Tittle: First Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.
“Hmmm…. Kang Jiyoung, aku….” Chanyeol terlihat
berpikir dengan keras, seperti ada sesuatu yang seharusnya dia sembunyikan tapi
saat ini dia harus mengatakannya pada Jiyoung. Jiyoung ingin menenggelamkan
diri ke laut sekarang juga, entah kenapa firasatnya memberi sinyal buruk saat
ini.
“Kalau kau lupa, aku baik-baik saja.” Kata
Jiyoung lirih.
“Bagaimana aku mengatakan ini, tapi sebenarnya
aku tidak pernah suka kupu-kupu.” Kalimat Chanyeol berhasil membuat mulut
Jiyoung menganga. Hei, apa artinya ini? Krystal bahkan pernah melihat CHanyeol
menari dengan kupu-kupu kan?
“Bagaimana bisa kau tidak suka kupu-kupu?”
Jiyoung memberanikan diri untuk menoleh dan melihat Chanyeol yang menggaruk
bagian belakang kepalanya.
“Aku alergi, jika aku memegang kupu-kupu
seluruh tubuhku akan merasa gatal.” Terlihat Chanyeol tersenyum garing pada
Jiyoung. Apa artinya ini?
“Sejak kapan? Sebelumnya kau bisa memegang
kupu-kupu kan?” tanya Jiyoung lagi. Dia sudah melupakan rasa malunya dan
berusaha untuk mendapat jawaban sekarang juga, tentang cinta pertamanya.
“Sejak kecil. Aku selalu menghindar jika ada
kupu-kupu terbang di sekitarku.” Kata Chanyeol santai, “Kenapa kita
membicarakan kupu-kupu?” Chanyeol terkekeh seraya kembali konsentrasi ke jalan.
“Bukan apa-apa, lupakan…” kata Jiyoung seraya
memandang sepatunya. Jiyoung sangat yakin cinta pertamanya itu tidak alergi
kupu-kupu. Dan mungkin yang dilihat Krystal waktu itu bukan Chanyeol menari
dengan kupu-kupu, tapi Chanyeol berusaha menghindari kupu-kupu dan terlihat
seperti menari di mata Krystal. Kemudian otak Jiyoung kembali memikirkan
sesuatu, bagaimana dengan restoran?
“Sunbaenim, restoranmu itu. Hmmm… apa sudah ada
sejak dua belas tahun yang lalu? Eh, maksudku apa restoran itu sudah menjadi
milik keluargamu sejak awal?” Jiyoung melirik Chanyeol yang kembali menjawabnya
dengan santai.
“Bukan, keluargaku membelinya. Aku lupa sejak
kapan restoran itu menjadi milik keluargaku dan akhirnya aku juga pindah
kesana.” Chanyeol menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan. “Apa kau
suka kupu-kupu?”
“Err, yah..” jawab Jiyoung.
“Dulu di restoran banyak tanaman, dan itu
mengundang kupu-kupu. Tapi karena aku alergi, akhirnya Ommaku mengurangi
tanaman disana. Dan sekarang kupu-kupu tidak datang seperti dulu. Sayang sekali
kau tidak bisa melihatnya sekarang.” Chanyeol menoleh dan tersenyum manis
padanya.
Jiyoung meringis mendengarnya, dia sadar bukan
Chanyeol orang yang dia cari. Sekarang Jiyoung mulai khawatir sendiri,
mungkinkah cinta pertamanya itu lupa dengan janjinya? Dan sekarang Jiyoung juga
merasa bodoh karena mau menunggu orang yang tak dikenalnya selama dua belas
tahun.
Tidak ada yang membuka mulut selama sepuluh
menit penuh, Jiyoung sudah menolak untuk bertanya lagi pada Chanyeol. Jiyoung
menyibukkan diri melihat jalanan yang begitu membosankan saat ini. Namun
akhirnya Chanyeol memecah keheningan dengan bertanya tentang sekolah. Jiyung
hanya menjawab seperlunya, sampai akhirnya Jiyoung harus member instruksi pada
Chanyeol dimana letak rumahnya.
“Yang itu?” tanya Chanyeol yang di jawab
anggukan oleh Jiyoung. Mobil berhenti tepat di depan rumah Jiyoung, pagarnya
terbuka yang membuat Jiyoung tau pasti ada tamu.
“Terima kasih sunbaenim, maaf merepotkan.”
Jiyoung berkemas dan segera keluar mobil. Chanyeol juga melakukan hal yang
sama.
“Sepertinya ada tamu.” Chanyeol memberitahu.
“Mungkin teman omma. Kau mau mampir sebentar?”
tawar Jiyoung basa-basi, tapi Chanyeol tidak menolak tawarannya. Jiyoung
melangkah masuk dan mendapati seseorang sedang duduk di kursi teras rumahnya.
Kepalanya menunduk, ada gelas yang isinya sudah hampir habis di meja, terlihat jelas
orang itu sudah lama ada disana.
“Jongin!” pekik Jiyoung menyadari Jongin yang
ada disana. Jongin mengangkat kepalanya dengan pelan, dia tersenyum simpul pada
Jiyoung tapi kemudian rautnya berubah menyadari Chanyeol ada di belakang
Jiyoung.
