BESIDE YOU
Cast: Krystal Jung, Mark Tuan, Park
Jinyoung (Junior)
Genre: romance
Length: Chapter
Summary: “Aku hanya memintamu
untuk bertahan.”
“Mark
Tuan!” dipanggilnya untuk kesekian kali, seorang laki-laki muda dengan seragam
yang sudah tidak rapi. Anak laki-laki itu terlalu asik memainkan bola basketnya
hingga tidak peduli pada siapapun yang sedang memanggilnya. Ya, dia Mark Tuan.
Seseorang yang punya nama di sekolah ini.
“MARK!!!”
panggilan itu telah beralih menjadi teriakan, bersyukur kali ini Mark menolah.
Mark mengerutkan keningnya untuk melihat siapa yang memanggilnya dari tepi
lapangan. Gadis itu sendirian, rambut panjangnya yang kusut di gerai dan
sedikit melayang karena angin sore. Sepertinya dia bukan salah satu dari
fansnya, karena fans Mark selalu menghampirinya secara bergerombol. Dan gadis
itu?
“Krystal!”
Mark tersenyum begitu menyadari Krystal yang sedari tadi memanggilnya. Mark
melambai agar Krystal mendekat padanya, dengan tatapan kesal Krystal
menurutinya. Terlihat Krystal memeluk tas ransel berwarna hitam, yang diketahui
itu milik Mark.
“Ini
tasmu! Besok kau tidak boleh bolos lagi.” Dilemparnya tas Mark, Mark berhasil
menangkap tasnya dengan keren. Ada senyum puas di wajah Mark melihat Krystal
seperti saat ini.
“Terima
kasih sudah mau membawakan tasku.” Kata Mark ringan dengan senyum konyol.
“Terserah,
aku pulang!” balas Krystal sengak seraya berjalan menjauh. Menyadari Krystal akan
segera pergi, Mark mengikutinya, berjalan di sebelah Krystal sambil
memerhatikan wajah Krystal yang terlihat sangat kesal.
“Kenapa
sih?” penasaran dengan sikap aneh Krystal, Mark bertanya seraya menatapnya
tajam.
“Kenapa?”
Krystal balik bertanya dengan begitu menyebalkan.
“Kau
yang kenapa? Kenapa sih?” Ingin rasanya Mark ikut termakan emosi, tapi dia
mencoba menahan karena sadar mungkin mood Krystal sedang buruk saat ini.
“Bukan
apa-apa.” Jawab Krystal ketus. Mark menyeringai kemudian memukul kepala Krystal
pelan. Sumpah serapah keluar dari mulut Krystal, jika saja membunuh itu
diperbolehkan mungkin Krystal sudah membunuh Mark saat ini.
“Krystal
Jung, PMS ya?” goda Mark dengan ekspresi menyebalkan. Krystal mendekat dan
menyerang Mark dengan ribuan pukulan, bukannya menghindar Mark justru tertawa
lepas dan membiarkan Krystal memukul setiap senti badannya.
“Mark-Tuan-kau-be-lum-mi-num-o-bat-mu-ya?”
Krystal berkata penuh penekanan, seraya memukul lengan Mark dengan seluruh sisa
tenaganya.
“Jangan
marah dong!” ucap Mark membuat Krystal menghentikan aksinya memukuli Mark.
“Hei, temani aku mengembalikan ini!” Mark mengangkat bola basket yang
dipakainya tadi. Krystal menatapnya dengan malas, kenapa dia harus bersama
makhluk bernama Mark Tuan itu?
“Aku
tunggu disini ya?” pinta Krystal, membayangkan gudang olahraga yang jauh saja
sudah membuat Krystal ingin marah-marah lagi.
“Ayo!”
Mark menarik tangan kanan Krystal agar berjalan disebelahnya. Entah sihir apa
yang digunakan Mark, Krystal tidak bisa menolak apa yang menjadi keinginan
Mark.
Sekolah
sudah lumayan sepi sore itu, hanya menyisakan beberapa murid yang masih punya
kesibukan di sekolah. Mark memimpin jalan Krystal sambil bercerita tentang
tahun terakhirnya di sekolah, sedang Krystal hanya diam tanpa benar-benar
mendengarnya. Mark masih menggenggam tangan kanan Krystal, takut jika gadis itu
pergi meninggalkannya.
Mungkin
ini konyol, mungkin benar Mark adalah sosok yang brengsek, dan mungkin memang
nyata bahwa Krystal sangat bodoh. Semua orang tidak bisa mendeskripsikan
hubungan dua pasangan ini. Oh, apakah mereka pantas di sebut pasangan? Secara
kasat mata mereka memang terlihat seperti pasangan, tapi asal kalian tau saja,
mereka tidak punya hubungan yang disandang para pasangan di seluruh dunia,
hubungan yang biasa di sebut orang dengan pacaran.
Tidak sedikit
teman-temannya yang menanyakan tentang hubungan mereka. Jika dilihat mereka
memang seperti pasangan yang sedang larut-larutnya dan saling mencintai. Tapi
kenyataannya, mereka tidak pacaran. Dan
darimana hubungan rumit ini dimulai? Krystal selalu memikirkannya dan sampai
sekarang masih belum mendapat jawabannya.
“Hei
Mark, kau bawa kunci gudang?” tanya Krystal sangsi, takut jika dia sudah
berjalan sejauh ini tapi Mark tidak membawa kunci gudang.
“Gudang
dikunci jam 5 sore, kau segitunya tidak suka olahraga ya? Hal seperti ini saja
kau tidak tau. Semua penghuni sekolah tau jika gudang olahraga tidak dikunci di
hari sabtu!” jawab Mark cepat dan tegas.
“Aiiissshhh!”
Krystal tidak tau harus menjawab apa, dia mengikuti Mark sampai akhirnya mereka
berhenti di depan pintu besar dengan tulisan gudang olahraga di atasnya.
Mark
mendorong pintu itu, siapa yang mengira pintu itu hanya membuka beberapa senti.
Seakan ada seseorang yang mengganjal pintu itu dengan sesuatu. Krystal menatap
pintu itu curiga, sekilas dia melirik Mark. Mark dan Krystal saling bertatapan
untuk sesaat, seakan bicara secara telepati dan kemudian mengangguk.
Mereka
mendorong pintu itu hingga terbuka, jelas saja pintu itu tidak bisa terbuka
dengan selayaknya karena ada orang yang menaruh keranjang bola tepat di belakangnya.
Mark dan Krystal segera masuk, menyingkirkan keranjang besar penuh bola
bersama-sama. Kemudian betapa kagetnya Mark karena mendengar Krystal yang
secara tiba-tiba berteriak. Suara Krystal yang melengking tinggi ketika
berteriak membuat Mark merinding dan kaget setengah mati. Ditambah rambut kusut
Krystal yang sedikit menutupi wajahnya, membuat jantungnya berhenti untuk
sesaat.
“Arrrggghh!”
“Aiiisshh!
Apa sih?” tanya Mark kaget, Krystal membungkam mulut dengan dua tangannya
seraya menatap ke arah di belakang Mark dengan mata terbelalak.
“Apa
sih?” tanya Mark seraya menoleh untuk melihat apa yang sedang Krystal lihat.
Reaksi yang 180 serajat dengan Krystal, Mark justru tertawa hingga tak
mengeluarkan suara.
“Kalian
berdua, mengganggu saja!” Jackson terlihat kesal dengan kedatangan Mark dan
Krystal.
“Kalian
ngapain sih?” tanya Krystal sangsi, memandang Jackson dan Youngji bergantian.
Mark belum berhenti tertawa sampai Krystal memukul lengannya keras.
“Cari
tempat yang lebih keren dong kalo mau ciuman!” kata Mark di sela tawanya.
Jackson mendelik kesal pada Mark, “Kalian pikir tidak ada yang mau masuk gudang
apa?” lanjutnya.
“Brengsek,
kau kesini mau ambil kesempatan pada Krystal kan!” Jackson menatap Mark jail,
Mark hanya mengeleng dengan keren.
“Jangan
samakan aku dengan dirimu. Hahaha. Youngji, kau baik-baik saja?” Mark menatap
Youngji yang wajahnya sudah seperti kepiting rebus.
“Dasar
pasangan aneh!” Jackson mencibir Mark dan Krystal, kemudian mengajak Youngji
pergi darisana.
Mark
masih terkikik meskipun Jackson dan Youngji sudah pergi, Krystal menatap Mark
prihatin. Mengerikan sekali Mark Tuan itu, segitu bahagianya melihat sahabatnya
tertangkap basah sedang berciuman di gudang sekolah.
“Kau
segitu bahagianya ya?” tanya Krystal.
“Meskipun
Jackson menyandang predikat playboy cap kadal, tapi percaya padaku, yang itu
tadi ciuman pertamanya.” Jelas Mark terkikik seraya mengembalikan keranjang
bola di tempat semula. Jujur saja yang itu membuat Krystal sedikit kaget,
seluruh sekolah tau bahwa dua sahabat Mark dan Jackson itu playboy cap kadal
tapi menyadari yang tadi adalah ciuman pertama Jackson membuat Krystal sedikit
menghormati Jackson.
“Palingan
seminggu lagi Jackson sudah punya gandengan lain lagi.” Ucap Krystal
meremehkan.
“Kalau
menurutku sih tidak.” Mark mengajak Krystal untuk keluar darisana, “Asal tau
saja ya, kita ini, cowok yang kalian pikir suka mainin hati perempuan, kita
juga bisa setia. Kalau kita sudah menemukan orang yang benar-benar pas dan
benar-benar kita sayang. Jangan harap deh kalian para cewek bisa lepas dari
cowok semacam Jackson atau aku.”
Kalimat
panjang itu berhasil membius Krystal, sepertinya Krystal tidak akan melupakan
kalimat itu untuk beberapa waktu ke depan. Secercah harapan timbul di hati
Krystal, mungkinkah dia gadis yang Mark pilih? Mungkinkah dia gadis yang
benar-benar Mark sayang? Oh ayolah Krystal, jika memang Mark sayang, dia tidak
akan membuatmu berada di posisi rumit seperti saat ini.
Mark
mengantar Krystal pulang sore itu, seperti biasa selama perjalanan dari sekolah
sampai rumah keduanya tidak pernah berhenti beradu argument. Meskipun hanya
masalah kemana Mark akan melanjutkan kuliah nanti, mereka bertengkar seakan itu
adalah hal terakhir yang bisa mereka lakukan di dunia.
“Sudah-sudah
masuk sana!” usir Mark ketika Krystal turun dari motornya.
“Memang
mau langsung masuk!” bantah Krystal tak kalah sewot.
“Ya
sudah sana!” kata Mark sambil mencibir, Krystal membuka pagar rumahnya dengan
kasar menyebabkan bunyi denting berisik dari pagar besi rumahnya. “Pelan-pelan,
malu sama tetangga!” sambung Mark.
“Cerewet!
Pulang sana!” kata Krystal, Mark menatapnya dan kemudian memberi senyum jail
sebelum melajukan motornya. Dasar! Krystal benar-benar ingin tau sihir apa yang
Mark gunakan hingga mampu melumpuhkannya seperti saat ini.
***
Tepat
seminggu setelah kejadian Krystal dan Mark mendapati Jackson sedang berciuman
di gudang olahraga sekolah, pagi itu, ketika Krystal baru masuk kelasnya,
didapatinya Jackson sedang berada di kelasnya. Dan parahnya lagi, Jackson
sedang duduk berdua bersama dengan seorang gadis. Teman sekelasnya yang bernama
Wendy. Oke, sepertinya perkiraan Mark meleset tentang Jackson yang dia katakan
seminggu lalu.
“Sekali
cap kadal, selamanya cap kadal!” gumam Krystal kesal.
“Hei
Krys! Kau satu kelas dengan Wendy ya?” sapa Jackson begitu menyadari ada
Krystal di kelas itu. Krystal hanya mengangguk mengiyakan, terlihat malas
dengan urusan para kadal dengan gadis yang akan segera menjadi korban kekadalan
mereka.
