Different
Cast: Oh Sehun, Kang Jiyoung
Support cast: Kim Jongin,Huang Zitao, Jung Krystal, Choi Sulli
Pairing: Sehun/Jiyoung
Genre: Romance, sad,
Leght: twoshot
Author: YRP
Summary: Sehun mencoba menjalani hari-harinya dengan Jiyoung yang berbeda. Akankah Sehun bertahan dengan semua perbedaan yang sangat berarti pada Jiyoung? Sanggupkah Sehun menjalani semuanya?
Saran: play ballad song.
Happy reading! ^_^
“Dan akhirnya Cinderella hidup
bahagia bersama selamanya dengan pangeran.” Sehun mengakhiri kisahnya dan
menutup buku cerita itu.
“Wah,
selalu berakhir dengan bahagia!” jawab Jiyoung ceria.
“Sudah,
ini sudah malam. Kau harus tidur, sekarang pejamkan matamu!” Sehun menutup mata
Jiyoung dengan tangannya.
“Selamat
malam Hun, jaljayo!” kata Jiyoung tidak keberatan Sehun menutup matanya,
“Jangan pergi sebelum Jing benar-benar tertidur.”
“Ya,
aku akan menemanimu sampai kau tertidur.” Sehun membungkus tubuh Jiyoung dengan
selimut. Sehun memerhatikan wajah damai Jiyoung, mengingat tingkahnya setiap
hari. Ya, gadis di sebelahnya itu Jiyoung, Jiyoung kekasihnya, tapi Jiyoung
yang sekarang jauh berbeda dengan Jiyoung yang dulu.
Jiyoung
mengalami gangguan psikologi setahun lalu, tingkahnya kembali seperti gadis
berumur 6 tahun. Jiyoung mendapatkannya karena terlalu shock melihat kedua
orangtuanya yang di bunuh secara sadis oleh seseorang di depan matanya. Sejak
mengalami kejadian itu Jiyoung tak henti-hentinya menangis dan berteriak,
berteriak karena takut dan marah.
Sehun
merawat Jiyoung setelah kedua orangtua Jiyoung meninggal. Sehun sudah berjanji
pada dirinya sendiri akan selalu mencintainya bagaimanapun keadaannya, dan
terbukti sampai sekarang Sehun masih dengan sabar merawat kekasihnya itu. Sehun
membeli apartemen kecil untuknya dan Jiyoung tinggal, sedangkan Sehun bekerja
pada perusahaan pamannya. Orangtua Sehun? Kedua orangtuanya sudah lama
bercerai, Sehun tidak tau lagi dimana ibunya dan ayahnya sedang menjalani hukuman
penjara sekarang.
Setelah
memastikan Jiyoung benar-benar tidur, Sehun bangkit dari ranjang Jiyoung,
mengecup keningnya kemudian kembali ke kamarnya. Sehun merebahkan tubuhnya pada
ranjang yang dingin itu, ranjang itu lebih kecil dari milik Jiyoung. Sehun
memejamkan matanya mencoba untuk tertidur, tapi bayangan Jiyoung di masa lalu
terus mengganggu pikirannya. Sehun rindu Jiyoung yang dulu. Selagi terus
mengingat masa indahnya dengan Jiyoung, tanpa tersadar Sehun tertidur.
“Hun!
Hun! Bangun! Sekarang sudah jam 7 lewat, Hun tidak bekerja?” Jiyoung mencoba
membangunkan Sehun, menepuk pipi Sehun dengan lembut sambil terus memanggil
namanya.
“Kau
sudah bangun Jing?” Sehun mencoba membuka matanya yang terasa berat.
“Hun
tidak pergi bekerja? Ini sudah jam 7 lewat, Hun bilang Hun bekerja jam 8.”
Jiyoung menarik lengan Sehun membuat Sehun bangun dari tidurnya.
“Benarkah?
Ah, aku tidak boleh terlambat.” Sehun segera turun dari ranjangnya. “Tunggu di
luar Jing, aku akan menyiapkan air panas untukmu.”
Seperti
pagi-pagi sebelumnya, Sehun menyiapkan air panas untuk Jiyoung mandi. Selagi
menunggu Jiyoung mandi Sehun membuat sarapan seadanya untuk mereka berdua.
Sehun melihat Jiyoung melipat selimutnya dan menata kamar Sehun. Sehun
tersenyum melihatnya.
“Sudah
selesai merapikannya?” Sehun bersandar pada pintu kamarnya yang terbuka, “Ayo
mandi, airmu sudah siap!” Jiyoung berlari dalam pelukan Sehun seraya tertawa.
Sehun menggiringnya ke kamar mandi.
“Airnya
sudah hangat. Ingat kau harus menggosok gigimu, membersihkan wajahmu,
membersihkan tubuhmu dengan sabun dan membilasnya. Ini pakaianmu, jangan sampai
basah terkena airmu. Selamat mandi!!” Sehun menerangkan apa yang harus Jiyoung
lakukan seperti biasa. Jiyoung mengangguk dan menirukan Sehun tanpa suara.
“Jing
sudah ingat Hun!” kata Jiyoung setelah Sehun selesai.
“Baiklah,
aku akan tau jika kau tidak menggosok gigimu.” Sehun menutup pintu kamar mandi,
Jiyoung mulai bernyanyi dari dalam kamar mandi sedangkan Sehun menyiapkan dua
sandwich untuk sarapan.
***
“Hun-ah!
Kenapa pakai kaos kaki ini lagi? Aku sudah memakainya kemarin.” Rengek Jiyoung
melihat kaos kaki yang disiapkan Sehun.
“Benarkah?
