Tittle: First Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.
“Brengsek!” umpat Jongin keras, langkahnya
lebar-lebar dan cepat membawanya ke lobby tempat Sehun dan Krystal menunggu
tadi. Sehun dan Krystal heran melihat Jongin datang dan segera menyambar
tasnya, tanpa bicara pada mereka dan langsung pergi darisana.
“Kenapa?” bisik Krystal pada Sehun.
“Dasar labil, palingan tengkar lagi sama
Jiyoung.” Kata Sehun dengan suara rendah.
***
Sudah dua hari Jongin dan Jiyoung tidak saling
bertegur sapa. Sepertinya mereka juga lupa bagaimana cara menggunakan ponsel,
karena tak satupun dari keduanya mencoba menghubungi. Di kelas, Jongin selalu
bersama teman-temannya. Jongin segera menghampiri Sehun ketika ada kesempatan
untuk keluar kelas.
Jiyoung juga tidak mau repot-repot untuk
mengejar Jongin dan meminta maaf. Jiyoung pikir dia tidak bersalah, masalah ini
hanya milik Jongin karena sifat kekanak-kanakannya itu. Sulli membenarkan
Jiyoung, tidak seharusnya Jongin bersikap seperti itu. Tapi ternyata Krystal
memiliki pendapat yang berbeda, Krystal berpikir ini adalah kesalahan Jiyoung.
“Tentu saja Jongin marah, hei kau itu sekarang
dekat lagi dengan Chanyeol!” kata Krystal sewot ketika mereka sedang di kantin.
“Aku hanya menganggapnya sunbae. Lagipula
Jongin terlalu kekanak-kanakan!” Jiyoung tidak mau kalah.
“Tuh kan, kau membela Chanyeol. Jangan-jangan
benar kau masih menyukainya?” Jiyoung diam seraya menatap Krystal tajam.
Krystal juga membalas tatapannya, Jiyoung tau Krystal tidak sedang main-main
sekarang.
“Sudah-sudah, kenapa kalian jadi bertengkar
sekarang?” Sulli mencoba menengahi, bagaimanapun juga dia tidak ingin masalah
percintaan Jiyoung ini membuat pertemanan mereka menjadi rusak.
“Benar kan? Kau masih menyukai Chanyeol!”
Krystal bangkit dari duduknya tanpa melepas tatapannya pada Jiyoung. Tatapan
Krystal begitu kesal dan kecewa, Jiyoung ingin bilang pada Krystal bahwa yang dia
pikirkan tidak benar, tapi kenapa Jiyoung tidak bisa membuka mulutnya. “Aku
turut sedih untuk Jongin!” Krystal segera meninggalkan Jiyoung dan Sulli. Siang
itu, seakan meresmikan bahwa pertengkaran Jiyoung bukan hanya dengan Jongin,
melainkan dengan Krystal juga.
Dalam rapat untuk persiapan penerimaan hobae,
Jiyong memutuskan untuk pindah ke EC Team, melihat LP Team saja sudah
membuatnya kesal, bagaimana mungkin Jiyoung bisa bekerja dengan team itu?
Beruntung mereka memiliki Jieun yang begitu baik, Jieun segera memindahkan
Jiyoung ke EC Team, membiarkan LP Team hanya dengan empat anggota, Jongin,
Sehun, Krystal dan Sungjae.
Mereka mulai bekerja dengan team masing-masing,
jadi tidak banyak kesempatan Jiyoung untuk berinteraksi dengan Jongin ataupun
Krystal. Yah meskipun pada makan malam itu, Sehun terang-terangan pindah tempat
untuk makan di sebelah Jiyoung. Jiyoung tidak menolak Sehun yang baik-baik
masih mau bertegur sapa dengannya, meskipun Jiyoung sedang bertengkar hebat
dengan pacar dan sahabatnya.
“Balik sana, nanti Krystal marah” bisik
Jiyoung, Sehun melirik ke arah Krystal sebelum akhirnya dia menggeleng.
“Seru lo dengerin Krystal ngomel.” Sehun
tertawa jail, Jiyoung hanya memutar bola matanya.
Tapi memang kelihatannya Krystal baik-baik saja
meskipun pacarnya itu duduk di sebelah Jiyoung. Krystal malah terlihat asik
menahan tawa karena lelucon Sungjae dan Taemin yang duduk di kanan kirinya.
Masalahnya sekarang adalah, karena ada seorang gadis yang bernai-beraninya
duduk di sebelah Jongin. Jongin yang duduk di paling sudut –sepertinya memang
menghindari mengobrol dengan seseorang –dengan muka masam dan wajah yang
terlihat lelah, kini telah ditemani oleh Kang Seulgi yang begitu cerewet
melotarkan sejuta pertanyaan pada Jongin.
Jiyoung yang diam-diam memerhatikan kesal
karenanya. Yah meskipun Jongin terlihat sama sekali tidak tertarik, tapi Seulgi
berhasil mengobrol dengannya. Tidak seperti Jiyong yang sudah terhitung empat
hari sama sekali tidak bertegur sapa dengan orang yang masih dia anggap pacar
itu. Beruntung Jiyoung mempunyai teman sepeka Sehun, Sehun memanggil Krystal
dan memberi kode dalam diam agar Jiyoung tidak tau. Krystal menoleh untuk
melihat ke arah Jongin dan Seulgi, kemudian mengangguk kesal.
