Tittle: First Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.
“Krystal, bagaimana dengan Chanyeol sunbae?
Bagaimana dia menurutmu?” Jiyoung mengalihkan pertanyaan.
“CHANYEOL???” Krystal bangkit dari posisi
tidurnya, “KAU BILANG CHANYEOL? LP TEAM SINTING ITU?” beberapa temannya yang
sudah tertidur bergumam kesal mendengar teriakan Krystal tapi tidak ada yang
berani menegurnya.
“Sttt! Pelankan suaramu, nanti ada sunbae yang
dengar!” Jiyoung mencoba menarik Krystal agar kembali tidur.
“AKU TIDAK SALAH DENGAR KAN? CHANYEOL?”
“Krystal pelankan suaramu!” tegur Sulli yang
kini bangun karena Krystal, beberapa anak berterima kasih pada Sulli.
“Ada apa ini?” Baekhyun membuka pintu,
mengarahkan senternya pada Krystal yang sedang duduk, “Tidur!” perintah
Baekhyun. Krystal yang silau karena sorotan lampu senter dengn terpaksa kembali
masuk dalam selimutnya.
“Kalian berdua sebaiknya tidur!” bisik Sulli.
“Jiyoung, aku belum selesai dengan Chanyeol.
Jelaskan padaku besok!” Krystal menghilang di balik selimutnya. Jiyoung juga
berusaha agar tidur dengan segera.
***
BRAAAAK!
Suara pintu setiap kelas dibuka dengan keras!
“BANGUN SEMUANYA! HOBAE BANGUN!!!” suara serak
Chanyeol terdengar dari luar koridor. Kemudian suara penggaris kayu di pukulkan
ke papan tulis membuat semua hobae bangun seraya mengumpat kesal.
“WOI SIAPA YANG BERISIK MALAM-MALAM SEPERTI
INI?” teriak Sehun kesal. Ruang kelas yang awalnya gelap mendadak terang karena
Baekhyun sudah menyalakan lampu dan menatap tajam ke arah Sehun.
“KAU KEBERATAN OH SEHUN?” kata Baekhyun dengan
suara keras, Sehun mengumpat pelan. Jongin mengucek matanya, menyadari ada
keributan.
“CEPAT PAKAI SEPATU DAN JAKET KALIAN! SEGERA
BERKUMPUL DI DEPAN GEDUNG HOBAE DALAM DUA PULUH DETIK!!!” lanjut Baekhyun.
Ruang kelas A yang dihuni hobae laki-laki dari kelas A, B, dan C langsung
ribut. Mereka dengan tergesa memakai sepatu dan jaket mereka. Segera keluar dan
berkumpul di lapangan. Dan itu terjadi di kelas lainnya.
Suara Minah berhasil membuat tidur nyenyak
Jiyoung jadi terganggu, dia mendapati Sulli sedang menatap horror ke sekeliling
sedangkan Krystal masih bertahan di balik selimutnya.
“Benar kana pa kataku? Ini pasti jerit malam,
apa lagi yang akan kita lakukan jam satu pagi seperti ini.” Rengek Hyeri seraya
memakai sepatunya dengan cepat. Jiyoung dan Sulli segera melakukan hal yang
sama. Jiyoung berulang kali membangunkan Krystal, tapi gadis itu tidak mau
keluar dari selimut.
“Krystal bangun! Semuanya sudah keluar!”
Jiyoung membuka selimutnya, Krystal masih tidak ingin membuka mata.
“Krystal Jung, butuh bantuan?” Minah berjalan
mendekat kea rah mereka, Krystal bangkit dengan malas. Dia menatap penuh
kebencian pada Minah karena mengganggu tidurnya.
“Aku sudah bangun, sunbae!” kata Krystal,
kemudian mengambil sepatunya dan mengajak Jiyoung dan Sulli keluar tanpa memakai
sepatunya.
Di depan gedung hobae, para hobae sudah
berbaris dengan menahan kantuk, beberapa dari mereka terlihat tegang. Mereka
berdiri sesuai dengan kelas masing-masing, Jongin yang berdiri paling depan
menunduk menahan kantuk, bahkan sesekali Minseok haru memegangnya agar tidak
jatuh.
“Dengar semuanya, kalian akan berjalan melewati
rute yang telah tertulis di peta ini.” Minho mengangkat sebuah peta di
tangannya, “Setiap kelompok terbagi menjadi tiga anak. Kalian harus menjawab
pertanyaan di setiap pos, kalian akan menemui beberapa hal kecil dalam
perjalanan kalian, dan semoga berhasil!” kata Minho.
Kyungsoo mulai memanggil nama-nama hobae yang
harus berjalan duluan. Kelompok pertama, salah satu dari mereka adalah Sungjae.
Beruntung Sungjae masih sempat melucu sebelum berangkat membuat suasana menjadi
lebih hangat. Sulli sudah hampir menangis, dia tidak berhenti merengek pada
Minseok kenapa harus ada agenda bodoh ini. Berkali-kali Minseok menjelaskan
bahwa ini untuk mental mereka.
“Aku tidak peduli, aku harus bersama Jiyoung
dan Jongin!” kata Sulli, dan Minseok hanya mengangguk setuju. Jiyoung yang juga
merasa takut hanya diam seraya memandang sepatunya. Krystal dan Sehun duduk di
tanah, mereka beradu punggung dan tidur! Berulang kali Jongdae membangunkan
mereka tapi hasilnya nihil. Untung LP dan P Team tidak disana.
“Hei, sebentar lagi giliran kalian!” Jongdae
membangunkan Krystal dan Sehun lagi, “Krystal ayo pakai sepatumu!” tapi bahkan
Krystal tidak bergerak. Tidak sabar, Jongdae segera memakaikan sepatu ke kaki
Krystal. “Kalian berdua ayo bangun! Kalian jalan sekarang saja!” kata Jongdae.
Akhirnya dengan bantuan Minseok, Sehun dan Krystal berhasil bangun.
“Khusus untuk kalian, kalian hanya berdua.”
Jieun memberikan peta pada Sehun, kemudian keduanya berjalan.
Sampai pada akhirnya waktu Jiyoung, Jongin dan
Sulli. Jongin memimpin dengan membaca peta, mereka berjalan mejauh dari gedung
hobae. Lampu-lampu gedung sengaja di matikan juga beberapa lampu taman. Jiyoung
dan Sulli memegang erat lengan Jongin, Jongin pasrah dan terus memimpin mereka.
“AAARRRGGHHH!!!!”
terdengar teriakan, Sulli menutup mata dan
memaksa untuk kembali.
“Itu cuma bohong, kerjaan sunbae!” kata Jongin
stress! Sulli dan Jiyoung yang berada di kanan kirinya membuatnya gerah. Sampai
mereka di pos pertama, disana da Woohyun, Hara dan Hoya. Di pos pertama mereka
di suruh mengerjakan soal tentang sekolah, mulai dari kepala sekolah, tahun
berdiri, sejarah dan lain-lain. Setelah menyelesaikan mereka segera lanjut
mencari pos lain.
