Tittle: First Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.
A/N: sorry for the very late post. Masih gak tau bakal berakhir di chapter berapa. terimakasih yang masih mau nyempetin baca ff ini, jangan lupa kasih komentar. Chapter 10 akan segera di post, mungkin besok atau lusa, yang pasti dalam minggu ini. :)
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.
“Hai Jiyoung, apa
kau masih menyukai kupu-kupu?”
Kalimat sederhana itu membuat
Jiyoung membeku, bukan karena suhu yang tiba-tiba turun atau karena salju yang
turun dengan derasnya, melainkan karena Kim Jongin baru saja mengutarakan
pertanyaan yang berhubungan dengan masa lalunya.
“Jongin?” hanya itu yang keluar
dari mulut Jiyoung. Jongin tersenyum menatapnya, ada sirat kebahagiaan dan
kelegaan dari sana. Namun tiba-tiba sesuatu menghantam bagian belakang kepala
Jiyoung, datangnya sama cepatnya dengan hilangnya senyum Jongin.
BRAAAKKK!!!
Jiyoung merasa kepalanya sakit
sekali, kemudian beberapa burung berterbangan di depan matanya dengan gerakan
memutar kepalanya. Jiyoung tau seseorang baru saja menghamtam kepalanya dengan
benda yang keras, karena sekarang rasa sakit itu semakin menyerang dan membuat
pandangan Jiyoung menjadi gelap.
***
“Tapi aku tetap menganggap kasus
ini adalah kasus penyerangan!” kata Krystal lupa berbisik yang membuat semua
mata melotot kepadanya.
“Kecilkan suaramu idiot, kau bisa
membuat Jiyoung bangun!” gertak Sehun geram, tapi tak sedikitpun membuat
Krystal takut.
“Kalau kau...” Krystal menunjuk
Minah, “..kau...” Krystal menunjuk Baekhyun, “...dan kau...” Krystal menunjuk
Myungsoo, “...tidak mau mencari tau siapa pelakunya, akan ku laporkan kalian
kepada Lee Jinki dan Suho!” ancamnya.
“Kami tidak bilang kami tidak
akan mencari pelakunya Jung Krystal, kami hanya bilang tolong kalian rahasiakan
penyerangan ini.” kata Minah sama tegasnya, badannya yang mungil tidak sesuai
dengan tatapan matanya yang begitu membunuh.
Jiyoung bisa mendengar
sayup-sayup suara Krystal yang tadi sempat berteriak, dia mencoba membuka
matanya yang terasa berat. Perlahan matanya terbuka, dan dia bisa melihat
Krystal sedang berdiri dengan angkuhnya tak jauh dari tempatnya berbaring. Dan
di depan Krystal terlihat Minah dengan tatapan sama tegasnya,
“Hei...” Sehun yang duduk di
sebelahnya tersenyum, “...bagaimana? Kau oke?”
“...” Jiyoung hanya tersenyum
tipis kendati dia merasa tubuhnya masih begitu lemas.
“Kang Jiyoung kau sudah sadar?”
Baekhyun memekik seraya berjalan medekat ke Jiyoung. Semua mata kini beralih ke
Jiyoung, menatapnya dengan penuh kelegaan dan masih terrdapat sirat
kekhawatiran disana.
“Oh my god Jiyoung kau sadar!”
Krystal menghambur memeluknya, pandangan Jiyoung tertutupi oleh rambut lurus
panjang Krystal. “Aku yakin kau akan baik-baik saja, oh tentu saja!”
“Sinting kau membuat Jiyoung
kesulitan bernafas!” Sehun menarik Krystal agar mau melepas pelukannya pada
Jiyoung.
“Maaf Jiyoung, aku hanya terlalu
–yah sudahlah yang penting kau sudah sadar.” Kata Krystal tersenyum.
“Aku turut lega akhirnya kau
sadar kang Jiyoung.” Minah berdiri di sebelah ranjang Jiyoung seraya tersenyum
tulus, untuk pertama kalinya Jiyoung melihat Bang Minah tersenyum. “Tapi aku
rasa kau masih perlu banyak istirahat, aku bersama Baekhyun dan Myungsoo akan
pulang –dan kami berjanji akan memberitahu kabar bahagia ini kepada LP team.”
kata Minah cepat-cepat ketika mendapat tatapan tajam dari Krystal.