Sepertinya Jiyoung melamun, karena dia tidak sadar
Krystal sudah berdiri di sebelah Jongin sekarang. Dengan brutal Krystal
menjambak rambut Jongin dan menyeretnya untuk pergi darisana. Krystal menarik
kursi di sebelah Sungjae dan memaksa Jongin untuk duduk disana.
“Heran Sehun bisa betah pacaran sama cowok!”
Jongin menatap Krystal tak ramah, bagaimanapun juga kepalanya kesakitan karena
rambutnya di jambak seenaknya oleh nenek lampir seperti Krystal. Krystal tidak
mengacuhkannya dan segera kembali untuk bercanda bersama Sungjae dan Taemin.
Serasa diserang ribuan kupu-kupu dalam
perutnya, Jiyoung merasa sangat berterima kasih pada Krystal. Yah meskipun
hubungan mereka sedang tidak baik saat ini, ternyata Krystal juga masih mau
membantunya, membantu menjauhkan Seulgi yng akhir-akhir terus berusaha mendekati
Jongin. Jiyoung mendengar Sehun terkekeh melihatnya, faktanya Sehun suka
melihat Krystal membuat Jongin kesakitan.
Para panitia penyambutan hobae benar-benar
dibuat sibuk untuk persiapan. Bahkan Jiyoung tidak punya waktu untuk memikirkan
yang lain kecuali berbagai tugas yang harus segera mereka selesaikan. Sekarang
Jiyoung lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan Sulli dan Minho. Karena
memang banyak tugas yang harus mereka kerjakan bersama. Sedang Jongin, Sehun,
Krystal dan Sungjae menjadi team tak terpisahkan. Mereka selalu bersama-sama,
saling berbisik jika bicara, dan mulai memasang wajah sok sangar mereka. Tak
jarang Taemin menggoda mereka, berkata bahwa wajah mereka tidak menakutkan dan
mungkin para hobae akan melempar kotoran di wajah mereka nanti.
“Woi Lee Taemin, bilang saja kalau kau itu iri!
Aku tau kau mengincar posisi LP Team sejak lama, tapi kau tak pernah berhasil!”
Krystal berkata kesal dan hanya membuat Taemin makin tertawa senang.
“Mungkin mereka berempat menjadi LP Team
terjahat dalam sejarah!” celetuk Kyungsoo, membuat para LP Team tersenyum
bangga. Karena memang hanya Taemin yang berpikir wajah mereka konyol, sedang
yang lain menganggap LP Team saat ini benar-benar titisan setan. Mereka tidak
akan berakting ketika marah.
Suho memberi pengumuman sedikit mengejutkan
malam itu, yang mengharuskan semua anggota team untuk menginap di sekolah
selama penerimaan hobae. Jongin, Sehun dan Taemin adalah yang paling keras
mengumpat. Tapi akhirnya keputusan tidak berubah, mereka harus menginap di
sekolah selama tiga malam.
Besok pagi adalah hari pertama penerimaan
hobae, malam itu para anggota team sudah datang dengan membawa tas mereka yang
penuh. Meskipun Suho sudah bilang mereka tidak perlu membawa makanan, tapi
Krystal jelas-jelas membawa sekeranjang penuh makanan.
“Maaf, makanku banyak!” setiap kali ada yang
menatapnya.
“Enak punya temen kaya Krystal, berguna
banget!” Jongin mengambil satu roti dari keranjang Krystal dan memakannya tanpa
minta persetujuan dari pemiliknya.
“Krystal! Perempuan ada di ruang sebelah!” kata
Minho ketika Krystal masuk dalam ruang tidur anak laki-laki.
“Oops!” Krystal segera keluar dan pindah ke
ruang sebelah. Krystal masuk dan sadar sudah tak banyak tempat kosong, ada
tempat kosong di sebelah Bae Suzy dan Kang Seulgi. Tentu saja Krystal tidak mau
tidur di dekat mereka. Krystal hanya berdiri sampai seseorang memanggilnya.
“Krystal sini! Aku sudah menyiapkan tempat
untukmu!” Jiyoung melambai agar Krystal datang padanya, “Sini!” teriaknya lagi.
“Aku pikir kau tidak akan mencarikan tempat
untukku.” Krystal meletakkan tasnya di sebelah tas Jiyoung.
“Aku minta maaf!” Jiyoung sudah tidak sanggup
untuk terus bertengkar dengan Krystal, Jiyoung sudah mencari kesempatan sejak
beberapa hari, akhirnya dia bisa meminta maaf hari ini.
“Well, aku juga minta maaf!” Krystal memeluk
Jiyoung, “Hmm, ngomong-ngomong dimana Sulli?”
“Ke kamar mandi, mungkin.” Jiyoung mencoba
mencari ponselnya dalam tas. Krystal hanya diam sembari memerhatikan Jiyoung yang
mengotak-atik ponselnya. Jiyoung hanya melihat semua media sosialnya dan segera
keluar setelah itu. Aneh!
