Tittle: MISS RIGHT
Main Cast: Jeon Jungkook, Jung Hana (OC), Kim Sukjin
Support Cast: Kim Taehyung, Ryu Sujeong, Park Jimin, Jung Yein
Lenght: Chapter
Genre: romance, fluffy
Main Cast: Jeon Jungkook, Jung Hana (OC), Kim Sukjin
Support Cast: Kim Taehyung, Ryu Sujeong, Park Jimin, Jung Yein
Lenght: Chapter
Genre: romance, fluffy
“Jung
Yein!” seseorang memanggil nama Yein, tapi bukan hanya Yein yang menoleh ketika
nama itu dipanggil, melainkan dua gadis sekaligus yang sedang berjalan bersama
menuju kelas mereka. Yein tersenyum menyadari Jungkook memanggil namanya,
bahkan Hana yang ikut menoleh ketika saudara kembarnya dipanggil itu merasa
Yein tersenyum terlalu lebar.
“Jeon
Jungkook!” balasnya ketika Jungkook berjalan mendekatnya, Jungkook mengangkat
sebelah alisnya seraya tersenyum miring. Earphone di telinganya sengaja tidak
ia lepas, memberi isyarat pada Yein agar berjalan bersamanya, Yein segera
mengiyakan tanpa membuat Jungkook menunggu.
“Hana,
sampai ketemu nanti jam istirahat ya!” bisik Yein sebelum akhirnya dia berjalan
di sebelah Jungkook, Hana hanya mengangguk seakan sudah tau hal seperti ini
pasti akan terjadi.
Ya
benar, saudara kembarnya yang bernama Jung Yein itu jatuh cinta
sejatuh-jatuhnya pada playboy cap kadal bernama Jeon Jungkook. Seantreo sekolah
sudah tau dan mengakui ketampanan Jungkook dan segala prestasi non akademik
yang dia raih, bisa berbincang dengan Jungkook saja itu bisa menjadi kebanggaan
tersendiri.
Jungkook
selalu mendapat medali emas setiap ada turnamen olahraga di sekolahnya, bukan
hanya di bidang olahraga tapi Jungkook juga menguasai dunia tarik suara, dance,
rap, acting, entahlah Jungkook makan apa ketika dia kecil sehingga membuatnya
memiliki bakat luar biasa seperti itu. Tapi satu, jangan coba-coba untuk
menanyakan segala sesuatu tentang pelajaran sekolah pada Jungkook. Karena
sepertinya Jungkook tidak mengambil jatah ruang kosong otak untuk menyimpan
hal-hal seperti itu dulu. Dengan kata lain, nilai akademik Jungkook –parah!
Bocah
dengan sejuta kharisma seperti Jungkook memang terlalu sayang untuk dilewatkan,
hampir separuh dari siswi di sekolah ini pasti menaruh hati pada Jungkook.
Kecuali gadis bernama Jung Hana, sampai dunia terbelah menjadi duapun
sepertinya Hana tidak akan pernah bisa menangkap kharisma yang terpancar dari
diri Jungkook. Yang pasti, Hana sama sekali tidak tertarik pada Jungkook.
“Hana,
tugasmu sudah selesai?” tanya Sujeong ketika Hana meletakkan tas di bangkunya.
“Hmm.”
Jawab Hana seraya mengangguk. Hana baru sadar bahwa kelasnya sedikit lebih
ribut pagi itu, dan dia sadar ternyata separuh dari teman sekelasnya sibuk
menyalin jawaban teman yang lainnya. Entah mereka terlalu sibuk atau terserang
sindrom malas tak tertolong, hampir separuh dari satu kelas belum mengerjakan
tugas matematika yang harusnya dikumpulkan pada jam pertama.
“Kenapa
ribut sekali?” Hana bisa melihat Jungkook dan dua kroninya masuk kelas,
Taehyung dan Jimin yang berjalan di depannya.
“Sujeong-ah!”
Sapa Taehyung dengan senyum ringan. Asal kalian tau saja, Kim Taehyung itu
pacar Sujeong, mereka sudah berpacaran hampir dua tahun.
“Kau
sudah mengerjakan tugasmu kan?” tanya Sujeong curiga.
“Sudah!
Jangan samakan aku dengan dua makhluk ini!” Taehyung menunjuk Jungkook dan
Jimin yang terlihat tidak paham dengan situasi itu.
“Ada
apa sih?” Jimin melongok untuk mencuri dengar.
“Ada
tugas, bodoh!” sembur Taehyung.
“Mana,
biar kusalin punyamu!” sahut Jungkook.
“Kau
tidak memberitahu aku atau Jungkook! Wah, kau sudah mulai berkhianat Kim
Taehyung!” omel Jimin.
“Aku
sudah memberitahu kalian enam belas jam yang lalu.” Kata Taehyung santai seraya
melempar bukunya pada Jimin yang berhasil ditangkap dengan keren oleh Jimin.
Hana mendengus mendengar percakapan mereka, lebih baik mereka berhenti sekolah
saja daripada menghabiskan uang orang tua mereka.
“Banyak
sekali? Hei, suruh Bambam menulis ini untukku!” kata Jungkook pada Taehyung.
“Bambam,
tugas baru untukmu!” teriak Taehyung, yang dipanggil terlihat takut. Dengan
segera mengambil buku Jungkook dan menyalin tugas itu dengan diam di bangkunya.
Fakta lain tentang Jeon Jungkook, jangan pernah coba-coba untuk melawannya
kalau kau masih mau hidup normal di sekolah.
“Jeon
Jungkook itu, apa dia tidak punya tangan?” gumam Hana kesal yang tak sengaja
didengar Sujeong.
“Ya
begitulah Jungkook.” Sahut Sujeong santai.
“Heran,
mengapa begitu banyak yang menyukainya padahal kelakuannya seperti itu. Yein
juga tidak berhenti bercerita tentang Jungkook. Kalau aku pikir-pikir,
sebenarnya apa sih yang menarik dari Jungkook?” Hana memerhatikan Jungkook yang
sedang bermain ponsel di bangkunya yang terletak di belakang sendiri.
“Jangan
bicara seperti itu, sekali kau menemukan daya tariknya jangan berharap bisa
lepas dari pesona Jungkook.” Goda Sujeong seraya terkikik pelan.
“Potong
kepalaku jika suatu saat aku jatuh cinta pada Jungkook.” Kata Hana tegas.
“Aku
pegang kata-katamu...”
***
Kantin
sangat ramai siang itu, membuat Hana sedikit khawatir dia tidak kebagian tempat
untuk makan. Dan benar saja, sekarang Hana sedang sibuk mengedar pandang
mencari tempat kosong agar dia bisa makan dengan tenang. Hana menoleh
kesan-kemari ketika melihat Sujeong sedang antri untuk mengambil makan, Hana
berniat untuk mengajak Sujeong bersama ketika Taehyung dengan santainya
melingkarkan lengannya di pundak Sujeong. Heol! Hana lupa Sujeong sudah bilang
bahwa dia akan makan siang dengan Taehyung hari ini.
“Jung
Hana!” Hana segera menoleh begitu mendengar namanya dipanggil, Jin melambai
padanya agar bergabung dengannya. Hana juga melihat masih ada bangku tersisa di
meja Jin. Ya Tuhan, ini anugrah bisa makan siang bersama Jin. Oke, Hana akui
dirinya sudah jatuh hati pada Jin ketika pertama kali melangkahkan kaki di
sekolah ini.
“Oppa!”
Hana menghampirinya dan duduk di bangku kosong yang berada di sebelah Jin.
“Kau
sendiri? Dimana Yein?” tanya Jin menyadari Hana sendiri siang itu.
“Entahlah!”
jawab Hana singkat, karrena dia sendiri memang benar-benar tidak tau dimana
saudara kembarnya itu berada. Jin hanya tersenyum selagi memerhatikan Hana yang
mulai melahap makan siangnya. Sepertinya memerhatikan Hana dalam diam sudah
menjadi kebiasaan Jin. Tidak ada yang tau sejak kapan kebiasaan itu di mulai,
yang jelas Jin sekarang lebih tertarik untuk memerhatikan Hana daripada makan
siangnya.
Merasa
diperhatikan orang yang notabene Hana suka, membuatnya sedikit kikuk. Hana
mengangkat kepalanya untuk melihat Jin yang segera pura-pura sibuk makanannya,
Hana tersenyum melihat tingkah sunbae itu. Jika boleh, Hana mau selama sisa
waktunya di sekolah ini dia menghabiskan waktu makan siangnya dengan Jin. Tidak
peduli jika Sujeong makan siang dengan Taehyung ataupun saudara kembarnya yang
selalu makan siang dengan orang yang berbeda. Jin sudah cukup untuk memberi
definisi bahagia yang sesungguhnya.