Hmm...” Sehun membuka lemari Jiyoung, “Kau ingin pakai kaos kaki yang mana hari
ini?” Sehun mulai mencari di deretan kaos kaki.
“Yang
bintang-bintang Hun-ah!” Jiyoung menunjuk ke arah kaos kaki yang diinginkan.
“Hmm,
yang ini?” Sehun menariknya, “Ya, ini serasi dengan baju yang kau pakai
sekarang.”
“Hehe,
aku sudah memikirkannya.” Jawab Jiyoung ceria, “Mana Hun, aku bisa memakainya
sendiri.” Selagi Jiyoung memasang kaos kaki dan sepatunya, Sehun kembali
mengecek berkas-berkas untuk pekerjaannya. Setelah yakin semua lengkap, Sehun
kembali perhatian pada Jiyoung.
“Kau
lupa bagaimana cara menalinya?” Sehun menunduk di hadapan Jiyoung, dan menali
sepatunya.
“Sulli
sudah mengajariku, tetapi aku lupa. Aku kan sudah bilang padamu Hun, jangan
belikan yang ada talinya.”
“Baiklah,
lain kali kita akan pergi membeli sepatu bersama. Sudah selesai, ayo!” Sehun
menggandeng Jiyoung, menuntunnya masuk dalam lift. Seperti biasa, Jiyoung akan
selalu memeluk Sehun dan memejamkan matanya dalam lift, Jiyoung bilang di dalam
lift itu menakutkan tanpa Sehun.
Sehun
mengantar Jiyoung ke rumah Sulli, sahabat Jiyoung sekaligus sahabat baik Sehun.
Sulli sudah menikah dengan sunbae mereka dan memiliki rumah sendiri. Sulli yang
menawarkan diri untuk menjaga Jiyoung jika Sehun bekerja, dan janji itu masih
terjaga sampai sekarang. Bagaimanapun Sulli sahabat Jiyoung. Tidak mungkin
Sulli berpura-pura tidak peduli pada sahabatnya.
“Selamat
bekerja Hun-ah! Hati-hati di jalan ne!” Jiyoung melambai pada Sehun.
“Baiklah
putri, masuklah, Sulli sudah menunggumu.”
“Annyeong!”
Jiyoung mencium pipi Sehun sekilas kemudian membuka pagar rumah Sulli, berlari
masuk dalam rumah itu. Sehun membuang nafas panjang, kemudian segera masuk
dalam mobil menuju kantornya.
***
“Sehun-ah,
akhir pekan nanti kau mau ikut aku dan Tao? Kita akan main golf.” Kai menyapa
Sehun ketika usai kerja, meskipun Sehun adalah atasan Kai tapi Kai tak pernah
repot-repot berbicara formal padanya. Kai tetap teman baik Sehun dan Sehun
tidak keberatan akan itu.
“Tidak
bisa, kau pergi saja dengan Tao.” Jawabnya singkat.
“Oh
ayolah Sehun-ah, sudah setahun kita tidak pernah bersenang-senang.” Kai
berusaha membujuk Sehun, namun jelas tidak berhasil.
“Kau
tau kan alasanku menolak ajakanmu.”
“Jiyoung?”
tebak Kai dan Sehun mengangguk, “Ada Sulli yang bisa menjaganya.”
“Apa
kau pikir Sulli tidak ingin bersantai dengan Minho sunbae?” Sehun memberi
pandangan meledek pada Kai.
“Hun-ah
Hun-ah!” Sehun terkejut melihat Jiyoung berlari dan berteriak ke arahnya.
“Bagaimana
kau bisa kesini Jing?” Sehun menangkap Jiyoung dalam pelukannya, Sehun pernah
mengajaknya ke kantor beberapa kali tapi Sehun yakin Jiyoung tidak ingat dengan
rutenya.
“Ya
Kang Jiyoung! Kenapa kau sendirian? Apa kau bersama Sulli?” Kai mengacak rambut
Jiyoung, Jiyoung mengerucutkan bibirnya.
“Kau
kesini bersama Sulli?” tanya Sehun dan Jiyoung menggeleng.
“Tadi
Sulli mengajakku pergi belanja. Lalu Jing ingat jalanan itu, Jing pernah melewatinya
ketika pergi ke kantor Hun. Dan Jing berlari sampai aku bertemu dengan Hun
disini.” Jelas Jiyoung dengan bangga dan ceria. Sehun dan Kai membelalakkan
mata mereka tak percaya.
“Kau
tidak boleh seperti itu Jing!” tegur Kai, Jiyoung masih memberikan senyumnya.
“Jing
pintar kan? Jing bisa mengingat jalan menuju kantor Hun!” Jiyoung terlihat
sangat bangga, tapi kalimat pujian tak keluar dari mulut Sehun, Sehun menatap
Jiyoung tajam. Kemudian Sehun mengambil ponselnya yang ada di tas kerjanya, dan
benar saja Sulli mencoba menghubunginya berkali-kali dan ada beberapa pesan
dari Sulli.
“Kau
mengkhawatirkan Sulli.” Kata Sehun.
“Jiyoung
dengar, yang seperti ini berbahaya, kau tidak boleh mengulanginya.” Jelas Kai
sabar pada Jiyoung.
“Tidak,
Hun pasti senang karena Jing bisa mengingat jalan ke kantor. Benar kan Hun?”
Jiyoung menatap wajah Sehun. Sehun tak memberikan senyumnya.
