Tittle: First Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.
A/N: Yiiipiii baru bisa update hari sabtu! Mood nulis emang agak berantakan, tapi udah mulai oke lagi sekarang. Gak tau kapan bisa update lagi, tapi diusahakan minggu depan lah -tapi gak janji-.
selamat menebak-nebak bagaimana akhir kisah ini, rencana dibuat happy ending, tapi kalau ada yang pengen sad ending, kenapa gak? Oh iya, disini Jongin Jiyoungnya udah mulai agak gimana gitu, hehe. Next chapter bakal aku bikin hubungan resmi Jiyoung, tapi gak tau sama siapa deh. Trims buat yang udah baca, readers setia, trims trims trims. ^_^
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.
Jiyoung memandang
Jongin, Taemin dan Jieun secara bergantian. Berharap salah satu dari mereka
akan memberi penjelasan. Tapi yang ada Jongin hanya menggenggam erat tangannya,
menatap sepatunya yang menurut Jiyoung sama sekali tak menarik.
“Sebaiknya kalian cepat kembali
ke kelas, sebentar lagi waktu makan siang berakhir.” Kata Taemin dengan raut
wajah serius.
“Kami harus ke aula.” Kata
Jiyoung dengan suara bergetar.
“Oh, kalian akan membantu ya?
Kalau begitu sebaiknya kalian cepat masuk, sudah banyak sunbae disana.” Kata
Jieun dengan gerakan mengajak kepada Jongin dan Jiyoung. jiyoung ragu Jongin
mau bergerak, tapi kemudian Jongin menuntunnya untuk berjalan di sampingnya
menuju aula.
“Aku pergi menemui P Team dulu,
Jieun mungkin sebentar lagi aku akan terlambat.” Kata Taemin berpamitan,
berjalan menjauh dari Jiyoung, Jongin dan Jieun. Jieun hanya tersenyum seraya
mengangguk.
Mereka memasuki aula yang hanya
di penuhi oleh para sunbae, yang menurut Jiyoung mereka satu angkatan dengan
Taemin dan Jieun. Para sunbae terlihat sibuk dengan persiapan mereka dan
sedikit yang menyadari kedatangan Jiyoung, Jongin dan Jieun.
“Sepertinya teman kalian masih
belum banyak yang datang.” Kata Jieun setelah memerhatikan aula, “Kalian tunggu
saja.” Sambungnya seraya berjalan mendekat ke arah Luna dan Minah.
Jongin menyeret dua kursi untuk
Jiyoung dan dirinya sendiri, tanpa bicara dia menyuruh Jiyoung untuk duduk
dengan isyarat. Jiyoung hanya menurut, duduk di sebelah Jongin dan mulai
memerhatikan sekitar. Mencoba untuk mengabaikan rasa gelisahnya yang masih
mendominasi. Seakan mengerti, Jongin menatapnya seraya tersenyum tipis.
“Jangan khawatir.”kata Jongin
singkat membuat Jiyoung mendongak ke arahnya, “Aku sudah tau yang seperti tadi
akan terjadi. Kemana Sulli?” tanya Jongin penuh selidik.
“Dia menemui Minsoek oppa.”
“Anak itu...” kata Jongin pelan,
“Jangan pergi sendiri lagi!” katanya lebih keras.
“Kenapa?” Jiyoung berusaha untuk
mendapat alasan yang logis.
“Karena ada yang berusaha untuk
mencelakaimu Jiyoung.” kata Jongin sabar, Jiyoung tidak bisa untuk tidak
menatap mata teduh dan menenangkan milik Jongin. Jiyoung lupa sejak kapan mata
itu berubah menjadi begitu meneduhkan. Seingatnya, tatapan Jongin dulu selalu
menusuk, dingin, dan terkadang jahil yang terkesan tidak peduli. Tapi sekarang,
Jiyoung bisa melihat tatapan yang begitu membuat hati Jiyoung tenang, seakan
memberitahu bahwa Jongin akan selalu disana untuk melindungi Jiyoung.
“Tapi kenapa? Maksudku, aku
tidak ingat pernah membuat masalah dengan seseorang.” Kata Jiyoung.
“Aku juga masih tidak tau apa
alasannya. Awalnya aku setuju dengan argumen Krystal, tapi setelah kejadian ini
aku jadi tidak percaya. Aku setuju dengan Sehun bahwa yang dikatakan Krystal
itu omong kosong.” Jongin sedikit menyeringai setelah mengatakan kalimat
terakhir.