“Hanya tiga pos kan? Kita pilih pos yang
gampang-gampang saja!” kata Jiyoung.
“Bagaimana kita tau mana yang gampang dan tidak
Jiyoung?” tanya Jongin membuat Jiyoung bungkam.
Mereka lanjut berjalan menuju aula besar,
Jongin memilih pos yang ada disana dan segera menyelesaikannya. Disana ada
Baekhyun dan Minah, jelas ini bukan pos yang baik. Baekhyun dan Minah meminta
mereka menyebutkan struktur Organisasi inti di DreamLand, tentu saja tidak ada
yang bisa menjawab ini. Pertanyaan diganti dengan berapa banyak kegiatan sekolah
yang bisa diikuti, Jiyoung bisa menjawab ini dengan benar. Meskipun begitu,
Baekhyun meminta mereka untuk mencari sebuah botol kecil di taman dekat aula
besar untuk mereka bisa pergi.
“Kita berpencar Sulli, biar cepat dapat!” kata
Jongin frustasi ketika Sulli terus-terusan membuntutinya.
“Aku takut….”
“Ini bukan area hantu, area hantu ada disana
dan aku tidak membawamu kesana. Disini aman!” jelas Jongin, tentu Jongin tau
tentang ini karena Minseok sudah memberitahunya sebelumnya. Untung Jongin
berhasil menemukan botol di bawah pot bunga besar, mereka bisa berjalan ke pos
selanjutnya. Pos terakhir untuk mereka…
Hati Jiyoung mencelos ketika mereka tiba di pos
terakhir, dan itu adalah pos Chanyeol. Disana mereka diminta mengisi satu
lembar pertanyaan tentang psikologi. Jongin menjawabnya dengan asal agar segera
selesai dan dia bisa kembali tidur. Setelah mengumpulkan kembali pada Chanyeol,
mereka diminta menebak nada yang dimainkan oleh Chanyeol. Dari sepuluh nada,
hanya tiga yang berhasil mereka jawab dengan benar.
“Cari tempat untuk istirahat, jangan terlalu
jauh dari sini!” kata Chanyeol menyudahi. Mereka memilih duduk di koridor dekat
dengan tempat Chanyeol duduk. Jongin langsung tidur di lantai, Sulli masih
was-was ketakutan dan Jiyoung sibuk melihat Chanyeol yang sedang memainkan
penanya menunggu hobae lain datang.
Sulli ikut tertidur tak lama setelah itu, rasa
kantuk juga mulai menyerang Jiyoung. Jiyoung menekuk kaki dan memeluknya, tanpa
sadar dia sudah jatuh tertidur. Dalam tidurnya Jiyoung bermimpi, dia bertemu
dengan seorang gadis memakai seragam yang sama dengannya. Setelah Jiyoung
perhatikan wajahnya tidak asing, gadis itu yang dia lihat di ruang kesehatan,
yang berdiri tepat di sebelah ranjang Jongin. Gadis itu tersenyum padanya, tapi
Jiyoung sudah terlalu takut untuk membalas senyumannya, Jiyoung berlari sekuat
tenaga menjauh dari gadis itu… Jiyoung takut…
“Kang Jiyoung! KANG JIYOUNG!” Jiyoung
terbangun dari mimpinya dan mendapati Chanyeol berada di depannya. Jongin dan
Sulli di kanan kirinya, menatapnya khawatir dan beberapa hobae lain juga
melihat Jiyoung.
“Mimpi buruk ya? Kau sampai berteriak gitu…”
Sulli menepuk pundak Jiyoung pelan, Jiyoung hanya mengangguk pelan. Jiyoung
berusaha duduk tegak dan menyadari seseorang tengah memegang erat tangan
kirinya, Jongin.
“Kau ingin kembali ke kelas? Biar aku suruh tim
kesehatan mengantarmu.” Kata Chanyeol lembut, membuat mereka yang disana
sementara lupa bahwa orang itu adalah LP Team. Jiyoung menggeleng dengan cepat.
“Tidak lama lagi kalian akan kembali ke kelas.” Chanyeol bangkit dan kembali
duduk di tempatnya seperti tadi.
Semua hobae sudah kembali ke kelas tiga puluh
menit kemudian, banyak yang memilih untuk tidur, tapi tidak dengan Krystal,
Sulli dan Jiyoung. Mereka memilih mengobrol di sudut kelas.
“Kalian tidak menemui hantu sama sekali?” tanya
Krystal tak percaya, “Tiga pos yang aku datangi, dan ada puluhan hantu yang aku
temui. Untung aku dan Sehun tidak takut.” Lanjutnya percaya diri.
“Untung kita tidak menemui hantu, iya kan
Jing?” Sulli memakan keripik yang dia bawa dari rumah Jiyoung.
“Tapi aku lihat hantu lagi, yang ada di ruang
kesehatan. Dia tadi ada di mimpiku.” Jelas Jiyoung membuat Krystal dan Sulli
menelan ludah. Jiyoung menceritakan semua tentang mimpinya, Krystal dan Sulli
mendengar dengan sungguh-sungguh.
“Lupakan saja, tadi aku juga lihat anak yang
sepertimu, katanya dia melihat Bae Suzy.” Kata Krystal enteng.
“Bae Suzy?”
“Iya, aku dan Sehun menguping tadi. Kata para
sunbae, gadis itu namanya Bae Suzy. Dia anak yang cantik, tapi ada hobae yang
bernama Bae Suzy dan menurut para sunbae nih, dia sangat mirip dengan hantu
itu.” Jelas Krystal.
“Bagaimana bisa?”
“Mungkin Cuma mirip. Tapi aku kenal dengan Bae
Suzy, dia anak yang baik, tidak ada kesan kalau dia itu hantu.” Krystal berkata
dengan enteng, “Nanti aku kenalkan kau pada Bae Suzy, perhatikan apa wajahnya
sama dengan hantu itu.”
Jiyoung berusaha membuka matanya ketika Sulli
berulang kali memanggil namanya. Semua hobae bersiap untuk senam pagi, dengan
mata setengah tertutup Jiyoung mengikuti Sulli dan Krystal berjalan keluar.
Bukan hanya Jiyoung yang sedang melawan rasa kantuknya pagi itu, tapi sebagian
besar hobae. Berbeda dengan para sunbae yang terlihat sangat segar dan
bersemangat.
Setelah itu mereka di beri waktu untuk mandi,
secara otomatis Jiyoung, Krystal, Sulli, Jongin dan Sehun memisahkan diri dari
gerombolan hobae yang antri di kamar mandi. Mereka sekali lagi memilih untuk
menggunakan kamar mandi di gedung pertemuan seperti sebelumnya. Kelima bocah
itu tidak ada yang bercakap karena rasa kantuk mereka. Bahkan setelah olahraga
badan mereka juga menolak untuk merasakan kesegaran pagi hari.