“Sepertinya
kau mengenal Krystal Jung dengan baik.” Krystal bisa mendengar Wendy bertanya
pada Jackson. Jackson menjawab bahwa Krystal adalah salah satu teman baiknya.
Kemudian dua makhluk itu kembali berbincang dengan hangat.
Krystal
menyibukkan diri dengan ponselnya, seminggu terakhir ini Mark tidak seperti
biasanya. Krystal bisa merasakan perubahan sikap Mark, Mark tidak
menghubunginya sesering biasanya. Tetapi Krystal selalu berpikiran positif,
mungkin Mark mendapat banyak tugas mengingat ini tahun terakhirnya di sekolah.
Menyadari
bahwa ini tahun terakhirnya di sekolah yang sama bersama Mark membuat Krystal
sedih sekaligus takut. Bagaimana jika Mark akan bertemu seseorang yang lebih
pas untuknya, dan Mark akan lebih memilih gadis itu daripada dirinya. Krystal
tidak bisa melihat bagaimana akhir dari hubungannya dengan Mark.
Bel
berbunyi, Jackson keluar kelas untuk masuk ke kelasnya sendiri. Jackson
berpamitan pada Krystal ketika berjalan keluar, Krystal hanya tersenyum
seadanya. Dipandangnya Wendy yang terlihat lebih bahagia dari biasanya. Dasar
Jackson, Wendy belum tau bagaimana latar belakang Jackson. Ingin rasanya dia
memberitahu bahwa Jackson sudah punya gadis lain pada Wendy, tapi niat itu
tidak akan pernah dia lakukan. Krystal tidak tega menghapus senyum bahagia di wajah
Wendy.
Hiruk
pikuk kantin penuh dengan manusia yang kelaparan, semua siswa seperti zombie
mengantri panjang di setiap stan makanan. Sebenarnya Krystal tidak suka keadaan
kantin yang penuh seperti ini, tapi perut laparnya memaksanya untuk bersabar
dan ikut mengantri agar mendapat makanan. Krystal sendiri seperti biasanya,
Krystal juga tidak ingat sejak kapan dia menjadi penyendiri seperti ini.
Suara
tertawa yang begitu keras terdengar dari sudut kantin, mengalahkan raungan para
siswa yang kelaparan. Beberapa anak jelas-jelas menoleh pada gerombolan itu.
Gerombolan anak laki-laki yang masih memakai seragam olahraga mereka, rambut
mereka masih basah karena keringat dan dibiarkan berantakan untuk memberi kesan
keren. Krystal mencibir menyadari ada Mark di gerombolan itu. Terlihat Mark
bersama teman sekelasnya, menertawakan sesuatu yang kelihatannya sangat lucu
karena membuat mereka bergulung memegang perut mereka karena sakit terlalu
banyak tertawa.
“Golongan
kadal!” gumam Krystal seraya tersenyum memerhatikan Mark. Beberapa gadis dengan
senang memandang pemandangan indah itu dan berhasil membuat Krystal kesal.
Bahkan beberapa dari mereka saling berbisik dan mengambil foto Mark bersama
teman-temannya.
“Norak!”
kata Krystal tegas pada beberapa gerombolan gadis kelas satu. Gerombolan itu
memandang Krystal tak suka yang parahnya dibalas dengan penuh benci oleh
Krystal.
“Krystal!”
Jackson tiba-tiba ada di sebelahnya, “Sendirian lagi?” tanya Jackson.
Gerombolan gadis kelas satu tadi saling berbisik, terlihat iri karena ternyata
Krystal mengenal Jackson. Hanya sekedar informasi, fans Jackson tidak kalah
banyak dari Mark.
“Ehm!”
jawab Krystal cool.
“Gabung
denganku ya?” ajak Jackson kemudian melirik ke arah Mark dan gerombolannya.
“Kau
kenal gerombolan kelas tiga itu?” tanya Krystal ragu.
“Hei,
siapa yang tidak kenal Jackson? Teman Mark, berarti temanku juga!” kata Jackson
sombong. Meskipun Jackson masih kelas dua –sama seperti Krystal –tapi Jackson
banyak kenal orang dari angkatan lain. Angkatan Mark contohnya, sepertinya
Jackson sering bermain bersama mereka.
Krystal
dan Jackson mengantri makanan bersama, awalnya Krystal ragu untuk ikut
bergabung, tapi Jackson memaksanya dan tentu saja Krystal tidak bisa menolak
manusia hyper aktif itu.
“Jackson,
aku cari tempat lain saja!” tolak Krystal ketika Jackson terus memaksanya.
“Hyung-hyung!
Aku bergabung ya!” seakan tidak memedulikan Krystal, Jackson segera duduk di
antara Mark dan Kai. “Woi Krystal, sini duduk sini!” Jackson menyuruhnya untuk
duduk di sebelah Mark.
“Wah,
dia Wendy?” tanya Kai bodoh, wajah Krystal langsung berubah begitu
mendengarnya.
“Hei
dia Krystal Jung! Kau budek atau apa sih!” celetuk Taemin seraya memukul Kai.
Kai minta maaf pada Krystal yang moodnya sudah terlanjur buruk.
“Cepat
dimakan, keburu dingin!” kata Mark ketika menyadari Krystal tidak juga
menyentuh makanannya. Krystal tidak menjawab dan segera melahap makanannya
dengan ganas, seraya sesekali melirik pada Mark yang tidak melepas pandangan
padanya.
“Pelan-pelan,
nanti tersedak!” kata Mark lagi.
“Bisa
diam tidak sih?” protes Krystal, Mark tersenyum miring melihat Krystal mulai
kesal.
“PMSmu
itu jangka panjang ya Krys?” bisik Mark di telinga Krystal dan berhasil membuat
Krystal tersedak karena tertawa.
“Muhahaha..
uhuk-uhuk!”
“Minum-minum!”
Mark meminta minuman pada teman-temannya yang pada kenyataannya sudah habis.
“Kau belum beli minum?” tanya Mark pada Krystal yang dibalas dengan gelengan.
“Ini!”
tiba-tiba sebuah botol berisi air mineral disodorkan oleh seseorang, Krystal
menoleh untuk melihat siapa yang memberinya. Tersenyum, dia tersenyum seraya
menyuruh Krystal untuk segera meminumnya.
“Trims!”
kata Krystal setelah meneguknya, “Nanti aku ganti!” sambungnya, tapi orang itu
hanya tersenyum dan kembali ke tempat duduknya yang tak jauh dari meja Krystal.
“Temanmu?”
tanya Mark terlihat tidak suka.
“Kelas
sebelah, tapi aku tidak mengenalnya. Sepertinya teman Jackson.” Jawab Krystal
santai.
“Woi
Jackson, anak itu temanmu?” tanya Mark pada Jackson yang kini terlihat bingung
mencari air minum. Krystal segera memberinya botol air mineral, setelah
meminumnya Jackson menjawab.
“Park
Jiyoung, biasa dipanggil Junior. Kau tidak kenal Junior?” tanya Jackson heran
pada Krystal.
“Oh
dia Junior!” Krystal mengangguk mantap, seakan mendapat jawaban yang sesuai
dengan rasa penasarannya.
“Kau
memang gadis aneh!” ejek Jackson.
***
Kriiiinnnggg!!!
Seisi
kelas bersorak menyadari bel tanda akhir sekolah berbunyi. Krystal juga
membuang nafas lega karena akhirnya kelas berakhir. Krystal sedang berbincang
dengan Jiyoung –teman sebangkunya –ketika beberapa teman perempuan di kelasnya
berteriak histeris. Awalnya Krystal berpikir ada hantu di siang bolong atau
semacamnya, tapi ternyata kedatangan Mark Tuan yang membuat teman sekelasnya
menjerit histeris –bahagia.
“Itu
Mark oppa!” beberapa anak memekik
kegirangan, sedang teman laki-laki Krystal hanya mencibir karena ulah teman
perempuannya yang menjadi gila karena melihat Mark.
Krystal
memasukkan bukunya secara asal ke dalam ranselnya, berpamitan pada Jiyoung dan
cepat-cepat keluar kelas. Mark yang sedang celingukan di depan pintu kelasnya
tersenyum begitu melihat Krystal keluar dari kelas. Krystal menatapnya curiga,
Mark membalas tatapannya menantang.
“Kau
tidak pernah menjemputku ke kelas sebelum ini?” tanya Krystal curiga.
“Apa
aku datang kesini untuk menjemputmu?” Mark balik bertanya dengan satu alisnya
yang terangkat. Krystal yang kesal dengan jawaban itu memilih untuk memukul
pundak Mark dengan keras.
“Lalu
untuk apa kau kesini?”
“Cuma
kebetulan lewat!” Mark menarik Krystal agar minggir dan memberi jalan untuk
yang lainnya, “Ayo pulang, aku antar!”
‘Mark brengsek!’ umpat Krystal dalam
hati. Mark paling bisa membuat mood orang jungkir balik. Tapi sebrengsek apapun
Mark, Krystal tidak punya niatan untuk jauh-jauh darinya.
Krystal
tidak bisa menemukan Jackson ketika melewati kelasnya, dia bisa melihat Junior
yang masih di dalam kelas. Sekilas pandangan mereka bertemu dan Junior
tersenyum padanya, Krystal membalas senyumnya seraya menunduk.
“Hei
Krys, mau jalan-jalan sebentar?” tanya Mark santai, tetapi memberi efek berbeda
bagi Krystal. Perlu beberpa menit untuk bisa mencerna ajakan Mark barusan. Oh
ayolah Krystal, kau tidak sedang bermimpi!
“Kemana?”
tanya Krystal sok ketus.
“Kemana
saja! Mau tidak?” tantang Mark dengan kening berkerut.
“Iya
mau. Jika aku menolak ajakanmu, kau pasti akan mengajak gadis lain kan?” tanya
Krystal dingin. Mark terkekeh mendengarnya.
“Apa
aku sebrengsek itu?” senyum renyah itu, memberi kesan jika memang begitulah
adanya. Mark pasti mengajak gadis lain jika Krystal menolak ajakannya.
“Kau
yang paling mengerti dirimu, Mark!” Mark hanya tersenyum, seakan mengiyakan
kebrengsekannya.
Mark
mengajaknya untuk sekedar jalan-jalan sore itu, sekedar berkeliling dan
menghampiri toko satu ke toko lainnya. Tanpa memiliki tujuan untuk membeli
sesuatu, mereka hanya sekedar melihat-lihat dan menikmati waktu bersama. Orang
lain yang melihat pasti mengira mereka pasangan kekasih. Kadang hal ini membuat
Krystal sedih, seandainya apa yang orang lihat bisa menjadi kenyataan. Dan
kenapa kenyataan itu belum datang sampai saat ini?
“Krys,
masuk sini sebentar!” Mark mengajak Krystal untuk berhenti di toko yang
menyediakan barang-barang untuk perempuan. Mulai dari baju, sepatu, accesoris
dan barang-barang berbau perempuan lainnya.
“Untuk
apa sih?” Krystal terlihat tidak begitu antusias.
“Kau
itu perempuan atau bukan sih?” tanya Mark tajam, “Coba pakai yang
begini-begini, biar cantik!” Mark menunjuk jajaran bando-bando yang tertata
rapi.
“Aiiisshhh!”
keluh Krystal ketika Mark memilih sebuah bandana dan memaksa Krystal untuk
mencobanya.
“Coba
lihat, kalau begini kan manis!” puji Mark ketika bandana sudah terpasang rapi
di kepala Krystal.
“Tapi
Mark…”
“Aku
belikan untukmu, nanti dipakai ya!” Mark tersenyum miring, kemudian segera
berjalan ke kasir. Tapi sebelum itu Mark sempat meraup beberapa bandana dan
beberapa jepitan untuk Krystal. Tanpa meminta persetujuan dan pendapat dari
Krystal, Mark membeli semuanya untuk Krystal.
“Kan
sayang, lagipula aku tidak suka memakainya.” Keluh Krystal ketika mereka keluar
toko.
“Kau
pakai ini saat bersamaku saja!” jawab Mark enteng. Krystal tidak berkata
apa-apa lagi dan hanya menurut saja.
