Langsung ke konten utama

[FANFIC] Only Teaser (oneshoot)



            ONLY TEARS
            Cast: Choi Sulli, Lee Minhyuk, other
            Genre: sad romance
            Author: Risandi Putri







            Sulli POV

            Mungkin yang terbaik memang  seperti ini. Lebih baik aku menghilang daripada aku terus mengukir luka untuknya. Tapi apakah aku kuat merelakannya dengan rasa sayangku yang begitu besar padanya? Tuhan beri aku kekuatan. Mungkin memang ini jalan terbaik.
            “Sulli-ah! Minhyuk ada di depan, dia ingin menemuimu.” Aku mendengar omma memanggilku, ini bukan pertama kalinya Minhyuk oppa berkunjung. Tapi aku tak pernah menemuinya selama beberapa hari terakhir ini. Dia juga tak bisa menemuiku di sekolah karena sudah lima hari aku tak masuk karena sakit.
            “omma, bilang saja aku masih sakit dan tak bisa menemuinya.” Aku berkata setelah membuka pintu kamarku. Masih sakit? Tentu saja tidak, karena besok saja aku sudah bisa masuk sekolah.
            “sepertinya dia sangat ingin menemuimu.” Omma berkata seraya meninggalkanku. Omma sangat dekat dengan Minhyuk oppa, omma begitu menyukainya. Karena Minhyuk oppa banyak merubah hidupku. Dan saat ini omma kecewa akan perlakuanku pada Minhyuk oppa.
            Aku melihat punggung Minhyuk oppa yang berjalan menjauh meninggalkan rumahku, ingin sekali aku berteriak padanya dan memeluknya. Oppa, mianhae.
***
            Aku sedikit cemas, aku diantar appa ke sekolah hari ini. Bagaimana jika Minhyuk oppa menungguku, aku harus menjelaskan apa padanya? Dan benar saja, Minhyuk oppa sudah menungguku di depan gerbang sekolah. Setelah dia melihatku, dia segera menghampiriku dan mengucap salam pada appaku.
            “Minhyuk, tolong jaga gadis nakal ini. Dia masih belum begitu sehat.” Kata appa dan Minhyuk oppa hanya tersenyum.
            “appa, aku berangkat.” Aku berpamitan pada appa dan mulai masuk melewati gerbang sekolah.
            “ajjeosi annyeong.” Minhyuk oppa memberi salam perpisahan pada appa.
            “Sulli-ah!” Minhyuk oppa menggandeng tanganku dan kami berjalan beriringan. Benar saja, aku tak bisa menjauh dari Minhyuk oppa. Aku benar-benar tak sanggup.
            “oppa,” panggilku padanya
            “ne?” jawabnya seraya menatapku dengan pandangannya yang meneduhkan.
            “mianhae.” Hanya itu yang bisa kuucapkan. Minhyuk oppa menatpku heran, kemudian dia tersenyum dan memelukku sekilas.
            “gwenchana. Sebaiknya kau segera masuk kelas.” Minhyuk oppa berkata karena kita sudah sampai di depan kelasku. Aku hanya mengangguk dan masuk kelas. Minhyuk oppa pergi ke kelasnya setelah memastikan aku duduk di bangkuku.
            “Sulli-ah!” Jiyoung memelukku ketika tau aku datang. “akhirnya kau masuk sekolah juga, aku sudah lama menunggumu. Lima hari bukan waktu yang singkat.”
            “ne, ne. Ara!” aku hanya menjawab seperlunya.
            “apa kau masih bersama Minhyuk oppa?” Jiyoung bertanya yang sudah bisa kutafsirkan sebelumnya. Aku hanya mengangguk.
            “sepertinya aku tak bisa jauh darinya.” Aku berkata lirih. Jiyoung mentapku iba.
            “aku akan membantumu Sulli-ah. Kau tenang saja.” Aku hanya mengangguk mendengar perkataan Jiyoung.