“Bagaimana jika yang dikatakan
Krystal benar?” Jiyoung mengerutkan keningnya, sekarang Jiyoung sedang berjanji
pada diri sendiri tidak akan dekat-dekat dengan Chanyeol jika dia punya fans
senekat itu.
“Coba pikir, gadis mana yang
sanggup mengangkat pot bunga sebesar tadi. Ditambah tanaman dan tanahnya, pasti
itu sangat berat. Dan aku yakin perempuan tidak punya tenaga sekuat itu.” jelas
Jongin memberi gambaran jelas untuk Jiyoung.
“Kenapa harus aku?” kali ini
Jiyoung terdengar sedikit kesal. Jongin menatapnya seraya tersenyum.
“Kalau Krystal dan Sulli sedang
ada urusan dan tidak bisa menemanimu, cari aku atau Sehun ya!” Jongin memegang
pundak Jiyoung, Jiyoung mengangguk.
Aula lebih ramai sekarang karena
beberapa teman Jongin dan Jiyoung sudah datang. Para sunbae sudah mulai mencari
hobae yang cocok untuk membantu penampilan mereka. hiruk pikuk mulai terdengar,
beberapa suara kursi yang diseret, tawa senang ataupun tawa meledek, pekikan
senang karena menemukan yang sesuai dan masih banyak lagi.
“Jongin-ah!” panggil Jiyoung,
Jongin menatapnya menunggu kalimat selanjutnya, “Apa kau belum... ehm, benarkan
kau belum baikan dengan Sehun?” Jiyoung terlihat gugup bertanya hal sensitif
ini. Jongin hanya diam untuk sesaat.
“Akan ada waktunya semua kembali
seperti semula.” Katanya kemudian, tersenyum tipis pada Jiyoung.
“WOI JONGIN! KAU BANTU AKU SAJA
YA!” Taemin terlihat berlari tergesa ke arahnya “UNTUNG KAU MASIH BELUM DIAMBIL
ANAK LAIN!”
“Berhenti berteriak, aku tidak
budek dasar kerempeng.” Kata Jongin jauh lebih dingin dan menyebalkan, sangat
berbeda dengan ketika dia mengobrol dengan Jiyoung sebelumnya. Jiyoung sedikit
terbelalak melihat perubahan ini.
“Kau pasti laku, pasti banyak
yang ingin dibantu olehmu.” Kata Taemin dengan senyum tolol.
“Aku berada disini bukan untuk
di jual, kerempeng!” kata Jongin
masih dengan lagak menyebalkan.
“Jangan mau diajak orang lain,
pokoknya kau bantu aku ya!” Taemin memukul pundak Jongin keras-keras, “Jiyoung,
aku rasa tadi Jieun ingin minta bantuanmu.”
“Kalau begitu aku harus mencari
Jieun sunbaenim.” Jiyoung segera berdiri dan meninggalkan Jongin dan Taemin
yang terlihat siap saling cakar.
“Hehe, pacarmu itu memang....”
BUK!
“Berhenti menyebutnya seperti
itu!” Jongin memukul kepala Taemin keras, membuat taemin mengumpat tak karuan
dan berusaha untuk menendang kaki Jongin dengan kekuatan penuh. Tapi Jongin
menghindar pada waktu yang tepat sehingga Taemin menendang kaki kursi dan
membuat kakinya berkedut kesakitan.
“Jongin!” pekiknya kesal.
***
“Ampun Jongin, aku pikir akan
baik-baik saja karena masih di sekolah. Aku tidak tau kalau –siapapun orang itu
–akan menyerang Jiyoung.” Sulli memohon tanpa berani membalas tatapan Jongin.
“Jangan diulangi lagi.” Kata Jongin
ketus, Sulli menatap Jongin sejenak sebelum akhirnya pura-pura sibuk karena
Krystal datang.
“Krystal, kau darimana?”sapa
Sulli kelewat ceria.
“Aku sudah dengar penyerangan
itu, kapan tepatnya? Apa kau melihat pelakunya?” tanya Krystal pada Jongin seakan
tak melihat Sulli berdiri diantara mereka.
“Jam makan siang, gedung dekat
aula belakang, pot dari lantai dua, dan gedung itu tidak memiliki balkon.”
Jelas Jongin dengan suara beratnya.
“Baiklah-baiklah, kau tenang
saja aku akan menyelidikinya.” Krystal mencatat sesuatu di buku kecilnya, “Aku
sudah membicarakan ini dnegan Eunji sunbae, sebentar lagi aku akan menemui P
dan LP team.” lanjutnya.