“Kalian belum baikan ya?” sebenarnya Krystal
sudah tau jelas itu, tapi bukankah lebih baik jika kau tanya langsung pada yang
bersangkutan?
“Apa?”
“Kau…” Krystal menatapnya, “…dan Jongin!”
“Belum.” Jiyoung tersenyum kecut.
“Hei kalian berdua sudah baikan?” tiba-tiba
Sulli sudah bergabung, Krystal dan Jiyoung senyum seraya saling merangkul,
“Sehun dan Jongin harus tau ini supaya mereka tidak terus menggangguku!”
katanya senang.
“Apa kau bilang? Sehun kenapa?” Krystal menatap
Sulli curiga.
“Memangnya kenapa dengan Jongin dan Sehun?”
sambung Jiyoung penasaran.
“Eh bukan. Maksudku jika kalian berdua sudah
baikkan, maka aku bebas dari mereka. Iblis itu!” Sulli tertawa renyah.
“Memangnya mereka bilang apa?”
“Mereka mengangguku. Mereka memintaku untuk
membuat kalian segera baikan! Pacarmu itu, pacar kalian berdua!” Sulli
berbicara seakan Jiyoung dan Krystal adalah gadis 5 tahun. “Sudahlah, bagus
deh, apalagi kalau kau cepat-cepat baikan dengan Jongin.” Sambung Sulli.
“SEMUANYA KUMPUL DI TEMPAT RAPAT!” Lee Jieun
yang berdiri di ambang pintu meminta semua untuk keluar, bahkan Jieun menunggu
sampai mereka keluar semua dan mengunci ruangan.
Ternyata semua anggota laki-laki sudah
berkumupl disana, mereka sedang asik membaca dan membicarakan kertas yang ada
di depan mereka. Para anggota perempuan segera mengambil tempat yang kosong.
Begitu mereka duduk, Myungsoo segera membagi kertas.
Suho memulai rapat setelah semua bisa
mengendalikan diri dari keantusiasan mereka. Tahun ini penerimaan hobae harus
berbeda dari tahun sebelumnya, dan mereka harus meminimalisir segala sesuatu
yang tidak mereka inginkan untuk terjadi. Mereka memakai ruang rapat besar
malam itu, mengingat semua team hadir semua.
Setelah selesai dengan rapat, masing-masing
team segera bersiap dan melaksanakan tugasnya. Team kesehatan segera menuju UKS
untuk kembali memeriksa, apa persiapan mereka sudah benar-benar siap. Beberapa
anak menuju aula besar untuk mendekor aula besar dan menata aula besar. Semua
team benar-benar sibuk malam itu.
“EC Team, kita tinggal disini dulu ya, banyak
yang harus dibicarakan.” Jongdae memimpin teamnya, Jiyoung, Sulli, Kyungsoo dan
Myungsoo segera berkumpul.
“Loh, bukannya Seulgi EC team ya?” Sulli menyadari
Seulgi menjauh ketika anggota teamnya berkumpul bertanya.
“Sulli, dibaca dong kertas yang tadi dibagiin
sama Myungsoo. Kan disitu ada daftar team dan id mereka supaya kalian gampang
berhubungan.” Tegur Jongade menyadari kecerobohan Sulli, Sulli hanya tersenyum
sambil bergumam maaf. Setelah dipikir-pikir, EC team memiliki anggota yang
cukup serius. Mungkin karena memang team mereka yang diharuskan mengontrol
setiap jalannya acara besok.
Berbeda dengan LP team yang sedang mengadakan
pertemuan kecil-kecilan tak jauh dari mereka. Ada P team juga disana, yang
nyatanya mereka super berisik dalam ruang rapat. Jiyoung selalu berpikir mereka
memegang peran besar dalam jalannya acara ini, tapi kenapa mereka malah
bergurau sekarang? Apa mungkin karena ada Sungjae, Sehun, Jongin dan Baekhyun
disana? Yang membuat team mereka terlihat sama sekali tidak serius. Padahal
mereka dituntut untuk marah-marah besok pagi. Jiyoung benar-benar tidak
mengerti.
“Hei hei P-LP team jangan berisik dong!”
Myungsoo melempar kertas ke arah mereka, kertas itu dengan mulut mengenai
kepala Sehun.
“Wah cari ribut nih!” pekik Sehun bercanda.
“Myungsoo nyesel ya soalnya keduluan sama
Sehun. Ciiee… Dulu kau naksir Krystal kan?” oke yang seperti itu siapa lagi
kalau bukan mulut Baekhyun. Semua orang yang ada dalam ruangan tertawa
terbahak-bahak.
“Wah Myungsoo dulu naksir Krystal, pasti nyesel
ya sekarang!” Taemin yang selalu ikut setiap kali ada keributan bergabung
menyoraki Myungsoo. Myungsoo hanya diam tak bisa membalas perkataan
teman-temannya sambil tersenyum.
“Emang Krystal cantik banget sih, banyak yang
naksir.” Tambah Minah menambah suasana semakin panas. Krystal malah mengibaskan
rambutnya dan membuat rambutnya menampar Jongin yang duduk di sebelahnya.
“Sudah ya jangan rebutan!” kata Krystal penuh
percaya diri, membuat yang lain bersorak. Jiyoung dan Sulli menggoda Myungsoo
yang wajahnya semakin memanas.
