Tittle: First Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.
Sehun berdiri tak jauh dari tempat Jongin dan
Jiyoung duduk, menatap mereka dengan pandangan yang cukup sulit dijelaskan.
Namun Jiyoung bisa melihat seikat bunga yang yang di tangan Sehun, dan bisa
dilihat dengan jelas Sehun memegangnya dengan erat sehingga membuat tangkainya
patah.
“Sehun!”
kata Jongin, Sehun tersenyum. Senyumnya begitu kecut, kentara mencoba menerima
apa yang telah dia lihat. Selama sepersekian detik senyum paksa itu masih ada,
namun ketika Sehun kembali membuka mulut jelas sekali bibirnya bergetar menahan
marah dan matanya berkaca-kaca karena sedih.
“Maaf!”
kata Sehun dengan suara bergetar. Bunga yang ada di tangannya kini sudah
hancur, tak tau kapan Sehun meremukkannya dan membuat tangkainya patah begitu
juga dengan mahkota bunga yang terlepas dari kelopaknya.
“Hei
dengarkan dulu…”
“Aku
pergi!” Sehun memotong perkataan Jongin dan segera berbalik meninggalkan
mereka. Jiyoung hanya bisa diam ketika punggung Sehun menjauh dan Jongin mencoba mengejarnya. Jongin
berupaya untuk menghentikan Sehun, memegang pundaknya untuk menghentikan
langkahnya tapi Sehun mendorongnya setiap kali Jongin hendak menyentuhnya.
Jiyoung
benar-benar tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang, saat ini yang dia
lakukan hanya duduk seraya terisak. Sehun sudah menghilang beberapa menit yang
lalu, Jongin juga tak terlihat batang hidungnya. Jiyoung tidak akan pergi
darisana sampai seseorang menepuk pundaknya, bertanya apa dia baik-baik saja,
menariknya ke dalam pelukan dan membiarkan dia menangis.
“Sudah
malam, sebaiknya aku mengantarmu pulang.” Kata Chanyeol ketika Jiyoung tak juga
membuka mulut malam itu.
***
Jiyoung
mulai menggeliat di atas ranjangnya karena mendengar suara berisik yang
mengganggu tidurnya. Jiyoung amat kesal karena dia masih mengantuk, baru jam
tiga pagi Jiyoung bisa tertidur dan sekarang ada seseorang yang tampak membuka
lemarinya, mencoba mengacak semua isinya.
Orang
yang sedang asyik berburu isi lemarinya itu tampak tak sadar bahwa pemilik
kamar sudah setengah sadar dan tengah mencoba untuk mengenalinya hanya dengan
melihat punggungnya. Jiyoung mengucek matanya berharap penglihatannya menjadi
jelas, tapi tetap saja dia tidak bisa mengenali sosok itu.
“Ditaruh
mana sih sama bongsor ini?” kata orang itu mengeluh, membuka pintu lemari yang
masih tertutup dan mulai mengacak lagi. Tapi kali ini Jiyoung tidak diam,
apalagi dia sudah bisa mengenali orang itu lewat suaranya.
“KANG
SEUNGYOON APA YANG KAU LAKUKAN?!?!?!” teriak Jiyoung seraya melempar bantal
kepada orang yang dia panggil Seungyoon.
“Eh
sudah bangun!” Seungyoon menoleh melihat Jiyoung yang bringas dengan mata
bengkak karena terlalu banyak menangis.
“Kenapa
kau membuat lemariku berantakan?” dengan sekali langkah Jiyoung melompat
menjangkau bagian belakang kepala Seungyoon dan menjambak rambutnya dengan
kuat. Ditambah Jiyoung sedang dalam suasana hati yang buruk saat ini, jadi
Jiyoung makin menjambak rambut Seungyoon dengan kuat ketika orangnya menjerit
kesakitan.
“WOI! AAAUU, HOI HOI!” teriak Seungyoon
seraya mencoba melepas jari-jari Jiyoung yang lentik dari rambutnya. “Aku
mencari bajuku! Kau taruh mana?”