“Aku meragukan argumenmu
sebelumnya.” Jongin berkata dingin, mengangkat sebelah alisnya melihat Krystal
membuang nafas berat.
“Terserah kau mau bilang apa,
aku akan masih terus mengikuti Bae Suzy!” Krystal berkata tegas, Krystal hendak
kembali ke kelasnya ketika melihat Sulli di sebelahnya, “Oh Sulli, sedang apa
kau disini?”
“Aku disini sejak tadi Jung
Krystal.”
“Benarkah? oh baiklah-baiklah,
aku sangat sibuk sekarang jadi aku harus pergi. Bye!” Krystal melambai pada
keduanya sebelum menghilang ketika berbelok di koridor.
“Apa?” tanya Jongin ketika Sulli
hanya memandanginya.
“Kau kan ketua kelas, tadi Bang
Minah sunbaenim memberitahuku bahwa ada sunbae yang belum mendapat bantuan.
Maukah kau menanyakannya pada Taemin siapa yang belum emndapat bantuan? Aku
butuh nilai, jadi aku mohon....”
“Lee Hongbin, tadi dia juga
tidak datang waktu latihan di aula. Cari dia di ruang latihan musik gedung
hobae besok setelah makan siang.” Jongin memotong kalimat Sulli.
“Kau memang temanku yang paling
baik!” Sulli memeluknya sekilas sebelum akhirnya tertawa seraya berlari
menjauhinya.
***
“Sehun-ah!” panggil Jiyoung
melihat Sehun sedang bersandar pada dinding sambil memainkan ponselnya.
“Baru saja aku akan menelponmu!”
Sehun mengangkat ponselnya, “Sudah selesai?”
“Hem.” Jawab Jiyoung sambil
mengangguk.
“Kau membantu Jieun noona?”
tanya Sehun seraya celingukan melihat ke dalam ruang latihan musik 1 gedung A.
“Iya, dan aku juga diminta untuk
membantu Baekhyun sunbae. Jieun eonni merekomendasikanku kepada Baekhyun.”
Jiyoung terlihat senang, Sehun hanya tersenyum mendengarnya.
“Memang kau disuruh bantu apa?
Nyanyi juga seperti mereka? Tapi suara mereka sudah oke, masa kau jadi backing
vocal?” Sehun bertanya tanpa pikir panjang.
“Bukan, aku membantu
instrumentnya. Aku bisa main alat musik Oh Sehun!” jawab Jiyoung sedikit
tersinggung.
“Oh benar, aku lupa. Selain
cantik bisa bernyanyi dan menari kau juga jago main musik.” Sehun terkekeh geli
melihat Jiyoung hanya memutar bola matanya.
Sore itu Sehun sudah berjanji
akan menunggu Jiyoung selesai latihan dan menemaninya pulang ke rumah. Karena
Jongin tidak bisa mengantarnya gara-gara Taemin yang memintanya latihan sampai
malam, karena Krystal selalu bilang dia sangat sibuk sekarang, dan karena Sulli
harus mengejar ketertinggalan berlatih bersama Lee Hongbin, akhirnya Sehun yang
akan menemani Jiyoung sore itu. Bukan akrena Sehun kurang kerjaan, tapi karena
Sehun tidak pernah takut untuk membolos rapat dan meninggalkan latihan.
“Palingan mereka marah cuma
sebentar, lagipula mereka meminta bantuanku kan? Mereka tidak bias berbuat
banyak!” begitu katanya setiap kali ada yang mengingatkan agar tidak membolos
latihan.
“Sehun, aku ingin ke toilet.
Tunggu sebentar ya!” kata Jiyoung ketika mereka melewati toilet, Sehun hanya
mengangguk.
“Apa perlu aku masuk juga?”
tanya Sehun dengan memasang wajah polos.
“Tidak lucu!” kata Jiyoung dingin.
Jiyoung segera masuk bilik
terdekat karena sudah tidak tahan. Setelah selesai dengan urusannya dia segera
bergegas, dan tepat saat itu dia mendengar ada orang lain masuk ke toilet.
Mereka terdengar berbincang, Jiyoung bisa mendengar air di wastafel berbunyi.
Mungkin mereka hanya berniat bercermin dan membenahi riasan.
“Kau lihat bagaimana sikap
Chanyeol oppa kepadaku kan?” Jiyoung mengenali suara itu, itu suara Bae Suzy.