Kriiing kriiiing
            Bel istirahat berbunyi, aku segera pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas yang menumpuk. Aku pergi sendiri karena Jiyoung masih ingin pergi ke kantin dan dia berjanji akan menyusulku nanti.
            Aku bisa melihat Minhyuk oppa berjalan bersama gerombolan temannya, mereka selalu bersama. Ke empat namja yang selalu bergurau kemanapun mereka pergi. Aku berniat untuk tidak menarik perhatiannya dan segera ke perpustakaan.
            “hei Sulli! Kau sudah sembuh?” tanya seorang teman Minhyuk oppa yang bernama Sungjae.
            “ah ne.” Aku menjawab singkat, sudah bisa dipastikan pasti Minhyuk oppa menhampiriku.
            “ayo ke kantin, kau tak lapar?” tanya Minhyuk oppa ketika kita sudah dekat.
            “ani, aku harus mengerjakan tugas yang menumpuk. Lihatlah!” aku mengangkat beberapa buku di depan matanya. Minhyuk oppa hanya tersenyum.
            “kalau begitu biar aku bantu. Ne?” Minhyuk oppa menawarkan jasanya, aku berpikir sejenak.
            “bukankah kau ingin ke kantin oppa?”
            “ne, tapi... ehm.. aku akan menyusulmu setelah ke kantin.” Minhyuk oppa melambai padaku. Ketiga temannya juga melambai padaku, aku hanya tersenyum dan kembali berjalan menuju perpustakaan.
            Perpustakaan sepi siang siang itu, aku memilih bangku yang berada di belakang seperti biasa. Pertama aku menyalin catatan Jiyoung yang begitu banyak.
            “Choi Sulli, pacar Minhyuk itu.” Aku mendengar seseorang sedang bicara. Aku menajamkan pendengaranku, sepertinya itu perbincangan siswi kelas 3.
            “aku kasihan pada gadis itu, kau tau mantan Minhyuk, si nenek sihir Jewon itu....”
            “Sulli-ah!” Jiyoung memanggilku membuatku tak bisa mendengar perkatan dua orang gadis tadi.
            “chagi!” Minhyuk oppa datang bersama Jiyoung. Aku tersenyum, aku bisa melihat dua gadis yang sedang membicarakanku tadi membelalakkan matanya menyadari ada aku disana.
            “sampai mana kerjamu?” Jiyoung duduk di depanku.
            “aku masih mencatat, sudah hampir selesai.
            “apa yang bisa kubantu? Ah! Aku bisa mencari buku yang akan kau pinjam chagi.” Minhyuk oppa membuka-buka bukuku.
            “aku butuh buku sastra, bisa kau carikan oppa? Sepertinya itu di deretan paling depan.” Aku berkata- hati-hati, Minhyuk oppa mangangguk dan pergi untuk mencari.
            “matematika, jika ada yang tidak kau mengerti biar aku jelaskan. Ah, apa kau meminta Minhyuk oppa yang menjelaskan?” Jiyoung menggodaku dan berhasil membutku tertawa.
            “dia sudah kelas tiga, dia harus banyak belajar untuk dirinya sendiri.” Aku berkata sambil terus menulis.
            “tapi dia bisa belajar dengan mengajarimu rumus tertentu.” Jiyoung tetap tak mau kalah, tapi aku hanya diam.
            “chagi, buku ini kan?” Minhyuk oppa datang dengan membawa buku yang aku perlukan.
            “ne, gomawo oppa.” Aku berkata seraya tersenyum.
            “aku juga sudah meminjamkannya, ini memakai kartuku.” Minhyuk oppa kembali duduk di sebelahku.
            “ah manis sekali. Kau beruntung Sulli, seorang Minhyuk yang digilai kebanyakan gadis di sekolah ini adalah pacarmu.” Jiyoung berkata dengan bangganya.
            “Jiyoung-ah, apa begitu banyak yang menyukaiku?” Minhyuk oppa berlagak bodoh menanggapi perkataan Jiyoung. Seperti itulah mereka berdua jika bertemu. Mereka selalu bergurau, tak jarang mereka menggodaku.
            Kriing kriiing
            “ah, kenapa waktu istirahat singkat sekali?” Minhyuk oppa berkata seraya memandangku penuh arti. Aku hanya tersenyum, aku segera beranjak dan mengajak Jiyoung untuk kembali ke kelas.
            “oppa, sampai ketemu nanti.” Aku mengucap salam dan dibalas senyuman oleh Minhyuk oppa. Kami bertiga berjalan keluar perpustakaan dan berpisah ketika aku dan Jiyoung masuk kelas. Aku yakin sekarang, aku memang tak bisa jauh dari Minhyuk oppa.

Sulli mengerjakan tugas yang menumpuk di meja belajarnya. Ponselnya berulang kali berdering, Minhyuk menghubunginya sejak tadi. Sulli berniat mengabaikannya karena dia sedang sibuk saat itu, tapi dia tak tahan dan segera menjawab panggilan itu.
“yeobosaeyo oppa?”
“chagi, kenapa kau tak mengangkat teleponku? Apa kau sedang sibuk?” suara Minhyuk terdengar disana.
“tugasku menumpuk oppa, aku harus segeramenyelesaikannya. Mianhae.” Jawab Sulli.
“apa kau tak butuh bantuanku? Aku pergi ke rumahmu ya? Lagipula ini masih jam 7.” Suara Minhyuk terdengar memohon. Sulli berpikir tak ada salahnya dia menerima tawaran Minhyuk.
“ehm, ne.” Jawab Sulli singkat.
“ne ne ne. Tunggu aku beberapa menit lagi.” Minhyuk menutup teleponnya. Sulli berpikir sejenak, akankah Jewon tau jika Minhyuk ke rumahnya?