“Kami dan sekolah tidak akan
membiarkan masalah ini Jung Krystal, tolong berhenti menyalahkan kami.” Kata
Myungsoo sabar dan berhasil membuat Krystal hanya memutar bola mata tanpa
mencelanya.
Ruangan jauh lebih sunyi setelah
Baekhyun, Minah dan Myungsoo pergi. Krystal sudah kembali mendapat kesadarannya
dan bicara tanpa berteriak lagi. Sehun yang duduk di sebelah ranjangnya memberi
signal bahwa dia bisa membantu Jiyoung apa saja, apapun yang Jiyoung inginkan
akan segera dikabulkan olehnya.
Jiyoung mencoba untuk duduk
ketika dengan cepat Sehun segera membantunya, Krystal yang sedang sibuk dengan
ponselnya beralih memerhatikan mereka untuk sementara hingga dia segera
berpaling lagi.
“Apa? Minum?” tanya Sehun tapi
Jiyoung menggeleng lemah. Jujur saja sebenarnya Jiyoung mengkhawatirkan hal
lain, mengkhawatirkan Jongin yang tidak terlihat di kamar rumah sakit dimana
dia dirawat.
“Jongin dan Sulli pergi ke
rumahmu, seharusnya sih mereka sudah sampai disini sekarang.” celetuk Krystal
enteng seakan bisa membaca pikiran Jiyoung, seketika itu juga ekspresi Sehun
langsung berubah kesal. “Hei kau tidak boleh memasang wajah seperti itu!”
sambung Krystal membentak pada Sehun, Sehun langsung membuang muka.
“Bisa kalian jelaskan apa yang
sebnarnya terjadi?” tanya Jiyoung ragu, dia tidak tau kenapa dia harus berada
di rumah sakit. Seingatnya terakhir kali dia berada di depan gerbang sekolah
bersama Jongin dan ada yang memukul kepalanya, tapi dia tidak pernah tau
akibatnya dia harus berakhir di rumah sakit.
“Ada yang memukulmu, untung saja
pukulannya tidak terlalu keras jadi yah... tidak ada cidera serius.” Jelas
Krystal singkat.
“Tidak keras? Kepalaku sangat
sakit.” Kata Jiyoung tidak percaya.
“Ya kami tau jelas sakit.”
Sambung Sehun, “Tapi masalahnya, aku dan Krystal berpikir ini bukan yang
terakhir. Aku rasa akan ada kejadian seperti ini lagi. Dan kami takut itu akan
berdampak lebih buruk buatmu.”
“Tapi kenapa aku?”
“Yang menyerangmu itu perempuan,
aku tidak yakin dia angkatan berapa. Dan aku seratus persen yakin dia
membencimu karena suatu alasan.” Jelas Krystal.
“Dan alasan Krystal sangat
sinting.” Gertak Sehun.
“Tidak Oh Sehun, jelas karena
itu alasannya!” bentak Krystal.
“Gunakan akal sehatmu, mana ada
orang seperti itu?” kata Sehun tak mau kalah.
“Kalian berdua! Ini rumah sakit,
bisakah kalian tidak berteriak?” Sulli sudah berdiri di pintu dengan pandangan
horror, dan tepat di belakang Sulli berdirilah Jongin. Jongin tampak buruk,
tapi bibirnya tersenyum ketika pandangannya bertemu dengan Jiyoung.
“Lihat saja, nanti kau akan
tau!” kata Krystal sebelum dia berjalan cepat meninggalkan kamar.
“Kau baik-baik saja kan?” tanya
Jongin dengan senyum paling melegakan yang pernah dilihat Jiyoung.
***
“Hoi Krystal! Sudah cukup
main-mainnya!” Taemin melepas topi dan kacamata hitamnya ke tanah, memandang
kesal pada Krystal yang sedang merunduk memerhatikan ssesuatu.