“Dia bahkan menganggapmu seakan
tidak ada.” Kata temannya. Jiyoung yang sebenarnya sudah selesai dengan
urusannya, kini malah asyik berdiam diri dalam bilik tanpa berniat keluar.
“Aku mengenal Jiyoung, dia anak
yang baik. Tapi sekarang aku membencinya, lihat bagaimana semua orang menatapku
kemanapun aku pergi.” Suara Suzy terdengar penuh kebencian.
“Apalagi ditambah Jung Krystal
yang menyebar berita bahwa kau yang menyerangnya. Semua orang membicarakannya
Suzy-ah. Aku rasa ada orang yang mendengar waktu Krystal memarahimu
habis-habisan di ruang kesehatan waktu itu.” jelas temannya seakan merasa iba
pada Suzy.
“Sekarang Krystal juga menjadi
jauh lebih menyebalkan!”
“Tapi kau tidak melakukannya kan
Suzy-ah? Karena asal kau tau, waktu Kang Jiyoung diserang kau....”
“AAARRRRGGG! HEI INI TOILET
PEREMPUAN!” teriak Suzy begitu melihat sosok tinggi Sehun masuk dalam toilet
tanpa rasa bersalah.
“Apa yang kau lakukan disini?”
tanya Son Naeun, perempuan yang sedari tadi mengobrol dengan Suzy sekarang
menatap Sehun penuh curiga.
“Ada urusan!” kata Sehun santai.
Suzy dan Naeun memandang Sehun penuh curiga. Sehun berjalan tanpa melirik
sedikitpun pada Suzy dan Naeun, Sehun mengetuk setiap bilik dan membukanya
lebar. Dan sampai pada sebuah bilik yang terkunci, Sehun mengetuknya pelan
seraya berkata pelan, “Buka saja, ini aku!”
Tangan Jiyoung sudah siap untuk
memutar daun pintu ketika otaknya memberi gambaran bagaimana ekspresi Suzy
melihat Jiyoung keluar dari salah satu bilik padahal Suzy sedang asyik-asyiknya
sedang membicarakannya. Jiyoung tidak tau harus bersikap bagaimana setelah ini
ketika matanya bertemu dengan mata Suzy. Terakhir kali mereka bersenang-senang
bersama karena kesuksesan penampilan mereka, namun sekarang situasinya sudah
berbeda.
“Sudah tidak apa-apa, keluar
saja!” kata Sehun sekali lagi, Sehun terdengar sedikit berbisik dengan tujuan
agar Suzy dan naeun tidak mendengarnya. Sampai akhirnya Jiyoung membuka pintu
mencoba tidak peduli dengan ekspresi yang dipasang Suzy.
“Maaf...”
“Sudahlah, ayo!” Sehun
menggandengnya, mengajaknya keluar toilet dengan langkah cepat.
“Dia daritadi disana...?” kata
Naeun terbata pada Suzy, sedang Suzy membelalak kaget tak percaya melihat
Jiyoung baru saja melewatinya tanpa memandangnya. Sehun menarik Jiyoung untuk
melangkah lebih lebar, dan menutup pintu toilet utama dengan keras dengan maksud
menggertak kedua gadis yang baru saja membuat obrolan seru tentang Jiyoung.
“Aiisshh! Apa hanya itu yang
dilakukan perempuan kalau ke toilet? Aku pikir kalian benar-benar
membutuhkannya, ush! Dasar cewek!” omel Sehun kesal.
“Dandan di kamar mandi, ngomongin
orang di kamar mandi, menangis di kamar mandi, terus apa lagi yang aku tidak
tau?” Sehun bicara lebih kepada dirinya sendiri, Jiyoung hanya diam tidak
menaggapi omelan Sehun.
“Mereka ngomongin kau kan? Aku
tadi sedikit dengar Suzy menyebut-nyebut namamu, lalu kau tidak segera keluar.
Makanya aku masuk, maaf ya!” katanya santai pada Jiyoung, tapi tetap saja
Jiyoung bisa mendnegar ada nada kesal dalam kalimatnya.
“Sehun, ada yang ingin aku
tanyakan?” Jiyoung berhasil membuat perhatian Sehun beralih penuh padanya.
Sehun sedikit mengerutkan kening, tapi kemudian mengangguk.
“Apa?”
“Kenapa orang-orang menyalahkan
Suzy? Hmm, apa Suzy dan Chanyeol sunbae ada hubungan sebelumnya?” tanya Jiyoung
penuh tanya. Dan sekarang Jiyoung mengajak Sehun untuk berhenti sejenak, mereka
berdiri di depan taman hobae yang terlihat sepi karena udara yang sangat dingin
sore itu.