“aku pikir kau masih lama oppa.” Sulli membukakan pintu untuk Minhyuk.
“anio, sebenarnya aku sudah dekat sini saat menelponmu tadi. Hehe.” Minhyuk tertawa membuat Sulli ikut tersenyum karena tingkahnya. “dimana orangtuamu?”
“mereka ada di dalam. Mau aku panggilkan?”
“sepertinya nanti saja.” Minhyuk duduk di sofa biru rumah Sulli. Minhyuk banyak membantu Sulli dalam mengerjakan tugasnya. Tugas itu selesai lebih cepat dari perkiraan Sulli.
“sekarang kau percaya kan kalau aku benar-benar mempunyai otak yang istimewa?” Minhyuk bertanya Sulli menjawabnya dengan pukulan bantal di wajah Minhyuk.
“kenapa kau begitu percaya diri oppa?” Sulli tertawa.
“itu memang kenyataan chagi. Ah, sepertinya ini sudah malam, sepertinya aku harus segera pamit pada orangtuamu.” Sulli memanggil orangtuanya karena permintaan Minhyuk. Pasangan itu terlihat begitu bahagia, namun ada seseorang di luar pagar rumah Sulli, menatap kebahagian mereka. Dia tampak begitu kacau, dia kecewa, dan dia meninggalkan rumah itu tanpa masuk lebih dahulu.

“Sulli, ada bingkisan ini untukmu.” Jiyoung berteriak ketika melihat Sulli datang, dan menunjuk kotak di atas bangkunya.
“dari siapa?” Sulli duduk di bangkunya dan melihat bingkisan itu tanpa menyentuhnya.
“tidak ada nama pengirimnya. Minwoo kesini!” Jiyoung berkata dan memanggil Minwoo yang baru datang.
“bingkisan apa itu, jika itu makanan jangan lupa untuk memberiku.” Minwoo berkata seraya menghampiri Jiyoung dan Sulli. Sulli membuka bingkisan itu, dia berteriak melihat isinya.
“aahhh!” Sulli mendorong kotak itu menjauh darinya. Dengan sigap Minwoo mengambil kotak itu dan melihat isinya.
“wae Sulli?” Jiyoung ikut melihat kotak itu bersama Minwoo.
“bukankah ini kelinci?”  Minwoo mencoba mengambil bangkai kelinci penuh darah itu. Namun segera dicegah oleh Jiyoung.
“apa kau akan mengambilnya? Hentikan!” Jiyoung memukul Minwoo. “tapi dari siapa bingkisan ini?”
“Jewon eonni.” Sulli bergumam namun Minwoo dan Jiyoung bisa mendengarnya.
“ya! Bau apa ini?” kata seorang teman kelas mereka.
“Minwoo apa itu? Baunya dari kotak yang kau pegang.” Ketua kelas mereka menegur.
“arasho arasho, aku akan segera membuangnya.” Minwoo berjalan keluar untuk mengubur bangkai kelinci putih itu.
“mungkinkah itu Jewon?” jiyoung bertanya.
“siapa lagi jika bukan dia?” Sulli menerawang jauh, ada Minhyuk dipikirannya.
“apa yang diinginkan Jewon itu? Bukankah dia hanya mantan Minhyuk oppa? Kenapa dia datang dan merusak segalanya? Hubunganmu baik-baik saja selama 5 bulan ini sebelum dia datang.” Jiyoung kesal dengan kelakuan Jewon pada sahabatnya.
***
Sulli dan Minhyuk berjalan bersama menyusuri halaman sekolah pagi itu. Sebenarnya Sulli sedikit takut untuk bersama Minhyuk di depan umum, tapi dia tak bisa menolak ajakan Minhyuk apalagi itu merupakan kebiasaan mereka berdua.
“semoga harimu menyenangkan Chagi!” Minhyuk berkata ketika Sullisudah sampai di kelasnya.
“ne, gomawo oppa.” Sulli tersenyum dan segera masuk kelas. Dia begitu kaget melihat wajah Jiyoung penuh memar.
“gwenchana.” Kata Jiyoung seakan tau maksud pandangan Sulli.
“ceritakan padaku ada apa?”  Sulli mengguncang badan Jiyoung pelan.
“aku jatuh dengan Minwoo semalam, lihatlah!” Jiyoung memberi isyarat untuk melihat Minwoo yang baru datang.
“aigo, kenapa kalian tak memberitahuku?” Sulli mengacak rambutnya. “Minwoo, gwenchana?”
“gwenchana.” Jawab Minwoo singkat. Tanggapan itu tak seperti biasanya, bahkan Minwoo terlihat lebih murung. Sulli memilih diam dan hanya mengobrol seperti biasa dengan Jiyoung.