“Oh, Kim Jongin!” sapa Chanyeol sambil
tersenyum.
“Kau sudah datang.” Kata Jongin dengan suara
beratnya.
“Ada apa kau kesini?” tanya Jiyoung ceria,
entah sejak kapan dia jadi senang seperti ini padahal dia baru saja mendapat
kenyataan pahit tentang cinta pertamanya.
“Tuh…” Jongin menunjuk sepeda Jiyoung dengan
dagunya, “Sudah bisa dipakai lagi.”
“Wah, gomawo Jongin-ah!” Jiyoung melihat
sepedanya yang sudah ada di garasi rumahnya.
“Ya sudah aku pulang dulu.” Kata Jongin sambil
bangkit dari posisi duduknya. Jongin melihat Jiyoung beberapa saat, tapi
kemudian dia memilih untuk terus berjalan menuju sepedanya. “Annyeong
sunbaenim.” Kata Jongin ketika dia melewati Chanyeol.
“Jongin langsung pulang? Gomawo Jongin-ah!”
Jiyoung membuntuti Jongin ketika dia menuntun sepedanya.
“Aku pulang.” Jongin tidak menoleh ke arah
Jiyoung dan langsung mengayuh sepedanya dengan cepat.
“Kalian dekat ya?” tanya Chanyeol dengan senyum
yang dipaksakan.
“Err, tidak juga. Ah, sebaiknya kita masuk
sunbaenim.” Kata Jiyoung cepat seraya menggiring Chanyeol masuk ke ruang tamu.
***
Jiyoung sedang tiduran di ranjangnya malam itu,
memikirkan semua yang terjadi hari ini. Dari ketika dia bersama Sulli dan
Krystal pergi ke restoran, pengakuan alergi kupu-kupu Chanyeol, kenyataan
restoran itu sudah pindah pemilik, Chanyeol yang mengantarnya dan mengobrol
selama tiga puluh menit di ruang tamunya, Jongin yang duduk di teras rumahnya,
Jongin yang langsung pergi melihat Jiyoung pulang bersama Chanyeol, juga
tentang kalimat ibunya yang membuat Jiyoung merasa bersalah.
“Temanmu tadi itu, siapa namanya, Jong… Jong in
ya?”
“Iya Jongin, kenapa omma?”
“Dia sudah lama menunggumu, mungkin satu jam
lebih dia menunggumu. Dia datang dengan bersepeda dan membawa sepedamu juga.
Omma bilang untuk tidak menunggumu, tapi dia bilang, ‘Biar saya menunggu omoni, ada yang harus saya sampaikan pada Jiyoung’.
Sepertinya dia anak yang baik.” Jelas ibunya ketika makan malam.
“Jadi Jongin bersepeda, tapi juga membawa
sepedaku gitu?” tanya Jiyoung tak percaya.
“Iya, dia pegang di tangan kirinya sepedamu
itu.” Jawab ommanya membuat Jiyoung semakin merasa bersalah, “Tadi omma sempat
menemaninya sebentar, tapi terus omma repot di belakang jadi ya Jongin
sendirian setelah itu.”
“Harusnya tadi omma menelponku kalau ada Jongin
disini.” Rengek Jiyoung kesal, dia mengabaikan tatapan aneh ayahnya.
Ibunya bilang ada sesuatu yang ingin Jongin
katakan padanya, tapi kenapa Jongin tadi tidak berkata apa-apa tadi? Jiyoung
berguling dari sisi tempat tidurnya, lamunannya buyar karena menyadari ada
pesan masuk di ponselnya.
From:
Sehoon
Jiyoung!!!
Besok ke sekolah naik sepeda yuk! ^.^
Jiyoung mengerutkan keningnya, oh mungkin
sinting Sehun lagi kumat karena dia mengajaknya bersepeda ke sekolah. Jiyoung
segera membalas pesan Sehun.
From: <3 Jing <3
Sehun
sudah minum obat?
Tanpa pikir panjang Jiyoung langsung mengirim
pesannya, sambil terkekeh pelan membayangkan Sehun di seberang sana. Namun
detik berikutnya ponselnya bergetar, tanda panggilan masuk.
“Hallo Krystal?” Jiyoung mendengar suara
Krystal dan Sulli terkikik di seberang sana, perlu beberapa detik Jiyoung
menunggu Krystal bicara.
“Kang
Jiyoung bagaimana tadi? Kau belum memberitahu kami apa-apa tentangChanyeol
mengantarmu pulang!!!” Krystal
bicara lebih keras dari seharusnya membuat Jiyoung sedikit menjauhkan ponsel
dari telinganya.
“Duh
senengnya yang di antar cinta pertama. Kkkkk!!!” Sulli ikut berteriak kemudian terkikik dengan
kompak.
“Dia bukan cinta pertamaku.” Jawab Jiyoung to
the point, membuat kedua gadis yang ada di seberang terdiam seketika.
“Hallo
hallo? Hallo? Kau denger suara kami gak Jing?” Krystal memastikan tidak ada yang salah dengan
sambungan telepon mereka.
