IMAGINE
Cast: Kim Taehyung, Ryu Sujeong, Park Jimin
Genre: Sad Romance
Lenght: Ficlet
Cast: Kim Taehyung, Ryu Sujeong, Park Jimin
Genre: Sad Romance
Lenght: Ficlet
Hei,
kau lihat bagaimana caranya berjalan? Entah apa yang berbeda, hanya dengan
melangkahkan kakinya seperti itu dia mampu membuatku tak bisa melepas pandang
padanya. Adakah yang bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi padaku? Oh
tolong, jangan bilang kalau aku sedang jatuh cinta!
Ryu
Sujeong.
Ya,
itu nama gadis itu. Dia satu tahun di bawahku, rambutnya panjang, senyumnya
manis, dan dia begitu ramah. Aku tidak tau apa dia sudah memiliki kekasih atau
tidak. Sejauh ini, aku tidak pernah melihat seseorang yang dekat dengannya.
Paling tidak, seseorang yang selalu menemaninya makan di kantin ketika jam
istirahat.
Jujur
saja aku tidak mengenalnya. Aku baru menyadari keberadaannya beberapa minggu
yang lalu. Ketika aku tidak sengaja menabraknya di depan lab komputer,
terdengar seperti drama memang. Dan aku sadar, sejak saat itu drama kehidupanku
di mulai.
Sejak
saat itu, aku tidak pernah bisa tenang. Setidaknya seperti saat sebelum aku
bertemu dengannya. Otakku tak pernah berhenti memutar kilasan-kilasan ingatanku
tentangnya, bagaimana dia meminta maaf saat menabrakku, bagaimana dia tertawa
bersama teman-temannya, bagaimana caranya membawa tas, bagaimana caranya bicara
ketika dalam keadaan ramai. Gila! Sepertinya aku sudah mulai gila.
Seperti
saat ini, aku asyik memerhatikan Sujeong yang sedang berjalan memutari lapangan
indoor. Sungguh Tuhan sayang padaku karena aku memiliki jadwal olahraga yang
sama dengan kelasnya. Aku tidak begitu menyukai olahraga –jujur saja. Tapi semuanya berubah ketika aku sadar, aku akan
selalu berada dalam lapangan indoor yang sama setiap satu minggu sekali.
“Kim
Taehyung, cepat ambil bolanya!”
Park
Jimin sialan, berani-beraninya dia membuyarkan lamunanku. Dia menatapku kesal,
sepertinya dia sudah memanggilku beberapa kali hanya saja aku tidak mendengar
teriakannya.
“Ya
ya ya, tunggu sebentar.” Jawabku seraya berjalan malas ke tepi lapangan demi
mengambil bola untuk Jimin. Hanya sekedar informasi, aku tidak bisa marah pada
orang itu, orang yang aku sebut sebagai sahabat.
“Kita
bergabung dengan kelas dua. Kim songsaenim tidak bisa hadir hari ini.” Teriak
Kim Namjoon, ketua kelasku. Seakan ada ribuan kupu-kupu terbang dalam perutku,
aku benar-benar senang meyadari kenyataan ini. Aku berjanji pada diriku
sendiri, aku harus bisa menyapa Sujeong hari ini apapun yang terjadi.
Kami
semua mengikuti arahan membosankan dari guru baru yang merupakan wali kelas
Sujeong. Sesekali aku menyibakkan poniku hanya karena rasa bosan yang terus
menyerangku. Beberapa kali aku melakukannya, dan beberapa kali juga aku
mendengar gerombolan gadis terkikik geli tak jauh dari barisanku. Aku
memberanikan diri untuk menoleh ke arah suara itu.
Dan
bam!
Mataku
dan mata Sujeong bertemu. Segera kualihkan tatapanku, aku tidak sanggup menatap
matanya terlalu lama. Sial! Mungkin dia akan menilaiku sebagai kakak kelas yang
sombong, tapi mau bagaimana lagi? Aku rasa aku tidak sanggup berdiri jika terus
menatap Sujeong tepat dimatanya.
Sesekali
kuberanikan diri untuk melirik ke arahnya lagi. Sujeong terlihat memberi peringatan
pada teman-temannya agar berhenti berbisik dan memerhatikanku. Demi apapun
mungkin itu adalah hari paling bahagia dalam hidupku. Melihatnya cemberut
seraya terus menerus memperingatkan teman-temannya membuatku ingin
menghampirinya dan bilang bahwa aku tidak masalah dengan itu. Ah! Dia seperti
itu karena aku bersikap dingin tadi. Dasar bodoh!