“HERAN, KENAPA COWOK KAYA KRYSTAL AJA
DIREBUTIN!” yang itu, yang berteriak dengan kerasnya itu, dia orang yang duduk
di sebelah Krystal, ya dia Jongin.
“Kau memang tidak pernah kapok ya!” Krystal
menjambak rambut Jongin asal, berusaha untuk mencabut senggenggan rambut itu
lepas dari kepala Jongin.
“Hun Hun, cowokmu nih!” kata Jongin kesakitan.
“Cabut aja semua rambut Jongin!” perintah Sehun
pada Krystal.
“Aduh iya deh maaf, maaf!” Krystal melepasnya
setelah Jongin benar-benar memohon dan matanya berair menahan sakit. Semuanya
kembali bekerja dengan team masing-masing karena Suho masuk ruangan setelah
mendengar keributan itu.
“Kalau kalian sudah selesai persiapan dengan
team segera ke aula besar ya, butuh banyak tenaga disana.” Kata Suho seaya
berjalan untuk mengambil beberapa dokumen untuk acara dan duduk di sudut.
Selama ada Suho, artinya tidak ada yang bercanda.
Jam Sembilan malam, semua team yang ada di
ruang rapat diminta untuk ke aula besar untuk membantu mendekorasi agar dapat
selesai sebelum tengah malam. Para anggota team segera menuruti permintaan
Suho, Jiyoung dan Sulli sengaja untuk pergi setelah semua sudah keluar.
“Ayo kalian nunggu apa?” Krystal mengajak
mereka untuk segera dan menggagalkan rencana Jiyoung dan Sulli untuk berangkat
terakhir.
“Emang mulut Taemin sama Baekhyun itu gak bisa
di jaga!” omel Krystal karena dua orang itu tidak berhenti bertanya pada Sehun
kenapa dia mau berpacaran dengan Krystal.
“Tau sendirilah Taemin sama Baekhyun otaknya
setengah.” Kata Sulli bercanda.
“Aduh, ponselku ketinggalan. Aku balik dulu
ya!”
“Pasti deh ada aja barang Jiyoung yang
tertinggal.” Krystal mengeluh.
“Kita tunggu di aula besar ya Jing.” Tambah
Sulli.
“Iya kalian duluan saja, nanti aku menyusul!”
Jiyoung segera kembali ke ruang rapat.
Jiyoung pikir ruang rapat masih ramai, ternyata
hanya ada satu orang disana. Dan dari puluhan orang, dia adalah Jongin yang
masih ada di ruang rapat. Otaknya meminta untuk berpikir keras, apa dia harus
menyapa atau diam saja dan pura-pura tidak tau. Akhirnya Jiyoung pura-pura
tidak tau dan segera mencarii ponselnya di meja yang dia tempati tadi.
Banyak kertas di meja, Jiyoung sudah
memeriksanya berulang kali tapi tidak menemukan ponselnya. Dan sekarang Jiyoung
berharap segera menemukan ponselnya agar dapat segera keluar karena sepertinya
Jongin sedang memerhatikannya sekarang. Jiyoung menggigit bibir bawahnya,
hatinya ingin menyerah dan minta bantuan Jongin untuk mencarinya, tapi bibirnya
tidak mau bergerak.
Jiyoung mencari di bawah meja, mungkin saja
ponselnya jatuh. Tapi tidak ada yang bisa dia lihat di bawah meja selantai
lantai keramik coklat. Oke, apa Jiyoung harus pergi saja dan melupakan
ponselnya yang belum ketemu? Tidak boleh, Jiyoung tidak ingin beli ponsel baru
lagi untuk kesekian kalinya. Lalu apa yang harus Jiyoung lakukan?
“Sampai kapan kau pura-pura tidak melihatku?”
Jongin yang sedang duduk di meja seraya memerhatikan Jiyoung sejak lima menit
yang lalu akhirnya bicara.
“Aku mencari ponselku.” Jawab Jiyoung sekenanya
tanpa menatap Jongin.
“Kebiasaan banget, kamu masih muda udah pikun
ya?” Kim Jongin yang seharusnya berstatus masih
pacarnya baru saja mengatainya.
“Ketinggalan.” Mood Jiyoung turun setengah
persen.
“Harusnya kan tanya aku lihat ada ponsel apa
tidak.” Jongin turun dan berjalan mendekati Jiyoung, “Nih!” diulurkan tanganya
menyerahkan ponsel Jiyoung.
“Kenapa gak bilang daritadi.” Keluh Jiyoung
merebut ponselnya dari tangan Jongin.
“Nggak tanya!” balas Jongin sengak.
“Ya sudah, terima kasih ya!” kata Jiyoung tak
kalah sengak dan segera pergi darisana, Jongin mengikutinya dari belakang.
“Sama-sama!” Jongin mencoba menyamakan langkah
Jiyoung yang cepat. Jiyong makin mempercepat langkahnya, tidak menoleh
sedikitpun pada Jongin yang berjalan di sebelahnya.
“Jongin-Jongin, bantuin angkat ini dong, bawa
ke aula besar buat pasang banner!” Baekhyun memanggilnya, membuat Jongin
menghentikan langkahnya dan membiarkan Jiyoung berjalan sendiri.