“Aku dengar suara kalian dengan jelas. Aku juga
tau kalian bisa mendengar suaraku dengan baik.” Jiyoung memainkan rambutnya
malas.
“Apa
maksudmu Chanyeol bukan cinta pertamamu?” Sulli terdengar lebih serius sekarang, kedengarannya Krystal juga diam
tanda dia meminta penjelasan. Jiyoung menarik nafas dalam, memejamkan matanya
sesaat, lalu dia mulai bercerita. Jiyoung menceritakan semuanya, apapun yang
terjadi setelah Krystal dan Sulli pergi dengan tidak sopannya.
‘Beep’
Sekali dua kali, Jiyoung tidak menghiraukan
nada beep di ponselnya. Jiyoung tau itu pasti pesan masuk dari Sehun, dan
Jiyoung tidak mau ceritanya terputus karena orang sinting jenius seperti Sehun.
Jiyoung masih meneruskan ceritanya sampai akhirnya nada beep terdengar dua kali di ponselnya.
‘Beep-beep’
“Jing,
kenapa bunyi terus sih? Balas dulu deh pesan masuknya biar gak ganggu!” protes Krystal karena dia juga bisa mendengar nada beep dari ponsel
Jiyoung.
“Ada telepon lain masuk.” Jelas Jiyoung seraya
melihat layar ponselnya sekilas, “Biar deh!” Jiyoung kembali bercerita, Sulli
dan Krystal juga memberi Jiyoung beberapa saran dan ucapan turut berduka cita
karena gagal ditemukannya cinta pertama Jiyoung.
“Tapi
Chanyeol sunbae aslinya baik ya. Beda banget pas jadi LP Team.” Kata Sulli yang disetujui oleh Krystal dan
Jiyoung. Mereka bertiga masih mengobrol sampai satu jam, dan nada beep masih
terdengar. Orang itu masih berusaha menghubungi Jiyoung meskipun tau
sambungannya akan sibuk dan Jiyoung tidak akan mengalihkan panggilannya.
“Aduh
Jiyoung kau angkat deh itu siapa yang telepon. Kita lanjut besok lagi ya! Bye
Jiyoung!” Krystal terdengar
kesal, Jiyoung segera memutus panggilannya setelah itu. Dilihatnya ada tujuh
pesan baru di ponselnya, belum termasuk line, WA, dan BBM. Belum sempat Jiyoung
membukanya ponselnya sudah kembali bergetar tanda panggilan masuk.
Jongin’s calling
“Hallo?”
“HUN,
diangkat nih!” Jiyoung
mengerutkan kening mendengar suara berat Jongin sedang berteriak. Jiyoung
menunggu sampai Jongin bicara, “Bentar-bentar,
Sehun yang mau ngomong!”
“Wah
Kang Jiyoung Cuma mau angkat telepon dari Kim Jongin nih ceritanya!" suara Sehun terdengar sedikit kesal.
“NGGAK BEGITU JUGA!” Balas Jiyoung berteriak.
“Buktinya!
Eh Kau telepon siapa sih? Sampai satu jam gitu?” Sehun terdengar lebih santai.
“Krystal sama Sulli. Kenapa?” Jiyoung kini
bangkit dari ranjangnya, duduk di depan meja riasnya sambil bercermin.
“Ngomongin
apa sampai satu jam begitu?”
tanya Sehun penuh selidik.
“Banyak, gara-gara kau juga kami jadi putusin
telepon dan cerita semuanya besok di sekolah.” Jawab Jiyoung yang kini
mengambil earphone dan memasang di kedua telinganya.
“Udah
ngobrol satu jam dan itu masih kurang? Jadi satu jam tadi belum cerita semuanya
masih harus bersambung besok? Duh dasar cewek!” Jiyoung bisa membayangkan dengan jelas ekspresi
Sehun saat ini.
“Udah langsung aja, ada apa telepon?” kini
Jiyoung menyisir rambut panjangnya sambil memerhatikan bayangannya di cermin.
“Besok
ke sekolah naik sepeda ya! Ya ya ya? Aku tidak menerima penolakan!”
“Kau memang sinting ya bener kata Krystal. Masa
juga naik sepeda Hun?” Jiyoung hampir menjambak rambutnya sendiri.
“Lagipula
jarak ke sekolah juga tidak begitu jauh. Sepedamu sudah bisa kan? Ayolah Jing!” Sehun terdengar memohon, mungkin jika bertemu
langsung Sehun sudah berlutut di hadapannya.
“Iya gak jauh sih, tapi kan juga gak deket
Hun.” Kini Jiyoung ikutan merengek.
“Biar
sehat Jing. Jongin juga kok! Ayolah!” Oh Sehun memang jenius, mana bisa menolak jika ada Jongin sebagai
embel-embelnya.
“Hmm… Gimana ya…” Jiyoung pura-pura berpikir
padahal sekarang dia jingkrak-jingkrak dan berteriak tanpa suara di kamarnya.
“WOI
SIAPA BILANG AKU MAU NAIK SEPEDA! MENDING NAIK MOTOR ATAU NEBENG TAEMIN!” senyum renyah Jiyoung hilang ketika mendengar
suara Jongin dari seberang. Jongin dan Sehun juga terdengar cek-cok. Jiyoung
kembali duduk sambil merengut kesal.