Seharusnya
siang itu menjadi moment bahagia Hana jika saja Jungkook dan kroninya tidak
datang mengganggu. Seperti biasa, Jungkook dan Jimin berjalan ke area kantin
dengan tawa yang sengaja mereka keraskan untuk menarik perhatian gadis. Demi
Tuhan meskipun mereka tidak melakukan itu sebenarnya mereka juga pasti akan
diperhatikan. Jungkook dan kroninya itu memang selalu bisa mengganggu
kenyamanan Hana.
“Jin
hyung, kami gabung ya!” Jimin langsung duduk bergabung bersama Jin dan Hana
tanpa memerlukan jawaban Jin untuk mengiyakan apa mereka boleh bergabung atau
tidak.
“Akhir-akhir
ini kantin selalu ramai.” Jungkook mengeluh seraya memerhatikan sekeliling yang
memang sudah penuh sekarang.
“Dimana
Taehyung?” tanya Jin menyadari Taehyung tidak bersama mereka.
“Disana,
sama Sujeong. Kau tau kan mereka pemenang award sebagai pasangan tak
terpisahkan!” jawab Jungkook dengan nada meledek, Jimin terbahak hingga sedikit
tersedak makanannya.
“Hahaha,
lihat saja kalau Taehyung dengar kau bicara seperti itu.” Kata Jimin setelah
berhasil menghentikan batuknya dengan minum air mineral Hana tanpa minta ijin
pemiliknya. Hana terlihat benar-benar kesal sekarang, sepertinya Jimin tidak
pernah diajari sopan santun.
“Mana
Yoongi hyung?” tanya Jungkook balik, “Kenapa kau dengan anak ini?” Jungkook
melirik ke arah Hana dengan tatapan aneh.
“Yoongi
latihan basket.” Jawab Jin santai, “Kenapa memang kalau aku makan dengan Hana?”
“Bukan
apa-apa, hanya saja...”
“Aneh
bukan jika kau makan di meja yang sama dengan kembaran seseorang yang sedang
mendekatimu?” potong Jimin seraya tertawa melihat Hana dan Jungkook bergantian.
“Iya
aneh sekali, muka mereka sama tapi sikap mereka sangat berbeda.” Jungkook
berkata seraya menatap Hana sinis. Hana tidak perlu susah-susah memerhatikan
Jungkook dan Jimin yang membicarakannya karena Hana tetap menikmati makan
siangnya dengan damai seakan tidak ada Jungkook dan Jimin disana.
“Oppa,
kau mengenal mereka?” Hana menatap Jin penasaran, tapi sedikitpun Hana tidak
melihat ke arah Jungkook dan Jimin.
“Tetangga.
Yah, rumah kami bersebelahan.” Jawab Jin ramah, Hana mengangguk tanda mengerti.
Sekilas dia melirik ke arah Jungkook yang menatapnya tidak percaya, bagaimana
bisa Hana mengganggapnya seakan dia tidak ada disitu.
Hana
melahap makanannya dengan cepat, hingga Hana punya alasan untuk segera pergi
darisana. Rasanya mual jika kau makan siang bersama orang yang tidak kau sukai.
Hana
hendak bangkit ketika Jin memberikan air mineralnya untuk Hana. Awalnya Hana
sedikit ragu dan heran sampai akhirnya Jin berkata, “Bawalah, aku belum
meminumnnya.” Seraya memberikan botol air mineral miliknya pada Hana. Hana
tersenyum, air mineralnya sudah diminum Jimin beberapa saat yang lalu. Bukankah
Jin sangat manis?
“Sampai
ketemu lagi oppa, aku harus pergi sekarang.” Hana bangkit dari duduknya,
tersenyum manis seraya melambai pada Jin. Jungkook dan Jimin siap untuk
membalas senyum Hana jika saja Hana juga berpamitan pada mereka. Tapi
kenyataannya Hana langsung pergi darisana tanpa melihat ke arah Jungkook dan
Jimin.
“Waaahhh,
Jung Hana benar-benar berbeda dengan Yein.” Jimin berkata keras ketika Hana
pergi tanpa berpamitan padanya dan Jungkook. Jungkook menyeringai mendapati
baru saja ada seorang gadis yang berani meremehkannya.
Siang
itu Jungkook tidak berhenti memerhatikan punggung Hana yang duduk tak jauh
darinya. Jungkook memang tidak pernah mengenal Hana, kebetulan saja tahun ini
mereka satu kelas, dan kebetulan Hana adalah saudara kemabr dari Yein. Ya, Yein
yang notabene adalah salah satu dari sekian gadis yang sedang dekat dengannya.
Jungkook juga sering mendengar kisah Hana dari Yein, tapi dia tidak pernah
benar-benar mengenalnya.
Jungkook
dan Hana sering ada pada situasi yang sama. Mereka sering berada pada satu
tempat, yang seharusnya menjadikan keduanya mengenal lebih dekat. Oh ayolah,
Hana adalah sahabat ujeong yang menyandang status sebagai pacar Taehyung
–sahabatnya. Dan tentu saja, Hana adalah saudara kembar Yein, tapi kenapa
mereka bisa saling tidak mengenal seperti itu?
“Kau
kenapa?” Jimin menatap Jungkook heran, tidak biasanya sahabatnya itu melamun
seperti itu.
“Kau
kenal dengan Jung Hana itu?” tanya Jungkook seraya menunjuk Hana dengan
dagunya.
“Aku
pernah beberapa kali mengobrol dengannya. Aku bisa bilang aku mengenalnya –yah
meskipun tidak dekat. Kenapa?” Jimin melirik sekilas ke arah Hana.
“Kau
pernah mengobrol dengannya?” Jungkook terdengar heran.
“Tentu
saja! Memangnya kau tidak?” kini beralih Jimin yang heran.
“Tidak
pernah!” kata Jungkook cepat.
“Aneh!”
“Dia
memang terlihat aneh.” Balas Jungkook seraya melihat ke arah Hana.
“Bukan
Hana, tapi kau! Kau yang aneh!”
***
Ting tong
Hana sedang
berada di kamarnya ketika mendnegar seseorang memencet bel rumahnya. Tidak ada
niatan untuk membuka pintu, Hana tetap berada dalam kamarnya seraya memainkan
ponselnya.
Ting tong
“Yein-ah! Ada
orang di luar!” teriak Hana keras, dengan tujuan agar sadaranya bisa mendengarnya
di kamar sebelah.
Ting tong – ting tong – ting tong
Hana mengumpat
pelam menyadari tamu itu semain memencet tombol rumahnya dengan brutal.
“YEIN-AH
ADA TAMU!” Hana berteriak sangat keras, bahkan mungin orang yang sedang
menunggu di depan rumahnya bisa mendengar suaranya.
“Tolong
kau buka! Aku di kamar mandi!” balas Yein juga berteriak, Hana berdecak kesal
sedang orang itu terus saja memencet bel rumahnya berkali-kali, seakan sengaja
ingin membuat bel rumahnya konslet.
Glek!
“Iya, anda mencari
siapa?” Hana berkata bersamaan dengan dia membuka pintu. Demi apapun, sore itu
adalah sore paling mencengangkan karena Hana melihat Jeon Jungkook berdiri di
depan pintu rumahnya dengan begitu keren. Hana bisa melihat dari wajahnya bahwa
Jungkook sedang kesal saat ini dari keningnya yang berkerut dan seringai
sombong yang dia pancarkan.
“Kau
budek atau apa sih?” Jungkook berkata tanpa membuka mulutnya dengan lebar,
menyeringai kesal pada Hana yang kini sedang menatapnya jijik.
“Kau
berniat membuat bel rumahku konslet?” Hana balik bertanya dengan angkuh.
“Itu
karena pendengaranmu kurang!” balas Jungkook.
“Aku
bisa mendengar dengan baik –aiissh anak ini tidak punya sopan santun.” Hana
tertawa garing, tidak percaya dia akan terlibat percakapan seperti ini dengan
Jungkook.
“Kau
yang tidak punya sopan santun. Membiarkan tamu menunggu lama untuk dibukakan
pintu dan sekarang kau membiarkan tamumu berdiri tanpa mempersilahkannya
masuk!” Jungkook melihat Hana dengan sudut matanya yang tajam, tidak ada senyum
ramah dari ujung bibirnya.
“Silahkan
masuk dan duduk sesukamu. Akan ku panggilkan Yein!” Hana mundur seraya membuka
pintu lebar-lebar, memberi jalan agar Jungkook bisa masuk. Bukannya sungkan,
Jungkook justru masuk dengan angkuhnya, duduk di sofa santainya seakan itu
rumahnya sendiri. Hana membunag nafas panjang tidak percaya dengan apa yang dia
lihat. Well, ini pertama kali Jungkook berkunjung ke rumahnya, tapi Jungkook
benar-benar tidak memberikan kesan yang baik. Untung saja kedua orangtuanya
sedang bekerja, jadi hanya dia yang tau tentang kelakuan angkuh Jungkook. Demi
Tuhan, bagaimana bisa Yein termakan seekor buaya seperti Jeon Jungkook ini.