Mereka hanya bicara dengan isyarat mata dan
tubuh. Krystal tidak masuk kamar mandi ketika yang lainnya sedang membasuh
diri. Krystal menyempatkan diri untuk tidur sejenak di wastafel. Sehun dan
Jiyoung keluar hampir bersamaan, Jiyoung segera membangunkan Krystal.
“Cepet mandi dulu, nanti ngantuknya hilang!”
kata Jiyoung, terlihat matanya sudah bisa terbuka setelah dia mandi.
“Yah….” Desah Krystal, mengambil handuknya dan
segera masuk kamar mandi.
Jiyoung dan Sehun mengobrol seraya menunggu
yang lain keluar. Berbeda seperti sebelumnya, Jiyoung dan Jongin tidak saling
bicara. Sebenarnya Jiyoung ingin, tapi kelihatannya Jongin sedang dalam keadaan
tidak ingin diganggu.
Semua hobae kembali berkumpul di aula besar
untuk sarapan. Kemudian di lanjutkan dengan beberapa penjelasan tentang malam
inagurasi. Terhitung tujuh hari lagi dari sekarang, para hobae akan menghadiri
malam inagurasi. Jiyoung berpikir kenapa acara itu tidak dijadikan satu saja
dengan serangkaian perkenalan minggu ini.
Para sunbae memberi kesimpulan dari segala
rangkaia acara selama satu minggu ini, bahkan para P dan LP Team secara khusus
meminta maaf jika ada kata dari mereka yang kurang baik. “Mereka semua memang
tidak ada yang baik.” Seru Krystal ketika Kim Kibum melontarkan permintaan
maafnya. Dilanjut dengan pemilihan sunbae ter-, dimana para hobae member voting
untuk sunbae dengan katagori tertentu. Seperti contoh, sunbae tertampan di
terima oleh Choi Minho dan sunbae terjahat diterima oleh Park Chanyeol dan Byun
Baekhyun.
Sehun yang menerima skor nilai tertinggi dari
semua tugas mendapat sebuah bingkisan –tidak ada yang tau apa isinya –dia
tersenyum bangga, tapi wajahnya berubah ketika LP Team menyalaminya. Dengan
sangat jelas Sehun menghilangkan senyumnya dan member pandang benci pada mereka
membuat banyak anak bersorak.
Dan untuk hobae dengan pelanggaran terbanyak
diperoleh oleh Kim Jongin. Jiyoung mencoba menghitung berapa banyak pelanggaran
Jongin hingga dia mendapat point pelanggaran terbanyak, tapi otaknya tidak bisa
menghitung dengan baik. Jongin tersenyum miring menerima gelar itu, Taemin tak
berhenti mengacungkan jempol padanya, bangga.
“Gelar Jongin membuatku malu, aku malu sebagai
temannya. Pelanggaran apa saja sih yang dia buat?” kata Sehun keras pada
Krystal, Jiyoung dan Sulli. Tapi siapa yang menyangka kemudian Jieun memanggil
nama Sehun sebagai hobae dengan pelanggaran terbanyak di urutan kedua.
“Muahahaha! Kau juga!” teriak Krystal. Beberapa
sunbae bersorak, karena hobae paling pintar tahun ini merangkap dengan hobae
paling banyak pelanggaran. Sehun maju dengan tersenyum konyol, berkali-kali
menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Jongin menunjuknya sambil tertawa, Sehun
hanya memasang muka konyolnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul duabelas siang
tepat, Lee Jinki memberikan pidato akhirnya sekaligus menandakan acara selesai.
Tapi meskipun sudah berakhir, kepulangan hobae tetap diatur seperti biasa agar
tidak menimbulkan keributan.
Jiyoung membawa semua bawaannya dan berjalan
menuju gerbang bersama Sulli dan Krystal. Tidak ada wajah tertekan lagi di raut
para hobae, mereka pulang dengan suka cita. Jiyoung sudah melihat ayahnya
berada di depan gerbang, Jiyoung langsung berpamitan pada Sulli dan Krystal.
“Loh, Sehun sama Jongin gak bareng kamu?
Biasanya kan mereka numpang.” Seru Sulli.
“Aku tidak melihat mereka.” Krystal menoleh
kesana keamri, mencoba menemukan dua sosok yang di cari di lautan manusia.
“Aku telepon mereka sebentar lagi. Da!” Jiyoung
melambai. Ayahnya membantu membawa barangnya. Jiyoung meminta ijin pada ayahnya
untuk menunggu Sehun dan Jongin, tapi Sehun mengirimnya pesan bahwa dia tidak
akan menumpang pada Jiyoung. Ada rasa kecewa ketika Jiyoung melihat bangku
belakang mobilnya kosong.
***
Jiyoung sedang menyiram bunga di halaman depan
rumahnya sore itu ketika seseorang memencet bel dari luar pagar seraya
berteriak…
“Jiyoung Jiyoung… Kang Jiyoung, Kang Jiyoung…!”
orang itu melagukannya persis seperti anak sekolah dasar meminta temannya untuk
bermainbersama. Jiyoung segera menutup kran air dan membuka pintu pagar.
“Sehun!” panggilnya begitu melihat Sehun ada di
atas sepedanya.
“Kau lagi apa? Main yuk!” kata Sehun terlihat
bosan. Heh? Anak ini benar-benar! Jiyoung membuka pagar rumahnya lebih lebar
dan membiarkan Sehun masuk. Sehun mengayuh sepedanya, dia bersepeda
berputar-putar di halaman rumah Jiyoung yang sempit.
“Mau main kemana? Kau gak capek?” tanya Jiyoung
seraya menggulung selang air
“Kemarin pulang dari sekolah aku langsung tidur
sampai pagi tadi.” Kata Sehun masih berputar-putar, “Kau tau toko buku yang oke tidak? Ada buku
yang harus kucari.”
“Kau tidak tau? Sudah berapa lama kau tinggal
disini dank au tidak tau?” tanya Jiyoung heran.
“Aku pendatang disini. Kau lupa, aku saja
numpang di rumah noonanya Jongin.” Kata Sehun mengingatkan, Jiyoung hanya
mengangguk. “Ayo! Kau punya sepeda kan? Apa mau aku bonceng?”
“Ada kok, sebentar aku pamit omma dulu.”
Jiyoung melesat masuk ke dalam rumah dan keluar lima menit kemudian. Dia
menuntun sepeda warna pinknya, dan menyuruh Sehun untuk keluar dulu.