“Jangan
dengerin Jongin. Percaya deh, besok dia naik sepeda bareng kita.” Sehun
terdengar berbisik, tapi mood Jiyoung sudah terlanjur kacau. “Mau ya? Besok aku jemput deh!”
“Terserah!” jawab Jiyoung.
“Oke
besok aku jemput yah! Nih nih ngomong sama yang punya ponsel!” Jiyoung
hanya diam dan menunggu siapapun yang bicara setelah ini.
“Hallo?”
oh sial! Suara berat Jongin!
“Hallo…” balas Jiyoung.
“Apa
Jing? Kata Sehun kau mau ngomong?” HAH? Oh, si jenius sinting itu! Jiyoung diam-diam tersenyum sebelum
bicara.
“Sinting itu anak, aku gak mau ngomong
apa-apa!” jawab Jiyoung sekenanya. Tapi kini dia sudah mengutuk dirinya
sendiri, pasti sebentar lagi Jongin metutup teleponnya. Tidak!
“Oh,
ya sudah.”
Tuh kan!!!
“Sebentar
lagi kau mau apa Jing?” Jiyoung
kembali tersenyum menyadari Jongin tidak mengakhiri telepon mereka.
“Mau tidur.”
LOH???? Kang Jiyoung bego ya???
“Udah
ngantuk ya? Kalau gitu aku tutup teleponnya.”
“Sebentar lagi kau mau apa Jongin-ah?” tanya
Jiyoung sedikit berteriak, Jongin tidak segera menjawabnya.
“Mau
tidur juga.” Jiyoung membuang
nafas mendengarnya, “Aku tutup ya.
Selamat tidur, mimpi indah!”
“Iya Jongin, mimpi indah!”
Klik!
Telepon terputus! Sesaat Jiyoung terlihat
tertawa penuh kemenangan. Mungkin ini bodoh, tapi kenapa Jiyoung baru sadar
suara Jongin semeneduhkan itu? Wah, Jiyoung sudah gila! Bahkan rasa kecewanya
karena Chanyeol bukan cinta pertamanya sudah musnah sekarang.
***
Jiyoung segera bergabung di meja makan untuk
sarapan setelah bersiap, dilihatnya ayahnya sudah pergi. Ommanya sedang
menyiapkan sarapan Jiyoung. Tanpa di perintah Jiyoung segera melahap
sarapannya.
“Nona Jiyoung, temannya sudah menunggu.” Kata
pembantunya membuat Jiyoung tersedak.
“Teman siapa?” tanya Jiyoung sangsi.
“Itu, yang dulu pernah kesini. Anak laki-laki.”
Jiyoung menepuk jidatnya, baru ingat kalau pagi ini dia akan naik sepeda ke
sekolah.
“Temannya diajak sarapan gih!” kata ibunya,
Jiyoung menggeleng sambil tetap melahap makanannya dengan cepat.
“Pasti mereka sudah sarapan.” Kata Jiyoung,
“Omma, hari ini aku naik sepeda.”
“Gak capek naik sepeda?”
“Ehm…” Jiyoung menggeleng, “Sudah ya, Jiyoung
berangkat!”
Jiyoung melihat Sehun bersepeda di halaman
kecilnya seperti biasa, dia segera mengeluarkan sepedanya dari garasi seraya
member isyarat pada Sehun agar segera keluar.
“Lama banget?” tuduh Sehun.
“Cerewet!” balas Jiyoung singkat. Jiyoung sudah
berharap akan melihat Jongin juga naik sepeda hari ini, tapi dia tidak bisa
menemukannya. Jiyoung segera mengayuh sepedanya diikuti Sehun.
Kalau saja Sehun bukan teman yang baik, pasti
Jiyoung sudah menolak tawaran Sehun dengan keras. Tapi setelah dipikir-pikir,
memang tidak ada salahnya naik sepeda ke sekolah. Yah meskipun Jongin tidak
ada, setidaknya Jiyoung dapat sesuatu untuk kesehatannya. Sehun bersepeda tepat
di sebelahnya, mengajaknya mengobrol. Tepat ketika mereka melewati gang menuju
rumah Jongin, Jiyoung bisa melihat seseorang sedang berada di atas sepedanya.
“Akhirnya muncul juga!” Jongin mengayuh
sepedanya setelah Jiyoung dan Sehun melewatinya. Mau tidak mau bibir Jiyoung
tertarik ke atas.
“Kau naik sepeda juga?” tanya Jiyoung basa-basi
pada Jongin yang ada di belakangnya.
“Hem!” jawab Jongin singkat. Setelah itu mereka
bertiga mulai mengayuh sepeda dengan cepat, tujuan mereka kebut-kebutan.
Padahal jalanan di pagi hari selalu ramai, tapi ketiga anak itu seakan tidak
berpikir.
“WOI! Tunggu!” teriak Sehun pada Jongin yang
melaju dengan kencang. Sehun juga menambah kecepatannya, meninggalkan Jiyoung
yang bersepeda dengan kecepatan sedang. Jiyoung ingin mengejar, tapi jalanan
terlalu ramai. Jiyoung mulai kesal dengan Sehun dan Jongin, bukankah dia rela
bersepeda untuk mereka? Bahkan keduanya sekarang sudah tidak terlihat di depan
Jiyoung.