“Tidak
usah repot-repot membuat minuman, aku langsung keluar dengan Yein setelah dia
siap.” Kata Jungkook pada Hana yang hendak kembali ke kamarnya.
Heol!
Bahkan
Hana tidak punya pikiran untuk membuatkan Jungkook minuman. Dia juga tidak
ingat dia menawarkan minuan pada playboy cap kadal itu. Hana hanya meringis
tanpa memedulikannya dan segera mengahmpiri Yein yang terlihat sedang menata
rambutnya di kamar.
“Jeon
Jungkook sudah menunggu di bawah!” Hana bersandar pada pintu kamar Yein,
memerhatikan Yein yang terlihat sibuk dengan rambut panjangnya.
“Jika
appa dan omma datang nanti, tolong bilang pada mereka aku mengerjakan tugas
kelompok.” Yein menatap mata Hana dari pantulan kaca.
“Dia
pacarmu?” Hana tidak memedulikan perkataan Yein.
“Siapa?
Jungkook? Yein menoleh untuk menatap Hana, hana mengangguk tanda mengiyakan,
“Bukan... Hmm, belum!” Yein tertawa ringan setelah mengatakannya.
“Jangan
macam-macam dengan Jeon Jungkook itu. Sepertinya dia tipe yang tidak
memedulikan gender, jika dia marah padamu, aku yakin dia tega memukulmu!” ucap
Hana khawatir. Oke fakta lain, bisa dibilang Yein ini versi perempuan dari Jungkook.
Hana tidak pernah menghitung berapa banyak laki-laki yang Yein kencani, yang
jelas Yein sama berbahayanya dengan Jungkook. Tapi masalahnya, Hana merasa
bahwa Yein benar-benar menyukai Jungkook.
“Tenang
saja, Jungkook tidak seburuk pikiranmu! Dan yah, jika aku sudah pasti bersama
Jungkook, aku tidak akan melirik orang lain lagi.” Yein terkekeh. Yein melihat
pantulan dirinya di cermin, setelah merasa semuanya oke Yein segera keluar
kamar. Menepuk pipi Hana pelan sebagai tanda dia berpamitan.
“Aku
tidak perlu mengantarmu ke depan kan? Aku muak melihat wajah Jeon Jungkook!”
kecam Hana membuat Yein tertawa keras. Yein hanya mengangguk seraya mengangkat
jempolnya. Oke, ini bukan pertama kalinya Hana sendirian di rumah karena Yein
pergi kencan. Dan ini juga bukan pertama kalinya dia berbohong untuk membantu
saudara kembarnya itu.
Hari
sudah malam dan tidak ada tanda-tanda Yein akan segera pulang. Ponselnya mati
dan Hana tidak tau bagaimana cara menghubungi Yein, kecuali satu, Jungkook
menjadi satu-satunya jalan dan harapan untuk dapat menghubungi Yein. Entah
kemana mereka berdua pergi, Hana berharap Yein datang sebelum orang tuanya
pulang.
Ibunya
baru saja menelpon bahwa Ibu dan ayahnya akan pulang terlambat malam itu karena
harus menngunjungi sahabat Ibunya yang sedang sedikit. Oke, setidaknya masih
ada waktu untuk mencaritau dimana Yein dan menyuruhnya segera pulang.
Hana
terus berusaha menghubungi Yein, berharap ponselnya akan bisa dihibungi jika
dia mencoba terus. Tapi nihil, ponsel Yein tetap tidak bisa dihubungi. Hana
melihat kontak di ponselnya, hana meminta bantuan Sujeong untuk agar
membantunya untuk mencari Yein. Sujeong sedikit dibuat heran, ya memang bukan
untuk pertama kali hal seperti ini terjadi, tapi Sujeong tidak mengerti kenapa
Hana menjadi sebingung ini.
“Hei,
ini Jeon Jungkook yang sedang pergi dengan Yein. Ingat si playboy cap kadal
itu! Aku tidak bisa berpikiran baik tentang anak itu. Daritadi aku sudah
membayangkan yang tidak-tidak!” omel Hana dalam telepon.
“Akan aku tanyakan kontak Jungkook pada
Taehyung.” Jawab Sujeong dari seberang sana. Seakan menyiram air pada
kobaran api dalam diri Hana. Ya! Kenapa ini tidak terpikirkan oleh Hana? Hana
lupa kalau sahabatnya itu berpacaran dengan salah satu kroni Jungkook.
Selagi
menunggu Sujeong mengirim kontak Jungkook padanya, Hana masih terus berusaha
menghubungi Yein. Jawabannya masih sama, Yein masih tidak bisa dihubungi
sekeras apapun Hana menyentuh layar ponselnya. Sampai akhirnya notifikasi
ponselnya berbunyi, Sujeong sudah mendapat kontak Jungkook.
Kookie
Hana terkekeh
melihat nama kontak yang dikirim Sujeong padanya. Kookie? Itu panggilan para
sahabatnya pada Jungkook? Meskipun wajahnya sok sangar, tapi Taehyung menyimpan
kontak Jungkook dengan nama Kookie? Daebak!
Tanpa
berpikir lebih lama Hana segera menekan layarnya lebih lama pada nama Kookie.
Hana menambah kontak Kookie pada daftar pertemanannya, kemudian segera mengirim
pesan pada Jungkook. Meskipun pada
awalnya Hana tidak sabar untuk segera menghubunginya, tapi kini Hana bingung
harus menulis apa untuk Jungkook. Umpatan seperti apa yang akan dia lontarkan
karena tidak mengantar Yein pulang padahal sudah selarut ini.
“Sial!”
Hana
mengumpat, rasanya semua sumpah serapah yang pernah dia dengar ingin dia tulis
dan kirim pada Jungkook. Namun beruntung otaknya dapat kembali berpikir dengan
norma, hingga akhirnya otak normalnya mengambil alih amarahnya. Dengan
hati-hati Hana mulai mengetik di layar ponselnya.
Jeon Jungkook, kau dan Yein ada dimana
sekarang? Sebaiknya kalian segera pulang sebelum orangtuaku datang!
Sent!
Hana
terus menatap layarnya, berharap terdapat tulisan read segera muncul di sebelah pesannya sendiri. Tapi sampai sepuluh
menit berlalu, tidak ada jawaban dari Jungkook. Hana mencoba untuk menelponnya,
tapi Jungkook juga tidak menjawab panggilannya. Entah sengaja atau tidak, tapi
Jungkook benar-benar keterlaluan.
Drrttt...
Ponsel Hana
bergetar tanda panggilan masuk, Hana terlonjak untuk sesaat. Awalnya dia pikir
Jungkook menelpon balik, tapi nama yang tertera pada layar adalah nama Sujeong.
Hana menggeser tombol gagang telepon hijau pada layarnya dengan kasar.
“Sudah dapat kabar dari Jungkook?”
“Dia tidak
membaca pesanku, teleponku juga tidak diangkat. Demi Tuhan, kemana sebenarnya
Jungkook dan Yein pergi?” omel Hana tidak sabar. Tidak ada jawaban langsung
dari Sujeong, Hana malah mendengar Sunjeong sedang berbincang dengan seseorang
di seberang sana. Jika didengar dari suaranya, Sujeong sedang berbicara dengan
laki-laki saat ini. Dan jika Hana mempertajam pendengarannya, dia tau dengan
siapa Sujeong saat ini.
“Kau
sedang bersama Taehhyung?” tanya Hana sewot.
“Eh iya, sebentar Taehyung mencoba
menghubungi Jungkook.” Jawab Sujeong tenang.
Hana
menunggu untuk sesaat sampai Sujeong bilang bahwa Jungkook mengajak Yein ke
rumah Jungkook. Rasanya seperti ada ratusan pedang menancap di jantungnya. Apa?
Apa Hana tidak salah dengar? Rumah
Jungkook?
Tidak
tau sudah berapa banyak sumpah serapah yang keluar dari mulut Hana, yang pasti
sekarang Hana dengan tergesa sedang menuju rumah Jungkook. Beruntung Taehyung
mau memberi alamat rumah Jungkook, meskipun Hana perlu mengancamnya untuk bisa
mendapatkannya.
Waktu
sudah menunjukkan jam sembilan malam. Bus yang Hana tumpangi sudah sepi, hanya
menyisakan beberapa orang dengan pakaian kerja yang tertidur di dalam bus. Hana
turun di halte yang telah diberitahukan Taehyung sebelumnya. Menurut Taehyung,
rumah Jungkook tidak terlalu jauh dari halte, jadi Hana hanya perlu jalan kaki
untuk menemukan rumah Jungkook.