“Apapun
yang terjadi kau tidak boleh mengulanginya! Apa kau tau sesuatu yang berbahaya
bisa terjadi padamu! Jangan membuat orang di sekitarmu khawatir Kang Jiyoung!”
tanpa sadar Sehun memarahi Jiyoung. Seketika senyum riang itu hilang di wajah
Jiyoung, Jiyoung mulai meneteskan airmatanya. Dia menahan tangisnya dan membuat
isakan.
“Ya
Sehun-ah! Jangan terlalu kasar padanya!” tegur Kai, “Sudah Jing jangan
menangis. Kau memang tidak boleh melakukan seperti ini lagi, kau mengerti?”
“Dia
tidak akan mengerti Kai! Kang Jiyoung, jangan sampai kau mengulangi ini lagi!
Aku akan marah lagi jika hal seperti ini sampai terjadi!” Sehun masih tegas
dalam nadanya. Jiyoung hanya menangis, sedangkan Kai sibuk menghentikan tangis
Jiyoung.
“Sudahlah
Oh Sehun. Sebaiknya kalian pulang!” Kai mengingatkan Sehun, “Jing, jangan
menangis lagi oke?” Kai menepuk pundak Jiyoung pelan.
“Kami
pulang Kai.” kata Sehun singkat seraya menggandeng Jiyoung yang masih menangis.
Sehun menghubungi Sulli dan mengatakan apa yang terjadi. Sulli sudah ketakukan
karena tidak bisa menemukan Jiyoung di supermarket tadi, untung saja tidak ada
sesuatu buruk yang terjadi pada Jiyoung.
***
Dalam
perjalanan pulang tadi Sehun menyempatkan membeli es krim untuk Jiyoung,
meskipun masih terdengar sedikit isakan dari Jiyoung, saat ini Jiyoung
menikmati es krimnya. Duduk di depan TV dengan segelas es krim stoberi
kesukaannya.
“Hun-ah
Hun-ah!” Jiyoung memanggil Sehun ketika Sehun keluar dari kamar mandi,
“Jwesonghamnida!”
“Ne,
ingat jangan ulangi lagi.” Jawab Sehun sabar. Jiyoung tersenyum sekilas dan
kembali sibuk dengan es krimnya.
“Hun-ah,
apa kau tau Sulli akan segera punya adik.” Teriak Jiyoung.
“Benarkah?
Oh, itu kabar yang bagus.” Sehun menjawabnya dari dalam kamar.
“Tapi
aku tidak suka.” Terdengar kekhawatiran dari nada Jiyoung, Sehun segera keluar
kamar setelah memakai kaosnya.
“Kenapa
tidak suka? Itu berarti ada keluarga baru, itu kabar bahagia Jing.” Sehun duduk
di sebelah Jiyoung.
“Sulli
akan sibuk dengan adiknya nanti, dia tidak akan memedulikanku.” Jawab Jiyoung
lemah. Sehun tertawa mendengarnya, Sehun melingkarkan lengannya di pundak
Jiyoung.
“Tentu
saja tidak, Sulli pasti masih memerhatikanmu. Nanti kau harus membantu Sulli
untuk menjaga adiknya.” Jelas Sehun, Jiyoung masih mengerucutkan bibirnya.
Memilih tidak menjawab dan kembali konsentrasi pada es krimnya.
***
Paman
Sehun menambah pekerjaan Sehun di kantornya, dalam hal ini artinya Sehun akan
bertambah sibuk. Sehun menjadi orang kepercayaan pamannya, mengingat anak
pamannya semua perempuan . Sehun banyak membantu sepupu perempuan dan pamannya
dalam urusan bisnis. Kadang Sehun merasa jenuh dengan semua pekerjaannya, Sehun
mulai merasa lelah dengan semua ini. Dia harus merawat Jiyoung dan memikirkan
pekerjaannya. Tapi jam-jamnya tidak pernah mengerti perasaan Sehun, jam-jam itu
tidak memberi Sehun waktu untuk beristirahat.
Mau
tidak mau Sehun sering membiarkan Jiyoung tidur di rumah Sulli jika ada
pekerjaan yang harus dia lembur. Berkali-kali minta maaf pada Sulli karena
selalu merepotkannya, dan berulang kali pula Sulli menjawab Jiyoung juga
tanggung jawabnya. Mungkin Sulli bisa bicara seperti itu, Sehun khawatir dengan
tanggapan Minho sekarang. Sehun yakin suatu saat Minho pasti akan merasa
keberatan.
Kadang
Sehun tidak mempunyai akhir pekan karena harus melakukan pertemuan bisnis atau
sekedar membahasnya dengan paman dan sepupu perempuannya. Membuat waktu bermain
dengan Jiyoung berkurang. Dan di saat seperti itu pula, Sehun merasa sangat
berterima kasih pada Sulli karena mau mengajak Jiyoung jalan-jalan dengan
Minho.
“Aku
tau kau akan mengalami masa sulit ini.” kata Kai ketika mereka makan siang di
kantor.
“Sudah
setahun lebih, aku rasa kau butuh udara segar. Setidaknya kau butuh liburan
beberapa hari.” Tao juga ikut memberi pendapatnya.
“Tidak,
ini bukan apa-apa. Sepertinya sebentar lagi aku akan mencari pembantu untuk
menjaga Jiyoung di rumah.” Sehun memakan makanannya dengan asal, terlihat dia
sama sekali tidak tertarik dengan makanannya.
“Kau
terlihat sangat stres!” kata Kai yang hanya mendapat dengusan dari Sehun.
“Apa
kau yakin Jiyoung itu bisa sembuh? Apa pengobatan setahun ini sudah memberi
perubahan berarti pada mentalnya? Apa kau yakin kau akan terus bersamanya?” Tao
mencerca Sehun dengan pertanyaan-pertanyaan yang paling ditakuti Sehun. Kai
menatap Tao dengan penuh peringatan.