“oppa!” Sulli memanggil Minhyuk yang berjalan di depannya, Minhyuk segera membalikkan badan.
“chagi.” Jawabnya.
“kenapa dengan kepalamu?” Sulli memperhatikan kepala Minhyuk yang diperban.
“ada seseorang dengan sengaja melempar botol kaca padaku waktu olahraga tadi. Tapi tak ada yang tau siapa pelakunya.” Minhyuk menjelaskan dan membuat hati Sulli mencelos.
“kau di serang?” Sulli bertanya ragu.
“anio, apa yang kau pikirkan. Aku tak terlihat geng tawuran manapun chagi.” Jawan Minhyuk seraya merangkul Sulli berniat mengajak Sulli berjalan bersama namun Sulli segera melepas dirinya dan berlari.
“chagi! Wae? Kau mau kemana?” Minhyuk berteriak melihat Sulli berlari menjauh darinya. Minhyuk mengejarnya.
“oppa, aku ingin ke toilet. Jangan mengejarku!” Sulli berteriak dan membuat Minhyuk menghentikan larinya.
“ah arasho. Nanti aku antar kau pulang.” Minhyuk membiarkan tubuh Sulli menghilang.

Sulli terus berlari hingga menemukan punggung Minwoo dan Jiyoung duduk di taman seperti biasa.
“katakan padaku!” Sulli berkata seraya terengah-engaha, kedua sahabatnya tampak bingung.
“wae?” Jiyoung menatap Sulli heran.
“Jewon yang melakukan ini pada kalian! Kalian tak pernah kecelakaan, tapi ini semua ulah Jewon. Benar kan?” jiyoung tercengang mendengar Sulli.
“Sulli-ah.”
“kenapa kalian tak bilang padaku? Kalian anggap aku apa? Ini sudah tak bisa dibiarkan! Dia juga sudah mulai menyerang Minhyuk oppa.” Sulli menangis, Minwoo menghampirinya dan memeluknya.
“kami baik-baik saja.” Minwoo berbisik dan Sulli mendorongnya.
“sepertinya aku benar-benar harus menjauhi Minhyuk oppa. Aku tak bisa melihat orang-orang yang aku sayngisakit karenaku.” Sulli berlari. Minwoo dan Jiyoung terdiam, jiyoung merasa kasihan pada Sulli. Tapi di pukuli bukanlah hal yang menyenangkan.