Jiyoung
melepasnya dengan kasar, sedikit mendorong Seunyoon dan mencoba mencari sendiri
baju Seungyoon yang dia simpan. Seungyoon mengelus bagian belakang kepalanya
yang masih terasa sakit sambil memerhatikan Jiyoung mencari bajunya. Semenit,
dua menit, lima menit sampai sepuluh menit Jiyoung tak juga bisa menemukannya.
“Mana?”
tanya Seungyoon sinis.
“SABAR!”
bentak Jiyoung. Namun menit berikutnya dia ingat bahwa beberapa hari yang lalu
dia meminjamkan baju Seungyoon untuk Jongin. Dan tentu saja baju itu masih
belum dikembalikan oleh Jongin. Apalagi setelah kejadian semalam, Jiyoung tidak
yakin dia berani mengambilnya ke rumah Jongin atau menyuruh Jongin untuk
mengantarnya ke rumah.
“Kenapa?
Dimana bajuku?” tanya Seungyoon sambil memerhatikan Jiyoung yang terlihat
frustasi. “Kau jual ya? Kan aku sudah bilang itu baju kesayanganku! Harganya
mahal, tolong disimpan!” cerca Seungyoon pada Jiyoung.
“Huuaaahhh!”
bukan jeritan marah Jiyoung yang Seungyoon dengar, melainkan jeritan frustasi,
jeritan kesedihan, ditambah setelah itu Jiyoung menagis sambil memeluk boneka
beruangnya yang besar.
“Loh
loh kenapa? Jangan menangis! Gak papa deh kalau memang kau jual, tapi lain kali
jangan diulangi…” Seungyoon menepuk punggung Jiyoung pelan mencoba meredakan
tangisnya, tapi hasilnya Jiyoung makin terisak.
“Jadi
begitu?” tanggapan Seungyoon setelah Jiyoung menyelesaikan ceritanya. Jiyoung
menceritakan tentang semua kejadian semalam di malam inagurasi, Seungyoon
mengaku turut prihatin. Bukan prihatin pada Jiyoung melainkan pada persahabatan
Sehun dan Jongin.
“Sangat
disayangkan jika persahabatan mereka berakhir hanya karena gadis sepertimu.”
Kata Seungyoon seraya menyeruput jus tomatnya. “Jadi yang mengantarmu semalam
itu siapa? Sehun atau Jongin?” tanya Seungyoon.
Jiyoung
terlihat sedikit berpikir, mencoba mengingat dengan siapa semalam dia pulang.
“Oh itu Chanyeol sunbae.” jawab Jiyoung lesu.
“Uhuk!”
Seungyoon tersdak jusnya, “Berapa pria yang kau dekati sih?”
“Aku
tidak mendekati mereka! Sialan!” kata Jiyoung kesal.
“Jadi
aku sudah mendengar ceritamu, tolong jawab untuk kali ini saja dimana bajuku?”
kali ini Seungyoon sedikit serius dan membuat Jiyoung tak tega untuk tak
mengatakan yang sebenarnya.
“Hmmm…
Sebenarnya bajumu itu, aku… ehm… aku pinjamkan pada Jongin. Dan dia belum
mengembalikannya.” Jawab Jiyoung tanpa menatap Seungyoon langsung.
“Sudah
kuduga, jika tidak menjualnya kau pasti membiarkan sembarang orang memakainya.”
Keluh Seungyoon, “Kenapa bajuku yang kutinggal di lemarimu selalu hilang?”
“Maaf.
Jika mau nanti aku ganti. Aku masih tidak siap untuk mengambilnya pada Jongin.”
Kalimat Jiyoung membuat Seungyoon tersenyum.
“Oke
beli sekarang. Cepat ganti baju, aku tunggu di bawah ya!” kata Seungyoon dengan
senyum penuh kemenangan. Jiyoung sedikit ternganga, menyesali perkataannya yang
terakhir. Tapi Jiyoung tidak bisa menolak pada sepupunya yang satu ini.
Meskipun sedikit berat hati, Jiyoung segera bersiap untuk pergi bersama
Seungyoon.
Jiyoung
langsung menyambar tas kecil yang selalu berisi dompet dan ponselnya. Tanpa
menambah barang bawaan lagi ataupun menguranginya. Jiyoung segera masuk mobil
dan Seungyoon melajukan mobil dengan senyum penuh kemenangan.