“Sssttt jangan berisik, nanti
kita ketahuan.” Krystal menaruh jari telunjuknya di bibir. Taemin hanya
memandangnya tidak percaya, bahkan Taemin tidak ingat sudah mneyetujui ide
sinting Krystal ini.
“Biar saja ketahuan!” kata
Taemin kemudian.
“Kau bilang kau peduli pada
Jiyoung, tapi apa? Ternyata kau tidak ada bedanya dengan Jongin, Sehun atau
Chanyeol itu! mereka tidak ada yang turun langsung ke lapangan dan menangkap pelakunya
kan?” omel Krystal kesal.
“Tapi tidakkah ini berlebihan?”
tanya Taemin sedikit luluh dengan kalimat panjang Krystal, Krystal menggeleng
mantap.
“Kau melakukan hal benar Kim
Taemin!”
“Sejak kapan namaku Kim Taemin?”
sentak Taemin dengan sedikit nada heran.
“Lupa, Lee Taemin maksudku.”
Kata Krystal cepat tanpa rasa bersalah.
“Kau benar-benar hobae paling
kurang ajar yang pernah aku temui.”
“Oh, Lee Taemin sunbaenim! Apa
yang kau lakukan disini?” seorang gadis berambut panjang, berwajah seperti
malaikat berdiri di belakang Taemin dengan wajah penasaran, “Dan kau Krystal,
sedang apa kau? Kenapa kau terlihat seperti eerrr stalker?”
Krystal langsung menegakkan badannya dengan cepat, dia bersandar pada
loker kokoh yang ada di belakangnya. Sebenarnya loker itu sebagai tempat
bersembunyi beberapa menit yang lalu, tapi sejak kedatangan Bae Suzy yang
datang secara tiba-tiba membuat krystal segera balik badan dan bersandar pada
tamengnya.
“Tidak ada, aku dan Taemin hanya
melakukan penelitian!” jelas Krystal
sok sangar, “Dan perlu aku tekankan aku bukan stalker Bae Suzy.” Sambung Krystal dengan penekanan pada kata
stalker.
“Yah.. ini hanya untuk... yah
kau tau, urusan organisasi. Kau pasti sudah dengar Krystal ada dalam kategori
LP Team. aku melakukan ini untuk membantunya.” Suara Taemin sedikit bergetar di
awal, tapi kemudian dia mendapat sedikit percaya diri dan membuat Suzy percaya.
“Kalau boleh aku tau, penelitian
seperti apa yang kau inginkan Krystal?” tanya Suzy sambil tersenyum.
“Kenapa kau begitu ingin tau?”
Krystal balik bertanya, dan betapa kagetnya Taemin melihat Krystal tidak
berusaha beramah tamah dengan Suzy.
“Bukan apa-apa, hanya ingin
tau.”
“Kalau begitu aku tidak akan
memberitahumu karena kau tidak punya alasan yang kuat!” kata Krystal dingin,
dia memberi isyarat agar Taemin segera mengikutinya.
“Semoga harimu menyenangkan Bae
Suzy.” Kata Taemin cepat sebelum berlari mengejar Krystal. Suzy memerhatikan
keduanya menjauh hingga akhirnya mereka hilang ketika berbelok di salah satu koridor.
“Kau kenapa segitu galaknya ke
Suzy? Dia kan teammu waktu malam inagurasi, dan aku lihat dia anak yang baik.”
Tanya Taemin ketika mereka sampai tangga.
“Kau ingin tau kenapa aku
melakukannya?” Krystal menatap Taemin serius.
“Tentu saja!”
“Karena dia orang yang aku
curigai melakukan penyerangan ini pada Jiyoung!” kata Krystal berapi-api dan
Taemin membelalak tak percaya.
***
Klik klik klik...
Suara jarum jam memenuhi kamar Jiyoung, memberitahu begitu sunyinya
malam itu. Sore tadi Jiyoung bisa pulang dari rumah sakit, parahnya tidak
seorang temanpun menemaninya. Dan malam ini, Jiyoung hanya rebah di ranjangnya
menikmati lelah yang seakan tidak berujung. Hari ini tepat dua hari setelah dia
diserang.