“Jiyoung-ah!” Minhyukberteriak mencoba mengalahkan suara bising siswa-siswi yang berebut untuk pulang.
“oppa!” Jiyoung ikut berteriak agar suaranya dapat didengar.
“ada apa dengan wajahmu?” Minhyuk menatap muka Jiyoung yang penuh memar.
“jatuh. Bukankah itu lelucon yang bagus, gadis sepertiku ini bisa jatuh.” Jiyoung mencoba tertawa yang dipaksakan.
“sepertinya kau menjadi jiyoung yang lemah sekarang.” Minhyuk mengacak rambut Jiyoung. “dimana Sulli?”
“mwo? Dia bilang dia buru-buru karena harus pulang denganmu. Aku pikir dia menemuimu.” Jiyoung tampak heran.
“jinjha? Mungkin aku harus mencarinya di depan. Gomawo.” Minhyuk segera mengambil motornya dan berpikir dia akan mendapati Sulli menunggunya di gerbang. Namun kenyataannya berbeda, Minhyuk tak menemukan Sulli, dia memarkir motornya di gerbang dan mulai bertanya pada tiap orang yang lewat barangkali dia melihat Sulli. Hingga sekolah sepi dia tak juga menemukan Sulli.
“oppa, apa kau masih belum menemukan Sulli?” Jiyoung mendekati Minhyuk yang berdiri bersandar pada gerbang.
“ne, aku tak menemukannya, ponselnya juga mati.” Minhyuk mengangkat ponselnya.
“kenapa kau tak coba telepon ommanya?” perkataan jiyoung membuat Minhyuk tersenyum. Dia segera menelpon omma Sulli.
***
Sulli berjalan gontai menuju rumahnya, dia membuka pagar besi yang dingin itu dengan hati nanar. Dia menangkap sosok yang khawatir sedang menunggu di depan teras rumahnya
“chagi? Gwenchana? Kenapa kau tak mengabariku jika kau tak ingin pulang denganku?” Minhyuk memeluk Sulli.
“sedang apa kau disini?” Sulli membuat suaranya sedingin mungkin.
“wae? Aku mencarimu seharian ini? Kenapa ponselmu juga mati?” Sulli bisa mengerti dari suara Minhyuk bahwa dia sangat khawatir.
“apa itu menjadi urusanmu?” Sulli berkata namun tak berani menatap Minhyuk sedikitpun.
“chagi, ada apa denganmu?” Minhyuk makin heran dengan sikap aneh Sulli.
“sebaiknya kau pulang. Apa kau tak tau ini sudah malam? Bahkan kau belum mengganti seragammu.” Sulli bergegas masuk rumahnya dan menutup pintu dengan cepat.
Braaakkk!!!
“Sulli! Ada apa denganmu? Kenapa kau melakukan ini padaku?” Minhyuk menggetuk pintu itu dengan keras.
“oppa! Sebaiknya jangan pernah menemuiku lagi. Hubungan kita berakhir sampai sini!” Sulli berteriak, kini Minhyuk menggedor pintu itu.
“apa yang kau bicarakan? Chagi, jika memang ada sesuatu sebaiknya kita mengobrol baik-baik. Bukan seperti ini caranya.” Minhyuk ikut berteriak untuk membuat suara terdengar.
“sudah ku bilang pergi! Aku tidak mau menemuimu lagi!” Sulli menangis, tak sanggup untuk mengatakan kata-kata lagi.
“chagi! Sulli-ah! Sebaiknya kita bicara, jangan seperti ini.” Minhyuk terus menggedor pintu dan berteriak. Namun Sulli tak menjawab, dia tak bisa menahan air mata.
“Chagi, saranghae! Choi Sulli saranghae!” kata-kata Minhyuk terdengar di telinga Sulli dan mampu menohok hatinya. Sulli tetap tak berkata apa-apa dan tangisnya makin hebat. Sebenarnya dia ingin membalas pernyataan cinta Minhyuk, tapi Sulli tak bisa melakukan itu.
Omma Sulli keluar, ommanya mendapati Sulli tersedu di pintu dan Minhyuk masih menggedor sambil berteriak. Ommanya memeluknya, meski ommanya tak mengerti apa-apa dia hanya ingin membuat anaknya itu lebih tenang.
“omma, katakan pada Minhyuk oppa untuk segera pulang.” Sulli berkata sambil menangis, ommanya mengangguk dan keluar untuk menemui Minhyuk.
“ajeoma, dimana Sulli. Aku sungguh ingin bicara dengannya. Aku tak tau apa yang terjadi tapi...” Minhyuk tak mampu melanjutkan kata-katanya.
“Minhyuk-ah, sebiknya kau pulang dulu sekarang. Hari sudah gelap. Ajeoma akan coba bicara dengan Sulli. Nanti ajeoma akan mengabarimu.” Terang omma Sulli seraya memeluk Minhyuk. Awalnya Minhyuk ingin mengelak, namun akhirnya dia mengikuti saran omma Sulli.
“ajeoma.”
“ne?”
“aku tidak ingin kehilangan Sulli.” Minhyuk berkata kemudian segera pergi meninggalkan rumah Sulli yang begitu ramah.
***

Minhyuk selalu menunggu Sulli di depan gerbang sekolah. Namun Sulli tak pernah sekaliapun menjawab berbagai pertanyaan Sulli. Minhyuk hanya mendengus mendapati perlakuan kekasihnya yang tidak wajar itu. Namun dia mencoba sabar dan memberi Sulli waktu. Munhyuk yakin Sulli punya alasan yang kuat.
Hari itu Sulli pulang lebih sore, Minwoo ataupun Jiyoung sudah pulang lebih dulu. Sulli melewati jajaran kelas 3 yang masih melangsungakan kegatan belajar mengajar karena ujian sudah dekat. Sulli jadi ingat Minhyuk, dia selalu berdoa untuknya.
Sulli sudah meninggalkan sekolah dan memasuki gang kecil, dia melewati rute yang lebih dekat dengan menguunakan gang kecil. Namun ada seseorang yang memanggilnya dari belakang.
***
“oppa!” Sulli memanggil Minhyuk yang sedang asik membaca bukunya.
“chagi.” Minhyuk tersenyum lebar karena Sulli sudah menyapanya.
“aku ingin kau pulang denganku hari ini.”
“ne, tentu saja. Tapi aku pulang lebih sore. Apa kau mau menunggu?”
“aku akan menunggumu.” Jawab Sulli seraya berlari meninggalkan Minhyuk.
Minhyuk hanya tersenyum menyadari Sulli yang begitu susah ditebak. Dia memperhatikan punggung Sulli yang makin menjauh kemudian hilang ketika dia masuk ke kelasnya.