Jiyoung mengajak Sehun ke toko buku terlengkap,
jaraknya lumayan dari rumah mereka tapi karena Sehun bilang lebih baik jauh
tapi langsung dapat. Sehun terlihat memilih buku untuk penunjang pelajarannya
nanti. Jiyoung hanya berdiri di belakangnya, dia bahkan tidak tau buku apa yang
harus di beli, lagipula belum ada resensi dari pengajar.
“Kau pasti belum baca buku akademik!” tuduh
Sehun karena Jiyoung tidak tau apa-apa soal buku yang dibeli Sehun.
“Wow, kau sudah baca?” tanya Jiyoung kagum.
“Kau bisa beli ini, ini yang umum. Lagipula
kita tidak perlu banyak buku karena praktek lebih banyak.” Sehun terlihat
menimbang buku di hadapannya, “Eh, kau ingin ambil konsentrasi apa nanti?
Music? Acting? Atau managementnya? Atau….”
“Acting, music, diantara kedua itu.” Sela
Jiyoung, “Bagaimana denganmu?”
“Aku ingin jadi dokter.” Kata Sehun singkat dan
berhasil membuat Jiyoung terbahak! “Lucu?” sambung Sehun melihat Jiyoung
memegang perutnya sambil tertawa.
“Aku sudah selesai, ayo!” Sehun menyeret
Jiyoung agar mengikutinya ke kasir. Selanjutnya mereka berdua memutuskan untuk
bersepeda berkeliling.
Sehun berkali-kali menantang Jiyoung untuk
balapan, tapi Jiyoung terus menolaknya karena tidak berani. Jiyoung senang bisa
menghabiskan waktu bersama Sehun seperti ini, meskipun daritadi dia terus
bertanya dalam hati kenapa Jongin tidak ikut dengannya. Bahkan Jiyoung juga
kesal kenapa Sehun sama sekali tidak menyebut Jongin dalam percakapannya sore
itu.
“Main ke rumah noona Jongin dulu yuk. Mungkin
Jongin udah bangun sekarang.” Ajak Sehun dan membuat bibir Jiyoung melengkung
otomatis.
“Oh jadi dia tidur pas kau pergi.”
“Kapan dia tidak tidur.” Sehun mengayuh
sepedanya cepat, member jarak cukup jauh dengan Jiyoung yang ada di
belakangnya.
“SEHUUUUN TUNGGUUU!” teriak Jiyoung seraya
mempecepat lajunya. Sehun tidak mendengarnya dan berbelok dengan mengerikan di
belokan menuju rumah Jongin, membuat suara decitan dari roda belakang
sepedanya. Jiyoung mempercepat, ingin melakukan hal sama seperti Sehun. Tapi
sepertinya Jiyoung mengayuh terlalu cepat, sehingga ketika dia berbelok
kendalinya oleng.
“SEHUN!!!” teriak Jiyoung menyadari sebentar
lagi keseimbangannya akan hilang. Jiyoung belok jauh lebih mengerikan dari
Sehun, untung saja tidak ada kendaraan lain waktu itu. Dalam hitungan detik
Jiyoung benar-benar kehilangan kendalinya, sepedanya menabrak pagar rumah orang
dan membuatnya terjatuh.
Brakk!!
“uooh!” keluh Jiyoung. Sehun yang sudah sampai
di depan rumah Jongin, tak jauh darisana bisa melihat dengan jelas Jiyoung
tersungkur di tanah bersama sepedanya. Dengan segera Sehun mengayuh sepedanya
dan menuju Jiyoung.
“Ah!” rintih Jiyoung mendapati sikunya terasa
perih karena tergores aspal. Jiyoung masih belum bangkit dari jatuhnya, dia
menunggu bantuan.
“Kang Jiyoung, kau tidak apa-apa?” rasanya
seperti ada petir menyambar di tengah siang yang panas. Park Chanyeol berdiri
disana, mengulurkan tangan untuk membnatu Jiyoung bangkit.
“Sunbae…” kata Jiyoung kaget.
“Siapa yang jatuh?” beberapa suara khawatir
juga terdengar dari dalam pagar rumah yang Jiyoung tabrak.
“JIYOUNG JIYOUNG KAU GIMANA SIH KOK BISA
JATUH!” Sehun melempar sepedanya dan membantu Jiyoung berdiri. Sehun sedikit
mendorong Chanyeol agar menjauh dari Jiyoung, alhasil Chanyeol memilih untuk
mendirikan sepeda Jiyoung.
“Perih…” keluh Jiyoung pada Sehun. Sehun bisa
melihat Jiyoung memegang sikunya yang luka, kemudian dia meneliti luka yang
lain. Lutut dan mata kaki kanan Jiyoung juga luka karena terseret aspal.
“Jiyoung yang jatuh! Kau tidak apa-apa? Sehun
bawa masuk sini dulu!” Taemin mempersilahkan Sehun menuntun Jiyoung masuk.
Jiyoung jadi sangsi karena ada beberapa sunbaenya disini, seperti Baekhyun,
Kyungsoo, Ravi dan beberapa yang Jiyoung tidak tau namanya.
“Kau kenapa ikutan ngebut sih.” Kata Sehun
dengan meniup luka Jiyoung, tapi Jiyoung sudah tidak merasa sakit dan perih
karena rasa malu yang kini menyerangnya. Taemin kembali dengan kotak obat di
tangannya.
“Sini diobati dulu.” Taemin member kotak
obatnya, Sehun mengoleskan obat di siku Jiyoung. Jiyoung menahan perih sambil
sesekali melirik kea rah Chanyeol yang berdiri tak jauh darinya.
“Kalian darimana? Pacaran ya?” itu Baekhyun,
bertanya dengan nada meledek pada Jiyoung, “Aku pikir pacarmu itu Jung Krystal,
Sehun!” Jiyoung tidak percaya jika yang berkata barusan adalah Byun Baekhyun.
Sunbae yang dia kenal galak dan menyebalkan sekarang berubah begitu ramah dan
usil. Kepala Jiyoung tadi tidak terbentur kan?
“Siapa juga yang pacaran sama Krystal, hyung…”
jawab Sehun enteng sambil terus mengobati Jiyoung.
“Cocok sih!” celetuk Taemin diiringi tawa yang
lain, Jiyoung jadi tau bahwa Sehun sangat terkenal dikalangan sunbae. “Mau ke
rumah Jongin ya?” Taemin menatap Jiyoung.
“Eh! Iya…” jawabnya sambil mengangguk keras.
“Taemin!” tiba-tiba suara Jongin terdengar dari
pagar, dan benar saja, Jongin datang dengan sebuah kantong kertas di tangannya.
Dia mengenakan celana pendek dan kaos longgar, rambutnya berantakan terlihat
sekali dia baru bangun tidur. “Loh Jiyoung, kok disini?”
“Kang Jiyoung habis salto sama sepedanya,
saying sekali kau tidak lihat!” jawab Baekhyun, Jiyoung mengerucutkan bibirnya
dengan lelucon Baekhyun. Wajahnya memerah karena malu.