Seharusnya Jiyoung mengantuk
sekarang, mengingat tiga puluh menit yang lalu dia baru saja minum obat. Tapi
nyatanya matanya terasa kering tak mau ditutup, badannya lemas tak enak
digerakkan, dan rasa perasaan yang membuatnya begitu kesal tapi dia sendiri
tidak tau alasannya.
“Biar aku lihat dulu apa dia
sudah tidur atau belum...” suaranya Ibunya terdengar, kemudian pintu berderit
terbuka, Jiyoung melihat Ibunya tersenyum padanya, “Bersedia menerima tamu
sayang?”
“Siapa?”
“Teman-temanmu...” Ibunya
tersenyum ketika Jiyoung mengangguk, kemudian Ibu Jiyoung kembali menghilang
digantikan langkah-langkah berat bersemangat dan muncullah Sulli, Krystal,
Sehun, Taemin dan ..... Jongin.
“Kami baru dari rumah sakit jika
kau ingin tau.” Kata Sulli seraya menaruh kotak berisi kue di meja belajar
Jiyoung.
“Kapan kau mulai masuk, banyak
sekali tugas dari profesor dan sunbae yang kurang kerjaan.” Krystal duduk di
ranjang seraya memerhatikan Jiyoung.
“Seharusnya besok sih sudah
bisa, tapi entahlah.” Jawab Jiyoung.
“Kalau memang masih belum merasa
baik, kau boleh beristirahat lebih lama. Lagi pula ada profesor yang sudah
menjengukmu kan?” tanya Taemin.
“Tadi pagi, beberapa profesor
menjengukku dan aku tidak tau siapa namanya.”
“Mungkin kau belum pernah diajar
oleh mereka.” sela Sulli memberi pendapat.
“Kau penasaran siapa yang
melakukan penyerangan ini Jiyoung?” tanya Krystal yang tidak memedulikan
pandangan penuh peringatan dari yang lainnya.
“Sinting jangan mulai!” kata
Sehun tegas.
“Apa sudah ditemukan?” Jiyoung
tidak menghiraukan Sehun.
“Yah... ada orang yang aku
curigai.” Krystal menjawab enteng.
“Sudahlah, siapa tau dia tidak
sengaja melakukannya.” Taemin mencoba menengahi.
“Jongin bilang anak itu sudah
mengikuti Jiyoung ketika Jiyoung keluar!” Krystal melotot pada Taemin, “Iya kan
Jongin?” Krystal mencari teman.
“Jangan sekarang Krystal,
lagipula masih belum jelas siapa yang melakukannya.” Kata Jongin dengan suara
beratnya, Jiyoung bersyukur karena mendapat alasan untuk menatap Jongin yang
sedang duduk di sofa yang berada di sudut ruangan.
“Kau besok masuk tidak? Kalau
masuk biar aku jemput.” Kata Sehun kemudian, jika diperhatikan sepertinya
hubungan Sehun dan Jongin belum membaik.
“Ya, aku tidak ingin ketinggalan
lebih banyak lagi.” Jawab Jiyoung, Jiyoung bisa merasakan pandangan lurus
Jongin ke arahnya.
Selanjutnya mereka asyik
membicarakan tugas-tugas yang mulai menyita waktu mereka, sesekali Jiyoung
bertanya dan memekik betapa ruginya dia tidak masuk karena sakit ini. Jiyoung
beranggapan Sehun paling santai diantara yang lainnya, bahkan Sehun sempat
berkata jika ini masih awal dan belum seberapa.
Seakan waktu tidak mengijinkan
Jiyoung untuk mendapat waktu hanya berdua dengan Jongin. Jongin pun tak
terlihat berusaha untuk membicarakan apa yang seharusnya mereka bahas, sesuatu
yang membuat Jiyoung senang karena sudah menemukan cinta pertamanya. Seharusnya
Jongin menceritakan secara detail sejak kapan Jongin sadar bahwa Jiyoung adalah
gadis kecil yang dia berjanji untuknya memberi kupu-kupu. Itu sudah
bertahun-yahun yang lalu, tapi mereka masih menyimpan kenangan itu.