Dalam
perjalanan ponsel Jiyoung bergetar tanda batreinya melemah. Jiyoung sama sekali
tidak melihat ponsel sejak semalam, terdapat puluhan panggilan tak terjawab dan
pesan dari Jongin, Sulli dan Krystal. Mereka pasti khawatir bersama siapa dia
pulang semalam. Jiyoung sedang menelpon balik Krystal ketika ponselnya mati
tanda batreinya sudah benar-benar habis.
***
“Baru
saja Jiyoung menelponku, tapi ketika aku menelpon balik ponselnya sudah tidak
aktif.” Seru Krystal menatap layar ponselnya tak percaya, Sehun dan Sulli
berebut untuk melihat ponsel Krystal.
“Pembantunya
bilang Jiyoung baru saja pergi. Apa mungkin Jiyoung sengaja? Mungkin dia sedang
tidak ingin diganggu.” Sulli berpendapat.
“Ya
mungkin Jiyoung punya urusan lain.” Kata Krystal akhirnya, “Sebaiknya kita cari
makan. Aku sangat lapar!” keluh Krystal pada Sehun yang siang itu menjdi sopir
Sulli dan Krystal.
“Makan
dimana?” tanya Sehun dingin.
“Terserah
Sulli deh, kan dia yang traktir.” Krystal terkikik.
“Jung
jangan main-main.” Sulli memperingatkan, “Eh Jongin kemana? Harusnya kita
ngajak dia sekalian.” Wajah Sehun yang awalnya sudah dingin sekarang menjadi
lebih dingin. Seakan Sulli baru saja menyebut makanan yang paling dibenci
Sehun, sesuatu yang bisa membuat Sehun mati.
“Wah,
kayanya ada yang lagi tengkar nih!” goda Krystal.
“Dia
keluar sama Taemin.” Jawab Sehun sinis membuat Krystal tak berani untuk
menggodanya lebih jauh.
Ketiganya
memilih bungkam dalam sisa perjalanan. Sehun orang pertama yang membuka mulut
ketika dia sudah memarkir mobil Sulli di parkiran dengan baik. Krystal yang
mempunyai ide untuk makan siang memimpin perjalanan untuk menemukan tempat
makan yang pas.
Mall
cukup ramai siang itu, mengingat ini adalah akhir pekan dan membuat Krystal
sedikit kesal. Kesalya bertambah ketika seseorang menabraknya dan langsung
pergi tanpa minta maaf. Perlu waktu cukup lama untuk Sulli dan Sehun membuat
Krystal berhenti terus memaki dan memintanya untuk kembali fokus.
***
“Sudah
belum sih yang dicari?” keluh Jongin frustasi. Sudah satu jam lebih dia
menemani Taemin membeli dvd dan beberapa cd tapi Taemin tak juga menyudahi
pencariannya. Seperti sekarang, ada tiga cd di tangan Taemin dan dia masih
bingung akan membeli yang mana.
“Sabar,
memang harus sabar kalau mencari sesuatu!” balas Taemin seraya mengenakan
headseat lagi, menganggukkan kepala sesuai irama yang dia dengarkan. Jongin
hanya mendengus, tujuannya mau di ajak Taemin keluar hanya untuk menghindari
Sehun di rumah. Jongin kesal karena menurutnya Sehun terlalu kekanakan, jika
memang kesal padanya harusnya Sehun memukulnya, bukan mendiamkannya seperti
saat ini.
“Kalau
dalam waktu sepuluh menit kau tak juga membeli, aku pulang sendiri saja!” kata
Jongin, Taemin melepas headseatnya dan mengerutkan kening tanda minta
pengulangan.
“Apa?
Tidak dengar!”
“Aku
pulang sendiri, dasar budek!” Jongin melangkah keluar tanpa memedulikan Taemin
yang memanggilnya. Jongin menoleh dan mendapati Taemin sedang di kasir, meminta
penjaga kasir untuk cepat-cepat.
“Eh
Jongin, antar aku beli baju. Buat audisi nih!” kata Taemin tanpa melihat
ekspresi wajah Jongin yang semakin merah menahan kesal. “Kau ingin liat temanmu
sukses kan?” tanya Taemin dan Jongin hanya mengangguk sekilas.