“Hyung jangan ganggu Jiyoung deh!” kata Sehun
sambil menatap Baekhyun tajam.
“Pacarnya marah….” Baekhyun tertawa dengan
lagak menyebalkan, anak ini benar-benar pintar bikin orang kesal.
“Ini dari noona, gak tau isinya apa.” Jongin
menyerahkan bingkisan ke Taemin, kemudian berjongkok di sebelag Sehun yang sibuk mengobati Jiyoung. “Salto gimana?”
Jongin menatap Jiyoung datar, mungkin Jongin berniat khawatir tapi
pertanyaannya sangat menyebalkan di telinga Jiyoung.
“Jatuh bukan salto!” jawab Jiyoung kesal,
Jongin memeriksa kakinya dan membantu Sehun mengobatinya.
“Aku juga mau ngobati Jiyoung!” kata Taemin
terdengar serius, tapi Sehun dan Jongin langsung menatapnya tajam.
“Anter dulu itu ke ommamu gih!” kata Jongin
ketus, Taemin hanya mendengus dan membawa bingkisan itu ke ibunya.
Kali ini Chanyeol tidak lagi hanya melihat, dia
berjalan mendekati Jiyoung yang duduk di kursi, melihat sejauh mana Sehun dan
Jongin mengobatinya kemudian berkata, “Sepedamu rusak, kalau mau aku bisa
mengantarmu!”
“Eh? Tidak sunbae… tidak perlu…” jawab Jiyoung
gugup. Jongin menatap Jiyoung curiga
kemudian menutup kotak obat Taemin, bangkit dan berpamitan ke pemilik rumah.
“Taemin kita pulang dulu ya!” teriaknya pada
Taemin, Temin yang sepertinya jauh ada di dalam rumah tidak menjawab.
“Woi belum selesai woi!” Sehun memberitahu
Jongin.
“Di obati di rumah saja!” ajak Jongin dan
membantu Jiyoung berjalan, “Bilang ke Taemin kita pulang!” Jongin menekankan
kepada orang-orang yang ada di ruang tamu.
Sehun menuntun sepedanya sedangkan Jongin
menuntun sepeda Jiyoung, Jiyoung berjalan di antara keduanya. Jongin membuka
pagar kawat besi rendah, menimbulkan bunyi decitan ketika pagar itu berayun ke
belakang. Sehun mempersilahkan Jiyoung untuk duduk di kursi besi yang teras
rumah yang luas.
“Aku ambilkan minum mau?” tanya Sehun seraya
melepas sepatunya, Jiyoung mengangguk sebagai jawaban. Sehun segeraa masuk,
terdengar Sehun berlari menuju dapur. Kini pandangan Jiyoung beralih pada
Jongin yang terlihat memeriksa sepedanya.
“Rantainya lepas ya?” teriak Jiyoung pada
Jongin.
“Hem…” jawabnya sambil menatap Jiyoung sekilas,
“Setirnya juga agak miring.” Lanjutnya.
“Jiyoung minum dulu!” Jiyoung dikagetkan dengan
kedatangan Sehun yang tidak dia sadari. Jiyoung meminum jus jeruknya sedikit
dan meletakkannya di meja, “Perlu di obati lagi gak?”
“Gak usah, lagian tadi udah semua kok.” Tolak
Jiyoung. Sehun memilih bergabung dengan Jongin di halaman rumah dan membenahi
sepeda Jiyoung. Terlihat keduanya beradu argumen, Jiyoung tersenyum melihat
itu.
“Sepedanya ditinggal disini dulu ya Jiyoung,
nanti kau aku antar.” Seru Sehun, kemudian dia duduk di tangga depan teras.
“Terserah.” Jawab Jiyoung malas.
“Kok gitu jawabnya? Ngambek ya?” kali ini
Jongin yang bersuara, dia mengintip dari balik sepeda Jiyoung mendapati gadis
itu menggeleng keras.
“Bukan begitu,
maksudku aku juga bisa pulang sendiri kok.” Elak Jiyoung.
“Serius pulang sendiri? Nanti menyesal gak di
antar aku atau Jongin.” Sekali lagi Jiyoung mendapati Sehun begitu menyebalkan.
Jiyoung hanya diam dan memilih meneguk jusnya, Sehun menoleh padanya sambil
terkikik geli.
Jiyoung menikmati berada di rumah Jongin, dia
begitu suka rumah tua ini. Rumah ini juga tinggi, ada sebuah tangga di depan,
sekitar empat anak tangga. Teras rumahnya juga cukup luas, rumah ini member
jaminan kenyamanan bagi penghuninya.
“Kalian mau antar aku pulang kapan?” tanya
Jiyoung ketika langit sudah mulai gelap.
“Sekarang?” tanya Sehun, Jiyoung mengangguk.
“Aku mandi dulu ya!” Sehu masuk ke dalam rumah.
Jiyoung melamun ketika Jongin berdiri di
depannya, Jiyoung yakin Jongin mengatakan sesuatu tapi dia tidak dengar. Jongin
menatapnya penuh tanda tanya, Jiyoung tersenyum bodoh seraya menggaruk
kepalanya yang tidak gatal.
“Apa?” tanya Jiyoung bodoh.
“Ayo aku antar, Sehun masih lama. Kau nanti di
cari ommamu.” Kata Jongin member isyarat agar Jiyoung mengikutinya. Jongin
mengeluarkan motornya dari garasi yang tepat ada di samping rumah kokoh ini.
“Ayo!” kata Jongin lagi.
Jiyoung segera menghampirinya, mengambil duduk
di belakang Jongin. Dia berkata siap agar Jonggin segera melajukan motornya.
Jiyoung ingin memeluk Jongin tapi dia tidak punya keberanian. Jujur Jiyoung
sedikit kecewa karena Jongin mengantarnya dengan motor, karena dengan motor
hanya akan menghabiskan waktu singkat untuk ke rumahnya. Tidak mau membuang
kesempata Jiyoung segera membuka percakapan.
“Sehun itu saudaramu ya?” tanya Jiyoung, Jongin
mengurangi laju motornya.
“Bukan, dia temanku sejak kecil.” Jawab Jongin
enteng, Jiyoung sedikit bingung dengan ini.
“Jadi kau juga pendatang disini? Kau berasal
dari kota yang sama dengan Sehun? Kalian darimana sih?” Jiyoung penasaran,
Jongin terdengar bergumam sebentar sebelum akhirnya menjawab.
“Hmm… Bukan juga sih. Aku lahir di kota ini,
hanya saja aku besar di kota Sehun. Bingung ya? Aku juga.” Kata Jongin ketika
melihat raut bingung Jiyoung dari spion motornya.
“Jadi Sehun numpang ya di rumah noonamu.
Orangtuamu kemana?”