“Kalau kau tanya aku kenapa
jawabannya hanya satu...” Sehun terlihat menimbang apakah dia akan memberitahu
Jiyoung atau tidak, Jiyoung menatap Sehun menantang hingga akhirnya Sehun
membuang nafas berat dan kemudian berkata, “... si sinting itu adalah satu-satunya orang yang mencurigai Suzy.”
“Maksudmu...” Jiyoung memeras
otaknya untuk dapat mencerna kalimat Sehun. Si
sinting? Hanyasatu orang yang Sehun panggil dengan panggilan itu, iya
benar, Jung Krystal!
“Dia menghampiri Suzy setelah
mendengar ada yang memukulmu sore itu. Aku juga tidak tau setan mana yang
merasukinya, yang pasti Krystal menuduh Suzy yang melakukan penyerangan itu
padamu. Dan sepertinya ada seseorang yang mendengar itu ketika di ruang
kesehatan, dan rumor menyebar dengan luas. Asal kau tau, ada banyak versi
tentang cerita itu.” Sehun mencoba menjelaskan sejelas-jelasnya pada Jiyoung.
Sehun sedikit khawatir otak Jiyoung menjadi sedikit slow setelah seseorang memukul kepalanya.
“Tapi kenapa Krystal langsung
menuduh Suzy?”
“Aku juga menanyakan hal yang
sama Kang Jiyoung.” jawab Sehun enteng, “Tapi wajar bukan, Krystal mengenal
Suzy sejak acara perkenalan hobae kan? Mungkin Suzy cerita banyak dan Krystal
juga tau banyak tentang Suzy. Krystal sangat yakin kalau Suzy itu menyukai
Chanyeol hyung.” Sehun menaikkan kedua pundaknya.
“Kenapa begitu rumit?” gumam
Jiyoung.
“Kenapa harus aku yang bergosip
dan menceritakan semua ini padamu?” Sehun terlihat hina sekarang, “Tidakkah
Sulli dan Krystal menceritakan semuanya padamu?”
“Tidak, mereka tidak menjelaskan
sejelas yang kau jelaskan barusan.” Jawab Jiyoung.
“Oh, apa sih yang dilakukan
cewek-cewek itu. Selain berbuat ulah, mereka tidak mau membuat gambaran keadaan
agar menjadi jelas untukmu. Padahal kau peran utama dalam cerita ini.”keluh
Sehun. Untuk sesaat Jiyoung terkikik, Jiyoung beranggapan mungkin Sehun tidak
menyadari betapa baiknya dia dalam menjelaskan sesuatu. Bahkan Sehun juga
selalu memberi pendapatnya ketika menjelaskan sesuatu, apapun itu. Mungkin
karena otaknya yang encer dan dia selalu dimintai bantuan oleh teman-temannya
seumur hidupnya, jadi hal seperti ini sudah menjadi biasa.
“Sehun?”
“Hem?”
“Kau tidak punya pikiran untuk
menjadi guru atau dosen saja?” goda Jiyoung dengan senyum tipis. Sehun
mengerutkan keningnya mencoba membaca kemana kalimat Jiyoung itu akan di tuju.
“Sepertinya kau mengalami
kerusakan otak Jiyoung.” jawab Sehun serius, tidak menyadari kalimat terakhir
Jiyoung hanya sebuah gurauan.
***
Sabtu sore, Jiyoung dikagetkan
dengan sebuah telepon dari Jongin. Seharusnya dia tau hal seperti ini akan
terjadi, tapi Jiyoung tidak bisa bohong bahwa dia senang sekali.
“Kalau kau tidak punya rencana,
sebentar lagi aku akan menjemputmu. Kau siap-siap ya!” kata Jongin yang
berhasil membuat Jiyoung menganga untuk beberapa saat.
Tidak mau membuang banyak waktu,
segera setelah dia menutup teleponnya, Jiyoung berlari masuk kamar mandi. Mandi
secepat kilat, mencari pakaiannya yang terbaik untuk digunakan saat ini
(Jiyoung mencoba sekitar delapan baju sebelum akhirnya menentukan pilihan
akhir), menata rambutnya yang tidak rapi seraya melirik jam sesering dia bisa.
Jiyoung sengaja mengurai
rambutnya karena cuaca saat ini dingin, berpikir berulang kali apa da akan
memakai topi atau tidak. Kemudian Jiyoung mengumpat kesal kenapa dia harus
terlalu bingung memilih baju karena toh akan ditutupi jaket juga. Tapi kalau Jongin mengajaknya makan malam, toh
jaketnya akan di lepas juga, batin Jiyoung.