Sampai akhirnya Taemin
mengingatkan mereka semua untuk pulang karena hari sudah malam, itupun harus
membujuk Krystal karena dia tidak berhenti bicara pada Jiyoung. Krystal
melambai padanya, tatapannya seakan memberitahu bahwa dia sedih karena harus
dipisahkan dengan Jiyoung.
“Ya Tuhan, besok kau akan
bertemu dengannya di sekolah!” bentak Sehun tak sabar ketika Krystal berlagak
berlinang air mata.
“Sampai ketemu besok Jiyoung!”
seru Sulli ceria, Jiyoung tersenyum pada mereka semua. Toh Jiyoung baik-baik
saja, besok dia bisa bertemu mereka lagi di sekolah dan Jiyoung akan memberi
Sulli dan Krystal berjuta pertanyaan yang tidak bisa dia tanyakan malam ini
karena ada Taemin, Jongin dan Sehun.
“Selamat tidur Jiyoung!” Taemin
sebagai orang terakhir yang keluar kamar, tersenyum seraya melambai sebelum
menutup pintu kamar Jiyoung. Jiyoung bisa mendengar suara langkah mereka
menuruni tangga, sampai dia mendengar suara mesin mobil menyala yang semakin
lama semakin jauh. Itu berarti mereka sudah pulang.
Bahkan Jongin tidak berpamitan
padanya, mengucapkan selamat tidur, atau apapun itu yang membuat Jiyoung
menyadari keadaannya. Rasanya Jongin hanya tamu yang sekedar duduk di kamarnya,
datang dan pergi tanpa memberi kata yang berarti. Jiyoung jadi sedikit curiga,
apa Jongin benar-benar cinta pertamanya?
***
“Kau sudah baik kalau begitu.”
Sapa Chanyeol ketika melihat Jiyoung hendak berjalan menuju kelasnya. Jiyoung
tersenyum tipis.
“Aku baik-baik saja sunbaenim.”
“Aku tidak menyangka kau bisa kembali
ke sekolah secepat ini. Aku harap kau lebih berhati-hati.” Kata Chanyeol seraya
memandang khawatir pada Jiyoung. Tapi belum sempat Jiyoung menjawab, Krystal
dari jauh sudah berlari menghampirinya.
“Hosh! Kenapa kau berdua dengan
orang ini sih?” tanya Krystal seraya melempar pandangan jengkel pada Chanyeol.
“Eh? Kenapa?” Jiyoung tanya
balik, sedikit malu karena sikap tidak sopan Krystal.
“Maaf sunbaenim, jika kau peduli
pada Jiyoung seharusnya kau tidak lagi mendekatinya.” Kata Krystal tegas pada Chanyeol.
Chanyeol tak terlihat kaget, justru dia terlihat kesal dan juga menyesal dan
itu membuat Jiyoung makin bingung.
“Krystal apa maksudmu?” Jiyoung
bertanya setengah berbisik supaya Chanyeol tak bisa mendnegarnya.
“Aku yakin kau sudah mengerti
penjelasanku waktu itu sunbae, jadi aku mohon demi kebaikan Jiyoung sebaiknya
kau jauhi Jiyoung dari sekarang.” Krystal masih menatap tegas ke arah Chanyeol,
“Ayo Jiyoung!” sambung Krystal seraya menarik lengan Jiyoung. Jiyoung yang
terlihat bingung, hanya menunduk sebelum Chanyeol pergi.
“Krystal beranggapan bahwa yang
menyerangmu sore itu adalah orang yang menyukai Chanyeol. Ehm, bagaimana aku
menyebutnya, mungkin bisa dibilang dia fans Chanyeol, ya seperti itu kurasa.”
Jelas Sehun pada Jiyoung yang duduk di meja Sulli.
“Tapi aku belum sepenuhnya
yakin, karena kata Minho oppa...”
“... itu tidak mungkin.” Sela
Krystal seraya mengikuti gaya bicara Sulli, “Semua orang juga tidak ada yang
percaya denganku, kecuali Taemin.”