“Numpang ya?” Jongin terdengar menimbang kata
Jiyoung, “Numpang boleh juga. Orangtua ku di luar kota, bisnis.”
“Bisnis apa?”
“Bisnis jual beli cewek kaya kamu gini. Mau aku
jual?” Jongin terdengar sangat serius, Jiyoung memkul pundaknya keras-keras.
“Aku serius, Jongin-ah!” protes Jiyoung kesal.
“Iya iya. Udah sampai nih.” Tanpa Jiyoung
sadari motor Jongin sudah berhenti di depan rumahnya. Jiyoung turun dengan
tergesa tanpa sadar membuat luka segar di sikunya menyentuh punggung Jongin.
“Ouch!” pekik Jiyoung kesakitan, Jongin
meliriknya.
“Makanya hatii-hati.” Tegurnya, Jiyoung
mendengus. “Aku pulang ya, udah gelap.” Jongin menyalakan mesin motornya lagi.
Jiyoung melambai padanya.
“Hati-hati. Terimakasih.”
“Hem.” Jawab Jongin sekenanya sambil melajukan
motornya untuk pergi dari sana. Jiyoung memerhatikan Jongin sampai dia hilang
dikelokan. Seketika rasa bersalah memenuhi hatinya, Jiyoung merasa begitu
nyaman dengan Jongin. Tapi di sisi lain dia merasa bersalah pada cinta
pertamanya. Meskipun tidak ada jaminan cinta pertamanya masih mengingatnya.
***
“Bagaimana lukamu? Kau sudah baik?” Jiyoung
dibuat tertegun karena sosok tinggi yang berdiri sebelahnya sekarang sedang
bertanya dengan nada penuh kekhawatiran.
“Eh? Iya sudah baik, sunbaenim…” jawab Jiyoung
gugup. Bahkan Krystal dan Sulli menahan nafas mereka melihat Chanyeol berdiri
di meja mereka. Makanan yang tadi mereka makan kini tak tersentuh karena
terlalu kaget melihat ini.
“Bagus kalau begitu. Lain kali sebaiknya kau
hati-hati.” Chanyeol menepuk pundak Jiyoung singkat, beberapa hobae yang ada di
kantin berjerit iri melihat itu. Chanyeol si LP Team, yang mereka kenal galak
baru saja bersikap manis pada Kang Jiyoung!
“Gomawo, sunbaenim…” jawab Jiyoung lagi,
kemudian Chanyeol meninggalkan meja Jiyoung kembali pada mejanya sendiri
bersama teman-temannya tak jauh dari sana.
“Jadi kau naksir dia? Sejak kapan dia bersikap
manis padamu?” tuduh Krystal penuh selidik.
“Aku juga tidak tau. Tapi, ada yang belum aku
ceritakan pada kalian…” Krystal dan Sulli memandangnya penasara. Oh baiklah
tidak ada gunanya menyimpan kissah cinta pertama yang konyol miliknya. Jiyoung
menceritakan semuanya, membuat Krystal dan Sulli kaget tak percaya.
“Kau bodoh atau apa sih? Menunggu orang yang
bahkan kau tidak tau namanya.” Kata Krystal heran.
“Aku kagum padamu Jiyoung. Apa kau yakin
orangnya benar-benar Chanyeol sunbaenim?” Sulli sedikit mencuri pandang pada
Chanyeol yang sedang bergurau dengan teman-temannya.
“Aku belum sepenuhnya yakin, tapi aku akan
mencari tau.” Jiyoung meneguk soda miliknya.
“Semakin kuperhatikan wajahnya terlihat bodoh
ya?” kata Krystal yang seketika mendapat sorotan tajam dari Jiyoung. “Maaf deh.
Tapi harusnya dia langsung tanya ke kamu dong kalo memang benar dia ingat
padamu.”
“I-iya juga sih, tapi…” Jiyoung mulai takut
akan kenyataan bahwa bukan Chanyeol cinta pertamanya. Dan jika memang itu
benar, dia berharap orang lain yang menjadi cinta pertamanya.
“Kenapa kau tidak ke restorannya saja. Kalau
memang benar, mungkin belum pindah tempat.” Usul Sulli, Krystal mengangguk
setuju.
“Kalian mau mengantarku?” tanya Jiyoung ragu
tapi Krystal dan Sulli langsung menyetujui permintaan Jiyoung.
Sepuluh menit kemudian bel tanda istirahat
berakhir sudah berbunyi. Memaksa para pelajar masuk untuk mengikuti pelajaran
du dalam kelas. Sekarang kelas public speaking untuk Jiyoung, Jiyoung membuka
materi-materi yang sudah di bagi Jongin ketika istirahat tadi.
Kelas berlangsung menyenangkan, mungkin ini akan
menjadi kelas favorit Jiyoung. Bahkan tidak terasa seperti Jiyoung sedang
belajar, ini terlalu menyenangkan dan jauh dari kata bosan. Dan tentu saja,
yang seperti itu akan membuat jam terasa begitu cepat berlalu hingga sekarang
sudah berganti kelas.
“Ehem, mohon perhatiannya!” Jongin berkata di
depan kelas ketika pengajar sudah pergi, “Untuk malam inagurasi kalian boleh
menampilkan sesuatu –terserah kalian mau apa –dan jika kalian ingin kalian
serahkan biodata serta apa yang akan kalian tunjukkan dan berikann padaku.
Audisi akan dilakukan mulai besok sore.” Jelas Jongin panjang lebar. Banyak
anak mulai berisik, mereka berdiskusi ingin berpartisipasi tampil atau tidak.
Sedang Sulli terlihat tidak minat dan memilih tiduran di bangkunya.
“Jongin! Hei Jongin!” panggil Jiyoung, Jongin
segera menghampirinya, “Kau ikut?”
“Kemana?” Jongin balik tanya.
“Perform maksudku.”
“Oh itu, yah. Ehm, rahasia sih.” Kata Jongin,
“Lihat saja, kau datang kan?”
“Aku tidak yakin bisa datang.” Jawab Jiyoung
kecewa, setelah memberitahu orangtuanya bahwa sabtu malam dia harus pergi ke
sekolah untuk malam inagurasi, orangtuanya menyuruhnya untuk absen karena akan ada
keluarga jauh datang berkunjung.
“Yah, sayang sekali.” Jawab Jongin tanpa
benar-benar terlihat menyayangkan itu. Jiyoung tidak membalas ucapannya
sehingga membuat Jongin kembali ke tempatnya.
***
Rabu sore, Jiyoung, Krystal dan Sulli siap
untuk pergi ke rumah makan milik Chanyeol. Krystal sudah mendapatkan alamatnya
dari Taemin, dengan sejuta cara dia merayu Taemin agar mau memberinya tanpa
banyak bertanya. Jiyoung tidak tau dengan apa yang dia rasakan sekarang,
bukankah ini terlalu cepat untuk mengetahui kenyataan bahwa Chanyeol memang
benar-benar cinta pertamanya?