Guru
memberi isyarat agar kelas dua dan kelas tiga mencari pasangan untuk menjadi
patner dalam olahraga kali ini. Aku sudah berjalan mendekat ke arah Sujeong
ketika aku mendengar guru berteriak, “Lakukan sesuai dengan absen!”
Bodoh!
Aku
mundur beberapa langkah, mencoba tertawa sesantai mungkin. Berpura-pura mencari
siswa kelas dua yang memiliki absen sama denganku. Sujeong memerhatikanku untuk
sesaat, sampai aku tau sosok berambut orange menepuk pundak Sujeong kemudian
tersenyum begitu ramah padanya. Jimin menjadi patner Sujeong hari ini.
Aku
sudah menemukan patnerku hari ini, seorang anak bernama Jeon Jungkook. Anak
yang terlihat begitu lihai memainkan bola, dan yah aku tidak peduli dengan itu.
Karena satu-satunya hal yang aku pedulikan saat ini adalah Jimin dan Sujeong
yang sedang tertawa bersama sembari saling memberi tau teknis yang akan mereka
lakukan nanti. Menyebalkan!
“Hyung,
bisakah kau lebih konsentrasi?” tanya Jungkook padaku, aku hanya mengangguk dan
mencoba untuk memerhatikannya. Sepertinya Jungkook kesal padaku karena sedari
tadi aku tidak pernah melihatnya dan mendengarkan apa yang dia bicarakan.
Salahkan Sujeong dan Jimin yang menjadi patner hari ini.
Dan
kalian bisa menebaknya. Hari ini tiba-tiba menjadi hari yang buruk bagiku.
Bagaimana tidak jika kalian melihat orang yang kalian sukai terlihat asyik
tertawa bersama orang yang kalian sebut sahabat. Salahkan diriku juga karena
belum memberitahu Jimin tentang perasaanku pada Sujeong. Oke aku harus
mengakuinya, aku yang salah.
Kelas
olahraga sudah selesai, dengan cepat aku menghampiri Jimin yang terlihat
menjelaskan sesuatu pada Sujeong, dan Sujeong memerhatikan Jimin dengan seksama
seakan tidak ingin melewatkan satu katapun yang keluar dari bibirya. Aku
menepuk pundak Jimin untuk memberitahunya keberadaanku, Jimin menoleh dan
mengerutkan keningnya.
“Sudah
mau ganti?” tanya Jimin padaku, aku segera mengangguk dan menatap Jimin dalam
agar dia cepat mengakhiri percakapannya dengan Sujeong.
“Hei,
kau tidak pamit?” tegurku ketika melihat Jimin segera berjalan mendahuluiku
tanpa mengucap apapun pada Sujeong. Setidaknya dia harus mengucap sampai jumpa,
atau mungkin mengenalkan ku pada Sujeong terlebih dahulu.
“Pamit?
Untuk apa?” Jimin menatapku heran. Jimin benar-benar parah jika itu menyangkut
urusan perempuan.
“Kau
sedang bicara padanya, seharusnya kau mengucapkan sampai jumpa sebelum pergi.”
Aku menegurnya, kemudian aku tersenyum pada Sujeong yang berdiri mematung
memerhatikanku dan Jimin bergantian.
Tapi
kenapa Jimin terlihat bingung?
Jimin
berulang kali menatapku dan menatap ke arah Sujeong.
Berulang
kali seraya menggaruk bagian belakang kepalanya.
“Dia
masih menunggumu Jimin-ah! Jangan membuatnya menunggu, jangan jadi pria
brengsek!” aku mulai kesal dengan sikap sok tolol Jimin.
“Taehyung-ah!”
Jimin menatapku khawatir.
“Hmm?”
“Jangan
bilang kau melihat Sujeong lagi!” Jimin mencengkeram kedua lenganku erat.
Tatapannya begitu dalam menembus mataku, ada keteduhan dan kekhawatiran dari
tatapannya. Aku tertawa kecut, Jimin mulai bertindak menyebalkan lagi.
“Dia
disini!” kataku seraya menunjuk Sujeong dengan dagu.
“Taehyung-ah,
kau sudah minum obatmu?”
Komentar
Posting Komentar