***
“Aku
pilih yang mahal ya Jing!” kata Seungyoon tak tau diri, dia mulai menyusuri
deretan kemeja. Matanya meneliti setiap pakaian yang ada disana, sesekali
mengernyit untuk melihat harganya. Jiyoung punya firasat Seungyoon tidak
benar-benar memilih model yang dia suka, melainkan baju yang paling mahal.
“Biar
aku yang pilih!” kata Jiyoung ketus, mulai ikut dalam pencarian baju untuk
Seungyoon. Seungyoon hanya menurut dan berdiri di belakang Jiyoung. Setiap kali
Jiyoung menyodorkan satu pakaian, Seungyoon mengecek harganya. Dan sudah dua
kali menolak dengan alasan terlalu murah untuk mengosongkan dompet Jiyoung.
“Kau
mau baju atau menghabiskan uangku sih?” protes Jiyoung membuat Seungyoon
terkekeh.
“Maaf-maaf,
terserah kau deh yang mana!” kata Seungyoon akhirnya.
Setelah
dua puluh menit akhirnya Jiyoung pergi ke meja kasir untuk membayar baju
Seungyoon. Setelah kembali Jiyoung terlihat bingung karena Seungyoon terlihat
terganggu oleh sesuatu.
“Ada
apa?” tanya Jiyoung seraya melempar baju Seungyoon.
“Sepertinya
ada yang mengikuti kita. Apa mungkin mereka fansku? Jing kau harus hati-hati
ya, jika ada yang ganggu bilang saja kalau kau adikku.” Jela s Seungyoon
serius. Tapi Jiyoung terkikik menyadari kakak sepupunya ini seorang trainee
dari salah satu agency terbesar dan sedang bersiap untuk debut.
“Kau
jangan terlalu percaya diri.” Kata Jiyoung seraya melangkah keluar toko. Namun
sekelebat dia melihat seorang yang segera bersembunyi begitu melihatnya.
“Benar
kan? Ada yang mengikuti kita!”
“Sepertinya
aku mengenal mereka.” Jiyoung segera melangkah dan mengikuti orang tadi.
Setelah sedikit kejar-kejaran akhirnya Jiyoung menemukan sosok yang sudah tak asing
baginya. Sulli pura-pura melihat deretan sepatu, Krystal yang pura-pura
tertarik dengan kaos kaki untuk bapak kantoran, dan Sehun, ah untuk Sehun dia
sedang berdiri dan tidak mau berpura-pura. Matanya menatap ke arah Jiyoung dan
Seungyoon bergantian.
“Biar
aku saja, biar aku jelaskan kalau kau cuma
adikku.” Seungyoon berniat mendahului Jiyoung tapi Jiyoung menahannya.
“Mereka
temanku!” katanya dingin.
“Hai
Jiyoung….” Sapa Sulli sambil tersenyum tolol.
“Aku
tidak menyangka kita akan bertemu disini.” Sambung Krystal kelewat bodoh.
“Apa
yang kalian lakukan?” tanya Jiyoung curiga.
“Oh
kalian teman Jiyoung ya? Kalian sudah makan siang? Jika belum sebaiknya
bergabung saja, aku yang traktir!” kata Seungyoon ramah dan dijawab anggukan
penuh antusias oleh Krystal.
“Kebetulan
sekali kita memang sedang mencari makan siang gratis.” Jawab Krystal sambil
terkekeh dan melirik Sehun yang hanya diam mematung.
“Aku
suka kejujuranmu. Bagus kalau begitu, ayo!” ajak Seungyoon seraya menggandeng
tangan Jiyoung untuk mulai berjalan. Sulli dan Krystal memekik melihat
pemandangan itu sedang Sehun masih menatap Jiyoung.
“Woi
kalian!” tiba-tiba seseorang berteriak dan menarik perhatian mereka semua, “Tuh
bener kan itu Jiyoung. Aku sudah memerhatikannya sejak di dalam toko tadi.”
Kata Taemin menjelaskan pada Jongin.
Jiyoung
tidak pernah meminta untuk ditempatkan pada situasi seperti ini. Taemin dengan
senyum sumringah berjalan ke arah mereka, Jongin yang di belakangnya berjalan
lebih santai dengan tatapan teduhnya untuk Jiyoung.