“He
ya! ya! Apa yang kau bicarakan? Jiyoung pasti sembuh, dan jangan ragukan rasa
cinta Sehun pada Jiyoung. Wah! Kau mencari masalah Huang Zitao!” kata Kai, Kai
sangat mengerti bagaimana pengorbanan Sehun untuk mendapatkan Jiyoung dulu.
Mereka ada pada universitas yang sama, dimana Jiyoung gadis yang berhasil
menarik perhatian Sehun, bagaimana cantiknya Jiyoung, keramahan dan
kelembutannya, Kai masih bisa mengingat dengan jelas sosok Kang Jiyoung itu.
“Aku
hanya bertanya, aku sangat kagum padamu jika kau bisa bertahan.” Tao menunjuk
Sehun mengan dagunya. Sehun tersenyum kecut.
“Sebenarnya
sekarang aku sudah mulai ragu...” jawab Sehun lirih tapi jelas di telinga Tao
dan Kai. Kai menatapnya tak percaya sedangkan Tao menatapnya iba.
***
“Sulli-ah,
aku akan menjemput Jiyoung sebentar lagi.” Sehun menelpon Sulli dalam
perjalanan menuju rumahnya.
“Hmm,
kebetulan ada yang ingin aku bicarakan Sehun-ah!” suara Sulli terdengar berbeda
di telinga Sehun. Sehun merasa Sulli sedang tidak baik-baik saja.
“Hun-ah!
Hun datang!” Jiyoung berteriak di belakang Sulli yang membukakan pintu untuk
Sehun.
“Dia
terus mencarinya, dia selalu ingin menelponmu ketika kau di kantor.” Jelas
Sulli pada Sehun.
“Jing!
Kau sudah makan?” Sehun memeluknya, mengelus bagian belakang kepalanya.
“Emm,
Jing sudah makan dengan Sulli tadi.” Kata Jiyoung ceria, “Hun, tadi Jing pergi
untuk beli pakaian bayi dengan Sulli. Jing yang memilh semua pakaiannya.”
Jiyoung bergelayut manja di lengan Sehun.
“Benarkah?
Tapi kali ini kau tidak menghilang lagi kan?”
“Harus
kuakui Hun, selera Jiyoung benar-benar bagus.” Kata Sulli mempersilahkan Sehun
untuk duduk.
“Dengar
kan, Sulli sendiri yang bilang.” Jiyoung terlihat bangga dengan dirinya
sendiri.
“Jing,
kau harus merapikan semua baju dan bonekamu. Cepatlah, jangan membuat Sehun
lama menunggu.” Kata Sulli dan dengan segera Jiyoung menuruti perintah Sulli.
Sekarang Sehun fokus pada Sulli, berharap Sulli mengatakan sesuatu yang baik.
“Sehun-ah,
kau tau kan dengan keadaanku sekarang?” Sulli memulai pembicaraan seirus itu.
“Ya,
aku tau kau akan segera punya anak.” Jawab Sehun, Sulli terlihat mengambil
nafas dalam.
“Sebelumnya
aku minta maaf, tapi Minho oppa mulai keberatan. Kau tau maksudku kan, Jing—ah,
aku tidak tau harus bagaimana?” Sulli menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
“Aku
tau ini akan segera terjadi, aku sudah siap mendengar ini. Bagaimanapun aku
sangat berterimakasih karena kau sudah membantu merawat Jiyoung selama ini.”
kata Sehun mencoba membuat Sulli merasa lebih nyaman.
“Aku
minta maaf, aku akan membantumu mencari perawat untuk Jiyoung di apartemenmu.
Jika waktunya Jiyoung ke dokter dan kau tidak bisa megantar, aku bersedia
mengantarnya ke rumah sakit.” Kata Sulli, Sehun hanya tersenyum.
“Terimakasih,
aku rasa tidak perlu. Aku dan Jiyoung sudah terlalu merepotkanmu Sulli-ah.”
Sehun mencoba untuk tersenyum, meskipun jujur dalam lubuk hatinya yang paling
dalam Sehun merasakan bebannya bertambah. Seseorang yang membantu meringankan
bebannya kini sudah tidak bersedia lagi membantu.
“Sungguh,
aku akan mengantar Jiyoung ke rumah sakit karena itu pasti jam kerjamu. Aku
harap hubungan kita tetap baik setelah ini Hun. Kau tau, aku akan selalu
membantumu.” Kata Sulli tepat ketika Jiyoung kembali dengan tas dan bonekanya.
“Hun,
Jing sudah siap, ayo pulang Hun!” Jiyoung mengampiri Sehun yang langsung
membawa tas Jiyoung.
“Beri
salam pada Sulli.” Kata Sehun singkat. Jiyoung memeluk Sulli dan berpamitan
padanya, Sehun bisa melihat Sulli meneteskan air matanya.
“Sulli-ah,
aku benar-benar berterimakasih padamu, sampaikan salamku pada Minho hyung.”
Sehun berpamitan, Jiyoung melambai dengan ceria pada Sulli. Entah bagaimana
caranya bisa membuat Jiyoung kembali seperti dulu, Sehun benar-benar butuh
Jiyoung yang dulu.
***
“Jing,
jangan terlalu lama di kamar mandi!” teriak Sehun setelah menyiapkan sarapan,
Jiyoung malah makin mengeraskan suaranya dan terus bernyanyi.
“Jing!
Jing! Cepatlah! Aku harus segera pergi ke kantor!” Sehun mengetuk pintu kamar
mandi.