Setelah puas
berkeliling dan menyadari langit sudah gelap, Mark mengajak Krystal untuk makan
malam. Mereka memilih untuk makan di sebuah cafe di ujung jalan. Menurut Mark,
makanan disana enak-enak dan Krystal harus mencobanya.
“Demi Tuhan,
Mark Tuan kau ingin membuatku gendut?” omel Krystal begitu melihat begitu
banyak makanan yang dipesan Mark.
“Kau harus
mencoba ini…” Mark menunjuk pai ayam, “…ini juga enak…” menunjuk spageti,
“…disini juga terkenal ice creamnya yang sangat lembut…” menunjuk segelas ice
cream, “…dan wafflenya, choco shakenya juga…”
“Kau pikir kita
bisa menghabiskan semuanya?” omel Krystal, dia masih berpikir bahwa Mark
berlebihan.
“Kau akan
menghabiskannya sesaat setelah makanan ini masuk mulutmu.” Mark membela diri.
“Jika berat
badanku naik, kau adalah orang pertama yang aku salahkan!” ancam Krystal.
“Coba lihat
dirimu tulang semua seperti itu!” Mark memerhatikan Krystal dari ujung rambut
sampai ujung kaki, “Sebenarnya kau ingin menarik perhatian laki-laki atau
anjing?”
“Coba ulangi
lagi!” Krystal menjambak rambut Mark begitu Mark meyelesaikan kalimatnya.
“Ouucchh,
maaf-maaf.” Pekik Mark kesakitan.
“Jika kau
tertarik padaku, berarti kau anjing!” Krystal
makin menarik rambut Mark, seakan ingin mencabutnya dari kepala Mark.
“Oke-oke, maaf
Krys. Ouch!” Krystal melepas tangannya dari rambut Mark. Mark mengusap ujung
kepalanya sambil menatap Krystal horror. “Kau perempuan bukan sih?”
“MARK TUAN!!!”
“Oke maaf. Ayo
makan!”
***
Hari itu Krystal
berangkat sekolah lebih pagi dari biasanya, bahkan dia tadi bertemu dengan Mark
yang memang masuk lebih pagi karena harus mengikuti pelajaran tambahan di kelas
tiga. Mark mencibir ketika melihat Krystal mengenakan bandana yang dia belikan
beberapa pekan lalu. Akhirnya Krystal memakainya juga, setelah sekian lama
bandana itu hanya tersimpan di laci.
“Aku bilang
pakai itu kalau kau sedang bersamaku.” Protes Mark.
“Oke…” Krystal
hendak melepasnya ketika Mark berkata dengan cepat.
“Eh
jangan-jangan!” Mark tersenyum miring, “Manis!” pujinya kemudian melambai
padanya dan berjalan mendahului. Krystal masih memerhatikan punggung Mark yang
semakin lama semakin jauh. Seragamnya masih rapi di pagi hari, coba saja lihat
pada jam istirahat. Krystal berani jamin dasinya pasti sudah ditarik paksa dan
bagian belakang seragamnya keluar.
Kelas masih sepi
ketika Krystal masuk, segera dia duduk di bangkunya dan membaca portal berita
lewat ponselnya. Mungkin memang terlihat tidak meyakinkan, tapi Krystal salah
satu pembaca portal berita terkenal di kotanya. Mungkin tu yang membuat
pengetahuan Krystal lebih luas dari teman sebayanya.
“Kau sudah
datang?” seseorang berdiri di pintu kelas Krystal, terlihat ragu untuk masuk
atau tidak.
“Oh kau, masuk
saja!” kata Krystal ramah. Dengan ragu Junior melangkah masuk.
“Aku tidak
pernah melihatmu datang sepagi ini.” Tanya Junior, memilih duduk di sebelah
Krystal.
“Errggh,
kebetulan saja.” Jawab Krystal asal. “Eh, aku punya hutang sebotol air mineral.
Aku akan segera menggantinya, dan sebaiknya kau mengingatkanku.”
“Lain kali
saja.” Jawab Junior ramah. Entah ini hanya perasaan Krystal saja atau memang
benar adanya, tapi Junior selalu terlihat bahagia. Krystal selalu mendapati
Junior tersenyum sepanjang hari. Seakan Junior tidak memiliki beban.
Selanjutnya,
Junior dan Krystal asyik menceritakan tentang kebiasaan masing-masing. Pagi itu
juga Krystal baru tau bahwa Junior adalah wakil ketua dewan sekolah. Mungkin
ini membuat Krystal terlihat sedikit bodoh karena tidak mengetahui wakil dewan
sekolahnya sendiri. Ah, Krystal terlalu sibuk memikirkan Mark selama ini. Dasar
bodoh!
Mereka asyik
mengobrol sampai akhirnya perlahan kelas mulai ramai, membuat keduanya tak
sebebas tadi untuk saling bertukar cerita. Karena memang beberapa teman kelasnya
langsung memandang Krystal dan Junior penuh curiga. Pemandangan baru memang,
seorang yang sangat ramah seperti Junior terlihat bersama dengan gadis jutek
seperti Krystal.
“Kyaaa!” Junior
dan Krystal spontan menoleh ke sudut kelas, dimana gerombolan anak perempuan
saling memekik bahagia. Mereka terlihat sedang mengagung-agungkan gadis yang
duduk di tengah-tengah mereka. Gadis mungil yang bernama Wendy itu, seribu kali
terlihat bahagia dari biasanya.
“Jadi
selama ini dia datang ke kelas kita untuk melihatmu kan? Bukan dia!” Seulgi,
teman sebangku Wendy terlihat melirik sinis pada Krystal.
“Ssttt…
nanti dia dengar!” Wendy memperingatkan. Wendy juga terlihat melirik pada
Krystal sekilas, Krystal jadi tidak enak diperlakukan seperti itu.
“Apa
sih!” keluh Krystal, Junior yang menyadari hal itu mencoba menenangkan Krystal.
“Jangan
dihiraukan. Gossip girl!” Krystal
tersenyum menyadarinya, untuk apa Krystal memikirkannya. Jika saja Wendy tau
kalau Jackson sudah punya pacar, pasti sakit hati dia. Hanya saja Krystal masih
berbaik hati untuk menyimpan rahasia itu dan menjaga hati Wendy.
Junior
kembali ke kelasnya ketika bel berbunyi, Jiyoung juga sudah datang, sehingga Junior
tidak punya alasan untuk menemani Krystal lagi. Dan benar saja, selama
pelajaran pertama Wendy dan teman-temannya tidak berhenti terkikik. Dan Krystal
merasa mereka membicarakannya dari balik kepalanya.
“Sepertinya
mereka baru dapat arisan.” Bisik Jiyoung ikut kesal. Krystal tertawa pelan
mendengar Jiyoung.
Dan
ketika di sela pergantian jam pelajaran, kikikan Wendy dan teman-temannya sudah
berganti menjadi tawa girang penuh bahagia. Mau tidak mau Krystal ikut
penasaran apa yang membuat gadis-gadis itu sampai kesurupan hantu tertawa
seperti itu. Krystal ikut melihat ke arah luar kelas, karena mereka tertawa
sambil melihat ke arah luar kelas.
Ternyata
senior kelas tiga yang sedang lewat kelas mereka untuk pergi ke lab. Krystal
ikut memerhatikan orang-orang yang melewati kelasnya. Wajah-wajah yang tidak
asing, bahkan beberapa dari mereka Krystal tau namanya.
Seperti
Taemin…
Kai…
Kyungsoo…
Jaebum…
Tunggu…
Bukankah
itu teman sekelas Mark? Jadi kelas Mark yang akan menggunakan lab hari itu.
Lalu,
siapa yang membuat Wendy dan teman-temannya histeris seperti itu?
Mark…
Bersamaan
dengan lewatnya Mark di kelas mereka, tawa teman-teman Wendy semakin keras.
Sedangkan Wendy hanya tersipu malu karena ulah teman-temannya.
Tunggu…
Jadi
Mark?
Kenapa
Mark?
Mark
menoleh ke dalam kelas Krystal, tersenyum tipis. Tidak jelas untuk siapa senyum
itu ditujukan. Seharusnya Krystal yang memekik senang karena senyum tipis Mark,
tapi kenapa teman-teman Wendy yang bertindak berlebihan.
Oke!
Krystal butuh penjelasan lebih untuk ini!
“Mark
oppa, Wendy mengajakmu makan siang bersama istirahat nanti!” Seulgi berteriak
sebelum Mark menghilang dari pandangan. Mark yang mendengar itu berhenti
sejenak, terlihat ragu, namun kemudian mengangguk. Membuat teman-teman Wendy
berteriak bahagia.
“Kalian
membuatku malu!” keluh Wendy, tapi jika diperhatikan sepertinya Wendy sangat
senang karena ulah teman-temannya itu.
Semua perhatian
kelas tertuju pada Wendy sekarang, wajah Wendy yang memerah karena malu semakin
membuat teman-temannya tergiur untuk terus menggodanya.
“Wendy, jangan
bilang kau pacaran dengan Mark oppa?”
tanya salah satu teman kelasnya. Wendy hanya menjawabnya dengan anggukan, dan
beberapa temannya yang sedari tadi memekik bahagia bersorak senang.
“Kalian tau Mark
Tuan kan, ah siapa yang tidak tau senior setampan itu! Sekarang dia sudah resmi
menjadi pacar Wendy, jadi kalian-kalian yang masih menaruh hati pada Mark oppa –errr sebaiknya kalian menyerah!”
kata Seulgi menjelaskan dengan penuh keangkuhan.
“Krystal,
bukankah kau dekat dengan Mark Tuan itu?” Jiyoung berbisik, Krystal tidak mau
menjawab pertanyaan Jiyoung. Hatinya terlanjur hancur mendengar apa yang
dikatakan Seulgi. Benarkan sekarang Mark berpacaran dengan Wendy? Bukankah
Jackson yang sedang mendekatinya?
Krystal merasa
matanya memanas, hanya dengan satu kedipan saja air matanya akan tumpah.
Beruntung Krystal memiliki teman seperti Jiyoung, Jiyoung menarik Krystal untuk
keluar kelas. Krystal bisa mendengar teman-teman Wendy bersorak merendahkan
ketika Jiyoung dan Krystal keluar kelas.
“Menangislah!”
kata Jiyoung ketika mereka berada di toilet sekolah. Krystal yang sedari tadi
menahan tangis dan membuat tenggorokannya tercekat, melepas tangisnya saat itu
juga. Mungkin tidak pantas bagi Krystal menangis seperti ini, tapi mau
bagaimana lagi? Apa arti kedekatan Krystal dan Mark selama ini jika pada akhirnya
justru Mark berpacaran dengan gadis lain?
“Maaf aku lancang,
tapi apa Mark itu pacarmu?” tanya
Jiyoung hati-hati begitu Krystal sudah sedikit tenang. Krystal menggeleng
sebagai jawabannya.
“Aku prihatin
padamu. Setauku dia dekat denganmu, tapi kenapa begitu tiba-tiba dia berpacaran
dengan Wendy.” Jiyoung menepuk pundak Krystal pelan, seakan rela jika Krystal
mentransfer separuh dari kesedihannya.
Jiyoung dan
Krystal memutuskan untuk bolos pelajaran berikutnya dan berdiam diri di
perpustakaan. Jiyoung membiarkan Krystal meletakkan kepalanya di meja,
sedangkan dia hanya membuka buku tanpa membacanya. Krystal tau dan sepenuhnya
sadar dia bukan siapa-siapa Mark, tapi Krystal tidak tau jika pada akhirnya
akan sesakit ini.
Perpustakaan
mulai ramai ketika jam istirahat, Jiyoung memaksa Krystal untuk mengisi
perutnya di kantin. Alasan Jiyoung memaksa Krystal makan tak lain dan tak bukan
karena penampilan Krystal yang terlihat begitu pucat. Jiyoung takut jika
tiba-tiba Krystal pingsan pada akhirnya.