“Dia
temanmu juga?” tanya Seungyoon dan Jiyoung mengangguk, “Baiklah biarkan mereka
ikut makan siang bersama kita.”
“Apa?
Makan siang?” tanya Taemin pada lainnya.
“Iya!
Gratis! Pacar Jiyoung yang traktir!” sergah Krystal membuat semua pasang mata
terbelalak. Jongin sekilas menatap Jiyoung, tapi Jiyoung tidak berani
menatapnya balik.
“Jadi
Jiyoung sudah punya pacar? Sudah tidak ada harapan untuk kita bro!” Taemin
memukul lengan Jongin pelan. Seungyoon terkekeh mendengarnya.
“Hei
bukan…” kata Seungyoon seraya tertawa renyah.
“Wah
kau rendah hati sekali oppa…” kata Sulli kagum.
“Errgghh,
kita seumuran, jangan panggil oppa!” kata Jiyoung dan langsung berjalan
mendahului mereka.
Ini
adalah makan siang tercanggung yang pernah Jiyoung alami. Sehun tidak
mengeluarkan sepatah katapun, Jongin tidak berhenti memerhatikannya, Sulli tak
berhenti tertawa dengan ocehan Seungyoon yang bagi Jiyoung tidak lucu sama
sekali. Krystal dan Taemin sangat membantu karena mereka yang menghidupkan
suasana canggung antara Jongin, Jiyoung dan Sehun.
“Eh
yang mengantarmu semalam siapa? Kapan-kapan kita harus mentraktirnya untuk
ucapan terima kasih.” Kata Seungyoon seraya menyenggol Jiyoung. Tentu kalimat
itu membuat yang lain ikut penasaran, siapa yang mengantar Jiyoung?
“Dia
kakak tingkat.” Jawab Jiyoung singkat, Seungyoon hanya mengangguk.
“Pasti
Chanyeol!” seru Krystal dan mendapat tatapan mematikan dari Jiyoung, “oops,
maaf Jing.”
“Oh
iya namanya Chanyeol!” kata Seungyoon.
“Wah!
Kau tidak cemburu?” tanya Sulli.
“Untuk
apa?”
“Kau
pacar Jiyoung kan?”
“Hei
sudah kubilang aku bukan pacarnya.” Lagi-lagi Seungyoon hanya bisa terkekeh.
“Benarkah?
Kapan kau berencana akan menembak Jiyoung? Ehm, asal kau tau saja sainganmu
cukup banyak.” Celetuk Taemin seraya merapikan bagian depan kemejanya.
“Kalian
ngomong apa sih?” teriak Jiyoung kesal.
***
Jiyoung
mengacak rambutnya sebagai pelampiasan kekesalannya, ponselnya tidak berhenti
bergetar. Sulli dan Krystal tak berhenti menanyakan hubungannya dengan
Seungyoon. Jiyoung sudah berkali-kali menjelaskan bahwa Seungyoon adalah kakak
sepupunya, tapi sepertinya Sulli dan Krystal tidak puas dengan jawaban itu.
Sepertinya
hari ini benar-benar hari sial Jiyoung, uangnya berkurang untuk membeli baju
Seungyoon, bertemu dengan semua temannya di mall, hubungannya dengan Jongin dan
Sehun belum membaik, dan belum lagi tuduhan bahwa dia pacar Seungyoon. Jiyoung
merasa tidak waras saat ini, dia kesal, dia tidak mau berada diposisi seperti
ini. Dia kesal, dia benar-benar kesal tapi tidak tau harus bagaimana
melampiaskannya.
Sampai
tak terasa Jiyoung tertidur malam itu, membiarkan rasa khawatir dan kesalnya
larut terbawa angin malam. Membiarkan mimpi indah yang datang dan untuk sejenak
melupakan semua masalahnya. Jiyoung tertidur, dan lagi-lagi dia bermimpi
bertemu dengan orang yang memberinya kupu-kupu. Tapi tetap saja, Jiyoung tidak
bisa mengenali siapa sosok itu.