“Sekarang
jam berapa Hun?” teriak Jiyoung dari dalam kamar mandi.
“Cepatlah,
aku bisa terlambat!” teriak Sehun putus asa. Sehun segera mandi secara kilat
ketika Jiyoung keluar kamar mandi. Segera memakai jas kantornya, menyisir
rambutnya dan mengenakan sepatu. Sehun melihat Jiyoung yang sudah rapi, dan
Sehun ingat, apa Jiyoung harus ikut ke kantornya sekarang?
Sebenarnya
bisa saja Sehun meminta bantuan omma Kai untuk menjaga Jiyoung, tapi waktu
tidak mengijinkannya sekarang. Akhirnya Sehun memutuskan untuk membawa Jiyoung
ke kantor. Semoga saja pamannya mau mengerti dan membiarkan Jiyoung untuk
tinggal di ruangannya.
“Ingat
Jing, jangan terlalu berisik ya. Kau sudah membawa buku gambarmu kan?” tanya
Sehun ketika mereka sudah sampai di kantor.
“Hem.
Aku membawa buku-bukuku. Tapi Hun kenapa kita tidak ke rumah Sulli?” tanya
Jiyoung seraya mengimbangi langkah Sehun dengan lari.
“Sulli
sibuk sekarang, kita tidak bisa terus merepotkannya. Ayo!” Mereka masuk dalam
lift, seperti biasa Jiyoung akan langsung memejamkan matanya dan memeluk Sehun.
Beberapa staf kantornya memandang kaget, terutama beberapa staf wanita yang
menaruh hati pada Sehun. Sehun hanya tersenyum menanggapinya, Sehun tidak
peduli apa yang dikatakan orang.
“Hei
akhirnya kau datang!” sapa Tao ketika Sehun melewati mejanya.
“Hun,
kau sudah gila? Kenapa kau membawa Jiyoung kesini?” tanya Kai sadar Jiyoung ada
di belakang Sehun.
“Aku
tidak mungkin meninggalkannya sendiri di rumah. Kalian berdua bantu aku
mejaganya!” kata Sehun kemudian membuka pintu ruangannya, Jiyoung tersenyum
ceria pada Kai.
“Woah!
Sehun benar-benar berani!” kata Tao.
“Bukan,
Sehun benar-benar nekat!” sambung Kai, kedua sahabatnya menatap pintu ruangan
Sehun.
Sesekali
Sehun melirik pada Jiyoung yang terlihat asyik mewarnai di sofa pada
ruangannya. Sehun sudah yakin, Jiyoung tidak akan begitu merepotkan. Semoga
saja untuk kedepannya dia bisa terus membawa Jiyoung ke kantor.
“Hun,
apa kau tadi membawa coklatku?” tanya Jiyoung yang mencari sesuatu pada tasnya.
“Aku
sudah menaruhnya di tasmu.” Jawab Sehun tetap berkonsentrasi pada dokumen di
depannya.
“Ya,
Jing menemukannya!” Kata Jiyoung dan dia segera keluar ruangan. Sehun yang
melihatnya langsung panik.
“Hei
Jing, kau mau kemana?” Sehun mengikuti Jiyoung ke luar ruangan. Jiyoung tengah
memberikan coklatnya pada Kai, dan demi apa Kai sungguh kaget akan itu.
Pasalnya, coklat itu menjadi makanan favorit Kai sejak kuliah. Jiyoung masih
ingat?
“Kau
teman Hun, juga suka permen coklat ini? Jika kau mau ambillah!” Jiyoung memberi
beberapa pada Tao.
“Wah
terimakasih Jiyoung, kau manis sekali.” Kata Tao tersenyum.
“Ini
permen coklat kesukaan Kai kan?” kata Jiyoung, Kai menatapnya tak percaya.
Begitu pula Sehun, mungkinkah ini perkembangan?
“Jing,
bagaimana kau ingat ini?” tanya Kai tak percaya.
“hhehhehe..”
Jiyoung tak menjawabnya dan kembali masuk ke dalam ruangan Sehun. Sehun dan Kai
saling bertatapan, pancaran harapan ada pada mata keduanya.
“Jadi
Sulli sudah mengatakan semuanya?” tanya Kai pada Sehun ketika pulang kantor.
“Ya
seperti itulah. Sepertinya aku harus mencari perawat untuk Jiyoung, biar
perawat itu menjaga ketika aku di kantor.” Sehun dan Kai berbincang seraya
berjalan menuju tempat parkir. Jiyoung dan Tao berjalan di depan mereka, mereka
terlihat sangat akrab bahkan Jiyoung tak berhenti tertawa karena lelucon Tao.
“Oh
ya, sebaiknya kau segera membawa Jiyoung ke dokter Chang. Aku rasa dengan dia
mengingat coklat kesukaanku tadi, itu sebuah perkembangan.” Saran Kai pada
Sehun yang terlihat berpikir.
“Aku
akan mencari waktu untuk mengantarnya ke rumah sakit. Kau tau pekerjaanku makin
banyak. Dan, mengapa yang dia ingat coklat favoritmu?” Sehun terlihat heran,
tapi Kai menangkapnya sebagai cemburu.
“Hahaha,
tentu saja. Setiap hari ketika kita masih kuliah, dia selalu membelikanku
coklat itu agar aku berhenti mengenalkanmu pada teman yeoja ku!” Kai berteriak,
sedangkan Sehun menatapnya tak percaya. Bocah!
***
“Jadi
Jing, eonni ini yang akan menjagamu di rumah ketika aku bekerja. Kau tidak
boleh nakal ya!” Sehun mengecup kening Jiyoung, entah perasaanya saja atau
bukan, Sehun bisa melihat Jiyoung tidak begitu suka dengan itu.