“Kau harus siap dengan segala kemungkinan Jing.
Bahkan kemungkinan jika memang ternyata dia bukan cinta pertamamu.” Krystal
memmperingatkan sebelum menyuruh sopirnya untuk melaju. Ya, mereka pergi
bersama sopir Krystal saat ini.
“Aku siap.” Kata Jiyoung mantap, mobil mulai
melaju menuju tempat yang sudah ditulis di kertas kecil alamatnya oleh Taemin.
Jiyoung sudah lupa kapan terakhir kali dia
pergi ke restoran itu, restoran cinta pertamanya. Dia tidak pernah kesana
karena tidak ingin merasa menyesal dia tidak bisa tau namanya sebelum cinta
pertamanya itu pergi. Bahkan Jiyoung merasa bodoh kenapa dia tidak mencarinya
disana. Ya, ini sebuah kekeliruan.
Jalanan menuju restoran sudah sangat berbeda
dari beberapa tahun lalu. Jika mereka tidak meminta alamat dari Taemin, Jiyoung
yakin dia akan tersesat, Jiyoung tidak mengenali jalanan itu karena terlalu
banyak perubahan.
Jantung Jiyoung berdetak cepat ketika mobil
berhenti di salah satu restoran. Seakan berjuta kenangan memaksa masuk ke otak
Jiyoung, membuatnya untuk mengingat sesuatu. Jiyoung tidak percaya ini, Jiyoung
terlalu takut untuk percaya, terlalu takut untuk berharap.
“Bagaimana Jiyoung? Kau ingat?” tanya Sulli
pelan ketika Jiyoung hanya menatap restoran itu. Tidak mampu berkata apa-apa.
“Jadi benar ini? Apa masih sama persis seperti
dulu?” tanya Krystal penasaran, dia mencoba membaca raut wajah Jiyoung.
“Tidak….” Gumam Jiyoung seraya membuka tas
kecilnya. Jiyoung mengambil kotak kecil, membukanya dan melihat sebuah alamat
lain disana. Kertasnya sudah sangat rapuh dan tua, bahkan sedikit sobek karena
lipatan. “Alamatnya sama.” Suara Jiyoung bergetar.
“Kenapa kau tidak bilang dari tadi kalau kau
punya alamat yang lama?” protes Krystal, kemudian dia menerawang melihat
restoran itu. “Jadi alamatnya sama? Jadi benar Chanyeol itu?”
“Bagaimana jika Taemin memalsukan alamatnya?”
tanya Sulli sangsi.
“Tidak mungkin. Perlukah kita memastikan ini
benar-benar restoran milik orangtua Chanyeol?” Krystal mengerutkan keningnya,
“Jiyoung bagaimana?”
“Tapi berbeda!” kata Jiyoung, “Dulu tanamannya
sangat banyak, ini terlalu sedikit.”
“Itu bisa terjadi Jiyoung. Restoran ini sudah
berdiri bertahun-tahun.” Kata Krystal mengingatkan, “Sebaiknya kita masuk untuk
memastikan!”
Ketiganya turun dari mobil, berjalan selayaknya
mereka konsumen biasa. Krystal memimpin ketika mereka masuk dan memilih tempat
duduk di dekat jendela. Krystal memesan menu untuk tiga orang, kemudian dia
berbisik pada si pelayan.
“Apa benar restoran ini milik keluarga Park?”
bisiknya.
“Iya benar, restoran ini milik keluarga Park.”
“Dia punya seorang putra kan? Hmm dan restoran
ini sudah berdiri sejak lama kan?” Sulli ikut bertanya, Jiyoung menahan nafas
ketika pelayan aka menjawabnya.
“Apa kalian teman dari Tn. Chanyeol?” si
pelayan tanya balik.
“Benar ini milik Chanyeol?” tanya Krystal tak
percaya.
“Iya benar, banyak teman-temannya yang
berkunjung disini. Tapi biasanya Tn. Chanyeol akan memberitahu kami jika
temannya akan datang.” Kata pelayan tampak berpikir, “Dan apa ada yang bisa
saya bantu lagi?” sambungnya ketika Jiyoung, Krystal dan Sulli tercengang.
“Oh tidak, tidak. Cukup.” Kata Krystal
kemudian. Jiyoung memerhatikan ketika pelayan muda itu pergi menjauhi meja
mereka. Sulli tersenyum senang padanya, tapi Jiyoung tampak tidak begitu
senang.
“Seingatku restoran ini dulunya tidak menjual
masakan Italia. Ini restoran Italia.” Kata Jiyoung seraya memerhatikan
sekeliling.
“Mungkin mereka sudah mengganti menunya
Jiyoung. Ingat, kau sudah tak datang kesini sejak
duabelas tahun yang lalu.” Kata Krystal penuh penekanan, namun dia
tersenyum di akhir. “Aku ikut senang kau menemukan cinta pertamamu.”
Tak lama pesanan mereka datang. Mereka segera
melahapnya dengan cepat, mengingat bukan makan tujuan mereka datang kesini. Tapi
Krystal berkali-kali bilang kalau Jongin dan Sehun harus datang kesini karena
menunya sangat enak.
Makanan sudah habis, mereka memutuskan untuk
berdiam diri sejenak. Memerhatikan hiruk pikuk restoran ini, untuk Jiyoung, dia
mengingat pada duabelas tahunyang lalu. Dekorasi sudah sangat berubah, namun
bentuknya masih sama. Jiyoung ingat ada jam dinding kuno besar di dekat kasir,
dan jam itu satu-satunya barang yang bisa dia kenali disini.
“Tempat ini banyak berubah.” Gumam Jiyoung.
“Tapi tidak untuk kenangannya kan?” goda Sulli
membuat Jiyoung tersipu. Jiyoung sendiri tidak yakin dengan apa yang dia
rasakan. Jiyoung masih melamun sampai teriakan Krystal membuyarkan lamunannya.
“SUNBAENIM!” teriak Krystal, Jiyoung mencari
orang yang Krystal panggil, dan jantungnya berdegup kencang ketika sosok tinggi
Chanyeol berdiri tak jauh dari meja mereka, tersenyum.
“Aku tidak tau kalian datang.” Sapa Chanyeol
seraya melepas topinya.
“Apa kau selalu ada disini, sunbaenim?” tanya
Sulli.
“Rumahku tepat di belakang restoran ini. Jadi,
yah.. Tentu saja aku sering disini. Tapi tidak setiap saat di restoran sih.” Jelas
Chanyeol, sesekali dia melirik Jiyoung yang menunduk.
“Jiyoung maaf ya aku gak bisa nganter kamu
pulang. Aduh bagaimana ini…” tiba-tiba Krystal terlihat gelisah, Jiyoung
memandangnya tak mengerti.