Jiyoung
berjalan sangat pelan menuju kelas, tidak menghiraukan beberapa panggilan atau
sapaan yang dilayangkan padanya. Pagi itu dingin, seakan mengerti bagaimana
suasana hati Jiyoung. Ketika menaiki tangga, Jiyoung berpapasan dengan Sehun
yang terlihat sangat tergesa dengan tumpukan map di tangannya. Mata mereka
bertemu, tapi tak ada senyum dari keduanya.
“Sehun
ada yang tertinggal!” teriak Krystal dari belakang Sehun, Krystal mengangkat
sebuah map tinggi-tinggi. Krystal terdiam ketika melihat Jiyoung disana, “Oh
hai Jiyoung!”
“Sibuk?”
tanya Jiyoung pada Krystal.
“Ya
seperti yang kau lihat. Aku dan Sehun akan ditempatkan di LP Team.” Kata
Krystal ceria, “Lumayan untuk balas dendam.” Bisik Krystal. Lalu Krystal dan
Sehun segera berlari meninggalkan Jiyoung, dan untuk Sehun bahkan dia
menganggap seakan Jiyoung tidak ada disana.
Tanpa
pikir panjang Jiyoung melanjutkan langkahnya, kelas sudah terlihat ramai ketika
dia datang. Matanya otomatis mencari sosok Jongin, tidak sulit untuk mencarinya
apalagi Jongin sedang duduk di bangku Jiyoung saat ini. Jongin tersenyum begitu
melihat Jiyoung datang.
“Kau
berniat menghindar ya?” tanya Jongin ketika Jiyoung dekat. Jiyoung menggigit
bibir bawahnya dan tidak tau harus berkata apa. “Kenapa tidak menjawab telepon
dan pesanku?”
“Hmm…
itu….”
“Sudahlah.
Yang penting kau ada disini sekarang aku sudah lega.” Jongin berdiri dan
mempersilahkan Jiyoung uduk di bangkunya. Jongin segera pergi dan duduk di
bangkunya sendiri. Sekilas Jiyoung meliriknya yang terlihat sedang mendengarkan
lagu, namun selanjutnya Jiyoung mencoba menyibukkan diri dengan buku yang dia
bawa.
***
“Jongin,
akhir minggu ini kelompok dancemu dengan Taemin dan yang lainnya. Yang tampil
dalam acara malam inagurasi harus mengisi acara. Ya akhir minggu ini!” jelas
Krystal, kemudian dia kembali pada Sehun yang duduk tak jauh dari tempat
Jongin.
“Kenapa
Sehun tidak mau bicara sendiri sih?” tanya Sulli yang duduk di sebelah Jongin.
Jongin bisa melihat Sehun menjelaskan sesuatu pada Krystal, dan Krsyal terlihat
kesal. Kemudian Krystal kembali lagi menghampiri Jongin dan Sulli.
“Lalu
katanya kau diminta membantu perform grup yang akan debut tak lama lagi.”
Krystal terlihat berpikir, “Lalu, untuk itu kau harus menemui Nicole sunbae. Secepatnya
supaya tawaranmu tidak diganti seseorang.”
“Lalu
apa lagi yang ingin dia sampaikan?” tanya Jongin seraya melihat ke arah Sehun
ketika menyebut namanya.
“Bukan
Sehun, tapi ada yang ingin aku sampaikan padamu. Kenapa kalian berdua tak
saling bicara? Sampai kapan aku harus begini?” sentaknya kesal, Jongin
mengerutkan keningnya melihat Krystal mulai brutal.
“Kalian
masih tidak saling sapa?” Sulli menatap Jongin minta penjelasa, “Memangnya kalian kenapa?”
“Kau
dan Sehun sama anehnya!” bentak Krystal sebelum akhirnya pergi. Sehun
mengejarnya ketika sadar Krystal tak kembali menghampirinya. Jongin tersenyum
kecut, Sulli mencoba bertanya ada apa sebenarnya tapi Jongin tidak
menceritakannya.
Braaak!
Krystal menaruh mangkuknya dengan kasar,
membuat Jiyoung dan Sullli tersedak karena kaget.
“Pelan-pelan
Jung Krystal!” kata Sulli.
“Kau
kenapa sih?” tanya Jiyoung setelah berhasil mengatasi rasa kagetnya.
“Aku
tidak sanggup duduk dengan dua orang itu.” kata Krystal seraya menoleh pada
Sehun dan Taehyun yang duduk selisih beberapa bangku dengan mereka.