“Jing
ingin ikut Hun saja.” Rengek Jiyoung
ketika Sehun hendak berangkat, “Boleh kan Hun?”
“Ayolah
Jing, aku harus bekerja. Nanti aku akan membawakanmu es krim, baik-baik di
rumah!” Sehun mengacak poni Jiyoung, kemudian melambai. Entah mengapa, perasaan
Sehun tak begitu baik hari itu.
“Sojin,
aku pergi dan jaga Jiyoung baik-baik. Jika Jiyoung menginginkan sesuatu kau
bisa ambil uang di dompet Jiyoung.”
“Baik
tuan.” Kata Sojin, perawat muda yang menjaga Jiyoung.
“Oh
ya, kau akan sangat repot karena Jiyoung, jangan sampai kau memukulnya!”
sambung Sehun kemudian segera menghilang di pintu. Jiyoung menatap Sojin takut,
ini pertama kalinya Jiyoung tinggal dengan orang asing.
***
“Sebenarnya
ada apa denganmu?” tanya Krystal kesal ketika makan malam, ini pertama kalinya
dia berhasil mengajak Sehun makan malam, hasilnya Sehun seperti gelisah ingin
segera pulang.
“Bukan
apa-apa.” Jawab Sehun singkat.
“Kau
tidak suka makanannya?” tanya Krystal dan Sehun hanya menggeleng, “Kau
memikirkan Jiyoung?” Sehun hanya diam, tidak menatap Krystal dan kembali fokus
pada makanannya.
“Ayolah
Hun, aku sudah mencarikan perawat untuknya. Dan jika memang terjadi apa-apa
Jiyoung pasti sudah menelponmu dari tadi.” Kata Krystal kesal. Sehun ingat,
bukankah Jiyoung punya ponsel. Sehun mengecek ponselnya berharap ada telepon
dari Jiyoung, kemudian Sehun segera menghubungi Jiyoung sadar gadis itu tak
menghubunginya.
“Aku
rasa aku harus benar-benar pulang sekarang.” kata Sehun, “Ponsel Jiyoung tak
bisa di hubungi.” Sehun segera meninggalkan Krystal sendiri disana. Perasaan
Sehun benar-benar tidak baik sekarang.
***
Hun dimana? Hun Jing takut, kenapa Hun
membiarkan eonni itu di rumah dengan Jing? Hun! Kenapa belum pulang, ini sudah
malam Hun! Hun, Jing lapar... Hun, ponsel Jing sudah hilang...
“Jiyoung
ayo, tunggu Sehun di dalam ya! Sebentar lagi pasti Sehun datang, paman sudah
menelponnya. Sehun sudah bisa dihubungi.” Satpam itu terus membujuk Jiyoung
agar mau kembali masuk ke apartemennya. Jiyoung masih duduk menekuk lututnya di
depan lobby apartemen sejak siang tadi.
“Jing
menunggu Hun.” Kata Jiyoung seraya menggelengkan kepalanya.
“Tuan
Oh Sehun, sejak siang tadi Jiyoung disini menunggu anda.” Jiyoung mengangkat
kepalanya mendengar satpam itu menyebut nama Sehun.
“Hun
pulang!” Jiyoung berdiri dan Sehun segera memeluknya, Jiyoung langsung menangis
dalam pelukannya.
“Maafkan
aku Jing.” Kata Sehun, “Terima kasih, aku benar-benar tidak tau ini akan
terjadi.” Sehun berkata pada satpam tersebut. Sehun segera berpamitan dan
membawa Jiyoung masuk.
Tadi siang nona Jiyoung datang pada saya,
dia turun lewat tangga tuan, dia bilang dia takut naik lift. Setelah saya tanya
apa yang terjadi, dia bilang eonni yang menjaganya pergi. Sepertinya pembantu
anda itu membawa sejumlah uang, dan ponsel nona Jiyoung juga di bawa. Saya
bertanya apa perawat itu memukulnya, dia
berkata tidak. Tapi nona Jiyoung terlihat sangat ketakutan, dan dia terus duduk
lobby menunggu anda. Saya sudah menawarinya makan, tapi dia menolak.
“Hun,
Jing tidak mau dengan eonni tadi.” Kata Jiyoung ketika Sehun dengan sabar
menyuapinya.
“Iya,
dia tidak akan kembali kesini lagi.”
“Bisakah
Jing di rumah Sulli saja? Jing janji, Jing tidak akan nakal lagi.” Kali ini
Jiyoung terdengar begitu memohon, Sehun tidak tau bagaimana caranya, tapi yang
jelas permintaan Sulli yang terakhir itu benar-benar tak bisa di rubah.
“Jing
ikut ke kantor Hun saja ya!” kata Sehun kemudian, Jiyoung hanya mengangguk.
“Kau belum makan dari siang kan, ayo buka mulutmu.”
***
Selama
beberapa hari semuanya berjalan lancar, Kai dan Tao juga membantu untuk menjaga
Jiyoung selama mereka di kantor. Tak jarang Jiyoung harus makan siang bersama
Kai atau Tao karena pekerjaan Sehun yang banyak. Tak jarang Jiyoung harus tidur
di kantor dan menunggu Sehun yang pulang larut malam. Semua itu berjalan baik
di awal.
Sama
seperti perkiraan Kai dan Tao, tidak mungkin selamanya Jiyoung ikut dengan
Sehun setiap hari. Paman Sehun mulai merasa terganggu karena konsentrasi Sehun
jadi terbagi. Dan Krystal tak henti-henti menyarankan Sehun agar membiarkan
Jiyoung sendiri di rumah daripada mengajaknya ke kantor. Dan karena itu, Sehun
benar-benar marah pada Krystal.