Langkahnya
sengaja dia lebarkan, tidak sabar ingin bertemu saudaranya dan Jungkook. Hal
ini memberi sensasi seakan Hana sedang mengambil kelinci buruannya yang
termakan perangkapnya. Satu kelinci akan dia bawa pulang dan kelinci lainnya akan
dia jadikan santapan makan malam.
Perlahan
langkahnya melambat, Hana mencoba untuk mengaplikasikan keterangan Taehyung
dalam kenyataan. Jika menurut pada apa yang ditulis Taehyung, seharusnya Hana
sudah bisa menemukan rumah Jungkook sekarang. Tapi entah otak Hana yang terlalu
lamban atau apa, Hana kebingungan menentukan rumah mana yang akan dia datangi.
Hari sudah malam, akan sangat memalukan jika Hana salahmasuk rumah orang.
Hana
mencoba untuk menghubungi Sujeong, meminta arahan langsung dari Taehyung yang
sedang berada bersama Sujeong. Belum sempat Sujeong menjawab panggilannya, Hana
dikagetkan dengan sosok yang berdiri dengan canggung menatapnya.
“Jung
Hana?”
Eh!
Sosok
itu menatapnya seraya meninggikan satu alisnya, terlalu terkejut bertemu dengan
Hana malam hari seperti itu. Hana sendiri terlalu terpesone menatap sosok di
depannya itu. Mengenakan celana basket sepanjang di bawah lutut, kaos berwarna
putih yang sedikit kebesaran untuk ukurannya, sendal jepit yang entah mengapa
justru membuat sosok itu terlihat sexy, poninya yang jatuh di keningnya, dan
sekotak kardus makanan yang dia pegang. Ya, Jin terlihat sempurna di bawah
lampu kuning jalanan di depan rumahnya.
“Oppa...”
kata Hana pelan, seketika kinerja otaknya melambat. Lidahnya tidak bisa
bergerak bebas, sepertinya sebagian syarafnya juga mendadak kaku.
“Kenapa
kau malam-malam disini?” tanya Jin antara khawatir dan penasaran.
“Kau
sendiri apa yang kau lakukan disini, oppa?” syaraf Hana masih tegang, pertanyaan
bodoh mulai keluar dari mulutnya.
“Ini
rumahku.” Jin menunjuk ke belakang, dimana rumahnya berdiri dengan kokoh
disana. Hana mengikuti arah yang ditunjuk Jin, mulutnya membentuk huruf o kecil
seraya mengangguk pelan.
“Kenapa
kau tidak berada dalam rumah?” pertanyaan bodoh lain meluncur begitu saja.
“Oh,
aku membuang sampah!” Jin mengangkat kotak makanan yang dari tadi dia bawa.
Kemudian berjalan beberapa langkah menuju tempat sampah besar di dekatnya dan
membuang kotak itu. Jin kembali mendekati Hana dengan tatapan khawatir, takut
jika Hana sedang mengalami sleepwalking.
“Oh
iya...” jawab Hana setengah tersenyum.
“Sebenarnya
apa yang membawamu kemari?” Jin menatap Hana khawatir.
“Sebenarnya...”
otak Hana mulai kembali bekerja. Sekarang wajahnya memanas, menyadari
kebodohannya yang dia lakukan beberapa detik lalu.
“Kau
tidak sedang tersesat atau semacamnya kan?”
“Bukan
begitu, sebenarnya...”
“Kau
tidak sedang kabur dari rumah kan?”
“Bukan
juga, oppa... Sebenarnya...”
“Kau
sleepwalking!” kata Jin mengambil kesimpulan.
“BUKAN
OPPA! AKU KESINI INGIN MENCARI RUMAH JEON JUNGKOOK!” kata Hana tidak sabar.
Tidak bisakah Jin mendengarkan penjelasannya dlu. Jin sedikit terkesiap
mendapat reaksi Hana yang sedikit berlebihan, tapi kemudian Jin tersenyum ramah
seraya mengangguk pelan.
“Jungkook?”
Jin menatapnya curiga.
“Iya
Jeon Jungkook. Ya Tuhan aku lupa kau tetangganya, seharusnya aku meminta
bantuanmu daritadi.” Hana tersenyum bodoh menyadari kebodohannya. Entahlah,
jika di depan Jin semua yang Hana lakukan dua kali lebih bodoh dari biasanya.
“Aku
akan mengantarmu ke rumah Jungkook, tapi kenapa kau ke rumah Jungkook
malam-malam begini?” Jin masih menatap Hana penuh curiga. Siapapun pasti curiga
jika melihat seorang gadis berkunjung ke rumah teman laki-lakinya sendirian di
malam hari. Hana mengibaskan tangannya ke depan, seakan memohon agar Jin tidak
memikirkan hal bodoh tentang kunungannya ke rumah Jungkook.
“Hei
jangan pikir yang macam-macam oppa. Aku kesana untuk menjemput saudaraku.”
Jelas Hana, Jin menatapnya untuk sesaat kemudian mengangguk mengerti, Hana
membuang nafas panjang –lega.
“Kau
datang kesini sendirian tapi kau sendiri sebenarnya tidak tau dimana rumah
Jungkook?” Jin memberi isyarat agar Hana berjalan mengikutinya, Hana mengangguk
sebagai jawaban. Jin terkekeh pelan, gadis yang sedang berjalan disebelahnya
ini kelewat lucu sehingga membuat Jin ingin membungkusnya.
Jin
berhenti di depan rumah dengan pagar tinggi, membuat kita tidak bisa melihat
rumah seperti apa yang ada di balik pagar tinggi itu. Hana menatap rumah itu
ragu, jika dilihat seperti ini rumah itu terlihat sangat sepi. Siapapun yang
ingin bertamu pasti segera mengurungkan niatnya untuk sedekat memencet bel,
karena rumah itu terlihat sangat sepi.
“Ini
rumah Jungkook.” Kata Jin seraya memencet tombol interkon yang ada disana.
Ternyata rumah Jungkook berdiri tepat di sebelah rumah Jin. Hana jadi sedikit
iri kepada Jungkook, yang bisa melihat Jin kapan saja dengan hanya lompat dari
pagar rumahnya.
Jin
memencet tombolnya berkali-kali, tapi terlihat tidak ada jawaban. Apa memang
mungkin benar Jungkook sedang tidak ada di rumah. Tapi Taehyung bilang Jungkook sedang berada di rumahnya bukan?
Lihat saja kalau sampai Taehyung berbohong, Hana tidak keberatan untuk sekedar
memenggal kepa Taehyung besok pagi. Tidak peduli Sujeong akan menangis darah
karena pacar kesayangannya itu mati ditangan sahabatnya sendiri.
“Mungkinkah
Jungkook tidak di rumah? Rumahnya sangat sepi.” suara Hana mulai bergetar
khawatir. Tolong, tidak lama lagi orang tuanya akan sampai di rumah. Bayangkan
saja bagaimana marahanya mereka melihat keadaan rumah kosong, dua anak gadisnya
pergi entah kemana tanpa memberi kabar terlebih dahulu.
“Rumahnya
memang selalu sepi seperti ini.” Jawab Jin santai. “Coba telepon dia!” Jin
melirik ke arah Hana, Hana segera menekan layar ponselnya beberapa kali
kemudian mendekatkan ponselnya di daun telinganya.
Tentu
saja, Jungkook tidak menerima panggilannya. Hana hampir saja membanting
ponselnya jika saja Jin tidak sedang tersenyum meneduhkan seperti yang
dilakukannya saat ini. Oke, Hana hanya perlu sedikit bersabar. Otak Hana mulai
berpikir, mungkin bukan hanya Taehyun yang akan dia bunuh besok, tapi Jungkook
juga.
“Dia
tidak menjawb panggilanku.” Keluh Hana putus asa.
“Yein?
Coba hubungi Yein.” Jin memberi ide. Hana kembali menghubungi Yein dan terdapat
nada sibuk yang dia dapat. Setidaknya ponsel Yein sudah aktif, mengingat sejak
sore Yein benar-benar tidak bisa dihubungi.
“Sibuk!”
kata Hana sdikit kesal.
Jin
hendak mengatakan sesuatu ketika ponsel Hana berdering, Yein sedang
menelponnya. Dengan cepat Hana menggeser ikon telepon berwarna hijau pada layar
ponselnya. Hana terdengar sedikit berteriak pada ponselnya, mengingat betapa
leganya dia.
“Jung
Yein kau ada dimana?”
“Bodoh kau yang ada dimana? Sebentar lagi
appa dan omma datang tapi kau tidak adadi rumah! Dimana sebenarnya kau?”
Glek!
Hana
menelan ludah, jantungnya berdetak ratusan kali lebih cepat sekarang. Sial!
Bagaimana mungkin Yein sudah berada di rumah sekarang.
“Aku
mencarimu! Aku sedang...”
“Jangan bilang kau sedang mencariku dan
sekarang kau sedang berdiri di depan rumah Jungkook!”
Heol!