Tapi setelah itu Jiyoung kembali menemukan
Jongin dan Sehun yang menepi, seakan sengaja menunggu kedatangan Jiyoung seraya
istirahat sejenak.
“Kau jangan ikut kebut-kebutan Jing, nanti
jatuh lagi!” kata Sehun mengingatkan. Memangnya siapa juga yang berniat
kebut-kebutan, Jiyoung hanya mengayuh sepeda dengan cepat karena ingin mengejar
Jongin dan Sehun.
Beberapa anak melihat kearah Jiyoung ketika dia
memarkir sepeda di sebelah Sehun. Para gadis itu terlihat berbisik sambil
mencuri pandang ke arah Jiyoung. Jiyoung yang merasa sedikit terganggu membalas
tatapan mereka, tapi Jongin mendekatinya seraya berkata, “Sudah, jangan
dihiraukan.”
Krystal dan Sulli sudah menunggu Jiyoung di
tangga, keduanya langsung menyerbu Jiyoung begitu melihat Jiyoung berjalan di
antara Jongin dan Sehun.
“Ayo cepat! Kau harus menceritakan semuanya!”
kata Sulli seraya menepuk pundak Jiyoung.
“Gossip gossip!” sindir Sehun melihat Krystal
membisikkan sesuatu di telinga Jiyoung. Krystal mendelik padanya kemudian
berkata dengan keras.
“BARU SAJA CHANYEOL SUNBAE MENCARIMU, DAN AKU
BILANG KALAU KAU BELUM DATANG!” kata Krystal sambil melirik ke arah Sehun.
“Sttt, Krystal!” kata Jiyoung memperingatkan.
“Udah-udah, yuk cepetan deh!” Sulli mengajak
Jiyoung dan Krystal untuk memisahkan diri dari Jongin dan Sehun. Sementara
Sehun terlihat shock mendengar kalimat Krystal.
“Chanyeol? Ngapain orang itu nyari Jiyoung?”
tanya Sehun pada Jongin, Jongin hanya menaikkan bahunya.
“Chanyeol naksir Jiyoung?” lagi-lagi Sehun
bertanya pada Jongin.
“Udah dibilangin gak tau!” jawab Jongin sengak.
***
Pada jam istirahat Jiyoung berkumpul bersama
Sulli dan Krystal di kantin seperti biasa sejak kelas pertama Jiyoung sama
sekali tidak melihat Jongin. Bahkan pesannya juga tidak dibalas oleh Jongin.
“Jongin dimana sih?” kata Jiyoung seraya
menoleh kesana-kemari mencoba menemukan sosok Jongin.
“Palingan juga sama Sehun.” Jawab Krystal
enteng.
“Dari pagi aku tidak melihatnya di kelas,
kemana dia? Bolos?” Sulli ikut mencari sosok Jongin.
“Jongin terus ya yang dicari.” Tiba-tiba suara
itu terdengar membuat Jiyoung menelan bulat-bulat permennya.
“Taemin sunbae!” Sulli menyapa Taemin sedikit
berlebih.
“Jiyoung, kau kenapa sih?” Krystal menatap
Jiyoung aneh.
“A-ir!” katanya, Sulli segera menyodorkan
minumannya yang segera dihabiskan oleh Jiyoung. “Permenku, tertelan…” katanya.
“Ya ampun Jiyoung. Nih coba didorong sama ini!”
Krystal memberinya roti, tapi Jiyoung menolaknya.
“Sudah kan?” tanya Taemin khawatir, Jiyoung
hanya mengangguk sambil mencoba mengatur nafasnya. “Lain kali hati-hati
Jiyoung.” Taemin menepuk pundak Jiyoung pelan, kemudian menarik kursi di
sebelah Jiyoung dan duduk di sebelahnya.
“Maaf sunbae, tapi kau mau apa disini?” tanya
Krystal penuh selidik.
“Boleh kan aku bergabung?” tanya Taemin ragu.
“Boleh boleh, tentu saja boleh!” jawab Jiyoung
dan Sulli bersamaan seraya melirik Krystal.
“Duh Taemin, gak bisa liat Jiyoung sendirian
sebentar.” Kata Baekhyun diikuti tawa konyolnya, “Chanyeol-ah, rivalmu ini
cukup kuat!”
“BAEK!” sentak Chanyeol penuh peringatan.
Krystal dan Sulli hanya tertegun melihat Chanyeol dan gerombolannya datang.
“Eh Jiyoung, tadi kau naik sepeda ya?” tanya
Taemin ramah, semua menatap ke arah Taemin.
“Iya sunbaenim.” Jawab Jiyoung seadanya.
“Besok aku ikut gabung ya. Jongin dan Sehun
pasti tidak keberatan.” Kata Taemin seraya tertawa renyah.
“Chanyeol kalah satu langkah!” celetuk
Baekhyun. Jujur saja Jiyoung ingin melempar Baekhyun sesuatu yang bisa
membuatnya diam.