“Hun!
Jing bosan!” teriak Jiyoung ketika Sehun sedang serius menatap laptopnya.
“Lanjutkan
mewarnai saja, nanti Hun beri nilai.”
“Semuanya
sudah Jing warnai!” Jiyoung membolak-balik buku mewarnainya. “Jing ingin
pulang!!!”
“Ini
masih siang Jing, sabarlah.” Kata Sehun, dia mulai menatap Jiyoung yang berdiri
di atas sofa.
“Jing
mau pulang!!! Pulang!!!” Jiyoung merengek, Sehun mulai kesal akan itu. Pekerjaannya
masih banyak dan butuh konsentrasi penuh. Tapi Jiyoung sudah mulai
merepotkannya sekarang. Sehun tau Jiyoung akan bosan, tapi Sehun tidak pernah
berpikir itu akan membuatnya semarah ini.
“Diam
Jing, kau tau ini kantor!!!” bentak Sehun kesal, Jiyoung diam, menatapnya
dengan kecewa, airmatanya mulai jatuh. Sehun memukul meja kerjanya, dia kesal
dengan semua ini. Dia menyesal sudah membentak Jiyoung, tapi dia benar-benar
sudah lelah dengan Jiyoung.
“Jing
ayo ikut! Aku akan mengajakmu ke taman!” Kai yang mendengar suara marah Sehun,
masuk dalam ruangannya dan mengajak Jiyoung yang sekarang sudah menangis
tersedu. “Aku akan mengantarnya ke apartemenmu.” Kata Kai tanpa melihat Sehun.
***
Jiyoung
sudah tidur ketika Sehun pulang, Sehun ingat betul dia membentak Jiyoung tadi
siang. Sehun benar-benar merasa bersalah, tapi dia sadar dia sudah mulai lelah
dengan semua ini. Kata dokter Jiyoung bisa sembuh, tapi selama setahun setengah
ini, Jiyoung tetap seperti itu.
Sehun
jadi ingat apa yang selalu dikatakan Kai akhir-akhir ini, sudah waktunya Sehun
membawa Jiyoung ke rumah sakit. Selain sudah waktunya Jiyoung check up,
bukankah Sehun harus memberitahu dokter tentang perkembangan Jiyoung, Jiyoung
yang sedikit mengingat apa yang terjadi di masa lalu, coklat itu? dan Sehun
lagi-lagi dibuat pusing. Sehun tidak punya waktu untuk mengantar Jiyoung ke
rumah sakit.
“Hun....”
Jiyoung memanggil nama Sehun dalam tidurnya.
“Hun,
jangan marah lagi... Jing tau Jing salah...” kalimat itu benar-benar membuat
hati Sehun sakit. Bagaimana bisa Sehun sudah merasa lelah dengan semua ini?
Bukankah Jiyoung juga tersiksa dengan semua ini? Benar kan Jing?
***
“Jing, kenapa tidak memakai baju
yang sudah aku siapkan? Baju itu tidak baik di pakai ke kantor.” Kata Sehun
ketika melihat Jiyoung memakai celana pendek dan kaos rumahnya.
“Hari
ini Jing di rumah saja.” Jawabnya dengan senyum. Sehun menatapnya, ada apa
dengan gadis ini?
“Hei
apa yang kau pikirkan. Ayo cepat ganti bajumu, kita bisa terlambat.” Sehun mencoba
membuat Jiyoung masuk kamar, tapi Jiyoung bersikeras dengan bertahan tidak mau
masuk kamar.
“Tidak
Hun, Jing di rumah saja hari ini. Hun hati-hati di jalan. Jing tau, Jing akan
mengunci pintu. Jika terjadi apa-apa Jing akan langsung menelpon Hun.” Jiyoung
mengangkat ponsel barunya mencoba meyakinkan Sehun.
“Tapi
tetap saja Jing....”
“Nanti
kalau lapar Jing bisa pergi ke cafetaria di lantai satu. Semua orang disitu
menganal Jing, Hun tenang saja.” Jiyoung memotong perkataan Sehun.
“Bagaimana
jika...”
“Jing
bisa minta bantuan satpam jika terjadi apa-apa, bibi di apartemen sebelah juga bisa
membantu. Boleh ya Hun. Jing sudah pintar sekarang.” katanya memohon pada
Sehun. Awalnya Sehun ragu, tapi kemudian dia mengiyakan permintaan Jiyoung dan
meninggalkannya di apartemen sendirian setelah menghubungi satpam dan bibi Han
tetangga mereka untuk membantu Jiyoung.
“Ingat
Jing, jangan pernah menyentuh kompor! Jangan bermain listrik! Jika terjadi
apa-apa langsung menelpon. Ingat kan?” kata Sehun sebelum dia berangkat.
“Ne
Hun! Jing sudah mengingat semuanya. Jing akan baik-baik saja di rumah.” Jawab
Jiyoung ceria. Sehun segera pergi setelah mengecup kening Jiyoung. Dan hari itu,
Sehun menyempatkan untuk menelpon Jiyoung setiap dua jam sekali.
“Kau
sudah gila meninggalkannya di rumah sendirian!” komentar Tao ketika Sehun
menceritakannya.
***
Malam
itu lagi-lagi Krystal meminta Sehun untuk menemaninya makan malam, Sehun
menerima tawaran itu karena dia pulang lebih awal dari biasanya. Sehun menelpon
Jiyoung untuk mengetahui keadaannya, setelah memastikan Jiyoung baik-baik saja
dia menerima tawaran Krystal.