Tebakan
Yein tepat. Hana hanya bisa menahan tagis sekarang, menahan marah dan takutnya.
Jin yang memehartikannya hanya menatapnya dengan khawatir dan penasaran.
Bagaimana ini? Sial!
“Ya,
aku di depan rumah Jungkook.” Aku Hana dengan suara lirih.
“Jadi benar dia ke rumahku? Gila! Dia pikir
aku tidak akan mengantarmu pulang!” yang itu, Hana bisa mendengar suara Jungkook.
Dasar bangsat! Dia pikir kenapa Hana sampai senekat ini jika bukan karena
Jungkook? Seandainya saja Jungkook menerima teleponnya beberapa waktu lalu,
pasti tidak akan seperti ini ceritanya.
“Ya sudah, sebaiknya kau cepat pulang. Tidak
lama lagi appa dan omma datang. Pastikan kau datang lebih cepat dari mereka.
Appa dan omma sedang dalam perjalanan!” terang Yein, antara kesal dan
khawatir.
“Aku
naik bus, mungkin appa dan omma akan datang lebih dulu.” Suara Hana benar-benar
bergetar. Tamat riwayatnya jika ketahuan pergi mala-malam begini.
“Biar aku suruh Jimin mengantarmu. Tunggu
disana, aku akan bilang pada appa kalau kau mengerjakan tugas.”
“Biar aku
antar!” tiba-tiba Jin berkata pada Hana, seperti sebuah sihir yang mampu
menghentikan waktu untuk sementara. Karena Hana menganga seraya mencerna
tawaran Jin untuk mengantarnya. “Aku akan mengantarmu pulang. Tidak perlu naik
bus!” kata Jin memperjelas.
“Yein-ah,
tidak perlu menyuruh Jimin untuk mengantarku. Seseorang akan mengantarku.
Tunggu saja!” Hana berkata dan langsung memutus panggilannya. Hana yakin Yein
pasti khawatir dengan siapa Hana akan dintar. Tapi masa bodoh! Yein sudah
sering membuatnya khwatir selama ini, apalagi ketika dia mulai dekat dengan
playboy cap kadal seperti Jeon Jungkook.
Jin
mengajak Hana untuk masuk ke rumahnya seraya Jin ganti baju dan siap-siap untuk
mengantar Hana. Perasaan seperti ini jauh lebih menyenangkan dari memenangkan
lotre bermalam tujuh hari tujuh malam di Hawai. Karena sekarang Hana sedang
duduk di sofa ruang tamu Jin, bahkan ruang tamu ini menjanjikan kenyamanan dan
keindahan daripada Hawai.
Hana
membayangkan ketika Jin masih kecil, mungkin ruang tamu menjadi salah satu
tempat bermain Jin. Mungkin tembok disini pernah menjadi buku gambar Jin. Ya
Tuhan, jika bisa Hana igin berlibur di rumah ini saja daripada harus jauh-jauh
terbang berlibur ke Hawai.
Tidak
sampai sepuluh menit Jin sudah kembali, tidak ada lagi celana basket dan kaos
kebesaran yang dia paka tadi. Sekarang Jin memakai celana panjang dan kaos yang
dilapisi jaket diluarnya. Dan parahnya, Jin tidak sendirian ketika kembali ke
ruang tamu, karena Jin berjalan seraya berbincang dengan wanita paruh baya yang
terlihat sangat ramah, dan Jin memanggil wanita itu ‘omma’!
“Mau pergi
kemana amalam-malam seperti ini?” Hana bisa mendengar Ibu Jin bertanya pada Jin
ketika Jin memakai jaketnya.
“Aku
hanya mengantar temanku pulang, tidak akan lama. Boleh kan aku pinjam
mobilnya.” Jin terdengar memohon. Heol! Jantung Hana berdebar cepat begitu Ibu
Jin menatapnya seraya tersenyum.
“Oh,
ternyata perempuan.” Kata Ibunya membuat Hana canggung. Ingin rasanya Hana
menjambak rambutnya sekarang. Perasaan seperti ini, Hana tidak akan pernah
melupakannya.
“Selamat
malam omoni.” Hana berdiri seraya membungkuk untuk menyapa.
“Ya
selamat malam. Sudah selarut ini apa orangtuamu tidak khawatir?” tanya Ibu Jin,
tidak ada nada intimidasi dari kalimatnya, justru Ibu Jin terdengar khawatir.
“Eh...”
“Makanya
aku harus mengantarnya omma, bahaya kalau dia harus naik bus.” Terang Jin, Hana
kembali menutup mulutnya tidak jadi menjawab kemudian tersenyum ringan pada Ibu
Jin.
“Hati-hati
nmengendarai mobilnya, jangan kebut-kebutan. Salamkan salamku pada orangtuamu,
tapi siapa namamu?”
“Jung
Hana omoni.”
“Baiklah
Hana, hati-hati ya. Ingatkan Jin kalau dia mulai kebut-kebutan.” Ibu Jin
menepuk lengan Hana pelan, Hana mengangguk seraya tersenyum malu.
“Iya,
baik omoni.” Hana mengangguk. Jin yang sedari tadi memerhatikan tersenyum geli
melihat tingkah Hana.
“Sudah
siap? Sekarang?” tanya Jin sebelum ibunya kembali melontarkan
pertanyaan-pertanyaan lain.
“Iya
sekarang.” Kata Hana sedikit berbisik dan menatap penuh arti pada Jin.
“Baiklah-baiklah,
hati-hati di jalan.” Ucap Ibu Jin.
Jin
membuka pagar rumahnya lebar, Hana hanya mengekor saja. Kemudian Jin mengajak
Hana untuk segera naik dalam mobil. Rasanya seperti terbang, padahal Hana hanya
mengendari mobil yang sama dengan Jin. Tidak ada sayap di punggungnya, tapi
Hana benar-benar merasa melayang.
Ini
bukan pertama kalinya Hana naik mobil, tapi sekarang rasanya begitu kikuk. Hana
bahkan tidak tau harus duduk sepert apa, dimana tangannya akan dia taruh, atau
mungkin Hana harus memainkan sesuatu. Jin yang terlihat begitu kalem dan santai
seperti biasa, mulai melajukan mobilnya pelan.
“Tunggu
sebenatr ya!” Jin turun mobil kemudian menutup pagar rumahnya. Sederhana, tapi
Hana sangat menyukainya. Tak lama Jin kembali masuk mobil dan mulai melajukan
mobilnya. Entah mengapa suasana begitu tenang dan sedikit canggung. Hana
memilih untuk melihat jalanan, dia berusaha sekuat mungkin untuk tidak
sering-sering menoleh pada Jin yang terlihat begitu keren.
“Rumahmu
dimana?” tanya Jin. Beruntung, pertanyaan ini akan segera meluas nanti sehingga
membuat keadaan tidak canggung. Hana menjelaskan dengan baik letak rumahnya,
beberapa kali Jin bertanya ketika menemukan kelokan. Hana dengan senang hati
membimbing Jin hingga mereka sudah sampai di depan rumah Hana.
“Disana!
Itu, yang ada mobil parkir didepannya.” Hana memberi tahu, Jin menghentikan
mobilnya dengan kalem.
“Aku
kenal mobil ini.” Gumam Jin seraya memerhatikan mobil yang terparkir di depan
rumah Hana.
“Aku
tidak tau, itu bukan mobil orangtuaku.” Jawab Hana tidak peduli.
“Jungkook!”
kata Jin bersamaan dengan seseorang yang mengetuk kaca mobil Jin cukup keras.
“Hyung!
Kenapa kau mengantar anak ini?” tanya Jungkook sewot begitu Jin menurunkan kaca
mobilnya.
“Sudah
malam, kau pikir aku tega membiarkannya pulang sendiri naik bus?” Jin balik
bertanya, Jungkook hanya mengangguk angkuh.
“Woi,
di tungguin Yein tuh!” kata Jungkook pada Hana yang entah mengapa tidak segera
keluar dari mobil.
“Oppa,
terima kasih sudah mengantarku. Lain kali aku pastikan tidak akan merepotkanmu
lagi.” Hana bicara pada Jin dengan manis, tanpa menghiraukan Jungkook yang
menatapnya dengan angkuh.
“Cih,
percaya padaku hyung setelah ini kau akan jadi sopir pribadinya!” Jungkook
berkata keras, Jin hanya tersenyum berada pada posisi seperti itu.
“Dasar
tikus got!” gumam Hana kesal, beruntung Jungkook tidak mendengarnya. Hana
segera turun dari mobil Jin.
“Maaf
Hana aku langsung pulang, lain kali jika butuh sesuatu hubungi aku saja.” Kata
Jin sebelum pergi.
“Jangan
bilang begitu hyung, dia ini tipe perempuan yang suka GR.” Lagi-lagi Jungkook
merusak romansa antara Jin dan Hana.
“Sudah
oppa, kau cepat pulang. Hati-hati di jalan, sampaikan salamku pada ibumu.