“Ini ada apa sih pada disini?” Sehun datang
dengan tatapan kesal, dilihatnya ada Chanyeol berdiri tak jauh dari tempat
Jiyoung membuatnya semakin geram. “Kalau Cuma mau ganggu Jiyoung mending pergi
deh para sunbaenim ini!”
“Kau ngomong apa sih?” tanya Krystal,
ditatapnya Sehun dalam.
“Oh Sehun juga rival nih ceritanya?” lagi-lagi
Baekhyun berkomentar seenaknya, Chanyeol, Taemin dan Sehun menatap Baekhyun
geram. “Oke oke, sorry!”
“Mending pergi deh Jing.” Sehun menarik tangan
Jiyoung dan mengajaknya pergi darisana.
“Wooaa…” terdengar beberapa anak berseru
melihat Sehun menarik Jiyoung dari sana. Jiyoung menoleh untuk member isyarat
pada Sulli dan Krystal agar mengikutinya. Krystal melihat punggung Sehun yang
semakin menjauh, Krystal menahan airmatanya agar tidak tumpah.
“Krystal ayo!” Sulli segera mengajak Krystal
untuk pergi darisana.
Sulli tidak membawa Krystal mengikuti Jiyoung
dan Sehun, melainkan ke sebuah gedung latihan. Sulli dan Krystal duduk di depan
sebuah kelas dance yang terlihat kosong. Krystal hanya diam padahal sudah
sepuluh menit penuh mereka ada disini. Sulli juga tidak mau mengganggunya
dengan mengajaknya bicara.
“Memang hanya Jiyoung kan yang dia lihat?”
akhirnya kalimat tanya itu meluncur dari bibir Krystal. Matanya tampak kembali
berkaca-kaca, bibirnya bergetar menahan tangis.
“Krystal?” panggil Sulli seraya menepuk pundak
Krystal pelan.
“Benar kan Jiyoung yang dia suka…” tangis
Krystal kini pecah, Sulli berusaha menenangkannya.
“Aku tidak pernah tau kau benar-benar menyukai
Sehun.” Kata Sulli membuat tangis Krystal semakin menjadi.
“Kenapa?” suara berat Jongin terdengar, Jongin
sedang berdiri tak jauh dari Krystal dan Sulli.
“Bukan apa-apa.” Jawab Krystal seraya menghapus
airmatanya dengan punggung tangannya.
“Meskipun kau tidak mau bercerita, tapi aku
sudah mendengarnya.” Kata Jongin, “Jadi Sehun?” lanjutnya.
“Jongin-ah!!! Aku harus bagaimana?” Krystal
kembali menangis, kali ini lebih kuat.
***
Jiyoung berusaha mencari Krystal dan Sulli di
seluruh gedung hobae, Sehun mengikutinya di belakang. Setelah mencari kesemua
kelas dan bertanya pada beberapa anak, Jiyoung tak juga menemukan mereka.
Jiyoung segera menuruni tangga, mencari mereka di taman, di kamar mandi, bahkan
Jiyoung juga kembali ke kantin.
“Kemana sih mereka?” Jiyoung merogoh sakunya
dan segera menghubungi Krystal dan Sulli bergantian. Tapi tak ada jawaban dari
keduanya. Jiyoung kembali meruntuk kesal.
“Nanti juga mereka balik Jing!” kata Sehun.
“Kau sih, harusnya kan kita tadi nunggu mereka
dulu.” Kata Jiyoung kesal.
“Ya maaf. Biasanya mereka kan langsung otomatis
mengikuti.” Sehun juga mengambil ponselnya, mencoba menghubungi Krystal dan
Sulli. “Tidak ada jawaban.”
“Mau dicari kemana lagi?” Jiyoung bertanya
frustasi pada Sehun
“Ditunggu di kelas, sebentar lagi masuk. Mereka
pasti kembali.” Kata Sehun, Jiyoung segera kembali ke kelas.
Kelas sudah dimulai ketika Sehun dan Jiyoung
datang. Jiyoung sempat melongok ke kelas Sehun dan melihat Krystal ada di dalam.
Setelah itu Jiyoung segera masuk ke kelasnya sendiri, untung materi belum
dimulai jadi Jiyoung segera melesat menuju bangkunya.
“Kau darimana Jing?” tanya Sulli.
“Aku mencarimu, kau darimana?” Jiyoung
mengeluarkan bukunya seraya melirik Jongin yang duduk di bangkunya.
“Nanti saja aku ceritakan.”
Selama materi tidak ada satu anakpun yang
membuka mulut. Selain karena konsentrasi, mereka juga takut dengan pengajar
yang satu ini, Lee songsaenim yang terkenal killer. Dua jam terasa seperti dua
hari, Jiyoung lega ketika akhirnya Lee songsaenim mengakhiri pertemuan.
Sulli mengajak Jiyoung untuk mengobrol di luar,
Sulli memulai dengan obrolan seperti biasa. Sampai kemudian Jongin ikut
bergabung dengan mereka.
“Woi Kang Jiyoung!” sapa Jongin seraya mengacak
rambut Jiyoung asal.
“Hzzz, Jongin!” pekik Jiyoung, Jongin hanya
tertawa melihatnya.
