, I'm sad for Sehun. Can't be helped.
BalasHapusAnywho, fighting! Thanks for the update, and I hope all is well for you.
Gah gah gah! Cliffhanger!!! Excellent chapter yet again, and I'm of course rooting for KaiJing full force, and of course, again, I'm sad for Sehun. Can't be helped.
BalasHapusAnywho, fighting! Thanks for the update, and I hope all is well for you.