“Itu karena kau mengancam Taemin
dan menyuruhnya untuk ikut penyelidikan bodohmu itu!” sergah Sehun kesal,
“Jujur saja untuk pertama kalinya aku merasa kasihan pada Chanyeol. Kau tidak
berhenti menyalahkannya setiap rapat.”
“Tunggu sampai aku dapat
buktinya, kalian hanya tunggu waktu saja. Jongin juga yakin yang memukul
Jiyoung sore itu seorang perempuan!” Krystal berargumen dengan berapi-api.
“Idiot itu tau apa!” kata Sehun
penuh penekanan.
“Kau masih belum baikan?” tanya
Sulli tak percaya dan Sehun tak menanggapinya.
“Profesor datang.” Kata Jiyoung
malas. Dengan datangnya profesor, Sehun dan Krystal segera kembali ke kelasnya
sendiri. Kemudian tak lama Jongin masuk kelas dan duduk di tempatnya tanpa
menoleh ke arah Jiyoung.
***
“Nanti setelah jam makan siang,
kelas kita di minta membantu kakak tingkat yang akan perform untuk mengambil
nilai. Jadi nanti semuanya segera ke aula dekat lapangan belakang.” Jongin
berdiri di depan kelas memberi tau teman-temannya.
“Wah, membantu lagi...” keluh
salah seorang anak seraya menguap.
“Kita masih hobae, jangan banyak
berharap lebih selain menjadi penari latar, figuran atau yang lainnya.” Sahut
seorang lainnya.
“Tapi kau akan mendapatkan
posisi oke jika bisa memainkan alat musik.” Sambung yang lainnya.
Jiyoung tak meneruskan mendengar
obrolan temannya tadi, dia memilih melihat jadwalnya dan mulai memikirkan mata
pelajaran apa yang akan dia ambil di semester depan. Sampai akhirnya Sulli
mengajaknya ke kantin karena ternyata waktu sudah menunjukkan waktunya makan
siang.
Tidak tau bagaimana caranya,
tapi gosip sudah tersebar di seluruh sekolah. Setiap kali Jiyoung pergi pasti
banyak anak yang berbisik seraya melihatnya, Jiyoung juga memergoki beberapa
anak yang segera menyenggol temannya begitu melihat Jiyoung datang. Jiyoung
mencoba tersenyum pada mereka, dan mereka menyapa Jiyoung kelewat ramah.
“Kang Jiyoung, kau sudah baik?”
dengan nada yang begitu riang dan terkesan dibuat-buat. Jiyoung hanya
mengangguk sebagai jawaban.
“Bukankah terlalu terlihat jika
mereka baru saja membicarakanku?” bisik Jiyoung pada Sulli.
“Ini terjadi setelah penyerangan
itu, bahkan selama kau di rumah sakit banyak anak yang membicarakanmu.” Sulli
mengajaknya duduk di sudut, “Semua anak sepertinya setuju dengan Krystal, bahwa
yang menyerangmu adalah fans Chanyeol sunbae. Heh, omong kosong.”
“Apa aku tidak salah dengar kau
baru saja mengatakan omong kosong Choi Sulli?” Krystal yang berdiri di samping
mereka mentapa Sulli dengan horror.
“Entahlah Jung Krystal, tapi
tidakkah itu berlebihan? Chanyeol terlihat sangat terganggu dengan ini.” bela
Sulli.
“Lalu bagaimana dengan Jiyoung?
Dia korban disini!” Krystal meyeret kursi dan duduk diantara mereka.
“Sudahlah aku tidak ingin
bertengkar.” Kata Sulli, “Kalian mau makan apa?”
Pada akhirnya hanya Sulli yang
makan, Jiyoung dan Krystal hanya memesan minuman dan kembali berdiskusi.
Perhatian Jiyoung sedikit beralih ketika melihat Jongin sedang asyik bergurau
dengan Taemin dan beberapa anak lainnya.
“Cih, anak itu!” Krystal melihat
ke arah Jongin, “Dia jauh lebih rumit sekarang, ditambah hubungannya belum
membaik dengan Sehun.”
“Tapi mereka kemarin
bersama-sama kan?” tanya Jiyoung penasaran.