Seperti biasa kantin
begitu ramai, Jiyoung rela antri untuk Krystal dan menyuruh Krystal untuk
mencari tempat. Krystal menemukan tempat kosong untuknya dan Jiyoung, Krystal
merasa sedikit kesal karena Jiyoung tak juga datang. Dan hal yang paling
Krystal takutkan terjadi, selisih beberapa tempat darinya, ada Wendy dan
teman-temannya yang masih saja tertawa riang. Hal yang paling membuat Krystal
paling kesal, ketika Mark masuk area kantin dan bergabung bersama Wendy dan
teman-temannya.
Krystal sadar
dirinya bodoh, apalagi ketika tidak bisa menahan tangis di tempat seperti ini.
Sial! Kenapa situasinya menjadi seperti ini? Beruntung Mark tidak bisa
menyadari keberadaannya, sehingga Krystal tidak perlu repot-repot mencari
alasan jika Mark bertanya kenapa dia menangis. Ops, tungu dulu, apa Mark masih
peduli padanya?
“Kenapa?” Junior
yang duduk di sebelahnya memandangnya penuh khawatir. Ah, situasi seperti
apalagi ini?
“Aish!” keluh
Krystal mengusap air matanya.
“Menangislah
jika itu membuatmu tenang.” Junior menghapus air mata di pipi Krystal.
“Krystal, maaf
lama.” Jiyoung sudah kembali dengan membawa dua nampan sekaligus, “Oh hai
Junior!” sapa Jiyoung melihat Junior sudah ada disana.
“Harusnya kau
tidak membawa Krystal kesini!” seakan mengerti apa yang terjadi, Junior menatap
Jiyong penuh peringatan.
“Kau tidak lihat
wajahnya sepucat itu?” Jiyoung protes, “ Ayo Krys, cepat habiskan makananmu dan
pergi dari sini.”
Krystal
benar-benar muak mendengar teman-teman Wendy yang terus-menerus bercerita
tentang Mark. Apalagi begitu melihat Mark berdiri di depan kelas sewaktu pulang
sekolah. Krystal cepat-cepat memasukkan semua buku ke dalam tasnya dengan asal.
Jiyoung yang menyadari itu membiarkan Krystal ketika Krystal segera keluar
kelas dengan tergesa.
“Krys!” panggil
Mark ketika Krystal keluar kelas. Tapi kali ini berbeda karena Krystal tidak
mau repot-repot untuk menjawab panggilan itu, bahkan menoleh saja tidak.
“Krystal!”
panggil Mark lebih keras, tapi Krystal tidak bergeming dan terus berjalan.
Krystal berhenti ketika merasa Mark menahannya dengan menarik ranselnya. “Kalau
dipanggil jawab dong!”
“Urus saja
urusanmu sendiri!” bentak Krystal. Mark terlihat begitu kaget mendapat reaksi
Krystal yang seperti itu.
“Aku tidak bisa
mengantarmu pulang hari ini, kalau kau mau aku bisa meminta Jackson untuk
mengantarmu!” kata Mark tenang seraya memerhatikan Krystal untuk memahami
kondisi gadis itu.
“Kau pikir aku
tidak bisa pulang sendiri?” kata Krystal dingin, jelas-jelas Krystal tidak
terlihat bercanda.
“Kau marah
kenapa?” tanya Mark, kali ini terdengar sedikit memohon.
“OPPA!” Wendy
berteriak, secara otomatis Mark dan Krystal menoleh ke arah Wendy yang terlihat
tidak nyaman.
“Brengsek!”
umpat Krystal seraya melepas bandananya dan melemparnya asal. Krystal
mempercepat langkahnya dan kali ini Mark tidak berusaha untuk mencegahnya.
***
Rasanya ada
ribuan panah yang menembus hati Krystal berkali-kali, semakin memikirkannya
semakin terasa sakit yang di derita Krystal. Mungkin memang benar kenyataan
bahwa Krystal bukan siapa-siapa Mark, tapi bukankah ini keterlaluan?
Usaha untuk
menghindari Mark juga sia-sia, karena jujur saja Krystal tidak punya keinginan
untuk menghapus Mark dari hidupnya. Bodoh? Tentu itu kata yang paling pas untuk
mendefinisikan sosok Krystal, tapi mau bagaimana lagi? Mana yang lebih kalian
dengar jika kalian ada di posisi Krystal? Mendengar isi hatiku atau perkataan
orang lain?
Sudah tiga hari
sejak kejadian itu, kejadian dimana Krystal mengetahui fakta Mark sudah bersama
Wendy. Dan sudah tiga hari Krystal tidak masuk sekolah. Krystal benar-benar
kehilangan semangat untuk berangkat sekolah, membayangkan melihat Mark dengan
Wendy saja sudah membuatnya ingin bunuh diri.
“Krystal Jung
cepat! Temanmu sdah menunggu di depan!” teriak kakak Krystal pagi itu. krystal
sedang memakai kaos kaki ketika kakaknya berteriak memberitahu ada teman yang
sudah menunggunya.
Awalnya Krystal
tidak begitu memedulikan, dia hanya mempercepat gerakanya agar temannya tidak
terlalu lama menunggu. Tapi kemudian sesuatu mengganggu pikiran Krystal, teman? Seorang teman sedang menunggunya? Siapa?
Krystal
berpamitan kepada orangtua dan kakaknya, dengan terburu-buru mengambil rotinya
dan segera berlari ke depan. Dan benar saja, seseorang sedang duduk di teras
rumahnya. Jujur saja Krystal berharap sosok yang dia lihat itu Mark, tapi
setelah diperhatikan sosok itu sama sekali tidak menunjukkan ciri-ciri Mark.
Dan yah, yang benar saja, mana mungkin Mark menjemputnya sedangkan dia sudah
punya pacar?
“Junior?”
panggil Krystal ragu.
“Hei,
kau sudah sembuh?” tanya Junior dengan senyum hangatnya, Krystal mengangguk
sebagai jawban. “Sebenarnya aku berniat untuk menjengukmu, tapi kakakmu bilang
kau masuk sekolah hari ini, jadi –yah.”
“Kau
sudah sarapan?” tanya Krystal seraya memberi isyarat untuk segera berangkat.
“Hmm…
Aku tidak pernah sarapan.” Jawab Junior ketika Krystal memberinya roti bakar.
“Cepat
habiskan!” kata Krystal begitu Junior menerima rotinya.
Sudah
bisa diduga, sesaat setelah Krystal masuk ke dalam kelas, Wendy dan
teman-temannya langsung memerhatikan Krystal sambil menggumamkan sesuatu.
Benar-benar menyebalkan, bahkan mereka tidak berpura-pura untuk menyembunyikan
pandangan tak suka mereka. Beruntung Jiyoung segera datang, jadi Krystal punya
kesibukan menanyakan tugas pada Jiyoung daripada memerhatikan Wendy dan
teman-temannya.
Hari
itu jadwal olahraga untuk kelas Krystal, sialnya Krystal lupa tidak membawa
seragam olahraganya. Krystal berniat ijin untuk tidak mengikuti pelajaran
ketika ketua kelas memberitahu bahwa hari itu akan diadakan pengambilan nilai
praktek, mau tidak mau Krystal harus usaha untuk mencari pinjaman seragam.
“Pinjam
seragam persediaan sekolah saja, ayo aku antar.” Tawar Jiyoung berbaik hati,
Jiyoung sendiri sudah memakai seragam olahraganya sekarang.
“Persediaan
sekolah tidak ada saat ini, beberapa sudah dipinja pagi tadi dan sisanya masih
banyak yang belum di kembalikan.” Kalimat panjang penjaga koprasi sekolah
membuat mood Krystal makin buruk. “Kau kelas berapa?”
“Sebelas.”
Jawab Krystal malas.
“Apa
kau kenal Wang Jackson? Dia seangkatan denganmu, dari dua puluh satu seragam
yang belum di kembalikan sembilan diantaranya di pinjam oleh Wang Jackson.”
Jelas penjaga koprasi seraya melihat catatan yang ada di depannya.
“Sembilan?”
tanya Krystal tak percaya dan Jiyoung terus saja terkikik mendengar fakta itu.
Krystal dan Jiyoung sudah kembali ke kelas. Semua temannya sudah memakai
seragam mereka kecuali Krystal.
“Bilang
saja pada guru aku sedikit terlambat, aku coba pinjam ke Jackson. Siapa tau dia
bawa.” Kata Krystal cepat, sebelum Jiyoung menjawab Krystal sudah menghilang
untuk ke kelas sebelah.
Lucky!
Kelas
Jackson sedang kosong, terlihat dari semua penghuni kelas itu sedang asyik
bergurau atau sekedar memainkan ponsel mereka. Tanpa ragu Krystal segera masuk
kelas Jackson, beberapa anak menatapnya penasaran, tak kecuali Junior yang juga
menjadi penghuni kelas itu.
“Jackson!”
“Ah,
Kystal?” wajah Jackson menjadi sedikit tegang karena melihat Krystal yang ada
disana dengan ekspresi yang sangat tidak baik. Seakan Krystal bisa memakan
siapa saja yang akan mengganggunya.
“Kau
bawa seragam olahraga tidak?” tanya Krystal ketus. Ternyata melihat dan bicara
pada Jackson seperti ini membuatnya ingat pada Mark.
“Tidak,
aku tidak ada jadwal olahraga sekarang.” Jawab Jackson hati-hati.
“Kau
meminjam seragam olahraga persediaan sekolah sebanyak 9 setelan dan kau belum
mengembalikannya. Kau pikir tidak ada yang membutuhkannya?” kata Krystal
dingin.
“Darimana
kau tau aku meminjam sebanyak itu?”
“Aku
baru saja dari koprasi. Sebenarnya kau apakan semua seragam itu? Kau jual?”
tanya Krystal sengak.
“Bukan
begitu Krys, tapi…”
“Sekarang
carikan seragam untukku karena aku harus mengambil nilai praktek pagi ini!”
Jackson tidak menolak perintah Krystal dan segera melesat keluar untuk
mencarikan pinjaman untuk Krystal. Beberapa teman Jackson memandang Krystal
ngeri, selain dikenal karena wajahnya yang cantik Krystal juga dikenal sebagai
ice princess.
“Ini pakai ini, mungkin memang sedikit
kebesaran karena ini punya cowok. Tapi mau bagaimana lagi, aku Cuma bisa
menemukan ini!” Krystal ingat dengan jelas kalimat Jackson ketika
memberinya pinjaman kaos lima menit yang lalu. Krystal pikir itu milik teman
Jackson dan Krystal tidak punya pikiran untuk bertanya siapa pemilik kaos itu.
Sekarang Krystal tertegun di dalam bilik kamar mandi melihat nama di balik kaos
itu. Sial!
Mark
Tuan!
Dari
sekian banyak teman Jackson, kenapa harus seragam Mark yang dia pakai?
Krystal
tidak segera memakai kaos dan training itu, membayangkan bagaimana ekspresi
Wendy dan teman-temannya saat melihatnya memakai seragam Mark nanti saja
sudah ingin membuatnya menenggelamkan diri di sungai.
“Krystal!
Apa kau di dalam? Ayo cepat, kita harus segera mengambil nilai!” Jiyoung
mengetuk bilik Krystal keras.
“Jiyoung,
sepertinya aku tidak ikut saja!” teriaknya dari dalam bilik.
“Bukankah
kau sudah mendapat pinjaman? Ayo cepat, kau tidak ingin di marahi Guru Lee
kan?” Jiyoung tedengar heran dengan sikap Krystal.
“Tapi…”
Setelah
perang batin dengan dirinya sendiri, Krystal akhirnya disini. Di lapangan
indoor sekolah, dengan puluhan pasang mata memerhatikannya, terutama Wendy yang
terlihat sangat kaget sejak Krystal bergabung ke lapangan bersama Jiyoung.
Krystal mengumpat pelan, kenapa juga seragam olahraga mencantumkan nama di
bagian belakang kaos? Seharusnya Krystal senang bisa memakai kaos Mark, jika
saja keadaannya tidak seperti saat ini.
“Krystal
Jung!” panggil Guru Lee, beberapa anak bersuit ketika Krystal berjalan menuju
Guru Lee.
“Lari
sampai ring basket dan kembali!” ucap Guru Lee seraya sibuk mencoret di papan
nilai yang dia bawa, “Setelah peluitku!”