“Tapi kan kau janji akan mengantarku tadi…”
protes Jiyoung.
“Maaf Kang Jiyoung. Aduh rumah kita tidak
searah sih! Aku harus pulang cepat karena ada saudara, Sulli bisa bareng aku
soalnya kita searah.” Krystal memainkan setiap perkataannya, Chanyeol yang
memang mendengar terlihat berkerut. Sedang Sulli ikut panic karena kasihan pada
Jiyoung.
“Aku temenin kamu naik taxi deh Jing. Atau aku
bisa telepon sopirku buat nganter kamu.” Kata Sulli polos.
“Gak bisa, kau harus bareng aku Choi Sulli.!” Sentak
Krystal frustasi, “Sunbaenim kau tidak sedang sibuk kan? Bisa kau antar Jiyoung
pulang ke rumahnya? Sebagai sahabatnya aku mohon padamu!” Krystal berdiri dan
membungkuk pada Chanyeol, dia menyambar tangan Sulli dan mengajaknya
berlari keluar.
“Loh, Krystal!!” panggil Jiyoung lemah, tapi
tak ada tanda-tanda Krystal kembali. Chanyeol masih memerhatikan Jiyoung dengan
diam.
“Ayo kau antar…” Chanyeol berkata seraya
tersenyum pada Jiyoung. Jiyoung mengikuti Chanyeol di belakang menuju parkiran
mobil. Tanpa pamit pada siapapun Chanyeol langsung menggiring Jiyoung masuk
mobil dan mengantarnya pulang.
Tidak ada percakapan setelah mobil mulai
berjalan, Jiyoung sibuk memainkan ujung rambutnya seraya melihat jalanan. Chanyeol
juga terlihat konsentrasi dengan jalan. Jiyoung ingin membuka percakapan, tapi
dia terlalu takut untuk bicara.
“Jadi ini kali pertamamu ke restoran?” Jiyoung
membuang nafas lega karena akhirnya Chanyeol memecah keheningan.
“Sebenarnya bukan pertama kali.” Kata Jiyoung
yang tidak berani melirik sekalipun pada Chanyeol.
“Jadi kau sering ke restoran keluargaku? Kenapa
aku tidak pernah melihatmu sebelumnya?” Chanyeol terlihat berbinar, membuat
Jiyoung lebih menundukkan kepalanya lagi. Tuhan, apa memang ini waktu yang
tepat untuk memberitahu Chanyeol? Apa ini terlalu cepat? Oh, apa Chanyeol tidak
pernah ingat pada janjinya dulu untuk member Jiyoung kupu-kupu?
“Dua belas tahun yang lalu. Saat kita masih
kecil… ehm…” Jiyoung mengatakannya dengan sangat pelan, Chanyeol berusaha
menajamkan pendengarannya.
“Kenapa? Waktu masih kecil?” tanya Chanyeol,
dia terlihat bingung.
“Mungkin kau tidak ingat, sunbaenim. Tapi…”
Jiyoung mencoba berpikir, apa yang bisa membuat Chanyeol ingat pada pertemuan
mereka dulu? “Kupu-kupu, kau suka kupu-kupukan?”
“Kupu-kupu?” Chanyeol melirik Jiyoung,
ekspresinya tidak bisa dijelaskan, bahkan juga membuat Jiyoung bingung.
“Kau suka menangkap kupu-kupukan? Kau tidak
ingat sesuatu tentang kupu-kupu dan gadis kecil yang kau temui? Berjanji akan menangkap
kupu-kupu untuknya?” Jiyoung mencoba membalas tatapan Chanyeol. Jantung Jiyoung
rasanya sudah melompat keluar, ditatapnya Chanyeol yang terlihat mengerutkan
keningnya. Mencoba mengingat sesuatu dan,
“Hmmm…. Kang Jiyoung, aku….”
TBC...
Author's Note: Part ini ga di edit, jadi maaf kalo banyak typo. ^,^.
Terus-terus jangan lupa komentar, ada baiknya setelah ngetik kalian copy dulu tulisan kalian. Takutnya komentar kalian gak muncul, jadi kalian gak usah nulis lagi. Atau kalo emang gak niat komentar, ya syudaaah.. ~~ bye! kkk Pengen tau aja kalian lebih pengen Jiyoung sama siapa disini. Tulis di kolom komentar. Terima kasih yang masih setia sama ff ini. bow. ^^
ngakak baca modusnya krystal buat jiyoung. dia maksa banget, tapiemang modus harus maksa kan? haha, hingga akhirnya jing dianter chanyeol. chanyeol keren banget tuh, bawaannya mobil. tipe cowo tajir. penasaran sama responnya dia pas nyadar kalau jiyoung itu temen kecilnya. jadi di sini fix kalau chanyeol itu first lovenya jiyoung?
BalasHapusditanya soal pairing.. uhm, bingung juga sih. chanyeol jing keren, jongin jing juga oke, bahkan sehun jing juga bagus. oke, banyek option dan aku nggak bisa milih. tapi sayang juga kalau first lovenya bakalan dibuang sayang akhirnya. tapi bingung juga sih. buat ending, kita serahin ke author aja lah.. baiknya gimana agar tidak menganggu kemaslahatan umat. #lhoh? salah fokus
nice chap author, aku suka karakter jiyoung di chap ini. dia jadi brave girl. semangat jiyoung! update soon ya author, cant wait for the next update ^^
Kayaknya bukan Chanyeol deh first lovenya. Cuma kebetulan aja restorannya sama, siapa tau keluarga Chanyeol beli dari keluarga first lovenya Jiyoung dulu.
BalasHapusYah MOS-nya udah beres yah, jurit malamnya kurang seru nih. Padahal udah berharap ada degan peluk-pelukan atau apa gitu antara Kaijing wkwkwk. Ngakak parah pas bagian award Sehun dan Kai.
Yang adegan Jiyoung jatuh dari sepeda lucu banget mana pas ada Taemin lagi hahaha. #jiminshipper
Btw ini cuma perasaan gue apa authornya pengen ngasihin Sejing ya? Not a Sejing shipper sih, masih berharap first lovenya Jiyoung itu Kai. Siapa tahu Sehun-nya buat sekedar lewat doang hahaha.
Btw karakter Chanyeol disini tipe-tipe sunbae idaman banget deh lol.
Aaaaaah! As much as I like Chanyeol, I keep saying "Hish, Yeol, go away and leave Jing to Jongin!" when I read this story. Still, I'm loving the twists and plot development! I like how you keep things slow between Jongin and Jing and therefore create such awesome sexual tension. And then there's Sehun and Taemin whom I'm not sure what their intentionss towards Jing are. Obviously Krystal likes Sehun but is he just being friendly towards Jing? Hmm. Ooh! I'm curious about the ghost as well!
BalasHapusGah I can't wait to read the next chapter! Thanks for writing!