Terima kasih!” Hana berkata cepat, Jin tersenyum kemudian melmbai sekilas dan
hilang dari pandangan ketika mobilnya berbelok di kelokan.
“Kau
bawa kemana Yein? Ingat ya, kalau sampai kau macam-macam pada Yein, aku orang
pertama yang membunuhmu!” kata Hana kesal, dia benar-benar muak melihat
Jungkook berdiri di depannya seraya tersenyum miring.
“Kau
tidak bisa membunuhku, karena orang tuamu akan membunuhmu lebih dulu malam
ini.” Kata Jungkook sambil tertawa meremehkan.
“Apa
maksudmu?” Hana bisa mencium sesuatu yang tidak beres dari tawa Jungkook.
“Orangtuamu
datang sesaat setelah kau menutup telepon Yein! Lihat, mereka sedang menunggumu
di ruang tamu!” Jungkook tersenyum licik, Hana benar-benar dibuat tumbang. Demi
apapun, Jungkook adalah orang yang akan dia benci selama sisa hidupnya.
“Sial!”
umpat Hana dan segera berlari masuk ke dalam rumah. Dan benar saja, orangtuanya
menatap Hana dengan tatapan tajam, sedang Yein menatapnya khawatir. Dari
tatapan Yein, Hana tau sesuatu yang buruk akan terjadi!
***
“Jadi
justru kau yang tidak ada di rumah ketika orangtuamu datang semalam?” Sujeong
hampir berteriak ketika mengatakannya. Hana hanya mengangguk, tenaganyasudah
habis untuk menceritakan kejadian semalam. Sujeong menatapnya prihatin.
“Sujeong-ah!”
Taehyung berteriak keras ketika masuk kelas, Sujeong memandang Taehyung penuh
peringatan. Taehyung segera menoleh ke arah Hana yang terlihat tidak baik-baik
saja. Sujeong memberi isyarat agar Taehyung tidak mengganggunya dengan Hana,
Taehyung mengangguk mengerti seraya menuju bangkunya.
Jimin
dan Jungkook masuk kelas tidak lama setelah Tehyung datang, seperti biasa Jimin
dan Jungkook selalu berusaha menebar pesona mereka. Sebenarnya Taehyung juga
begitu jika saja dia belum punya pacar.
“Lalu
apa hukumanmu?” Sujeong melanjutkan, Jungkook melirik pada Hana sekilas ketika
melewati bangku Hana. Jungkook yang tidak sengaja mendengar pertanyaan Sujeong
segera menyahut.
“Dia
tidak dihukum. Tentu saja itu karena Yein membantunya. Sebaiknya kau cari pacar
deh, supaya kau berhenti mencampuri urusan orang lain. Jika ku perhatikan, kau
memang selalu mengekor pada Yein.” Kata Jungkook dengan keangkuhannya.
“Kalau
Yein terlambat pulang ke rumah, aku juga kena marah!” bentak Hana kesal.
Sepertinya Jungkook tidak sadar kalau akar masalah ini adalah dirinya. “Kau
tidak menjawab teleponku!”
“Kau
mengganggu sih!” Jungkook tersenyum meremehkan. Heol! Sebenarnya apa yang
Jungkook dan Yein lakukan semalam?
“Kau
tidak berguna!” balas Hana kesal, rasanya dia sudah tidak punya apa-apa lagi
untuk dikatakan pada Jungkook sekarang. Yang pasti Hana sangat membencinya.
“Hei
Sujeong, cepat carikan temamu ini pacar. Supaya dia ada kegiatan selain
mencampuri urusan orang!” Jungkook menepuk pipi Hana sekilas tak lupa dengan
memberi senyuman terbrengseknya kemudian duduk di bangkunya.
“Sudahlah
Hana. Jungkook memang seperti itu!” ujar Sujeong sebelum Hana melempar kursi
kayu yang dia duduki pada Jungkook.
Kim
songsaenim tidak datang hari itu, tetapi sebagai gantinya Kim songsaenim
memberi tugas yang begitu banyak dan sulit untuk muridnya. Parahnya tugas itu
merupakan tugas kelompok, fakta lain yang harus kalian ketahui –Hana tidak suka
tugas kelompok!
“Satu
kelompok 5 anggota. Harus ada laki-laki dan perempuannya. Di kumpulkan beosk
lusa!” jelas Yugyeom, ketua kelas mereka. Banyak keluhan dari teman-temannya,
dan beberapa langsung mencari teman untuk membentuk kelompok. Pelajaran biologi
ini memang terlalu rumit untuk dikerjakan sendiri, tapi Hana tidak suka harus
bekerja secara kelompok.
“Hana,
kita bergabung dengan Taehyung ya?” tanya Sujeong lebih terdengar seperti
permohonan.
“Terserah
saja!” jawab Hana malas.
“Iya
Taehyung-ah, Hana mau!” teriak Sujeong pada Taehyung yang berada beberapa
bangku di belakang.
“Oke!”
balas Taehyung keras. Awalnya Hana merasa lega sudah membentuk kelompok, tapi
kemudian otaknya kembali bekerja. Hana jelas satu kelompok dengan Sujeong, dan
jika Taehyung bergabung dengan kelompoknya...
Tunggu...
Tidak
mungkin hanya Taehyung, karena ada dua sahabat tololnya yang selalu
bersama-sama kemanapun mereka pergi. Iya benar, Jeon Jungkook dan Park Jimin
itu sahabat Taehyung. Kesimpulannya, Hana satu kelompok dengan Jungkook.
Daebak!
“Kenapa
harus di rumah Jungkook?” Hana menjadi sat-satunya orang yang protes keras pada
ide mengerjakan tugas biologi di rumah Jungkook. Jungkook mencibir seakan sudah
tau Hana akan bereaksi seperti ini.
“Percayalah
padaku Hana, rumah Jungkook sangat sempurna untuk kerja kelompok. Orangtua
Jungkook bekerja di luar kota, jadi kita bebas disana.” Rayu Jimin, berusaha
membuat Hana setuju.
“Jangan
di rumah Jungkook!” protes Hana. Bagaimanapun juga Hana tidak mau menginjakkan
kakinya di rumah bajingan seperti Jungkook.
“Sudahlah
di rumahku saja, kau cerewet sekali. Nanti kita bisa minta bantuan Jin hyung
kalau tidak bisa mengerjakan!” kata Jungkook keras, untuk sesaat berhasil
membuat Hana berfikir.
Kenapa
Hana bisa lupa kalau Jungkook itu tetangga Jin? Sepertinya ide ini tidak buruk.
Dengan begitu Hana bisa bertemu dengan Jin. Jika beruntung, mungkin Hana bisa
melihat Jin mengenakan kas tapa lengan dan berlari sore di komplek rumahnya.
“Ah
benar, Jin hyung! Kita suruh Jin hyung saja yang mengerjakan!” Taehyung
bersorak menyetujui.
“Tapi...”
Hana terlalu gengsi untuk berkata iya, sehingga dia pura-pura tetap pada
pendiriannya.
“Tidak
ada tapi, di rumahku sepulang sekolah!” kata Jungkook kemudian keluar kelas
diikuti Jimin dan Taehyung.
Sore
itu mereka langsung ke rumah Jungkook sepulang sekolah. Hana juga sudah
mendapat ijin dari orangtuanya, dengan catatan Hana tidak pulang terlalu malam.
Mereka ke rumah Jungkook dengan mengendarai mobil Jungkook yang di parkir di
luar sekolah. Semua orang tau Jungkook pengendara ilegal, umurnya belum cukup
untuk mendapatkan SIM. Tapi ya, Jungkook adalah mesin pelanggar peraturan.
Beruntung sekolah tidak tau kalau Jungkook selalu membawa mobil ke sekolah.
Jika
diperhatikan, sepertinya memang bukan untuk pertama kali Jimin dan Taehyung ke
rumah Jungkook. Terbukti dengan Jimin yang langsung seenaknya masuk ke kamar
Jungkook dan berganti pakaian disana. Sedangkan Taehyung langsung menuju kulkas
dan mengambil makanan untuk Sujeong dan Hana. Oke, sepertinya memang bukan pilihan
salah mengerjakan tugas di rumah Jungkook.
“Memang
orangtuanya tdak pernah pulang?” tanya Hana pada Taehyung.
“Dua
minggu sekali!” jawab Taehyung sedikit tidak jelas karena menjawab dengan mulut
penuh makanan. Hana hanya mengangguk, kemudian mulai membuka bukunya.
Mereka
mengerjakan di teras samping, Hana dan Sujeong sedang membaca tugas mereka
ketika Jimin dan Jungkook bergabung disana. Jimin sudah berganti kaos sekarang
dengan celana seragamnya, sedang Jungkook sudah berganti pakaian rumah. Celana
pendek dan kaos yang terlihat begitu nyaman dikenakan.