“Cuma ini?” tanya Jongin seraya melirik ke arah
Jiyoung yang berjalan semakin jauh.
“Iya, lagian kan gak jauh. Ayo!” ajak Baekhyun
mengangat meja dari salah satu kelas.
Jiyoung sudah sampai aula besar, ternyata
keadaan disana lebih riuh daripada di ruang rapat. Selain memang mereka
bekerja, mereka juga bergurau saling melempar kertas dan saling menertawakan.
Tidak peduli ada Suho disana, mungkin karena memang Suho kalah jumlah dan jelas
kalah telak jika ingin membuat mereka tenang.
“Jiyoung ini pinmu!” Jung Eunji memberinya pin
dengan lambang EC, “Langsung dipakai ya, semua juga sudah pakai.” Sambung
Eunji.
“Iya, trims eonni!” Jiyoung segera memasang pin
di kaosnya.
Jiyoung menghampiri Krystal dan Jongdae yang
sedang sibuk memberi tanda untuk tempat hobae besok. Mereka memasang selotip
besar berwarna hitam di lantai sebagai tanda. Seperti biasa, tidak ada yang
meragukan kedekatan Krystal dan Jongdae, hubungan sebagai Sunbae-hobae terbaik
di angkatannya.
“Aku bantu ya.” Jiyoung menawarkan diri.
“Ok. Kau pasar yang sebelah sana ya, untuk
kelas E.” Jongdae memberi Jiyoung gunting, penggaris dan selotip untuk Jiyoung.
“Jarak 50 cm ya!”
“Baik oppa.” Balas Jiyoung, Krystal tersenyum
padanya ketika Jiyoung melewatinya dan kembali sibuk untuk memberi tanda.
Menuruti perintah Jongdae, Jiyoung segera
memasang dari paling ujung kiri. Jiyoung berlutut memulai mengukur dan
menempelkan selotipnya. Tak jauh darinya Jongin sedang memanjat dua meja yang
di tumpuk untuk memasang lambang-lambang sekolah. Ketika Jiyoung mendonak, Jiyoung
bisa melihat punggung Jongin dengan jelas, posisi mereka berdua juga lurus
membuat Jiyoung tidak susah jika ingin mencuri pandang.
“Kurang tinggi itu. coba tambah lagi mejanya!”
Sehun memberi usul, “Hyung, tambah mejanya ya, ini kurang tinggi.”
“Tunggu Tangga saja, tangganya masih dipakai
Minho hyung.” Kyungsoo menolak ide Sehun, karena terlalu berbahaya untuk
menumpuk tiga meja.
“Udah gak masalah tambah satu meja lagi, aku
ingin tidur cepat.” Kata Jongin. Dibantu Taemin dan Sehun mereka mengangkat
satu meja lagi. Dalam proses mengangkatnya saja sudah sulit, tapi mereka
memilih untuk meneruskan dan tidak menghiraukan peringatan Kyungsoo dan Eunji.
“Pegangi ya!” kata Jongin ketika hendak naik.
Sehun dan Taemin memegang di kanan kirinya.
“Jongin tunggu tangga saja!” teriak Eunji untuk
kesekian kalinya.
“Ini bisa kok noona!” balas Jongin.
“Woi woi hati-hati!” Sungjae yang ada di ujung
ikut khawatir melihat Jongin memanjat meja yang terlihat tinggi itu.
“Kim Jongin turun saja!” bahkan Chanyeol ikut
memperingatkannya. Jongin mengumpat lirih mendengar Chanyeol. Jiyoung yang ikut
memerhatikan karena memang sepertinya semua perhatian sedang tertuju pada
Jongin sekarang.
“Ayo kerja-kerja!” Luna menyadarkan beberapa
anak yang tercengang melihat Jongin. Beberapa mulai kembali berkerja dan
beberapa terus memerhatikan Jongin. Jiyoung juga sudah kembali mengukur lantai.
“Jongin, kayanya gak bisa deh. Turun aja!”
Sehun yang memegangi meja mulai ragu.
“Bisa-bisa, kau Cuma pegang kaki mejanya saja.”
Kata Jongin, bersaha naik di meja paling atas. Jongin mengerahkan tenaganya
untuk memanjat meja ketiga.
“JONGIN MEJANYA GAK BISA, WOI MEJAMU GOYANG!”
BRUUUUAAKAAAKKK!!!!!
“Arrrhhhh!!!”
“Arrggghhhhh!!!”
“Kim Jongin!!!!”
“Kang Jiyoung!!!”
“KESEHATAN! KESEHATAN!”
Mungkin karena hentakan Jongin terlalu kuat
ketika memanjat meja ketiga membuat kaki meja ketiga bergeser dan membuat
tumpukan meja itu terjatuh, juga beserta Jongin yang ada di atasnya. Tapi
masalahnya bukan hanya Jongin yang berteriak kesakitan, tapi juga Jiyoung.
Karena meja dan Jongin jatuh dengan Jiyoung berada di bawahnya.
“Jiyoung kau baik-baik saja?” Sulli mencoba
menyingkirkan meja yang menindih Jiyoung.