Priiiiittt…
Krystal
berlari, membuat punggungnya terlihat oleh teman-teman sekelasnya dan membuat
mereka bersorak. Ayolah, semua orang tau Wendy pacar Mark!
“Kau
tidak membawa seragammu, Krystal Jung?” tanya Guru Lee ketika Krystal sudah
kembali. Krystal hanya mengangguk sebagai jawaban, teman-teman bersiul ketika
Krystal kembali dan duduk di tepi lapangan.
“Jangan
dihiraukan!” bisik Jiyoung yang duduk di sebelahnya.
Sepanjang
pelajaran olahraga, Wendy tidak melepas pandangan dari Krystal. Begitu juga
dengan komplotannya, tatapan mereka seakan berkata darimana Krystal mendapat
kaos itu. Berani-beraninya Krystal memakai seragam Mark?
Kriiiiing!!!
Bel
istirahat berdering, Krystal segera
bangkit dan menarik Jiyoung agar segera kembali ke kelas sebelum teman yang
lainnya. Yang ada di otak Krystal sekarang adalah bagaimana cara membunuh
Jackson dan segera melepas seragam milik Mark.
“Krystal
Jung!” belum juga Krystal dan Jiyoung sampai kelas, Seulgi –sahabat Wendi
–sudah memanggilnya, “Tunggu!”
“Butuh
bantuan?” tanya Krystal, Wendy berjalan di samping Seulgi, terlihat dari cara
memandangnya bahwa dia begitu tidak menyukai Krystal.
“Kenapa
seragam Mark oppa ada padamu? Tadi pagi Jackson yang meminjamnya, kenapa kau
pakai?” tanya Wendy penuh selidik.
“Jackson
yang meminjamiku ini, dan aku tidak tau ini punya Mark sampai aku melihat nama
di kaos ini ketika aku ganti I kamar mandi.” Jelas Krystal, Wendy dan Seulgi
terlihat tidak puas.
“Kalian
dengar, Jackson yang meminjami ini.” Jiyoung ikut mejelaskan.
“Asal
kau tau, aku yang membawa seragam itu tadi pagi. Aku mencucinya setelah Mark
oppa memakainya tiga hari lalu, aku akan mengembalikannya hari ini tapi Jackson
memaksaku utnuk meminjaminya. Jika tau kau yan memakainya, aku tidak akan
pernah meminjamkannya pada Jackson tadi.” Kata Wendy cepat dan arrogant.
“Well,
kalau ingin marah, marah saja pada Jackson.” Jawab Krystal enteng.
“Wendy,
itu Mark oppa!” pekik Seulgi pada Wendy.
Dan benar saja, tak jauh dari tempat mereka berdiri Mark dan gerombolannya
sedang berjalan menuju mereka.
Otak
Krystal sudah memerintahkan untuk segera pergi darisana, tapi sepertinya ada
seseorang yang memaku kakinya pada lantai. Jiyoung berkali-kali memberi isyarat
agar segera pergi darisana, tapi hasilnya mereka masih disana sampai Mark dan
gerombolannya datang.
“Kau
bilang akan mengembalikan kaosku hari ini, kau bawa kan? Aku ada latihan pulang
sekolah nanti.” Mark bicara pada Wendy, tanpa benar-benar memerhatikan Krystal
ada disana.
“Errr…
Tapi Jackson meminjamnya tadi pagi. Aku pikir kau tidak akan marah jika aku
meminjamkannya pada Jackson.” Jawab Wendy gugup, seakan ingin menutupi kenyataan
bahwa Krystal sedang memakainya sekarang.
“Jackson?
Aku minta langsung padanya nanti.” Balas Mark ringan.
“Jangan
biar aku saja yang mengambilnya pada Jackson.” Cegah Wendy. Krystal dan Jiyoung
menagngkap ini sebagai kesempatan untuk kabur, keduanya sudah mulai menjauh
ketika seseorang memanggil Krystal.
“Krys?”
Glek!
Krystal
menelan ludah. Krystal merasa beberapa pasang mata sedang memerhatikannya dari
belakang. Krystal berputar untuk melihat wajah-wajah mereka, semuanya tertawa
renyah kecuali Wendy dan Seulgi yang terlihat sangat kesal.
“Butuh
bantuan?” tanya Krystal bodoh. Mark menatapnya dalam, antara tatapan menahan
tawa, senang dan…. bersalah?
“Jika aku
tidak salah baca, namamu yang ada di punggung Krystal. Bukankah itu artinya
kaosmu dipakai Krystal?” Kai dengan enteng melontarkan kalimatnya.
“Aku
akan segera ganti baju dan mengembalikannya pada Wendy.” Kata Krystal berusaha
sedingin mungkin dan segera pergi darisana. Mark terus memerhatikannya sampai
Krystal menghilang di koridor lain.
Jackson
duduk di bangku Krystal ketika Krystal kembali. Wajahnya yang cerah tiba-tiba
meredup melihat Krystal sedang kondisi mood yang sangat berantakan.
“Krystal
maaf!” ucap Jackson.
“Jangan
bicara, terima kasih sudah membantuku mencari pinjaman seragam.” Tanpa berkata
apa-apa lagi Krystal segera keluar kelas.
***
Krystal
sedang duduk di depan kelasnya sendiri. Mengingat bel sudah bordering dari satu
jam yang lalu, hanya menyisakan beberapa siswa yang masih ada urusan di
sekolah. Alasan Krystal masih bertahan di sekolah, karena Junior mengajaknya
untuk pulang bersama sore itu. hanya saja sebagai wakil dewan sekolah, Junior
harus menyelesaikan sedikit urusan sekolah dan Krystal setuju untuk menunggunya
sampai selesai.
“Krystal?
Kau belum pulang?” Jackson mengenakan seragam basketnya dengan penuh keringat
duduk di samping Krystal.
“Bukan
urusanmu.” Jawab Krystal.
“Kau
masih marah soal tadi pagi. Aku minta maaf.” Kata Jackson dengan wajah paling
menyedihkan.
“Aku
tidak marah.” Krystal tidak mau repot-repot untuk menutupi kenyataan dia malas
berurusan dengan orang-orang yang berhubungan dengan Mark.
“Kau
baik-baik saja kan?” tanya Jackson tiba-tiba, bisa dilihat dari matanya Jackson
benar-benar tulus khawatir pada Krystal.
“Aku
tidak punya alasan untuk tidak baik-baik saja.” Krystal mengerutkan keningnya.
“Jangan
bohong, aku tau.”
“Tau
apa?”
“Kau
dan hmmm… Mark dan err Wendy, sedang dalam hubungan yang tidak baik.” Jackson
mengatakannya dengan sangat hati-hati.
“Jadi
kau mendekati Wendy waktu itu untuk Mark?” akhirnya Krystal terperangkap dalam
pembicaraan ini. Bagaimanapun juga Krystal ingin tau.
“Bisa
dibilang begitu, tapi tidak juga.” Jackson terlihat kesulitan menjelaskannya.
“Lagipula
aku tidak punya hubungan apa-apa dengan Mark.” Krystal kembali bicara dingin
lagi.
“Tapi
kau dan Mark hyung kan.. errr… bagaimana aku menyebutnya ya?” Jackson mencoba
menemukan kata yang tepat, tapi sepertinya dia tidak juga menemukannya.
“Hei
Jackson!” tiba-tiba Mark ada disana, tidak tau sejak kapan dia datang yang
jelas Krystal dan Jackson sama-sama terkejut karenanya.
“Hyung!”
Jackson segera bangkit dan menghampirinya. Setelah membisikkan sesuatu Jackson
langsung melesat pergi darisana. Krystal pura-pura sibuk dengan ponselnya
ketika Mark duduk di sebelahnya.
“Kemana
kau tiga hari ini?” tanya Mark, Krystal sedikit terkejut. Ternyata Mark tau
Krystal tidak masuk sekolah selama tiga hari.
“Sakit.”
Jawab Krystal dingin tanpa sedikitpun melihat Mark.
“Bagaimana
sekarang? Sudah sembuh?” Mark meletakkan tangannya di kening Krystal untuk
memeriksa suhunya yang langsung ditepis keras oleh Krystal.
“Pergi!”
perintah Krystal begitu tegas.
“Kau
pasti sangat marah padaku.” Balas Mark tenang, tatapan dalamnya itu seakan
memberitahu bahwa dia siap menerima jika Krystal begitu marah padanya.
“Bagaimana
jika Wendy tau?”
“Wendy
sudah pulang.”
“Brengsek!” umpat Krystal kesal. Krystal
kesal karena dia merasa marah ketika Mark menyebut nama Wendy. Mark tau kan
bahwa Krystal benar-benar kesal karena sikapnya sekarang?
“Jangan
menghindariku.” Kalimat Mark terdengar lebih memeriintah daripada memohon.
“Beri
aku alasan yang kuat?”
“Karena
aku menyukaimu.” Kata Mark tenang. Seakan ada air panas yang disiramkan ke
kepalanya, Krystal benar-benar kesal. Bagaimana bisa Mark berkata seperti itu?
Jika Mark menyukainya, seharusnya Mark meminta dirinya untuk menjadi pacarnya,
bukan Wendy.
“Mark…”
Krystal benar-benar lemah jika dihadapkan dengan Mark. Krystal lega mendengar
Mark memintanya untuk tidak menghindar. Meskipun jelas rasa sakit yang lebih
dominan, tapi Krystal tidak bisa menolak permintaan Krystal.
“Krystal!”
Junior menghampirinya, terlihat dari sorotnya Junior tidak suka melihat Mark
bersama Krystal. Terutama jika mata Krystal berkaca-kaca seperti saat ini. “Ayo
pulang!”
“Biar
aku antar, sebentar lagi latihanku selesai.” Mark bicara dengan suaranya yang
rendah.
Heol!
“Junior
yang mengantarku.” Ucap Krystal. Tanpa banyak bicara lagi Junior segera menarik
Krystal untuk pergi darisana. Krystal setengah berlari untuk mengikuti langkah
Junior yang cepat. Krystal tau, dia akan menyesal menolak tawaran Mark.
***
Hari-hari
selanjutnya Krystal mencoba untuk terus menghindari Mark. Dari tidak menjawab
teleponnya, tidak membalas pesannya sampai tidak sedetikpun melirik Mark ketika
mereka bertemu di sekolah. Menurut Krystal ini yang terbaik, begitu juga
menurut Jiyoung. Tidak ada gunanya mempertahankan laki-laki seperti Mark. Tidak
peduli sebesar apapun cinta Krystal pada Mark, Krystal mencoba untuk menjauh
dari Mark.
Mungkin
Tuhan mendengar doanya, mungkin Tuhan begitu peduli pada Krystal dengan
mengirim Junior yang semakin hari semakin dekat dengannya. Krystal tau Junior
tertarik padanya, tapi saat ini Krystal masih belum bisa menjadikan Junior
sebagai pengganti Mark.
Setiap
jam istirahat Junior selalu menjemput Krystal dan mengajaknya untuk makan siang
bersama. Beberapa kali Mark melihat Krystal bersama Junior di kantin, tapi
Krystal tidak pernah memedulikannya. Seperti saat ini, Mark dan teman-temannya
duduk selisih dua bangku dari tempat Krystal dan Junior makan. Secara
terang-terangan Mark terus memerhatikan Krystal dan Junior yang sedang
mengobrol seru.
“Mark
oppa!” terdengar seseorang memanggil Mark kelewat kencang, membuat penghuni
kantin menoleh ke arahnya. Menurut Krystal, Wendy dengan sengaja berteriak
memanggil Mark untuk mendapat perhatiannya.
“Norak!”
gumam Krystal kesal yang terdengar di telinga Junior dan membuat Junior tertawa
ringan.
“Kenapa
setiap ada Wendy kau selalu uring-uringan?”
“Dia
terlalu berlebihan.” Jawab Krystal enteng seraya memakan sesendok penuh
buburnya.
“Jadi
Wendy itu pacar Mark?” tanya Junior setelah melirik ke arah Wendy dan Mark.
“Kenapa
tanya padaku?” Krystal balik bertanya, terdengar dari suaranya Krystal begitu
kesal.