“Hei,
bajuku masih banyak kan?” tanya Taehyung seraya bangkit.
“Sudah
aku buang semua!” kata Jungkook singkat, tapi Taehyung tidak peduli dan masuk
ke dalam kamar Jungkook. Tidak tau berapa banyak kaos Taehyung dan Jimin yang
sengaja mereka tinggal di rumah Jungkook.
“Ayo-ayo,
apa yang harus kita lakukan?” Jimin mulai mengikuti arah mata Hana yang sedang
membaca. Sujeong tengah menerangkan apa yang harus mereka lakukan, kemuudian
Jungkook, Taehyung dan Jimin mengambil keperluan untuk melakukan praktek pada
tugas mereka.
“Banyak
sekali tugasnya? Kalian yakin ini akan selesai dalam dua hari?” Taehyung tak
percaya setelah mulai mengerti siklus tugas mereka.
“Jangan
banyak bicara, gambar dulu tulang daunnya!” kata Hana tidak sabar.
Hari
sudah gelap ketika mereka bahkan belum mengerjakan setengah dari tugas mereka.
Dan kelimanya memutuskan untuk melanjutkan tugas itu esok hari. Taehyung
mengantar Sujeong pulang dengan motornya yang ada di rumah Jungkook. Sedang
Jimin yang kebetulan rumahnya tidak jauh darisana memilih untuk jalan. Dan
Hana? Oh jangan ditanya, Hana sendiri bingung harus pulang dengan siapa.
“Aku
naik bus!” kata Hana ketika Sujeong bertanya. Sujeong bersikukuh menyuruh
Taehyung untuk mengantar Hana lebih dulu, tapi Hana menolaknya mentah-mentah.
Dan sekarang disinilah Hana, duduk di sofa ruang TV Jungkook dengan penyesalan
yang sungguh mendalam.
Seharusnya
dia mau ketika Taehyung bersedia mengantarnya tadi, bagaimanapun lebih baik
diantar Taehyung daripada diantar Jungkook. Iya benar, Jungkook bilang akan
mengantarnya pulang. Hana sudah berkali-kali bilang dia akan naik bus, tapi
Jungkook bersikeras akan mengantarnya. Memang Jungkook berotak licik, karena
Jungkook mengambil ponsel Hana sebagai jaminan supaya Hana tidak kabur.
“Kalau
kau tidak mau aku antar, aku akan telepon orangtuamu bahwa kau pergi kencan
semalam dengan tetanggaku.” Ancam Jungkook. Tapi Hana tidak takut dengan
ancaman murahan itu, kecuali dengan ancaman kedua Jungkook yang membuatnya mati
kutu, “Aku akan bilang pada Jin hyung dan Yein kalau kau menyukaiku dan kau
akan tidur di rumahku malam ini! Kau tidak akan bisa keluar dari rumah ini
karena aku akan menguncimu di dalam kamar!”
Jeon
Jungkook memang brengsek level atas.
“Kalau
begitu cepat antar aku pulang!” bentak Hana frustasi. Jungkook tersenyum
menyadari Hana sudah menyerah.
“Tunggu
ya, aku mandi dulu. Kau boleh nonton TV kalau kau mau.” Jungkook menghilang
ketika dia tertelan kamar mandi. Hana benar-benar kesal, rasanya ingin
menjambak Jungkook dan membuatnya botak.
Jungkook
selesai mandi tigapuluh menit kemudian. Rambutnya basah, Jungkook keluar kamar
mandi hanya dengan handuk yang terbalut di pinggangnya. Dengan santainya dia
berjalan tanpa memikirkan Hana yang sedang ada disana. Hana semakin yakin
sekarang, Jungkook punya sindrom terlalu percaya diri. Jungkook pikir Hana akan
tertarik begitu melihat Jungkook seperti itu.
“JEON
JUNGKOOK CEPAT!” teriak Hana kesal melihat Jungkook berjalan duakali lebih
lambar dari biasanya.
“Buka
pagarnya!” perintah Jungkook sebelum masuk mobilnya. Hana melangkah
lebar-lebar, membuka pagar rumah Jungkook dengan kasar. Jungkook melajukan
moblinya untuk keluar rumah, tapi tidak sampai situ karena Jungkook kembali
berteriak, “Hei, tutup dan kunci pagarnya!” teriak Jungkook.
Hana
sedang mengunci pintu ketika seseorang memanggilnya. Tersentak dan gugup ketika
sadar Jin sedang menatapnya, Hana tersenyum menyadari Jin sedang berada di
depan rumahnya.
“Oppa!”
kata Hana.
“Dari
rumah Jungkook?” tanya Jin, sebenarnya Jin sudah mengerti karena dia sendiri
melihat Hana keluar dari rumah Jungkook dan Jungkook yang sedang menunggunya
dalam mobil.
“Iya...”
“Dia
mengantarmu pulang?” tanya Jin lagi, Hana hanya mengangguk.
“JUNG
HANA AYO CEPAT! KAU PIKIR AKU PENGANGGURAN!” teriak Jungkook ketika Hana malah
asyik mengobrol dengan Jin.
“Sebentar!”
keluh Hana.
“Hyung!
Aku ke rumahmu setelah mengantar anak ini!” teriak Jungkook pada Jin, Jin
mengangguk.
“Hati-hati!”
balas Jin pada Jungkook, Jungkook mengangkat jempolnya sebagai jawaban.
“Oppa,
aku pulang...” kalimat Hana terdengar mengambang, tapi Jin hanya mengangguk
seraya tersenyum. Jika saja Jin menawarkan diri untuk mengantarnya, pasti Hana
sudah menendang Jungkook jauh-jauh saat itu juga.
“Kau
jadi tidak normal tiap kali berada di dekat Jin hyung.” Sindir Jungkook ketika
Hana sudah masuk mobilnya.
“Bukan
urusanmu!” balas Hana ketus.
“Mulai
sekarang, urusanmu menjadi urusanku.” Kata Jungkook sambil tetap memerhatikan
jalanan.
“Wah
coba dengar sekarang siapa yang mencampuri urusan orang lain.” Hana meledeknya.
“Jangan
macam-macam, aku menyukaimu dan mulai malam ini kau resmi jadi pacarku!”
seperti petir di siang hari, kalimat Jungkook berhasil membuat Hana seakan
terjengkang dari kursinya.
“Hei....”
elak Hana.
“Aku
tidak main-main. Awas saja kalau aku lihat kau genit ke Jin hyung!” Jungkook
menatap Hana dalam, jika dilihat dari sorot matanya Hanatidak menemukan lelucon
di mata Jungkook. Dan untuk pertama kalinya Hana melihat Jungkook begitu
serius.
***
“Yein-ah!
Apa kau serius Jungkook itu bukan pacarmu?” Hana menjadi sangat berisik pagi
itu.
“Aku
harus bilang berapa kali, Jungkook bukan pacarku!” Yein tidak sabar, karena
sejak semalam Hana terus-menerus menanyakan hal yang sama.
“Tapi
kau selalu pergi dengannya kan. Kalian selalu pergi kencan!” Hana terus saja
menyerang Yein dengan pertanyaan tentang hubungan Yein dengan Jungkook.
“Bukan
hanya aku gadis yang dikencani Jungkook, dan kau tau begitupun sebaliknya kan?”
Yein mulai tidak sabar.
“Tapi
kau bilang kau akan serius jika kau kencan dengan Jungkook.”
“Aku
bilang jika aku berhasil dengan Jungkook aku tidak akan melepasnya dan serius
padanya. Masalahnya disini aku tidak berhasil mendapatkan Jungkook, Hana!” Yein
menjelaskan, “Sebenarnya ada apa? Kau suka padanya?”
“Bukan
begitu. Kapan aku bilang aku suka Jungkook?” elak Hana.
“Karena
kau tidak berhenti bertanya tentang Jungkook sejak semalam.” Yein menatap Hana
curiga, Hana hanya diam.”Bukan apa-apa, tapi jangan termakan rayuan Jungkook.
Ingat, kalau dia macam-macam padamu segera bilang padaku!” kata Yein.
“Tolong,
segera resmikan hubunganmu dengan Jungkook.”
“Hana!
Harus berapa kali aku bilang aku tidak akan pacaran dengan Jungkook!” balas
Yein frustasi.
***
Selama
di kelas Jungkook sama sekali tidak menyapa Hana. Hana jadi curiga
jangan-jangan semalam Jungkook sedang mabuk. Kurang ajar, berani-beraninya
Jungkook mengantar Hana dalam keadaan mabuk. Hana memutuskan untuk tidak
menceritakan hal ini pada Sujeong, karena Hana sendiri menganggap itu hanya
akal-akalan Jungkook. Well, Jungkook adalah playboy kelas atas di seantreo
sekolah.
“Oppa!”
teriak Hana ketika melihat Jin keluar dari perpustakaan. Jin tersenyum seraya
melambai pada Hana.