“Jiyoung-ah, aku harus tanya sesuatu…” kata
Sulli.
“Apa?” Jiyoung beralih menatap Sulli.
“Apa kau menyukai Oh Sehun?”
“Choi Sulli jangan bercanda! Dia temanku, dia
teman kita.” Jawab Jiyoung seraya tertawa, “Tolong, ini yang terakhir kau
menanyakan itu.”
“Chanyeol ya?” goda Jongin.
“Bukaaaaaan…” Jiyoung memukul lengan Jongin
sekeras mungkin.
“Oke oke aku tau, Taemin. Iya Taemin!” Jongin
berusaha menghindari pukulan Jiyoung yang semakin menjadi.
“Bukan dia juga…”
“Terus siapa dong?” seketika serangan Jiyoung
berhenti, Sulli memerhatikan raut wajah Jiyoung yang berubah menjadi sedikit
tegang, “Lee songsaenim ya?”
“JONGIN!!!!” Jongin dan Sulli tertawa membuat
Jiyoung semakin memukul Jongin dengan keras.
***
Hari sudah sore ketika Jongin dan Sehun sedang
duduk di bangku taman, menunggu jiyoung, Sulli dan Krystal yang sedang
melakukan tes kesehatan di sekolah. Jongin sibuk dengan gamenya semantara Sehun
terlihat membaca buku.
“Heh Jongin-ah!”
“Hem?”
“Krystal kenapa sih?” tanya Sehun seraya
menutup bukunya.
“Kenapa apanya?” Jongin meliriknya sekilas.
“Kebiasaan banget ditanya nanya balik!” Sehun
memukulkan bukunya ke kepala Jongin.
“WOI SAKIT WOI!” Jongin merampas bukunya dan
memukulkan pada Sehun sebagai balasan.
“Biasanya kan dia cerewet, tapi dia diam saja
setiap kali aku bicara padanya. Padahal aku bertanya baik-baik.” Sehun
terdengar serius.
“Tanya saja sendiri ke orangnya, tuh!” Jongin
menunduk Krystal, Jiyoung dan Sulli yang berjalan ke arah mereka.
“Maaf lama ya nunggunya.” Sulli langsung
mengambil tempat di antar Sehun dan Jongin.
“Sudah kan? Sudah selesai kan?” Sehun bertanya
tak sabar, “Ayo pulang. Kalian para gadis pasti sudah di cari omma kalian
masing-masing.” Goda Sehun. Jika biasanya Krystal langsung menimpalinya dengan
kalimat konyol, kali ini Krystal hanya diam.
“Ayo!” Sulli memimpin berjalan lebih dulu.
Jiyoung terlihat sedang mendekati Jongin dan mengintip apa yang sedang dia
mainkan di ponselnya.
“Hei Jung, kau kenapa sih?” Sehun mendekati
Krystal yang hanya bungkam. Krystal menatap Sehun sekilas, kemudian dia
berjalan cepat.
“Jongin-ah Jiyoung-ah tunggu!” teriaknya.
“Cewek memang aneh ya.” Kata Sehun lirih.
***
Tok
tok tok
Seseorang mengetuk pintu kamar Jiyoung. Jiyoung
yang sedang bermain game di ponselnya hanya diam tak bergeming, berniat
pura-pura tidur.
“Nona Jiyoung, ada yang mencari.” Jiyoung masih
tidak menjawab.
“Nona Jiyoung, ada teman yang menunggu di
luar.” Kata pembantunya lagi.
“Siapa bi?” akhirnya Jiyoung menyerah dan
membalas teriakannya.
“Chanyeol!”
Deg
“Iya sebentar lagi aku keluar!” Jiyoung segera
bangkit dan menyisir rambutnya sekilas sebelum akhirnya keluar.
Chanyeol terlihat rapi malam itu, Jiyoung
sedikit ragu dengan kedatangan Chanyeol kesini. Hei! Chanyeol tidak menganggap
Jiyoung sebagai pacarnya kan?
“Sunbaenim?” sapa Jiyoung.
“Jiyoung-ah, kau ada waktu? Bisa kita keluar
sekarang?” entah mengapa kalimat Chanyeol perlu dicerna lebih lama untuk dapat
Jiyoung mengerti.
“Sekarang? Tapi sunbae…”
“Tidak sampai malam. Bisa?” pinta Chanyeol
lagi, Jiyoung terlihat berpikir sejenak.
“Aku ganti baju dulu.” Kata Jiyoung akhirnya.
Chanyeol mengajak Jiyoung ke café malam itu,
mereka menikmati makan malam ringan sambil mengobrol santai. Duduk di sebelah
jendela yang memberi pemandangan berupa jalan setapak di sebelahnya. Jiyoung melihat
Chanyeol menyesap cappucinonya, sejuta pertanyaan bersarang di otak Jiyoung
sekarang.
“Sunbaenim…” Chanyeol menatap Jiyoung dengan
kening berkerut.
“Untuk yang satu itu, bisakah kau memanggilku oppa?” Chanyeol tersenyum setelahnya, membenarkan
letak topi di kepalanya.
“ Oppa?” Jiyoung terkekeh, “Aku terbiasa
memanggilmu sunbae.”