“Jongin dulu, Jongin minggir dulu.” Minho
membantu Jongin untuk minggir.
“Jiyoung Jiyoung!!!” Krystal dan Sulli membantu
Jiyoung untuk duduk. Kening Jiyoung berdaah karena terkena kaki meja, dan siku
lecet. Itu yang bisa mereka lihat, dan juga memar di beberapa tubuh Jiyoung,
yang Jiyoung yakin besok akan terlihat biru.
“Gimana ada yang patah? Jongin? Jiyoung?” Sehun
memeriksa sahabatnya.
“Tidak ada yang patah kok!” Wendy, team
kesehatan memeriksa Jiyoung, “Jiyoung hanya lecet dan memar. Kau tidak
tertindih sepenuhnya?” tanya Wendy pada Jiyoung.
“Kayunya melukai kening Jiyoung, tapi hanya
tangan dan lengannya yang tertindih. Jongin kau mengendalikan jatuhmu ya?”
Taemin berkomentar setelah memeriksa Jiyoung.
“Tangan Jongin, pergelangan tangannya keseleo.
Kau menahan mejanya?” tanya Wendy tak percaya begitu memeriksa Jongin,
“Melindungi pacar ya!” goda Wendy.
“Aiisshhh, cepat obati tanganku, sakit tau.”
Kata Jongin.
“Sungyeol oppa, obat merah juga untuk Jiyoung.”
“Sebaiknya ke UKS saja.” Jieun meminta mereka
untuk ke UKS. Sulli, Krystal dan Sehun ikut mengantar. Jika dilihat dari
wajahnya, sepertinya Jiyoung sedang menahan tangis, dan Jongin juga terlihat
menahan sakit di pergelangan tangannya.
“Lukanya tidak dalam, Jiyoung hanya tergores.
Tapi aku tidak main-main dengan memarnya, kompres dengan ini.” Wendy selesai mengobati
Jiyoung. Sedang Sungyeol masih sibuk membalut pergelangan tangan Jongin.
“Jangan banyak bergerak jika ingin cepat
sembuh.” Sungyeol selesai membalutnya dan membuat Jongin menggendong tangannya
dengan mengalungkan balutannya ke leher.
“Dibilangin cepat turun, eh malah nekat. Ya
gini akibatnya.” Kata Sehun pada Jongin, “Tuh pacarmu ikutan sakit.”
“Diam kau!” Jongin bicara dengan suara rendah,
“Lumayan, aku gak perlu angkat-angkat lagi.”
“Kalau kau yang sakit gak masalah. Tapi ini
Jiyoung juga!” omel Krystal, Jongin menirukan Krystal tanpa suara.
“Ya sudah, kalian istirahat dulu. Lumayan kan
gak ikut repot-repot sekarang. Kami kembali ke aula besar ya!” kata Sulli,
memberi kode pada Sehun dan Krystal untuk segera keluar dari sana.
“Oh, ya. Bye!” Krystal melambai seraya menarik
Sehun yang tidak berniat untuk kembali ke aula.
“Biar aku menemani mereka! Males banget balik
ke sula besar!” keluhnya, tapi Krystal tidak melepasnya dan terus menariknya
hingga keluar ruang uks.
Suasana sepi langsung terasa begitu hanya
tinggal mereka berdua disana. Jiyoung jadi sedikit kesal karena ditinggal
berdua dengan Jongin. Karena Jongin jadi sangat menyebalkan akhir-akhir ini, ya
meskipun tidak bisa dipungkiri Jiyoung sangat meridukan Jongin. Sudah seminggu
mereka tidak saling sapa. Jiyoung menantikan waktu dia dan Jongin bisa
mengobrol lagi, tapi yang di ruang rapat tadi Jongin membuatnya kembali kesal.
“Maaf!” Jongin turun dari ranjangnya dan duduk
di ranjang Jiyoung. Jiyoung segera menegakkan tubuhnya, menyamai Jongin.
“Untuk apa?” Jiyoung harus tau maaf apa itu,
maaf telah membuat Jiyoung memar atau karena sikapnya yang kekanakan?
“Maaf karena gara-gara aku kau jadi luka gini.”
Jawabnya.
“Seperti dugaanku.” Kata Jiyoung kecewa.
“Eh?”
“Bukan apa-apa.”
“Segitu sakitnya ya?” tanya Jongin, mencoba
memeriksa keadaan Jiyoung. Jiyoung baru sadar nada Jongin tiddak sedingin tadi.
“Ya, kau sendiri?” Jiyoung balik tanya, melihat
tangan kiri Jongin yang tergantung di depan dadanya.
“Ya, sakit.” Jawab Jongin sembari tersenyum.
Senyum yang Jiyoung rindukan. “Aku ingin bicara.”
“Bicaralah!”Jiyoung sudah tau kemana arah
pembicaraan ini, Jiyoung sudah siap mendengar semua yang ingin Jongin katakan.
“Sudah berapa lama kita tidak saling bicara?”
“Emm, seminggu? Eh, ya sekitar itu.” Jiyoung
berusaha terlihat bahwa dia tidak memikirkan itu.