Setelah merasa nyaman dengan
penampilannya dan Jiyoung sendiri sudah menilai penampilannya cukup menarik,
Jiyoung kembali melihat jam dinding. Memerhatikan jantungnya yang berdetak,
seakan mendramatisir suasana sore itu. Tak lama setelah itu, Jiyoung mendengar
suara mobil berhenti di depan rumahnya. Jiyoung mengira pasti ayahnya pulang
lebih cepat hari ini, tapi perkiraannya melesat setelah dia mendengar
pembantunya mengetuk pintu kamar seraya berteriak “Nona Jiyoung, teman nona
sudah menjemput!”
“HA?” pekik Jiyoung kaget,
mungkinkah Chanyeol ke rumahnya? Selama ini hanya Chanyeol yang mengantarnya
menggunakan mobil, dia tidak pernah tau Jongin membawa mobil sebelum ini. Jika
tidak dengan motornya, pasti dengan sepeda kesayangannya itu.
Tanpa pikir panjang lagi Jiyoung
segera melompat turun, mengambil syal dengan asal dan mengalungkan ke lehernya
dengan cepat. Jiyoung tersenyum begitu melihat Jongin sedang duduk di sofa
ruang tamunya, menggunakan jaket tebal berwarna biru tua dengan topi benie yang
bertengger nyaman di kepalanya.
“Sudah siap?” tanya Jongin
dengan senyum tertahan. Entah karena gugup atau memang benar kata Sehun bahwa
otak Jiyoung mengalami penurunan, Jiyoung hanya terdiam untuk beberapa saat.
“Eh?”
“Ya, sudah. Sudah kok!” jawab
Jiyoung tolol, membuat Jongin terkikik geli.
“Tidak perlu buru-buru, santai
saja.” Kata Jongin kemudian. Jiyoung hanya tersenyum mencoba memikirkan apa
lagi yang harus dia bawa, Jiyoung mengecek tas kecil yang dia bawa, melihat
isinya dan yakin sudah tidak barang penting yang tertinggal. Kemudian dia
melihat jam yang jarum panjangnya di angka enam dan jarum pendeknya berada
diantara angka 4 dan 5.
“Appa jelas belum pulang, omma
belum kembali dari supermarket.” Gumam Jiyoung, “Sepertinya aku sudah siap
sekarang.” lanjutnya.
Setelah berpamitan pada pembantu
Jiyoung dan berpamitan pada Ibu Jiyoung lewat telepon, Jongin menggiring
Jiyoung untuk masuk mobil. Tidak tau sejak kapan Jongin bisa terlihat setampan
dan semanis ini. Ya sekali lagi, mungkin benar otak Jiyoung sedikit bermasalah
sekarang sejak penyerangan itu, yang pasti saat ini matanya tidak mau beralih
dari memandang Jongin.
“Errr, kau baik-baik saja kan?”
tanya Jongin ragu, Jiyoung segera menggeleng kepalanya cepat-cepat. Wajahnya
terasa panas, semua merah juga terlihat dipipinya yang putih. Bukan hanya
karena udara dingin, tapi karena baru saja ketahuan sedang emnikmati memandang
wajah Jongin.
“Tidak, bukan apa-apa...” jawab
Jiyoung gugup, Jongin menaikkan sebelah alisnya sebelum akhirnya tersenyum
tipis, “Hanya saja, ini pertama kalinya aku melihatmu bawa mobil.”
Plak!
Jiyoung
ingin menampar pipinya sendiri sekarang, alasan tolol apa barusan? Jongin
tertawa renyah seraya memerhatikan kaca spion.
“Udara terlalu dingin untuk naik
motor, apalagi beberapa hari yang lalu kau habis dari rumah sakit.” Jawab
Jongin enteng kemudian kembali melihat kaca spion, keningnya berkerut dan
Jongin terlihat memikirkan sesuatu.
“Kita mau kemana?” tanya Jiyoung
berhasil terdengar lebih normal sekarang.
“Aku berniat mengajakmu ke hutan
kota, tapi kalau kau belum lapar. Apa kita harus makan dulu?” tanya Jongin
sambil tetap melihat jalanan.
“Tidak, aku belum lapar kok
Jongin-ah!” kata Jiyoung cepat, membuatnya semakin kentara bahwa dia sedang gugup.
“Baiklah. Hutan kota kalau
begitu.” Kata Jongin seraya melempar senyum pada Jiyoung.