“Biasakan mulai sekarang, oppa!” kata Chanyeol seraya
tertawa renyah.
Jiyoung melihat jam di ponselnya menunjukkan
setengah Sembilan malam. Memang café ini tak jauh dari rumahnya, tapi tak ada
salahnyakan Jiyoung minta Chanyeol mengantarnya sekarang?
Jiyoung memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil
yang dia bawa. Café ini semakin ramai, bahkan terlihat ada sebuah band yang
sedang bersiap untuk menghibur. Dan dilihatnya Kyungsoo sedang ada disana.
“Bukankah itu Kyungsoo sunbae?” tanya Jiyoung
pada Chanyeol.
“Hem? Oh ya, itu Kyungsoo.” Chanyeol melambai pada
Kyungsoo, Kyungsoo balas melambai dan member isyarat dia tak bisa
menghampirinya sekarang.
“Aku suka dengan suaranya.” Kata Jiyoung seraya
memerhatikan Kyungsoo. “Err, oppa sekarang sudah hampir jam Sembilan.”
“Kenapa?” Chanyeol sedikit maju agar bisa
mendengar Jiyoung.
“Sudah hampir jam Sembilan.”
“Oh ya, tunggu sebentar.” Chanyeol terlihat
sibuk dengan sesuatu.
“Kang Jiyoung, maukah kau jadi pacarku?”
kalimat barusan terdengar begitu cepat di telinga Jiyoung. Jiyoung tersentak
ketika Chanyeol memberinya sebuah kalung, Jiyoung menatap kalung dengan hiasan
hati sebagai bandulnya.
“Sunbaenim…” kata Jiyoung lirih, dia
benar-benar tidak siap sekarang. Chanyeol menggenggam tangan Jiyoung menatapnya
dengan tulus dan sekali lagi berkata,
“Maukah kau jadi pacarku?”
Drrrttt…
drrrtttt…
Ponselnya bergetar, begitu juga jantungnya yang
berdetak tak karuan. Jiyoung membuka tas dengan tangan kirinya yang bebas.
Jongin’s calling…
TBC
Author's Note: Nah loh Nah loh, siapa cinta pertama Jiyoung? kkk ^^. Mumpung lagi libur jadi update deh. Ayo ayo silahkan menebak-nebak lagi. Kira-kira siapa-sama siapa, siapa apanya siapa.
Oh iya, mohon ya para reader kalo bisa kasi komentar. Terus makasih juga yang setia sama fanfic ini. Ini fanfic terakhir loh di blog ini. Author mau pindah blog, bukan hiatus selamanya. Tapi kalo entar dapet wangsit gak boleh pindah, ya mungkin gak pindah *galo*. Tapi kemungkinan besar akan pindah, ntar pasti di kasi tau kok. Terima kasih semuanya, semoga harinya menyenangkan.
Doakan author yg di semester 3 ini dapet dosen killer-killer. TT TT *bow
Aku suka ceritanya buat ampe 20 chapter ya hahaha *bercanda*
BalasHapusCiyee chanyeol maju lbh awal, tkt k duluan yg lain ya
Ngomong2 di terima ga ya ma jiyoung
Kai telpon ada apa???
Aku suka chanyeol ma jiyoun, aku suka jiyoung ma kai, aku suka jiyoung ma taemin, tp setrah km ending'a nanti jiyoung ma Siapa.
Jiyoung ma sehun ga cocok ky'a, sehun'a pecicilan dsni
chanyeol agak kecepeten mungkin ya.. dianya kan belum deket sama jiyoung. jadi mungkin dia udah suka sejak lama kah?
BalasHapussehun polos banget di sini, atau dianya bego ? hahaha. there will always a different character of sehun. ^^ aku suka chap ini, sunbae2 killer udah keliatan ngocolnya. suasana udah nggak setegang zaman dulu. haha.first lovenya jongin ya? just my guess sih. jongin sama jiyoung aja lah.. tapi ya itu, kasihan chanyeol. second, jongin itu belum out of the box perasaannya. jadi jiyoungnya masih keliatan bingung juga, just my guess juga ini. nice chap author, update soon ya
oh jadi nggak hiatus selamanya? oh bahagia lah jadinya. kasih kabar kalau pindah blog ya.. i'm waiting ^^
thanks a lot #Bow
wow wow wow! Again, Chanyeol is.... sigh. He's in the way again! Gah. It's okay it's okay. That's what makes the story interesting. Although I want the ending to be KaiJing, I will never know, right? Just like in Three Idiots. Sigh.
BalasHapusStill, this is very interesting. The suspense is killing me! And the cliffhanger ending! Waaaaah. Thanks for updating!
PS: What do you mean you're moving? To where? Can we still read your stories? You will continue to write, yes? Give us an update to where you'll go.
Jing jd rebutan lagi ciiee, kayaknya si jongin itu ada feel sama jing cuma gk diungkapin. cinta pertamanya jing pasti jongin dong ya kan ngadu deh author klau gk ngaku ntar ku karungin/?
BalasHapusChanyeol please deh kenapa pake acara nembak jing sgala sih '3' jangan diterima jing please bukan dia cinta pertamamu oke oke