“Sehun-ah,
kenapa kau tidak membawa Jiyoung ke panti asuhan atau ke rumah sakit saja?
Setidaknya kau tidak kelelahan seperti ini.” kata Krystal di tengah makan malam
mereka.
“Aku
tau ini melelahkan, tapi aku tidak boleh membawanya ke panti asuhan atau tempat
sejenis itu.” jawab Sehun malas. Ini sudah kesekian kalinya Krystal menyarankan
membawa Jiyoung ke panti asuhan.
“Proyek
kali ini akan membuatmu sibuk berkali-kali lipat. Kau akan sangat sibuk, dengan
adanya Jiyoung tetap tinggal bersamamu, itu makin membuatmu lelah. Kau pulang
dan butuh istirahat, bukan merawat gadis tolol seperti itu.” komentar Krystal
dengan senyum miringnya. Dan tidak disangka kalimat panjang itu membuat Sehun
marah, Sehun meninggalkan Krystal sendiri disana. Dan itu bukan untuk pertama
kalinya.
“HUN
PULANG!!!” teriak Jiyoung ketika Sehun membuka pintu.
“Kenapa
kau belum tidur Jing, ini sudah malam.” Sehun memeluknya.
“Jing
menunggu Hun. Hun sudah makan, tadi Jing membeli dua porsi makanan untuk makan
malan Hun.” Kata Jiyoung menarik tangan Sehun menuju meja makan, “Ah,
sepertinya Hun sudah makan. Hun bau makanan.” Sehun terkikik mendengar kalimat
terakhir.
“Hun
akan tetap memakannya.” Kata Sehun membuka makanan itu, Jiyoung terlihat bangga
dan asik duduk di sebelah Sehun dan memandangnya yang menikmati makanan.
“Kenapa
kau melihatku seperti itu Jing?” tanya Sehun merasa Jiyoung tak melepas
pandangannya.
“Hun
jangan pergi ya! Jangan biarkan Jing sendirian.” Katanya polos, meskipun
kalimat itu terdengar biasa, tapi Sehun bisa menangkap sebuah harapan di mata
Jiyoung. Apa Jiyoung tau Sehun sudah mulai lelah?
***
To be continued...
Author's Note: yehet! Balik dengan Sehun Jiyoung lagi. Tunggu lanjutannya ya, kayanya gak bakal lama ngepostnya karena udah tinggal bikin ending aja. Semoga kalian suka dnegan fic ini, di tunggu komentarnya. Don't be silent reader ya!^^
Awal baca ff ini rada gak asing ama penyakitnya Jiyoung,,,mirip yg di ff biru,,,
BalasHapustapi jiyoungnya menggemaskaaaaaan,,,
itu semacam ada benih2 cinta dari kai buat jiyoung..Sojungiiiiiie,,,kenapa gitu siiiih????
Saeeeeengie pliiiiiis buruan lanjut,,,,,
iya, ff nya mbak biru ada, Jingnya sama L. kkk, lagi kepikiran bikin Sehun yg ngerawat-ngerawat sabar gitu. muncullah ff ni. :D :D
HapusIya sojung jahat maksimal disini.. maaafff.. :D
Tunggu selanjutnya yaaaaaa.......
Sebenernya sifat aslinya jiyoung yang asli emg bener2 anak kecil jd dapet parah feelnya. Agak kasian juga ama sehun suruh ngadepin sifatnya yg skrg,kai juga kasian wkwk bener2 gasuka sifatnya krystal yang jahat banget sih iyuwwww...sulli juga baik banget,tao juga wkwk btw,lebih cepat lebih baik yaaah unnieyaaaa buat fanfiction ini dan fanfiction yg lain;) thankyou
BalasHapusaduh maaf, Krystal dibikin jahat maksimal disini..
Hapustunggu ya, udah nulis klimaks kok...
terimakasih..
jing kapan sembuhnya author? it's sad..
BalasHapuskrystal bener2 jadi cewek antagonis. sehun sabarrr banget,
jing cepet sembuh, kasihan sehun noh nungguin elu.. :D
semangat author, tunggu chapter selanjutnya. love ya^^ fighting!
terimakasih...
Hapustunggu aja di chapter selanjutnya ya.. Gak akan lama kok, soalnya udah mau kelar.
Yang sabaar yaaa Sehun, Jiyoung pastii sembuh.
BalasHapusDuuh toor, kok ngenes bgt yaa masa lalu mereka berdua, terutama Jiyoung.
Sampai dy jdi ada gangguan mental gt.
Tp kl gt, bs diliat gimana besarnya cinta Sehun buat Jiyoung.
Semogaa ada happy ending buat JingHun.
Update sooon authorniiim!!! ^^9
terimakasih....
HapusIya di tunggu ya, gak bakal lama kok... :D
Saengie,,,ayo lah di lanjut chap 2,,,,
BalasHapuspenasaran ama endingnya,,,,jiyoung bakalan mati lagi kah?????
Wks
oke oke eonn.. Masih nulis ending.. Tunggu aja Jiyoung mati lagi apa enggak... hehehe :D :D
Hapussad,fun whateverlaaah :D. aku gak seberapa kenal jing sbenarnya thor jarang banget lihat dia ngomong. sehun, sehun yang bijak :) biasa lihat sehun yang childist skrg jd gini okelah gpp. wahh kai baik sekali. dan satu lagi thorr itu sulli punya perut buncit begimana yah ahahahahah. minho kau harus merawat sulli dengan baik agar badanya tak membengkak :p. good (y)
BalasHapus