“Maaf.”
Balas Junior, menyadari mendapat sinyal tidak baik dari jawaban Krystal,
“Krystal, akhir pekan kau ada acara?” lanjut Junior, matanya berbinar berharap
Krystal free di akhir pekan.
“Tidak
ada.” Krystal menatap Junior curiga, dari wajahnya sudah terlihat Krystal
mempertanyakan alasan Junior bertanya seperti itu.
“Aku
ingin mengajakmu keluar. Bisa kan?”
“Hmm…”
Krystal sedikit ragu dengan ajakan Junior, jujur saja Krystal tidak ada
keinginan untuk pergi di akhir pekan. Tapi sepertinya sedikit jalan-jalan bisa
mengobati luka hatinya karena Mark, tidak ada salahnya keluar bersama Junior
kan?
“Oke!”
jawab Krystal seraya mengangguk membuat Junior tersenyum cerah.
Tidak
terasa akhir pekan datang lebih cepat dari biasanya. Krystal baru selesai mandi
ketika Jessica –kakaknya –memberitahu bahwa Junior sudah datang menjemputnya.
Dilihatnya jam dinding di kamarnya masih menunjukkan jam sepuluh pagi, seperti
biasa Junior selalu tepat waktu. Cepat-cepat Krystal mengambil baju dari
lemari, memakainya dan berdada sederhana sebelum akhirnya membawa sepatunya
turun ke bawah untuk menemui Junior.
“Ini
bukan rapat dewan sekolah, kau boleh terlambat.” Kata Krystal begitu sampai di
ruang tamu. Junior yang mengenakan celana selutut dengan sweater berwarna biru
duduk di ruang tamu rumah Krystal, tersenyum begitu melihat Krystal sudah siap.
“Aku
tidak suka membuat orang menunggu.” Jawabnya cerah seraya memerhatikan Krystal,
“Berangkat sekarang?”
“Tunggu
sebentar.” Kata Krystal seraya kembali menghilang masuk ke dalam rumah. Tak
lama setelah itu Jessica keluar bersama Krystal, kedengarannya dua kakak
beradik itu sedang adu pendapat, terlihat Krystal yang merengek dan Jessica
yang memasang wajah angkuhnya.
“Bukankah
temanmu bawa mobil? Kenapa kau juga harus bawa mobil? Kau mau kencan atau apa
sih?” tanya Jessica heran. Krystal menyerah untuk bisa bawa mobil sendiri hari
itu, ya memang dia pengemudi amatir tapi lebih baik dia bawa mobil sendiri
daripada harus membuat Junior kerepotan nanti.
“Junior-ssi,
kau bersedia mengantar Krystal pulang kan nanti?” tanya Jessica ramah pada
Junior.
“Tentu
saja, aku yang mengajaknya tentu aku nanti akan mengantarnya, noona.” Jawab
Junior sopan.
“Dengar?”
kata Jessica pada Krystal, Krystal hanya mengangguk dan mengajak Junior untuk
segera keluar. Junior membungkuk hormat pada Jessica sebelum Krystal
menyeretnya untuk keluar rumah.
Kencan?
Hei,
Krystal tidak menganggap ini sebagai kencan. Ini hanya acara bersenang-senang
dengan temanmu, tidak lebih.
Junior
mengajaknya untuk menonton film hari itu, dilanjutkan dengan jalan-jalan dan
makan siang. Menyenangkan memang, tapi tetap saja tidak ada kesan dari kejadian
hari ini. Krystal hanya menghabiskan hari minggu bersama Junior, tidak lebih.
Setelah
makan siang, Junior mengajaknya untuk sekedar menghabiskan sisa waktu di taman
kota. Sudah bisa ditebak taman kota begitu ramai di akhir pekan. Beruntung
Junior dan Krystal bisa menemukan bangku kosong di depan danau buatan. Mereka
berdua mengobrol seraya menghabiskan permen kapas yang mereka beli sebelumnya.
“Krystal,
bagaimana jika aku menyukaimu?” tanya Junior berhasil membuat Krystal membeku
selama beberapa detik.
“Hei,
jangan bercanda.” Krystal memukul lengan Junior pelan, “Itu adalah lelucon
paling parah yang pernah ku dengar.”
“Tapi
itu bukan lelucon dan aku tidak bercanda.” Junior melirik Krystal yang
tiba-tiba sangat tertarik melihat permen kapasnya daripada memandangnya,
“Baiklah-baiklah, sepertinya sekarang masih belum tepat, tapi ingat aku akan
mencobanya lagi di lain waktu.” Lanjut Junior seraya tertawa renyah.
Setelah
sedikit canggung karena pertanyaan sekaligus pernyataan tersirat Junior,
akhirnya keduanya menyetujui untuk mengakhiri kencan mereka hari itu. Krystal
sangat berterimakasih karena Junior tidak bertanya apapun dan langsung
mengiyakan ketika Krystal meminta pulang. Secara logika, Junior benar-benar
sosok laki-laki yang baik. Tidak ada alasan untuk menolak laki-laki sebaik itu.
Tapi mungkin Krystal kelewat bodoh dengan tidak menanggapi Junior dengan baik.
Hari
belum gelap ketika Krystal dan Junior sampai di rumah. Junior memutuskan untuk
langsung pulang sore itu, lagipula kelihatannya Krystal juga tidak ingin Junior
berlama-lama di rumahnya. Mobil Junior sudah hilang, Krystal sedang menutup pagar
rumahnya ketika mobil lain berhenti di depan rumahnya. Awalnya Krystal berpikir
mungkin Junior meninggalkan sesuatu, tapi Krystal berubah pikiran begitu
melihat mobil yang ada di depan rumahnya. Terlebih ketika si pengendara keluar
dari mobil.
“Mark?”
“Ikut
aku sebentar!” kata Mark dari luar, Krystal tidak tau harus bagaimana sekarang
hanya diam seraya menatap Mark tidak percaya.
“Ayo!”
kata Mark lebih keras. Mungkin Mark kembali menggunakan sihirnya karena Krystal
segera keluar dan mengikuti Mark masuk ke dalam mobil.
Tidak
ada yang bicara di dalam mobil, Krystal sibuk mengutuk dirinya sendiri karena
masih saja menerima ajakan Mark. Sedang Mark terlihat berkonsentrasi menyetir dan melihat jalanan tanpa melirik
Krystal yang duduk di sebelahnya. Seharusnya Krystal marah sekarang, seharusnya
Krystal bertanya kemna Mark akan membawa dia pergi. Tapi kenyataannya, Mark
selalu bisa memberi rasa aman pada Krystal. Tidak peduli kemanapun selama
bersama Mark, Krystal tidak pernah khawatir.
Mobil
berhenti di sebuah lapangan indoor besar di kota mereka, tempat itu tidak
begitu ramai seperti biasanya. Hanya ada beberapa anak yang sedang bermain bola
di depan lapangan indoor. Mark mengajak Krystal menuju lapangan outdor yang
tepat berada di lapangan indoor. Memperlihatkan beberapa anak yang berlasih
basket disana.
Mark
mengajaknya untuk duduk di tepi lapangan, bersandar pada tembok tinggi yang
dipenuhi coretan. Mereka duduk bersebelahan, sama-sama memerhatikan beberapa
anak yang tertawa di depan mereka. Matahari sedang dalam perjalanan untuk
turun, membuat cahaya kuning keemasan menyinari mereka memberi kesan kenyamanan
yang hanya bisa diberikan oleh matahari sore.
“Aku
tau kau pergi dengan Junior hari ini.” Akhirnya Mark memecah keheningan di
antara mereka.
“Kau
mengikutiku?” tanya Krystal.
“Aku
tidak sengaja melihatmu di taman kota tadi.” Jawab Mark enteng, Krystal tertawa
pilu mendengarnya.
“Kau
juga di taman kota kalau begitu?”
“Ya.”
“Bersama
Wendy?” tanya Krystal tersenyum kecut. Mark tidak menjawab, yang Krystal
tangkap sebagai ya.
“Sejak
kapan kau dekat dengan Junior?” tanya Mark terdengar lebih dingin dari
sebelumnya.
“Bukan
urusanmu.”
“Urusanmu
adalah urusanku.” Mark menatap Krystal dalam.
“Berhenti
mempermainkanku!” Krystal berkata penuh penekanan. Apa Mark tidak mengerti
juga, bahwa sikapnya ini membuat Krystal berantakan?
“Aku
tau kau marah.”
“Lalu?”
“Aku ingin kau
tetap bertahan. Aku ingin kau tetap bersamaku.” Mrk begitu tegas mengucapkan kalimatnya,
seakan itu adalah kalimat yang biasa dia bicarakan pada semua orang.
“Apa
kau tau semua ini sangat tidak adil bagiku? Mark, lihat dirimu sekaarang! Kau
sedang menjalin hubungan dengan Wendy dan kau baru saja memintaku untuk tetap
bersamamu?” Krystal bicara dengan nafas tertahan, mencoba menahan sakit yang
baru saja dia makan mentah-mentah.
“Lalu
kau ingin aku bagaimana?”
“Jika
kau memang bersama Wendy, pergilah. Jangan pernah kembali atau mencoba
menghubungiku.” Krystal berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis. Ini tidak
adil! Tidak adil sama sekali!
“Aku
ingin kau tetap bersamaku!” jawab Mark tegas seraya menatap Krystal dalam. Tak
ada kata menyerah dalam tatapannya, tatapan dalam dan kuat yang diberikan Mark
seakan menembus dalam mata Krystal.
“Tolong, berhenti mempermainkanku!”
tangisnya pecah, kalimatnya bergetar bersamaan dengan air mata yang tumpah.
Krystal begitu memohon agar Mark menghentikan permainan konyol ini. Mark segera
menarik Krystal dalam pelukannya, berusaha memberikan kekuatan untuk Krystal.
Berusaha meyakinkan Krystal agar terus percaya padanya. Berusaha untuk membuat
Krystal tetap bertahan bersamanya bagaimanapun keadaannya.
“Ini
tidak adil!” kata Krystal di tengah tangisnya, tangannya mencengkeram bagian
belakang kaos Mark. Seakan berusaha memberitahu betapa kesalnya Krystal dengan
keadaan ini. Keadaan dimana Mark bersama gadis lain dan Krystal dengan bodohnya
masih menyimpan Mark dalam hatinya. Apalagi dengan sikap Mark yang seperti ini,
bagaimana Krystal bisa menghindarinya? Yang ada Krystal makin sulit untuk
melepasnya.
“Aku
tau. Bertahanlah!” Mark melepas pelukan mereka, memerhatikan wajah Krystal
sesaat kemudian memperdekat jarak dan mempertemukan bibir mereka. Krystal tidak
menolak ciuman Mark, membiarkan bibir mereka bertemu untuk sekedar saling
meyakinkan bahwa mereka saling mencintai.
***
Semuanya
berjalan baik-baik saja setelah itu. Seakan tidak pernah terjadi apa-apa.
Seakan Mark memang milik Krystal sepenuhnya, seakan hal yang mereka jalani bisa
diterima oleh Wendy. Krystal, melanjutkan hubngannya dengan Mark. Memang tidak
seperti sebelum Mark berpacaran dengan Wendy, begitu banyak hal-hal yang tidak
bisa mereka lakukan karena Wendy.
Seperti
makan siang bersama di sekolah, karena Wendy selalu bergelantungan di lengan
Mark setiap kali ada kesempatan bertemu di sekolah. Seakan takut Mark akan
pergi darinya. Krystal hanya tertawa kecut setiap kali melihat Mark bersama
Wendy di sekolah.
Lucunya,
Mark selalu marah setiap kali melihat Krystal bersama Junior. Mungkin Mark
tidak punya cermin di rumah, seenaknya marah karena Krystal bersama Junior
sedangkan dirinya sendiri bersama Wendy.
“Kau
bersama Junior lagi tadi, aku melihatmu!” kata Mark ketika pulang sekolah,
sekolah sudah sepi dan Wendy sudah pulang waktu itu. Memberi kesempatakan Mark
dan Krystal untuk mengobrol di sekolah.