“Seminggu ini aku berpikir, apa aku harus terus
bersamamu, atau menyudahi semua sampai sini. Selagi kita belum melangkah
terlalu jauh.” Jantung Jiyoung berdegup dua kali lebih kencang, dan Jongin, dia
bicara seribu kali lebih serius dari beberapa menit lalu.
“Lalu?” Jiyoung mencoba terlihat sesantai
mungkin.
“Aku terus memikirkannya. Karena kau tau
sendiri, janji yang kita buat ketika kita masih kecil, bukankah menurutmu itu
terlalu konyol? Kita masih kecil dan bahkan kita tidak saling kenal dulu.”
Jongin menatap Jiyoung dalam, seakan mencoba menembus mata Jiyoung dan
menancapkan tatapannya disana untuk selamanya. Membuat Jiyoung tidak akan lupa
dengan tatapan itu.
“Tapi aku melakukannya, aku menunggumu, aku
mencarimu, dan aku masuk sekolah ini untuk menepati janjiku.” Jiyoung terdengar
tidak setuju dengan pemakaian kata konyol Jongin.
“Begitu juga aku, dan memang kita bertemu dan
menepati janji kita. Tapi masalahnya sekarang, apa kau benar-benar menyukaiku? Apa
kau menyukaiku sebagai Jongin? Atau kau hanya menyukaiku sebagai cinta
pertamamu yang kau temui ketika kau masih kecil? Aku benar-benar
memikirkannya.”
“Aku juga bertanya pada diriku sendiri, apa aku
benar-benar menyukaimu? Atau perasaan ini hanya sekedar perasaan yang aku jaga
bertahun-tahun untuk bisa bertemu dengan cinta pertamaku? Apa ini hanya sekedar
rasa penasaran dan bayaran dari penantianku selama ini?”
“Aku terus memikirkannya, dan perasaan yang
paling aku takutkan atang. Perasaan takut jika ternyata kau tidak benar-benar
menyukaiku. Aku takut jika perasaannmu itu hanya untuk Jongin cinta pertamamu,
bukan Jongin yang sekarang. Bukan Jongin, aku yang seperti ini. Bahkan aku
mulai berpikir jika kau lebih menyukai Chanyeol hyung.”
“Jangan bodoh, Chanyeol hanya sunbae! berapa
kali aku harus bilang padamu?” potong Jiyoung, dia benar-benar kesal setiap
kali Jongin berkata dia menyukai Chanyeol.
“Maaf, tapi memang itu yang aku rasakan. Taukah
kau itu hal yang aku takutkan. Aku takut kau benar-benar menyukai Chanyeol. Aku
tau aku memang salah, tapi aku juga tidak bisa mengontrolnya. Kau selalu
terlihat lebih senang dengan Chanyeol hyung. Aku rasa aku sudah termakan rasa
takutku.”
“Aku sudah dapat satu jawaban dari semua
pertanyaanku, aku tau bahwa aku benar-benar menyukaimu. Aku menyukai Kang
Jiyoung. Yang aku temui saat aku masih kecil, yang aku temui ketika hari
pertama masuk sekolah ini, Jiyoung yang menjadi wakilku ketika penerimaan
hobae. Ya Kang Jiyoung yang akhirnya aku tau, bahwa dia Jiyoung aku aku cari.
Jiyoung, yang aku sudah berjanji padanya untuk memberi kupu-kupu. Aku
benar-benar menyukaimu Kang Jiyoung.”
“Tapi aku masih belum dapat jawaban, apa kau
benar-benar menyukaiku? Aku takut kau hanya menyukai aku sebagai cinta
pertamamu yang kau temui dulu. Bukan aku seperti sekarang, bukan aku sebagai
Kim Jongin. Dan itu yang membuatku terus berpikir, aku harus bertahan atau
menyudahi semua ini?”
Tidak ada yang bicara lagi setelah kalimat
panjang Jongin. Jiyoung hanya diam sambil menundukkan kepalanya, mencoba
berpikir sejernih mungkin dan menahan air matanya untuk jatuh. Begitupun
Jongin, dia terlihat sudah larut dalam pikirannya sendiri. Entah apa yang
sebenarnya mereka rasakan, bahkan jika dipikir lagi, semua hal yang telah
mereka jalani selama ini hanya bagian dari mmpi anak berusia 7 tahun.
Hiruk pikuk di luar sana terdengar sayup-sayup
dari ruang kesehatan, seakan hanya itu yang memang bisa Jiyoung dan Jongin
dengar. Untuk sementara, mereka membiarkan waktu berlalu seperti ini, dalam
kediaman ini. Karena mereka tak butuh kalimat yang tak ingin mereka dengar
sekarang, mereka hanya ingin bersama. Seperti saat ini, duduk bersebelahan,
meski tak saling tatap, mereka saling tahu bahwa mereka saling mengkhawatirkan
satu sama lain.
Mungkin sudah tiga puluh menit berlalu, Jongin
tetap diam, begitupun juga dengan Jiyoung. Mungkin mereka berpikir, apa benar
yang sudah mereka lakukan saat ini. Keduanya terlalu takut untuk mengerti
perasaan masing-masing. Jiyoung mulai khawatir pada dirinya sendiri, bagaimana
jika dugaan Jongin benar? Bahwa Jiyoung hanya menginginkan cinta pertamanya
yang dia temui ketika masih kecil. Bagaimana jika memang Jiyoung hanya terbawa
perasaan ketika dia masih kecil?