“Siapa?
Sehun? Bukankah kau…”
“Sttt…”
Krystal memotong kalimat Sulli, “Dua orang dengan IQ di atas rata-rata, aku
tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.”
“Sehun
masih belum baikan sama Jongin?” tanya Sulli yang dijawab anggukan oleh
Krystal. Jiyoung pura-pura sibuk memakan buburnya, tidak ingin terlibat dengan
percakapan tentang Sehun dan Jongin.
“Aku
tau kalau kau tau apa yang terjadi
antara Sehun dan Jongin.” Tuduh Krystal dengan tatapan tajam untuk Jiyoung.
“Apa
maksudmu?” Jiyoung pura-pura tidak mengerti.
“Dan
aku sangat tau kalau kau adalah alasan
yang membuat mereka bertengkar.” Kalimat ini terdengar terlalu kasar untuk
Jiyoung.
“Krystal
sudahlah!” kata Sulli mencoba meredakan suasana.
“Aku
hanya tidak mau pura-pura saja. Jika memang ada masalah, aku dan Sulli dengan
senang hati membantumu. Membantumu, Jongin dan Sehun. Tapi sampai sekarang,
kalian bertiga masih tutup mulut. Kalian pikir aku dan Sulli tidak curiga
sesuatu terjadi pada kalian?” Seakan tak mendengar peringatan Sulli, Krystal
meluapkan segala kekesalannya.
“Bukan
begitu maksudku…”
“Bukannya
aku ikut campur, tapi bisakah kalian bersikap sewajarnya jika memang tidak
ingin memberitahuku dan Sulli? Aku sudah lelah berpura-pura tidak tau sedangkan
aku yakin kalian sedang dalam masalah.” Krystal meneguk minumannya, “Aiiisshh…”
“Aku
tidak bermaksud seperti itu.” kata Jiyoung mencoba membela diri.
“Oh
tentu kami tau bukan seperti itu maksudmu.” Sela Krystal.
“Hei
kalian berdua sudahlah.” Sulli mencoba menengahi.
“Kenapa
kau berteriak-teriak huh?” tiba-tiba Jongin ada disana, sedang merangkul
Krystal dengan erat, “Jiyoung dan Sulli tidak tuli kok, mereka masih bisa
mendengarmu meskipun kau berkata pelan.” Kta Jongin lembut.
“Kau
juga! Jangan menceramahiku jika kau sendiri tidak bisa menyelesaikan
masalahmu!” kata Krystal kasar seraya mencoba lepas dari rangkulan Jongin.
“Kau
kenapa sih?” Jongin memeluknya erat sampai Krystal sulit bernafas, “Tidak baik
marah-marah seperti ini!” Jongin tersenyum jail melihat Krystal kacau.
“LE-PAS-KAN!”
Krystal meronta dan akhirnya Jongin melepas rangkulannya, “Kau tidak takut
Jiyoung marah!” bentak Krystal, tapi Jongin hanya terkekeh melihat rambut
Krystal berantakan.
“Jiyoung
tidak sepertimu yang sedikit-sedikit marah.” Jongin duduk di sebelah Krystal,
sekilas melirik Jiyoung yang hanya menunduk
melihat mangkuk buburnya.
“Tidak
tau malu!” kata Krystal ketus.
“Sehun
apa kabar?” tanya Jongin santai seraya mulai memakan bubur Jiyoung yang
didiamkan oleh pemiliknya.
“Kau
yang tinggal satu rumah dengannya, bagaimana bisa tidak tau?” Krystal memandang
Jongin jijik, “Oh ya, aku lupa kalian berdua sedang bertengkar.”
“Sebenarnya
kalian kenapa sih?” tanya Sulli penasaran. Sulli dan Krystal dengan sabar
menunggu Jongin bercerita, tapi yang ditunggu malah menikmati bubur hasil
curian itu. Jiyoung hanya menunduk, seakan menyesal sudah duduk disana.
“Maaf
ya Jing aku habiskan!” katanya pada Jiyoung dan mendorong mangkuk bubur yang
sudah kosong. “Kalian berdua segitunya ingin tau ya?”