“Lalu
kenapa jika aku bersama Junior?” bantah Krystal sewot. Sebenarnya Krystal ingin
mencincang Mark karena sikapnya ini, tapisebagian besar hatinya senang karena
Mark cemburu.
“Sudah
ku bilang aku tidak suka. Kau ini tidak peka ya? Masa tidak tau kalau Junior
itu suka padamu?” Mark terlihat kesal.
“Siapa
bilang aku tidak tau, aku tau. Junior sendiri yang bilang.” Jawab Krystal
menantang, membuat Mark semakin terbakar.
“Lalu
kau bilang apa? Kau senang karena Junior menyukaimu?” tanya Mark penuh selidik.
“Hei
Mark Tuan, lihat dirimu sendiri! Kau jelas-jelas sedang berpacaran dengan Wendy
dan kau melarangku untuk sekedar dekat dengan Junior? IQ-mu terlewat jongkok
ya?” balas Krystal berapi-api. Dan
sekali lagi, Krystal bisa melihat rasa bersalah dari mata Mark.
“Krystal!”
Jackson memanggilnya pada suatu kesempatan ketika mereka sedang sama-sama
berjalan menuju perpustakaan.
“Jiyoung,
kau duluan saja!” kata Krystal pada Jiyoung, sedang dirinya menunggu Jackson
dan berjalan beriringan.
“Ku
dengar kau dan Mar errr… made up?” tanya
Jackson penasaran.
“Begitulah.”
Jawab Krystal enteng
“Tapi
kau tau Mark dengan Wendy kan?”
“Lalu?
Kenapa?”
“Apa
kau tidak sakit hati? Apa sih yang membuatmu mempertahankan Mark? Jujur saja,
aku adalah teman baik Mark dan aku tau bagaimana keadaan ini. Apa kau tidak
sakit hati –ehm maksudku, bagaimana bisa kau bertahan sedang Mark bersama gadis
lain?” Jackson terlihat begitu tulus, Krystal merasa berterimakasih karena
Jackson sudah mengkhawatirkannya.
“Percaya
padaku, aku tau aku bodoh. Dan aku juga tidak tau kenapa aku masih bertahan
dengan Mark.” Krystal tersenyum, mencoba memberitahu bahwa dirinya baik-baik
saja.
“Mark
hyung benar-benar gila dan kau benar-benar bodoh!” Jackson menggeleng tak
percaya dengan apa yang baru dia dengar dari Krystal. Krystal hanya tertawa
ringan menanggapinya. Krystal tidak marah atau tersinggung karena kalimat
Jackson, karena memang begitu adanya.
“Jackson,
aku tau apa yang sedang aku lakukan.” Krystal berkata tenang, memberi kesan
bahwa dirinya baik-baik saja dengan situasi rumit itu.
“Tapi
Mark sudah bersama Wendy Krys! Kenapa kau masih mau menunggunya? Aku dengar kau
dekat dengan Junior, coba saja dengan Junior.” Krystal tersenyum mendengarnya, Junior?
“Aku tidak
peduli.”
“Krys,
semua orang akan berpikiran buruk tentangmu jika kau terus seperti ini.” Nada
suara Jackson semakin meninggi, berusaha keras untuk menyadarkan Krystal.
“Aku
tidak peduli apa yang akan dikatakan orang. Aku bukan orang ketiga dalam cerita
ini, tapi Wendy!” Jackson sedikit tersentak menanggapinya, “Terima kasih kau
sudah mengkhawatirkanku, kau benar-benar teman baikku.” Sambung Krystal dengan
senyum tulus. Dengan satu anggukan Krystal meninggalkan Jackson.
***
“Jadi
apa yang kau lakukan seharian ini?” tanya Mark seraya berjalan kesana-kemari di
atas skateboardnya.
“Mengerjakan
tugas kelompok, mengembalikan buku ke perpustakaan, makan siang dengan Jiyoung
dan…. Sudah!” jelas Krystal yang duduk bersandar pada ring basket seraya
memerhatikan Mark mencoba beberapa teknik dengan skate boardnya.
“Kau
makan siang dengan Junior tadi.” Mark menatap Krystal curiga.
“Iya,
tapi dengan Jiyoung juga. Kau makan berdua dengan Wendy tadi!” balas Krystal
galak.
“Well,
yah!” jawab Mark enteng. Mark berhenti bermain-main dengan skate boardnya,
memilih duduk di sebelah Krystal dan melempar skate boardnya asal.
Ini
salah satu kesempatan langka, dimana Mark dan Krystal memiliki kesempatan
berdua seperti sekarang ini. Mereka sedang menghabiskan malam di lapangan
basket dengan kompleks rumah Krystal. Rasanya semakin sulit untuk sering-sering
keluar bersama Mark mengingat Wendy yang selalu mengikuti Mark kemanapun dia
pergi. Hanya satu tempat yang bisa menyelamatkan Mark dari Wendy, toilet!
“Mark,
boleh aku tanya sesuatu?” tiba-tiba Susana menjadi sedikit lebih serius. Mark
mengangguk seraya melihat Krystal sekilas.
“Apapun!”
jawab Mark.
“Sampai
kapan?” Krystal bertanya tanpa berani melihat wajah Mark. Seakan sepatunya
lebih menarik malam itu, Krystal terus menunduk melihat sepatunya.
“Apa
lagi ini?” Mark mencoba membuat Krystal untuk membalas tatapannya.
“Sampai
kapan aku harus menunggu? Berapa lama? Setidaknya jika memang sudah tidak ada
kesempatan lagi, biarkan aku pergi.” Jelas Krystal begitu tenang.
“Hei,
berhenti mengatakan hal-hal seperti ini!” protes Mark.
“Aku
hanya butuh kepastian.” Jawab Krystal seraya tertawa hambar.
“Aku
tidak pernah bosan mengingatkanmu untuk terus bertahan.” Krystal benar-benar tidak
bisa mengerti jalan pikiran Mark. Apapun yang terjadi di masa depan, Krystal
berharap dia tidak akan menyesali apa yang sudah dia lakukan sekarang.
Hampir
seluruh siswa berkumpul di lapangan futsal untuk melihat pertandingan antar
kelas siang itu. Mengingat hari itu adalah hari ulang tahun club futsal, club
futsal mengadakan pertandingan antar kelas. Tidak ada pelajaran setelah jam
pertama dan kedua, sebagian besar siswa ikut merayakan hari jadi club futsal.
Krystal
menonton pertandingan bersama Junior dan Jiyoung siang itu. Ikut bersorak
setiap kali bola hampir masuk gawang.
Berteriak frustasi ketika keeper berhasil menagkap bola dengan apik.
Tertawa ketika melihat tingkah penonton untuk memprovokasi pihak lawan.
Sebenarnya Krystal juga tidak tau menjagokan siapa, tapi Krystal begitu
menikmati pertandingan.
“Waahh!
GOOLLL!!!” teriak Krystal, Jiyoung, Junir dan teman-temannya bersamaan, ketika
bola masuk gawang setelah sempat menyentuh tangan keeper tapi bola itu meleset
dan justru masuk dalam gawang untuk mencetak gol.
Suasana
semakin panas setiap menitnya, setiap kali para pemain saling berebut bola.
Sorakan penonton membuat pemain semakin panas dan tak jarang membuat salah satu
pemain bermain kasar dan mendapat peringatan. Penonton saling ber-uhu ketika
wasit berusaha untuk menjernihkan permainan.
Ponsel
Krystal bergetar dengan nada pesan masuk. Segera Krystal ambil ponsel dari
sakunya, dan begitu kagetnya Krystal setelah melihat nama Mark ada dalam layar
ponselnya. Mark mengirim pesan padanya.
From: Mark
To: Krystal
Gudang olahraga,
sekarang.
Kening
Krystal berkerut ketika mencoba memahami pesan singkat dari Mark. Tidak
biasanya Mark mengajakny bertemu ketika mereka di sekolah. Apalagi pada jam-jam
aktif seperti ini, dimana para siswa belum diperbolehkan untuk pulang.
“Krystal,
kemana?” teriak Jiyoung berusaha mengalahkan suara siswa lain yang bersorak
ketika Krystal berjalan menjauh berniat turun dari tribun.
“Aku
pergi sebentar, tidak usah menungguku nanti.” Jawab Krystal, Jiyoung hanya mengangguk.
Mungkin Jiyoung tidak ingin mencampuri urusan Krystal, tapi berbeda dengan
Junior. Junior memerhatikan Krystal sampai Krystal keluar dari lapangan, ingin
tau kemana Krystal pergi.
Koridor
menuju gudang olahraga begitu sepi, mengingat banyak anak sedang berkumpul di
lapangan saat ini. Krystal masih bertanya-tanya, pasti ada sesuatu yang sangat
penting hingga membuat Mark ingin menemuinya sekarang. Sangat beresiko karena
Wendy juga ada di sekolah sekarang ini.
Krystal
mendorong pintu gudang olahraga yang tidak terkunci, terdengar suara decit
pintu ketika pintu mengayun terbuka. Krystal melangkah masuk, sepertinya memang
ada orang disana. Senyum Krystal berkembang membayangkan Mark menunggunya
disana. Sama dengan senyumna yang datang tiba-tiba, senyum itu sudah berganti
begitu cepat seperti kedatangannya. Seakan ada orang yang menyalakan api di
dalam tubuh Krystal, tubuhnya bergetar menahan marah.
Mark!
Ya Krystal melihat Mark ada disana. Tapi Mark tidak sendirian sekarang, karena
ada Wendy disana. Krystal melihat Mark dan Wendy sedang berciuman sebelum
akhirnya saling melepas diri begitu menyadari kedatangan Krystal. Untuk saat
ini, Krystal tidak bisa melihat dengan jelas karena airmatanya yang siap tumpah
membuat pandangannya jadi kabur.
“Krys?”
Mark terlihat begitu shock dengan kedatangan Krystal yang sama sekali tidak
terduga. Tanpa bicara sepatah katapun, Krystal segera berlari keluar. Tidak
memedulikan Mark yang memanggilnya berkali-kali. Mark ingin mengejar Krystal
ketika Wendy segera menahannya dengan cepat. Tidak ada satu orangpun yang tau
saat itu, Wendy tersenyum puas.
Seharusnya
Krystal tidak boleh marah, seharusnya Krystal tau hal seperti ini akan terjadi.
Tapi kenapa Krystal selalu mengikutsertakan perasaannya? Tapi, bagaimana dia
tidak marah, bagaimana dia tidak sait hati melihat Mark –orang yang dia yakini
juga menyukainya berciuman dengan orang lain selain dirinya? Krystal, sadarlah!
Rasanya
ingin untuk menghancurkan apa yang bisa dia hancurkan saat ini hanya untuk
sekedar melampiaskan rasa sakitnya. Apa maksud dari semua ini? Mark menyuruhnya
datang ke gudang olahraga hanya untuk membuat Krystal tau bahwa Mark sebenarnya
bahagia bersama Wendy? Atau ini adalah tanda bahwa Mark ingin Krystal
menjauhinya?
Seseorang
memeluknya dari belakang, makin mengeratkan pelukannya ketika Krystal
memberontak. “Diam dan tenangkan dirimu.” Kata Junior tenang tepat di telinga
Krystal. Mendengar ini hanya membuat Krystal ingin menangis, justru hal ini
membat Krystal makin terlihat bodoh.
“Krystal?”
Junior melepas pelukannya, membalik posisi Krystal agar berhadapan dengannya,
mengangkat dagu Krystal yang sedari tadi hanya menunduk.
Krystal
tidak menjawab, terlalu lelah hanya untuk sekedar menjawab panggilan itu.
“Bolehkah
aku bertanya lagi? Pertanyaan yang sama seperti yang pernah kukatakan beberapa
pekan lalu.” Krystal menatapnya, mempersilahkan Junior untuk bertanya padanya.
“Tidak
bisakah kau menjadi pacarku?” kalimat itu terdengar begitu cepat di telinga
Krystal, membuatnya perlu beberapa waktu untuk benar-benar mencerna kalimat
itu.
“Junior,
kau tau aku tidak bisa….”