Tidak ada yang berbicara setelah
itu, Jongin terlihat berkonsentrasi menyetir sedangkan Jiyoung menikmati
perjalanan dengan sesekali mencuri pandang pada Jongin. Entah mantra apa yang
dipakai Jongin hingga berhasil membuat Jiyoung begitu terpesona seperti ini.
Ekspresi serius Jongin ketika
menyetir memberi nilai plus untuk penampilannya hari ini. Jiyoung berharap
semoga dia orang pertama yang melihat Jongin menyetir seperti ini. Jongin
membelokkan mobil secara mendadak sehingga membuat Jiyoung sedikit tersentak.
Jiyoung melihat Jongin sedang memerhatikan kaca spion sambil bergumam tak
jelas.
“Eh Jongin, katamu kita ke taman
kota. Kenapa malah belok kesini?” tanya Jiyoung heran.
“Maaf-maaf. Sebenarnya aku hanya
memastikan kita tidak diikuti, tapi sepertinya kita benar-benar diikuti
sekarang.” Jongin menyeringai penuh kemenangan, seakan sudah berhasil membuat
tikus masuk dalam perangkapnya.
Jiyoung menoleh untuk melihat
siapa yang mengikutinya, keningnya berkerut karena sepertinya dia mengenali
mobil itu. Setidaknya dia sering melihatnya hanya tidak tidak tau mobil itu
milik siapa.
“Apa mobil yang itu? Sedan warna
hitam itu?” tanya Jiyoung dan Jongin mengangguk mengiyakan. “Tidak asing!”
“Aku juga berpikir begitu, tapi
siapa ya?” Jongin berusaha mengingat, tapi sepertinya otaknya menolak untuk
diajak berpikir keras. Kejadian ini membuat semangat Jiyoung turun seperempat
persen. Siapapun orang yang membencinya dan berusaha mencelakainya, apa dia
tidak punya hari lain untuk mengikuti Jiyoung? Kenapa harus ketika Jongin
mengajaknya pergi seperti saat ini.
“Jiyoung, aku minta maaf. Tapi
tidak apa-apakan jika kita ubah rencana?” Jongin berhasil membuyarkan lamunan
Jiyoung.
“Ubah rencana?”
“Maksudku, tidak apa-apa kan
jika kita tidak ke hutan kota sekarang. Hutan kota pasti sepi di sore dingin
seperti ini, yah mengingat kau sedang diikuti saat ini, aku hanya
meminimalisasi hal buruk terjadi.” Jelas Jongin.
“Aku terserah kau saja..” jawab
Jiyoung, toh kemanapun asal dengan Jongin Jiyoung juga akan tetap senang.
“Baiklah, sedikit
bersenang-senang di mall sepertinya tidak buruk!” kata Jongin ceria dengan
memperlihatkan senyum jahilnya.
Jongin memarkir mobilnya dengan
mulus, dia keluar mobil dan berlari memutar untuk membuka pintu untuk Jiyoung.
Jiyoung merasa jantungnya berlompatan, dia bahkan lupa ada orang yang sedang
mengikutinya sekarang.
“Jangan jauh-jauh dariku ya!”
Jongin menarik Jiyoung dalam rangkulannya, Jiyoung hanya mengangguk dan menurut
saja. Badannya terasa hangat sekarang, bukan karena Jongin merangkulnya tapi
karena rasa senang dan malu yang kadarnya terlalu tinggi.
Jongin menoleh ke belakang,
berpura-pura mengecek mobilnya, tapi matanya menangkap sosok menggunakan masker
dan kacamata hitam serta topi hitam. Jongin menyeringai menyadari dua orang
sedang mengikuti mereka, Jongin menarik Jiyoung agar lebih dekat dengannya dan
berlagak seperti tidak terjadi apa-apa.
Tangan Jongin yang bebas menarik
lepas topi benienya, kemudian segera memakaikan untuk Jiyoung. “Pakai, ini
terlalu dingin!” katanya, Jiyoung memakainya dengan benar sebelum kembali
menyimpan tangannya dalam saku jaket.
Mall ramai sore itu membuat
Jongin bernafas lega, setidaknya orang itu tidak akan menyerang Jiyoung dalam
keadaan ramai seperti ini. Meskipun begitu tidak pernah membuat Jongin lengah,
dia tetap menjaga Jiyoung agar tetap aman dalam rangkulannya. Jongin hanya
mengajak Jiyoung jalan-jalan sambil sesekali berhenti untuk melihat sesuatu,
sampai pada satu butik Jongin berbisik.