“Kau
segitu sukanya pada Jin hyung?” entah sejak kapan Jungkook berdiri di belakang
Hana, yang jelas sekarang Jungkook sedang menatapnya dengan tatapan mematikan.
“Bukan
urusanmu!”
“Ternyata
otakmu dangkal juga. Bukankah aku sudah bilang padamu, urusanmu adalah urusanku
juga!” Jungkook mengatakannya dengan begitu jelas, menjadi mimpi buruk dan
selal terngiang di telinga Hana.
“Aku
sangat yakin, kau adalah orang yang paling aku benci di dunia ini.” Gumam Hana
dingin tapi cukup untuk membuat Jungkook mendengarnya.
“Jin
oppa, tunggu!” Hana berlari mengejar Jin yang sudah terlihat agak jauh, meninggalkan
Jungkook yang sedang berperang dengan amarahnya.
“Oppa,
bisakah nanti kau membantuku mengerjakan tugas? Datanglah ke rumah Jungkook,
aku mengerjakan di rumah Jungkook nanti.” Pinta Hana, Jin terlihat sedikit
berfikir sebelum mengiyakan permintaan itu.
“Lihat
nanti saja ya!” jawab Jin ramah seperti biasanya.
“Ayolah,
bantu aku.”
“Kerjakan
dulu,kalau kau dan Jungkook sudah benar-benar tidak bisa baru kalian hubungi
aku.”
***
“Bodoh!
Aku akan minta tolong Jin oppa.” Hana segera menghubungi Jin dari ponselnya,
Jungkook terlihat kesal karena Hana tidak mendengarnya. Taehyung, Jimin dan
Sujeong berada di pihak Hana dan memilih meminta bantuan Jin.
Jungkook
hanya diam ketika Hana berbicara dengan Jin lewat teleponnya. Cara Hana
memperlakukannya dengan Jin sangat berbeda, dan itu semakin membuat Jungkook
kesal. Jimin dan Taehyung yang menyadari keanehan Jungkook mulai bisa membaca
apa yang sedang terjadi antara Hana dan Jungkook. Sebenarnya Jimin dan Taehyung
sudah tau jika Jungkook mulai tertarik pada Hana. Tapi keduanya hanya
menganggap ketertarikan itu seperti biasanya, tapi Jungkook terlihat serius
sekarang.
Jin
datang tak lama setelah itu. Dan benar saja, dengan bantuan Jin tugas itu bisa
selesai. Meskipun beberapa prakteknya mereka lewati, tapi berkat bantuan Jin
mereka bisa mengelabui tugas mereka. Tidak sempurna, tapi hasilnya cukup bagus.
Sudah
tidak tau berapa kali Jungkook memukul Jimin dan Taehyung karena kesal melihat
Hana terus menempel pada Jin. Jimin berkali-kali mengumpat pada Jungkook, tapi
umpatan itu tidak ada artinya bagi Jungkook.
“Kau
tidak seperti biasanya. Apa kau benar-benar menyukainya?” Taehyung berbisik
seraya menatap Jungkook curiga.
“Diam!”
kata Jungkook dingin.
Tugas
sudah selesai, Taehyung mengantar Sujeong pulang seperti biasa, Jimin jalan
kaki seperti biasa, tapi Hana dengan berani meminta Jin untuk mengantarnya
pulang. Jungkook berusaha menahan diri untuk tidak mencium bibir Hana supaya
dia bisa diam. Sayang sekali, gadis didepannya ini berhasil membuatnya heran
dengan dirinya sendiri.
“Kenapa
tidak di antar Jungkook?” tanya Jin heran, keningnya berkerut seakan tidak
percaya pada sikap Hana. Meskipun sebenarnya tidak bisa pungkiri, Jin senang
Hana memintanya untuk mengantar Hana pulang.
“Tidak,
aku ingin pulang denganmu!” Hana menyeringai pada Jungkook yang terus
menatapnya. Taehyung, Sujeong dan Jimin sudah pulang beberapa waktu lalu,
sehingga hanya ada Hana, Jin dan Jungkook disana.
“Kau
harus jaga perasaan Jungkook.” Kata Jin bijak, setengah senyumnya memudar.
“Eh?”
Hana mengerutkan keningnya tidak mengerti.
“Dia
kan pacarmu. Sepertinya Jungkook juga tidak sedan sibuk.” Jin menoleh pada
Jungkook, “Kau bisa mengantarnya kan?” tanya Jin.
“Tentu
saja, aku akan mengantarnya.” jawab Jungkook.
“Dia
bukan pacarku!” protes Hana.
“Jungkook
sudah menceritakan semuanya semalam. Kenapa tidak bilang kalau kau dekat dengan
Jungkook?” Jin mengacak poni Hana, Hana hanya mematung mendengar pernyataan
Jin.
“Hyung,
jangan terlalu dekat dengan Hana. Kau tau kan, aku sudah ceritakan emuanya
semalam hyung!” kaya Jungkook terdengar lebih seperti rengekan di telinga Hana.
“Sebenarnya
apa yang kalian bicarakan semalam?” Hana menatap Jin dan Jungkook bergantian.
“Ini
urusan laki-laki, kau tidak perlu tau!” Jungkook menghampiri Jin, “Sudah hyung
kau pulang saja.” Jungkook mendorong Jin hingga pintu depan. Sedang Hana
mematung di sofa, tidak bisa bergerak, Hana lupa cara menggerakkan tubuhnya.
“Hana,
aku pulang ya!” teriak Jin dari depan, tapi Hana tidak punya kekuatan untuk
membalas teriakan itu.
Sesaat
kemudian Jungkook kembali dan memilih duduk di samping Hana. Ditatapnya gadis
itu begitu dalam, sampai-sampai Hana sedikit ngeri melihat Jungkook seperti
itu.
“Kau...”
“Kenapa?”
“Bagaimana
Yein?” tanya Hana, entah kenapa bayangan Yein selalu menghantuinya.
“Dia
bukan pacarku, kita hanya kencan beberapa saat. Hei, kau pikir aku tidak tau
saudaramu itu mengencani Kim Yugyeom –ketua kelas kita?” tuduh Jungkook.
“Kau
juga mengencani banyak gadis.”
“Iya
dulu, tapi sekarang tidak.”
“Bohong!”
“Aku
tidak bohong!”
“Kau hanya
main-main!” Hana mencoba mencari kebohongan diata Jungkook, tapi Hana tidak
bisa menemukannya.
“Aku tidak
main-main!” jawab Jungkook tegas tapi terdengar santai.
“Kalau begitu
kau brengsek!”
“Iya dulu,
tapi sekarang tidak.”
“Kalau begitu
kau....”
“Berhenti
bicara kalau tidak ingin aku cium!” potong Jungkook penuh ancaman.
“Tidak bisakah
ka...”
“Aku anggap
ini sebagai kau ingin kucium!” belum sempat Hana menjawab Jungkook lagi, tapi
Jungkook sudah mempertemukan bibir mereka.
***
“Hyung, bagaimana ini? Bagaimana jika aku
benar-benar menyukainya?” Jungkook menendang selimut di kamar Jin, sedang Jin
yang mendengarnya seraya bermain laptop hanya tersenyum.
“Kau selalu seperti ini, gadis mana yang
tidak ingin kau miliki!” kata Jin.
“Hana ini berbeda hyung. Ya memang dia tidak
seagresif saudara kembarnya, tapi justru itu daya tariknya. Sepertinya aku
benar-benar menyukainya....”
“Jika dipikir-pikir, tidak biasanya kau seperti
ini...” Jin mengalihkan pandang dari laptop untuk menatap Jungkook yang tidur
di ranjangnya.
“Apa ku bilang, yang ini berbeda!” kata
Jungkook terlihat begitu yakin.
“Sekali kau menyakitinya, aku tidak akan
melepaskanmu! Dan aku tidak akan membiarkanmu mendekati Hana lagi!” Jin menatap
Jungkook penuh ancaman, Jungkook tersenyum.
“Ya, lihat saja. Aku sungguh-sungguh!”
***
“Jadi benar
kau pacaran dengan Jeon Jungkook?” teriak Yein dan Sujeong bersamaan.
“Jangan
keras-keras, kalian ingin seluruh penghuni sekolah tau?” protes Hana, ingin
rasanya menyumpal mulut Yein dan Sujeong dengan kain pel.
“Seluruh
penghuni sekolah sudah tau karena Jeon Jungkook mengirim fotomu dengannya
sedang berciuman di grup angkatan!” kata Sujeong berapi-api.
“Dan foto itu
menyebar dengan cepat!” tambah Yein seraya memperlihatkan ponselnya. Dilihat
dari sudut manapun sudah jelas bahwa orang orang yang sedang berciuman itu
adalah dirinya dan Jungkook.
“JEON JUNGKOOK
BRENGSEK!”
TBC...
Komentar
Posting Komentar