“omo! Kau sudah menungguku selama 2 jam. Kautidak lelah?” Minhyuk mengacak poni Sulli yang duduk di bangku taman sekolah.
“ani, gwenchana. Aku menghabiskan waktu menungguku dengan ini.” Sulli mengangkat buku yang sedari tadi dibacanya. Minhyuk tersenyum.
“kajja!” Minhyuk menggandeng tangan Sulli dan mereka mulai berjalan menyusuri halaman sekolah. Minhyuk merasa ada yang aneh hari itu. Kembalinya sikap Sulli memberi kenganjalan tersendiri dihatinya. Namun Minhyuk tak mau memikirkannya lebih panjang karena dia tak ingin merusak suasana hatinya yang sedang baik.
“oppa, kita lewat gang kecil saja ya?” tiba-tiba Sulli berkata di tengah perjalanan.
“wae? Bukannya kita menunggu bus? Kita harus ke halte.” Kening Minhyuk berkerut. “apa kau tidak lelah? Lebih baik kita naik bus.”
“tapi....” Sulli mengurungkan untuk meneruskan kata-katanya, “apa kau sangat lelah?”
“ne, mianhae. Lain kali kita akan lewat gang kecil. Tapi hari ini aku benar-benar lelah.” Minhyuk memohon. Sulli bisa melihat raut wajah Minhyuk yang menggambarkan dia sangat kelelahan.
“ne, geuraeso!” Sulli tersenyum.
Dalam perjalanan menuju halte keduanya bergurau ringan. Namun Minhyuk bisa menangkap wajah Sulli yang seakan menyembunyikan sesuatu.
“Sulli-ah gwenchana?” Minhyuk menghentikan langkahnya karena melihat wajah Sulli yang tiba-tiba memerah menahan tangis. Dia seakan takut akan sesuatu.
“oppa, jam berapa sekarang?” tanya Sulli dengan suara bergetar.
“04.30 pm. wae geurae?” Minhyuk bertanya. Minhyuk makin penasaran ada apa dengan Sulli, kini wajahnya seakan menunggu sesuatu yang sudah lama ia tunggu.
“gwenchana!” Sulli berteriak.
“tapi...”
Braakkk!!!
Dalam waktu yang singkat Sulli menarik tangan Minhyuk dan mendorongnya ke tepi jalan. Minhyuk tersungkur di trotoar. Belum sempat dia merasakan sakitnya dia sudah bisa melihat Sulli tergeletak di jalan dengan berlumuran darah. Seorang pengendara motor telah menabraknya. Minhyuk segera bangkit untuk melihat keadaan Sulli.
“Sulli-ah? Ireona!” Minhyuk mengguncang tubuh Sulli. Beberapa orang sudah berkerumun untuk membantu. “tolong panggil ambulan!” Minhyuk berteriak.
Minhyuk melihat jalan yang penuh darah. Dia mencari si penabrak. Tapi Minhyuk tak bisa menemukannya. Ini tabrak lari.
Tak lama kemudian ambulan datang untuk membawa Sulli.

“Minhyuk-ah!” omma Sulli tiba di rumah sakit dan mendapati Minhyuk duduk di lantai. “bagaimana keadaan Sulli?”
“molla, dokter belum keluar.” Hanya kata itu yang bisa diucapkan Minhyuk. Ommanya mengerti dan duduk di bangku tunggu.
“Minhyuk oppa!” Minhyuk bisa mengenali suara Jiyoung memanggilnya. Minhyuk mengangkat kepalanya untuk melihat Jiyoung.
“bagaimana ini bisa terjadi?” Minwoo yang ada di belakang Jiyoung ikut vertanya pada Minhyuk.
“tabrak lari. Sulli menyelamatkanku.” Minhyuk kembali tertunduk. Jiyoung dan Minwoo hanya diam. Mereka sama khawatirnya, tapi saat ini Minhyuk paling khawatir dan amat merasa bersalah.
“Keluarga Choi Sulli?” dokter sudah keluar dari ruang operasi. Wajahanya tak begitu bersinar. Omma Sulli langsung berdiri untuk ,enemui dokter.
“bagaimana dok?” omma Sulli sulit berkata-kata
“kepala Choi Sulli mengalami pembekuan darah. Sepertinya pengendara motor yang menbrak Choi Sulli mengendarainya dengan kencang. Jelas dokter pada omma Sulli.
“lalu bagaimana?” Omma Sulli sudah siap dengan kemungkinan terburuk. Minhyuk mendengar suara dokter sambil berdoa semoga apa yang dikatakan dokter sebentar lagi bukanlah kabar buruk.
“jesonghamnida ny.Choi. Sulli-yang tak bisa diselamatkan.” Perkatakan dokter sepertimpetir menghantam hati Minhyuk. Minhyuk merasa badannya sangat lemas. Omma Sulli langsung menangis, Jiyoung yang juga menagis memeluk omma Sulli. Sedangkan Minwoo hanya diam.
***
Minhyuk berbaring di ranjangnya, dia amsih merasa bersalah dan amat kehilangan atas kepergian Sulli. Wae? Kenapa harus Sulli? Kenapa bukan aku saja yang lebih kuat darinya? Harusnya aku, bukan Sulli!
“Minhyuk-ah, ada teman yang ingin menemuimu.” Ommanya berkata, Minhyuk segera bangkit dari tempat tidurnya.
“nugu?”
“oppa!” Jiyoung muncul dari belakang ommanya. Ommanya mempersilahkan Jiyoung untuk masuk. Ternyata bukan hanya Jiyoung, tapi Minwoo juga disana.
“ada apa?” tanya Minhyuk heran.
“Choi ajjeoma, omma Sulli memintaku untuk menceritakan semua padamu.” Minwoo berkata membuat Minhyuk makin heran.
“mwo?”jawab Minhyuk santai. Dan Jiyoung mulai menceritakan  yang sebenarnya.