“Kalau
kau tidak ingin cerita tidak masalah. Asal berhenti menjadikanku tukang pos
yang menyampaikan pesanmu untuk Sehun dan sebaliknya!” sergah Krystal.
“Baiklah,
tujuanku kesini hanya untuk mengajak Jiyoung pulang bersama nanti. Jing, kau
mau kan?” Jongin memerhatikan Jiyoung.
“Terserah…”
“Itu
artinya iya bagiku, sampai ketemu nanti. Bye Sulli, bye Krystal!” kata Jongin
sambil melangkah meninggalkan mereka.
“Kau
tidak serius suka padanya kan?” tanya Krystal pada Jiyoung.
“Lalu
bagaimana dengan Seungyoon?” tanya Sulli.
“Sudah
kubilang Seungyoon itu sepupuku.” Kata Jiyoung kesal.
“Aku
percaya Seungyoon bukan pacarmu. Karena terlihat jelas kau sangat menyukai
Jongin.” Kata Krystal santai.
“Jadi
bagaimana sekarang? Kau sudah berniat memberitahu kami?” tanya Sulli dengan
cara yang lebih baik dari Krystal. Jiyoung mengambil nafas panjang, kemudian
dia mengangguk dan menceritakan semua kejadian di malam inagurasi.
***
Sore
itu sedikit mendung, Jiyoung sengaja berlama-lama mencuci tangan di kamar mandi
bersama Sulli. Krystal sudah pergi dulu karena ada rapat, sedang Jiyoung dan
Sulli yang tidak ada acara atau tugas memutuskan untuk pulang. Jiyoung masih
ingat Jongin mengajaknya pulang bersama tadi siang, tapi untuk memikirkannya
saja membuat jantungnya sakit.
“Jiyoung,
kau tidak berniat membuat Jongin menunggu kan?” Sulli kembali mengingatkan.
Akhirnya Jiyoung menyerah dan memilih menghadapi Jongin apapun yang terjadi.
Jiyoung tidak bisa berbohong bahwa dia menyukai Jongin,tapi Jiyoung juga
memikirkan perasaan Sehun.
Dia
dan Sulli berpisah karena Sulli harus pulang dengan Minho. Jiyoung berjalan
sendiri menuju gerbang sekolah, dan dia menemukan Jongin sedang duduk di atas
motornya. Jiyoung segera menghampirinya, Jongin tersenyum begitu melihat
Jiyoung datang.
“Jiyoung,
apa kau masih suka kupu-kupu?” tanya
Jongin dengan senyum tulus di bibirnya. Jiyoung terpaku, tak bisa bergerak dan
tak bisa berkata. Otaknya bekerja keras untuk memahami kalimat tanya Jongin.
“Jongin….”
“Ya?” TBC
Author's note: akhirnya chapter 9 di publish. Maaf buat yang nunggu, kuliah lagi serem-seremnya tugas. Tapi syukurlah akhirnya bisa update juga. Jangan lupa komentar ya reader. Semoga hari kalian menyenangkan!
Yay! Saw your tweet and I came here straight! #obsessedmuch
BalasHapusAnyway, first off, thanks so much for updating. And secondly, you didn't disappoint in providing the drama element in the story. I love how you describe Sehun's anger upon discovering KaiJing that fateful evening. And how you describe Krystal's frustration of being the middle person. Hmm. What she says is true. SeKaiJing needs to sit and talk it out. But I'm afraid of the consequences. XD
Thank you again for this chapter. I'm dying to know the mystery behind Jing's kupu-kupu friend.
finally.. thanks for updating author nim.. aku takjub si jongin sadar kalau dia first lovenya jing. nggak nyangka juga dianya bakal tanya soal kupu2. huhu, so sweet. but, poor sehun. i feel bad for him. aku nggak tau ya, author bakal buat dia tetep single atau berakhir dengan soojung. asal dia bahagia,dan nggak dingin2an lagi sama jongin sih it's okay..sehun keliatan sukaa banget sama jiyoung di sini. sencere banget lah. dan aku berharap kesalahpahaman mereka tentang seungyoon berakhir juga. sedih jadinya kalau kesalahpahaman itu jadi berlarut larut. khekhe. nice chapter. thanks a lot ya kak.. ^^
BalasHapus