“Yah, tapi mereka tetap tidak
saling bicara. Tapi tenang, aku sudah bilang kepada mereka berdua bahwa
prioritas utama saat ini adalah menjagamu.” Krystal tersenyum sekilas.
“Oh tidak! Aku harus menemui
Jung Eunji sunbaenim, aku pergi dulu!” Krystal segera berlari, Jiyoung bisa
mendengar dia mengumpat ketika ada orang yang hampir menabraknya.
“Sulli, tidak ada salahnya kalau
kita ke aula lebih awal.” Ajak Jiyoung, tapi kemudian Sulli terlihat ragu.
“Ehm, sebenarnya aku harus
menemui Minseok oppa dulu sebentar lagi. Aku membantu tugas filmnya asal kau
tau, hem tapi tidak lama. Kau tidak apa-apa kan ke aula tanpa aku?” Sulli
terlihat merasa bersalah. “Tunggu, kau bisa kesana bersama yang lainnya. Atau
Jongin, ya kau tunggu mereka dulu ya. Jangan pergi kesana sendiri, aula sangat
jauh dari sini.”
“Baiklah kalau begitu.” Kata
Jiyoung enteng.
“Jiyoung, kalau ada apa-apa
telepon aku ya!” kata Sulli sebelum pergi.
Jiyoung meneguk minumannya untuk
yang terakhir, dia melihat kantin masih ramai tapi sepertinya Jongin sudah
pergi. Karena tidak tau harus menunggu siapa, Jiyoung memilih untuk pergi ke
aula lebih awal.
Ingin rasanya dia pergi tanpa
ada orang yang melihat, kesal juga melihat beberapa anak berbisik ketika dia
lewat. Jiyoung memilih rute yang lebih sepi menuju aula. Aula yang ditujunya
dekat dengan lapangan belakang, aula itu sering digunakan untuk anak kelas atas
latihan untuk penampilan mereka yang akan dinilai.
Jiyoung penasaran kakak tingkat
seperti apa yang akan meminta bantuan kali ini. Jiyoung hanya pernah sekali
membantu kakak tingkat, waktu itu dia membantu sebagai figuran dalam sebuah
opera. Dia jadi sedikit iri pada Sulli yang sudah mendapat peran penting dalam
film Minseok. Sehun juga sering membantu kakak tingkat, dia beberapa kali
menjadi back dance. Apalagi Jongin, dia sering membantu kakak tingkat yang
hampir lulus, atau bahkan kakak tingkat yang akan memulai debut dalam industri
hiburan. Tapi sepertinya Jiyoung masih belum punya cukup pengalaman.
“eh?” Jiyoung menoleh dan
mendapati koridor tetap kosong, padahal beberapa detik yang lalu dia yakin ada
orang yang berjalan di belakangnya. Mungkin
cuma perasaan saja! Kata Jiyoung dalam hati.
Jiyoung berjalan semakin cepat,
berkali-kali Jiyoung kembali menoleh ke belakang tapi tetap saja tak ada
siapa-siapa disana. Jantungnya berdetak cepat, Jiyoung tidak benar-benar tau
yang mengikutinya saat ini hantu atau manusia. Yang pasti Jiyoung tidak suka
yang pertama, ingatan tentang hantu perempuan yang dulu teringat lagi.
Ssstttt...
Terdengar suara kain yang
menggesek tembok, Jiyoung mencoba untuk lebih tenang. Tidak ada apa-apa dan
tidak ada siapapun. Langkahnya terdengar semakin cepat, ada pintu tak jauh di depannya,
Jiyoung ingin segera menjangkaunya dan keluar dari gedung ini.
Jiyoung berpikir kenapa dia
harus takut seperti sekarang ini, dia mencoba untuk berjalan lebih santai dan
lebih pelan. Dia mengambil nafas dalam, berusaha tidak menoleh ke belakang. Kenapa
gedung ini sangat sepi? Apa mungkin masih ada sisa waktu makan siang, hingga
masih belum banyak anak yang kembali masuk gedung?