            Flashback

            “kau Choi Sulli? Jadi selama ini kau benar-benar menjadi pacar Minhyuk?” Jewon menatap Sulli tajam.
            “ya! Apa kau tak bisa bicara? Sudah berapa lama kau menjalin hubungan dengan Minhyuk?” seorang teman Jewon ikut angkat bicara, bahkan gadis itu juga menjambak rambut panjang Sulli. Sulli hanya diam, dia berusaha untuk tidak menangis.
            “Choi Sulli cepat katakan padaku, sejak kapan kau menjalin hubungan dengan Minhyuk? Apa kau sudah menyukainya sejak lama?” Jewon menampar pipi Sulli keras, membuat bibirnya sedikit berdarah terkena giginya sendiri. Sulli hanya diam, kedua teman Jewon dan Jewon memandangnya sebal.
            “aku peringatkan padamu, jangan pernah mengganggu Minhyuk lagi. Sebaiknya kau cepat putuskan hubungan kalian, berhenti menemuinya, dan kau juga harus menghindar darinya. Jika sampai aku melihatmu bersama dia lagi, kau akan tau akibatnya!” Jewon berkata seraya memukul kepala Sulli. Sulli memekik kesakitan dan menahan tangisnya.
            “ya! Apa yang kalian lakukan? Jangan ganggu temanku!” Jiyoung berteriak, dia tak sendirian, dia mengajak temannya Minwoo.
            “cepat pergi atau akan kulaporkan kalian!” Minwoo mengancam ketiga gadis itu, ketiganya pergi dengan memancarkan pandangan benci mereka.
            “Sulli-ah, gwenchana?” Jiyoung memeluk Sulli, tangis Sulli pecah dipelukan sahabatnya itu. Minwoo tak mendekati Sulli, dia tak sanggup melihat Sulli dengan keadaan seperti itu.
“sebaiknya kau segera mengakhri hubunganmu dengan Minhyuk hyung.” Minwoo berkata pada Sulli yang masih tersedu.
“ani, sepertinya aku tak bisa.” Sulli berkata sambil menatap Minwoo yang berdiri satu meter darinya.
“Minwoo-ah, apa yang kau katakan?” Jiyoung memberi pandangan penuh peringatan pada Minwoo. Minwoo hanya diam dan membantu Sulli berdiri. Jiyoung dan Minwoo memapahnya. Sekolah sudah sangat sepi sore itu.
“Jiyoung-ah, jangan sampai Minhyuk oppa tau tentang ini.” Sulli memohon pada Jiyoung.
“ne, aku tak akan memberitahunya.”
“kau juga, Minwoo-ah.”
“asal aku melihatmu baik-baik saja setelah kejadian ini.” Minwoo menjawab dingin. Sulli mencoba tersenyum dan makin membuat hati Minwoo teriris.
Minwoo mengantar Sulli dengan motornya, sedangkan Jiyoung pulang jalan kaki karena rumahnya tak jauh dari sekolah. Hujan lebat saat itu mampu menutupi airmata Sulli yang terus jatuh. Sulli memeluk Minwoo erat, seakan menaruh beban berat pada Minwoo.
Flashback end

“Jewon?” wajah Minhyuk memerah menahan marah dan dalam waktu yang sama dia juga makin merasa bersalah pada Sulli.
“ne, belum selesai sampai disitu.” Jiyoung mulai bercerita lagi.