“Jadi
karena Mark?” potong Junior, menatap Krystal tak percaya. “Tidak peduli
bagaimana sikap Mark? Tidak peduli berapa sering Mark menyakitimu?”
“Junior…”
“Kau
tidak lelah? Kau baik-baik saja setelah apa yang semua Mark lakukan padamu? Kau
baik-baik saja? Kau menyukainya?” pertanyaan yang Junior lontarkan
bertubi-tubi, sebenarnya cukup untuk menyadarkan Krystal bahwa tidak ada
gunanya untuk terus menunggu Mark. Tapi, Krystal terlalu bodoh dan tida
mendengar semua itu.
“Kau
tidak mengerti, Junior. Kau tidak tau apa-apa.”
“Aku
tau, Krys. Lihat betapa buruknya dirimu sekarang. Menangis karena Mark, kesal
karena sikap Wendy, dan kau masih menyukai Mark. Apa yang aku tidak tau? Krystal,
aku ingin kau sadar dan buka matamu!” Junior memegang kedua lengan Krystal,
mengguncang badannya mencoba membuat Krystal bangun dari mimpi-mimpinya.
“Maaf…”
“Aku
bisa mengobati lukamu. Aku berjanji tidak akan menyakitimu dan aku akan selalu
menjagamu. Tidak bisakah kau menerimaku?”
“Junior,
maaf. Kau tau aku tidak bisa!” Krystal meninggikan suaranya. Junior tidak
berkata apa-apa, hanya menatap Krystal tak percaya dengan penuh kecewa.
***
Mark
sudah menunggu di depan kelas Krystal ketika bel pulang sekolah berbunyi. Tidak
biasanya Mark menjemput Wendy ke kelasnya seperti ini, tentu saja membuat Wendy
dan teman-temannya bersorak penuh kemenangan. Sedang Krystal hanya membuang
nafas panjang melihat tingkah kekanak-kanakan mereka.
Krystal
berusaha sesegera mungkin keluar kelas sebelum Wendy dan teman-temannya berulah
lagi di depan Mark. Krystal berjalan cepat dan melebarkan langkahnya, rasanya
sudah muak berada di satu tempat yang sama dengan Mark dan Wendy.
“Tunggu!”
Mark menahan Krystal, menggenggam pergelangan tangannya dengan erat sampai
Krystal merasa sakit. Bisa diduga, Wendy terlihat begitu kesal melihat Mark
seperti itu pada Krystal.
“Lepaskan.”
Kata Krystal pelan.
“Aku
bilang tunggu!” balas Mark tegas.
“OPPA!”
Wendy memanggil Mark seraya memandang tak suka pada Krystal.
“Maaf,
aku tidak bisa mengantarmu pulang.” Mark pergi sesaat setelah bicara singkat
pada Wendy. Mark mengajak Krystal pergi darisana membuat Wendy berkaca-kaca.
Teman-temannya berusaha untuk menghiburnya, tapi sepertinya tidak ada gunanya.
“MARK!”
teriak Krystal marah, Mark menghentikan langkahnya dan berbalik menatap
Krystal. “Hentikan!”
“Tolong
hentikan semua ini.” Krystal terdengar lebih memohon sekarang.
“Aku
memintamu untuk bertahan.”
“Tidak
bisakah kau jujur pada dirimu sendiri?” Mark mengernyit mendengar pertanyaan
Krystal. “Kau menyukaiku kan?”
“Ya,
aku menyukaimu!” jawab Mark tegas.
“Tapi
kenapa kau melakukan ini padaku? Kau memintaku untuk bertahan, tapi kenapa kau
seperti ini?”
“Krys,
dengar…”
“Aku
ingin tau perasaanmu pada Wendy, apa kau juga menyukainya?” Krystal sudah tidak
tahan untuk terus menyimpan semua perasaannya, Krystal ingin mengatakan
semuanya sekarang juga.
“Tidak
bisakah kau lebih tenang? Kau berteriak padaku!” kata Mark penuh peringatan.
“Kau
juga menyukaiku kan? Kau memintaku untuk bertahan, dan aku melakukannya. Tapi
kenapa kau melakukan semua ini padaku? Tidak bisakah kau bersama dengan satu
gadis saja. Tidak masalah jika kau memilih bersama Wendy, tapi tetapkan
pilihanmu. Aku tidak bisa melanjutkan ini lagi!” Krystak tidak peduli dengan
tatapan penuh peringatan Mark, yang dia pikirkan sekarang hanya satu.
Kepastian! Kepastian untuk terus atau berpisah dengan Mark.
“Jika
aku minta maaf, maukah kau kembali padaku?” Mark menggenggam tangan Krystal
erat, tatapan itu sudah berganti. Tatapan penuh harap yang tidak pernah Krystal
lihat sebelumnya. “Jika aku minta maaf, maukah kau teus bersamaku?”
“Mark…”
keluh Krystal kesal.
“Aku
minta maaf!” Mark menarik Krystal ke dalam pelukannya membuat tangis Krystal
pecah. “I love you.”
Krystal
tidak butuh apa-apa lagi, dua kalimat terakhir yang Mark ucapkan sudah cukup
bagi Krystal. Tidak perlu penjelasan
lebih jelas untuk mengetahui bahwa mereka saling suka. Krystal berjanji pada
dirinya sendiri, dia tidak akan melepas Mark apapun yang terjadi. Tidak ada
yang bisa memiliki Mark selain dirinya.
***
“Oppa!
Selamat atas kelulusanmu!” Wendy tersenyum cerah pada Mark, memberinya bucket
bunga pada Mark.
“Terima
kasih.” Balas Mark tersenyum.
“Kita
foto bersama ya, sebagai kenang-kenangan.” Wendy berdiri di samping Mark,
melingkarkan tangannya pada lengan Mark. Sebelumnya Wendy meminta temannya
untuk mengambil fotonya degan Mark. Mark dan Wendy tersenyum cerah seraya
melihat ke arah kamera.
Seseorang
menatapnya dengan angkuh dari kejauhan, menyeringai ketika Mark dan Wendy
mengambil beberapa foto. Setelah melihat Wendy pergi, dia berjalan ke arah
Mark, siap menembakkan amunisinya.
“Ehem,
selamat Mark Tuan, kau sudah lulus sekarang. Dan kalau boleh tau siapa gadis
yang bergelantungan di lenganmu tadi?” Krystal bertanya dengan angkuh,
menekankah empat kata terakhir.
“Aiisshh
–ayolah Krys!” Mark tertawa ringan.
“Senang?”
Krystal mentap Mark meremehkan.
“Hei,
dia hampir bunuh diri ketika aku memutuskanya waktu itu. Berbaik hati sedikit
kan boleh.” Mark berkata enteng, memberikan senyum jailnya pada Krystal.
“Sepertinya
aku harus menegaskan satu hal, aku tidak
suka berbagi.” Mark tertawa mendengar kalimat Krystal. Oke-oke, mungkin
Mark terlalu sering menyakitinya sebelum ini. Membuat Krystal selalu
uring-uringan setiap Mark dekat dengan gadis lain, terutama jika gadis itu
Wendy.
“Aku
tidak akan lupa dengan yang satu itu.” jawab Mark sambil tertawa.
“Hei-hei,
pasangan yang membuat iri seantreo sekolah! Lihat ke kamera!” Jiyoung berteriak
pada Mark dan Krystal. Secara otomatis Mark merangkul Krystal dan Krystal
melingkarkan tangannya pada Mark. Tersenyum cerah pada kamera ketika Jiyoung
memberi aba-aba untuk mengambil foto mereka.
Krystal
menemani Mark untuk berkeliling sekolah, mengingat ini hari terakhirnya sebagai
siswa disana. Keduanya setuju bahwa gudang olahraga adalah area yang paling
dihindari karena ada kenangan buruk disana. Setelah berkeliling ke seluruh
gedung, Mark dan Krystal memilih taman belakang sekolah sebagai tempat terakhir
yang mereka datangi.
“Sebenarnya
aku penasaan dengan satu hal. Apa benar waktu itu kau menolak Junior?” Mark
bertanya ketika mereka duduk di salah satu bangku sekolah.
“Tentu
saja, jika aku menerimanya aku sedang bersama Junior sekarang bukan bersamamu!”
jawab Krystal ketus.
“Jujur
saja, Junior itu anak baik. Ternyata kau bodoh ya, menolak Junior yang super
baik itu.” Mark mencoba menggoda Krystal, tapi pernyataan bahwa Junior itu
seseorang yang baik –Mark tidak main-main dengan kalimat itu. Bahkan Mark
berterima kasih pada Junior karena bisa menemani Krystal ketika Krystal sedih
karenanya.
“Aku
juga menyesal menolaknya.” Jawab Krystal enteng, membuat Mark menatapnya tajam.
Siap untuk membunuh Krystal kapanpun.
“Coba
katakana sekali lagi!” tantang Mark, Krystal hanya tersenyum sebagai tanda
menyerah.
“Tapi,
aku juga penasaran dengan satu hal. Kenapa kau waktu itu pacaran dengan Wendy?
Jackson tidak pernah cerita setiap kali aku bertanya padanya.” Kata Krystal,
berharap Mark mau bicara jujur kali ini.
“Sebenarnya
simple. Hanya karena Wendy….” Krystal mengantisipasi dan memberi perhatian
penuh pada kalimat Mark, Mark sengaja untuk tidak melanjutkan kalimatnya untuk
mempermainkan Krystal.
“Apa?
Karena Wendy apa?” paksa Krystal.
“Karena
Wendy….” Mark mengambil nafas dalam sebelum melanjutkannya, “…cukup menarik!”
Mark tersenyum bodoh, sedang Krystal menyerangnya dengan pukulan bertubi-tubi
di seluruh tubuhnya.
“Hei-hei,
itu kan dulu…” Mark berusaha menghentikan pukulan Krystal.
“Kau
benar-benar brengsek, Mark Tuan!” Krystal berkata penuh penekanan, terus
melayangkan pukulannya pada Mark. Tapi detik berikutnya Mark memegang kedua
tangannya kuat, berhenti membuat Krystal berhenti memukulnya.
“Lihat
saja apa yang terjadi padamu jika kau berani melakukan seperti dulu lagi!”
ancam Krystal, membuat Mark tersenyum seraya mengangguk.
“Sepertinya
memang hanya satu hal yang bisa membuatmu diam.” Mark tiba-tiba bicara serius,
tapi tidak bisa dibhongi tatapannya penuh jeil.
“Apa….hmmp…”
Krystal belum sempat menyelesaikan kalimatnya karena Mark menciumnya secara
tiba-tiba. Krystal membalas ciuman lembut Mark ketika secara tiba-tiba terjadi
sesuatu.
Praaaasssshhhh!!
Sial!
Mark
dan Krystal saling melepas diri, seseorang telah menyiram mereka dengan air
sehingga membuat mereka basah. Pelakunya tertawa terbahak-bahak melihat rambut
dan seragam Mark dan Krystal basah kuyup. Pelaku itu melempar ember yang dia
bawa, tertawa terbahak sambil memegang perutnya yang sakit karena tawa.
“Jangan
berciuman di sekolah!” teriak si pelaku disela tawanya.
“WANG
JACKSON!” teriak Mark dan Krystal bersamaan, menatap Jackson penuh ancaman.
Jackson segera berlari kabur sebelum nyawanya melayang di tangan Mark dan
Krystal.
A/N: Maaf first love belum kelar tapi udah post fanfic yang lain. Mood lagi pengen nulis Markstal-markstal. Shiperan baru di luar kaijing sejing dll. kkk happy reading ya semuanya. Sebenernya ini fanfic request dari salah satu temen yang bisa di bilang pernah ngalamin hubungan gak jelas kaya Mark Krystal disini. Tapi ff ini ga sepenuhnya berdasarkan true story temen. kkkk
Bagus banget authornim, bikin yang banyak aja author ff MARKSTAL soalnya masih jarang banget ff yang pairingnya markstal. :D
BalasHapusBagus banget authornim, bikin yang banyak aja ff MARKSTAL nya soalnya jarang ff yang nge pairing markstal. SEMANGAT :D
BalasHapus