Didorongnya pintu kaca dan
keluarlah Jiyoung dari gedung itu, aula sudah terlihat dari tempatnya berdiri
sekarang. Jiyoung menoleh dan betapa kagetnya dia mendapati sekelebat sosok
yang berlari menaiki tangga yang berada tepat di samping pintu. Tapi Jiyoung
berusaha berpikir positif, mungkin ada anak yang sedang terburu-buru.
Jiyoung kembali berbalik dan
berniat segera masuk di aula ketika....
“MINGGIR!!!”
BRAAAKKKK!!!!
BUK!
Beruntung orang itu menarik Jiyoung tepat waktu, karena sebuah pot
bunga jatuh dari lantai atas dan hampir saja mengenai Jiyoung. Pot bunga itu
hancur tak jauh dari tempat Jiyoung sekarang, seharusnya pot itu mengenainya
tadi.
“Kau tidak apa-apa?”
“Ya...” jawab Jiyoung bingung.
Jongin masih memeluknya setelah menariknya menghindari pot bunga tadi. Nafas
Jongin terengah, Jiyoung juga bisa mendengar jantungnya berdetak cepat.
“Syukurlah kau baik-baik
saja...” kata Jongin seraya menatap kedua mata Jiyoung, tatapan Jongin sulit di
jelaskan. Dia terlihat begitu marah, khawatir, lega dan kesal, semua bercampur
menjadi satu.
“Woaaah woooaah, ada apa ini?”
Taemin menghampiri mereka dan terlihat kaget dengan pecahan pot tak jauh dari
tempat Jongin dan Jiyoung.
“Bagaimana bisa jatuh? Kalian
tau tidak ada balkon di gedung ini.” Lee Jieun juga bergabung, beberapa anak
ikut melihat apa yang terjadi.
“Sudah-sudah, tidak ada apa-apa.
Semua tolong masuk aula, karena sebentar lagi latihan dimulai dan hobae akan
segera datang untuk membantu kalian yang perlu.” Taemin membuat gerakan
mengusir kepada teman-temannya. Mereka datang dari gedung yang bersebelahan
dengan gedung yang baru saja Jiyoung lewati. Gedung yang kata Lee Jieun tidak
memiliki balkon tapi ada sebuah pot jatuh darisana.
“Hei sudah tidak ada yang perlu
dilihat, itu cuma pot!” kata Jieun mencoba membantu Taemin mengalihkan
perhatian pada teman-temannya.
“Kau baik-baik saja Jiyoung?”
tanya Taemin khawatir, Jiyoung hanya mengangguk.
“Kita tau ini bukan sebuah
kebetulan.” Kata Jieun pada Jongin dan Taemin kemudian mereka tukar pandang
penuh arti dan membuat Jiyoung sulit mengartikan pandangan mereka.
A/N: sorry for the very late post. Masih gak tau bakal berakhir di chapter berapa. terimakasih yang masih mau nyempetin baca ff ini, jangan lupa kasih komentar. Chapter 10 akan segera di post, mungkin besok atau lusa, yang pasti dalam minggu ini. :)
thanks ya author sudah update..:). penasaran sama siapa yang neror jiyoung. kok malah menduga duga krystal sih ya.. duh jangan sih tapi.. :( mau dibawa kemana coba persahabatan mereka. jangan.. jangann.. sehun dan jongin buruan baikan dong. dan hubungan jiyoung sama cowo siapa gitu dijelasin juga. wkwk. soalnya jiyoungnya kasihan tuh. :( update soon ya. chapter ini pendekan dikit ya? soalnya tadinya expectasinya bakal ke reveal siapa penerornya. yah mungkin di next chap.. :)
BalasHapusYay! An update! and wow wow wow! I didn't think the story would go in this direction at all! Hmm. Is Son Naeun in this story? Because she's a common villain in most of the Jiyoung fanfics I've read. I don't like her anyways. And yes, no wonder you didn't include Bae Suzy as the integral part of the team. I think Jongin at least could have seen who it was that hit Jiyoung on the head. I mean, the perpetrator couldn't have disappeared the second she hit Jiyoung. At least, give us a bigger hint than "it was a girl". And Jongin is acting weird.
BalasHapusAnyway, thanks again for the update. Looking forward to the next one. :D