“Kalau orang itu memukulku kau
harus segera menjauhinya dan teriak saja, oke?” bulu kuduk Jiyoung berdiri,
bukan hanya karena nafas hangat Jongin yang menyapa telinganya tapi juga karena
kalimat Jongin.
“Kau ngomong apa sih?” kata
Jiyoung sedikit kesal.
“Aku hanya berjaga-jaga, kau
tetap prioritas utamaku!” kata Jongin dan untuk kesekian kalinya membuat pipi
Jiyoung merona.
“Tapi sepertinya mereka tidak
berbahaya, karena aku bisa menakhlukan mereka berdua!” kata Jongin sambil
sedikit terkekeh. Jiyoung kesal karena Jongin membuat lelucon yang sama sekali
tidak lucu baginya.
Jiyoung memerhatikan dua orang
yang tak jauh darinya, memakai jaket tebal, kacamata hitam, masker dan juga
topi hitam. Dalam keadaan seperti ini, penyamaran mereka justru membuat mereka
menjadi perhatian. Jiyoung ingin memerhatikan mereka lebih seksama tapi
Jongin segera menariknya kembali dalam rangkulan dan mengajaknya kembali
berjalan.
Jongin mengajak Jiyoung naik ke
lantai atas dengan lift. Jiyoung khawatir apa orang yang megikutinya akan masuk
juga dalam lift, tapi benar dugaannya. Dua orang itu iku masuk lift, dan
keduanya terlihat bingung begitu menyadari hanya ada mereka berdua dengan
Jongin dan Jiyoung sekarang. Mereka ingin keluar tetapi Jongin sudah terlanjur
menekan tombol tutup berkali-kali.
Dua orang yang mengikuti Jiyoung
dan Jongin kini berdiri kaku di sudut jauh dari pintu, berpura-pura tertarik
pada atap lift yang tidak ada apa-apanya. Sedang Jiyoung dan Jongin berdiri dekat
dengan pintu lift dan tombol lift. Jongin terlihat menikmati keadaan ini,
karena dia terlihat berusaha untuk tidak tersenyum senang.
Tidak lebih dari satu detik,
Jongin mendorong Jiyoung dan menyudutkannya ke dinding. Kemudian Jongin
mendekatkan wajahnya pada Jiyoung. Jiyoung bahkan tidak berani mengambil nafas
karena situasi itu, dia hanya memejamkan mata dan merasakan nafas Jongin
menyentuh kulit wajahnya.
“Heeeuuugghh! Apa yang bocah itu
coba lakukan!” tanpa sadar kalimat itu
keluar. Secepat mulainya, Jongin menarik diri dan berbalik untuk melihat dua
orang yang berdiri kaku di belakangnya. Dua orang itu menahan nafas melihat
Jongin menatap mereka dengan liar.
“Jangan pikir aku tidak tau
kalau itu kau, Krystal!” kata Jongin
tegas dan jelas dengan sebuah serigai puas di ujung bibirnya.
A/N: Yiiipiii baru bisa update hari sabtu! Mood nulis emang agak berantakan, tapi udah mulai oke lagi sekarang. Gak tau kapan bisa update lagi, tapi diusahakan minggu depan lah -tapi gak janji-.
selamat menebak-nebak bagaimana akhir kisah ini, rencana dibuat happy ending, tapi kalau ada yang pengen sad ending, kenapa gak? Oh iya, disini Jongin Jiyoungnya udah mulai agak gimana gitu, hehe. Next chapter bakal aku bikin hubungan resmi Jiyoung, tapi gak tau sama siapa deh. Trims buat yang udah baca, readers setia, trims trims trims. ^_^
Aaaargh I'm so confused. I still don't know who the perpetrator is, and what on earth is Krystal doing? On the plus side, Jiyoung-Jongin is getting closer, which I miss reading about in this fic. I'm looking forward to the unveiling of Jiyoung's official relationship, just like you had promised. Thanks again for the update, author.
BalasHapusfirst of all, thanks for updating :). kira kira itu taemin krystal kah? jangan-jangna nih krystal bakalan move on dari sehun ke taemin . hahaha. but they're look good together. uhm, hubungan resminya jiyoung ya? sama jongin? atau sehun? tendency .nya ke jongin yah. uhuhuhu.. masih penasaran sama yang neror jiyoung. berarti bukan suzy sih ya? tapi terus? semoga tereveal di next chap. update soon ya.. :D
BalasHapus