Sekarang Jiyoung baru sadar betapa konyolnya
dia mau menunggu dan berusaha untuk bisa masuk Dreamland school hanya untuk
menemui Jongin. Bahkan saat itu Jiyoung tidak tau bahwa nama cinta pertamanya
adalah Jongin. Jiyoung tersenyum kecut, menyadari apa yang dia lakukan selama
ini. Mungkin benar, Jiyoung terlalu lama bermimpi dan masuk dalam dunia
fantasinya. Jiyoung tau yang Jongin takutkan, tidak heran jika Jongin bersikap
begitu pada Chanyeol. Jongin takut kehilangan Jiyoung.
“Bagaimana?” Jongin menoleh menatap Jiyoung
dengan senyum teduhnya, “Apa aku tidak sesuai dengan harapanmu selama ini?”
Jiyoung terlihat berpikir, keningnya berkerut
seraya berkata, “Bagaimana denganmu? Mungkin aku yang tidak sesuai dengan
harapanmu selama ini.” Kata Jiyoung membalas tatapan Jongin.
Jongin terkekeh, menggelengkan kepalanya tak percaya
apa yang Jiyoung katakan. Mungkin ini memang yang membedakan antara pri dan
wanita. Mereka memiliki pola pikir yang berbeda. Jongin menggenggan tangan
Jiyoung, begitu erat memberi kehangatan ditangan Jiyoung.
“Kau mungkin tidak tau, tapi laki-laki itu
lebih realistis Kang Jiyoung!” Jongin berkata sambil terkekeh pelan, “Aku
menyukai Kang Jiyoung, bukan hanya karena dia gadis kecil yang pernah aku
janjikan. Tapi aku menyukaimu karena itu kau!”
“Tapi harusnya kau memiliki ekspetasi selama
ini kan?”
“Benar, tapi laki-laki tidak terlarut dalam
dunia fantasi yang dibuat anak gadis kebanyakan. Kami lebih realistis Jing,
ingat itu!” Jongin mengacak rambutnya sendiri frustasi, “Aku tetap menyukaimu,
meskipun kau bukan cinta pertamaku.” Sambungnya.
“Kau membuatku terlihat buruk!” keluh Jiyoung.
Ya memang, Jiyoung selalu berfantasi tentang cinta pertamanya selama
bertahun-tahun. Membayangkan bagaimana cinta pertamanya itu akan menepati
janjinya dengan memberi ribuan kupu-kupu untuknya. Tapi sekrang Jiyoung sadar
satu hal, sadar bagaimana perasaannya yang sesungguhnya.
Benar, Jiyoung terlalu banyak berharap tentang
sosok Jongin sebelumnya. Bahkan beberapa menit yang lalu dia sempat ragu, dia
sempat takut jika perkiraan Jongin benar. Dia takut, jika dia hanya menyukai
bocah yang ditemuinya sejak kecil.
“Beri aku jawaban, apa aku harus terus berusaha
atau berhenti sampai disini.” Jongin menggenggan tangan Jiyoung lebih erat,
menatapnya dengan penuh ketulusan. Semua keputusan ada ditangan Jiyoung. Jongin
menyerahkan semua pada Jiyoung, gadis yang sudah mencuri hatinya sejak dulu,
kini dan di masa depan.
“Kim Jongin….” Jiyoung menatap Jongin ragu.
“Katakan saja, aku tidak berbuat buruk ketika
aku patah hati.” Jawab Jongin meyakinkan dengan tawa ringan.
TBC...
A/N: kkkk... masih gak tau Jongin sama Jiyoung bakal berakhir gimana??? tenang aja, semua kejawab di chapter berikutnya. ya disini Jongin ngungkapin semua perasaannya. kadang dia ngerasa konyol sama janjinya pas masi kecil, kkk. jadi yaaahhh, tunggu aja Jiyoung bakal ngomong gimana. trims ya buat yang masih mau baca meskipun ff ini kadang berasa 'mau dibawa kemana' kkk. oh iya, minal aidzin walfaidzin ya, mohon maaf lahir dan batin. yang masih sekolah selamat sekolah lagi. yang kuliah selamat menikmati sisa-sisa liburan. semoga semester depan ini gak terkutuk. amin. XOXO
deg degan juga jiyoung bakalan ngomong apa ke jongin. berharap mereka bakal balikan berdua lah. jongin udah menyerahkan semuanya gitu, dia pasrah banget ya... kasihan jongin. semoga jiyoung menerima jongin kembali #apalaah. masih wondering sama status sehun krystal di sini. mereka pacaran beneran nggak sih? mereka aneh. seaneh sehun. hahaha. apapun akhirnya, reader serahin ke author lah, yang penting happy end ya thor. hihihi. yup, maaf lahir bain juga ya thor.. banyak salah nih, komen kadang geje, kadang baca dulu terus sehari kemudian baru komen, dkk. haha. sukses buat semester ganjil ahun ajaran 2015 2016 ini, semoga lebuh baik dari semester lalu. fighting and keep writing ya :)
BalasHapus