Flashback

 Sulli,Jiyoung dan Minwoo berjalan keluar sekolah, sore itu berangin membuat ketiganya merapatkan jaket karena dingin.
“kalian berdua, bagaimana jika kita makan di cafe? Bukankah itu seru?” Minwoo menarik Jiyoung dan Sulli dalam rangkulannya.
“tapi kau yang traktir!” Jiyoung memukul kepala Minwoo pelan.
“aku mau jika kau yang traktir.” Sulli ikut bicara.
“kalian berdua ini selalu saja merepotkanku. ‘Minwoo tak ada yang bisa menjemputku bisakah kau menjemputku di tempat kursus?’ ‘Minwoo, kenapa komputerku tak bisa menyala?’ ‘Minwoo datanglah ke rumah aku tak mengerti kenapa motor ini mogok’.” Minwoo menirukan kebiasaan Sulli dan Jiyoung yang selalu minta bantuannya.
“kkk, Minwoo-ah, kapan lagi kau membantu sahabatmu ini.” Sulli merengek pada Minwoo.
“aiiissshhh! Kali ini akan aku traktir kalian. Ah, biasanya juga seperti itu.”
Dalam perjalanan menuju cafe langganan mereka, Sulli bisa menangkap sosok Jewon dari jauh.
“ah, bukankah itu nenek sihir?” Minwoo menghentikan langkahnya, Jiyoung mengikuti arah mata Minwoo. Matanya melebar menyadari itu benar-benar Jewon.
“benar, Sulli, otthokae?” suara Jiyoung bergetar.
“tak akan terjadi apa-apa selama kalian juga bersamaku.” Sulli memberanikan diri untuk menghampiri Jewon yang terus menatapnya daritadi.
“Choi Sulli, nyalimu cukup besar.” Jewon berkata ketika jarak mereka dekat.
“apa yang kau inginkan dariku?” Sulli  berkata.
“apa belum jelas semua yang aku bicarakan denganmu waktu itu? Jauhi Minhyuk!”
“bagaimana jika aku tak bisa?” nada Sulli menantang, Jiyoung ingin mencegah Sulli tapi Minwoo menahannya.
“kau berani berkata karena ada dua temanmu disini. Ternyata kau benar-benar kelinci yang busuk.” Perkataan Jewon membuat hati Sulli panas.
“sudah kuduga kau yang mengirim bangkai itu.” Sulli mencengkeram jaketnya sendiri karena kesal.
“jauhi Minhyuk! Kali ini aku tak akan menyakitimu, tapi Minhyuk. Aku tak akan membiarkan Minhyuk hidup jika aku tak bisa memilikinya.” Perkataan Jewon berhasil membuat Sulli panik.
“apa hakmu mengganggu hubungan mereka? Sebaiknya kau tak mengganggu Sulli dan Minhyuk oppa.” Jiyoung berteriak dan mendekat ke arah Jewon, dia terlihat amat kesal, Minwoo menarik dan memeluknya agar Jiyoung tak melakukan hal yang lebih gila lagi.
“aku kasihan pada kalian bertiga. Kelompok kelinci busuk. Semua kepitusan ada di tanganmu Sulli. Kau meninggalkan Minhyuk atau Minhyuk celaka!” Jewon tertawa sinis, dia amat menyebalkan. Membuat darah Sulli memberontak ingin keluar dari pembuluhnya. “asal kau tau Choi Sulli, aku punya banyak mata-mata di sekolahmu! Kau tak akan bisa bersembunyi.”
“pergi kau dan jangan perah mengganggu lagi!” Minwoo berteriak, menendang motor matic yang dinaiki jewon, membuat Jewon hampir terjungkal karenanya. Jewon perg menginggalkan mereka dengan meninggalkan pandangan penuh ancaman seraya berkata, “ingat perkataanku, Choi Sulli.”
Jiyoung memeluk Sulli dari belakang, “gwenchanayo.”
“sepertinya aku harus mejauhinya sekarang.”
“jangan kau dengar Jewon. Apa kau akan mengakhiri semua karena Jewon? Minhyuk sangat menyukaimu Sulli.” Minwoo berkata, Sulli mengangguk mengiyakan.
            Flashback end

            “sebenarnya dia menghindarimu untuk melindungimu dan melindungi kami.” Minwoo berkata. Minhyuk merasa amat bersalah pada Sulli. Bagaimana bisa dia tak tau Sulli menyembunyikan masalah sebesar ini.
            “kenapa kalian tak bilang padaku lebih awal? kenapa kalian menunggu Sulli meninggal baru memberitahuku?” Minhyuk merasa amat bersalah. Dia tak bisa memafkan dirinya sendiri. Bayangan Sulli selalu ada dipikirannya. Orang yang begitu disayanginya, kini telah pergi untuk selama.
           
***
            The fact:
Sulli sudah meninggalkan sekolah dan memasuki gang kecil, dia melewati rute yang lebih dekat dengan menguunakan gang kecil. Namun ada seseorang yang memanggilnya dari belakang.
“hei Sulli!” suara perempuan itu membuat Sulli menoleh.
“nuguya?” Sulli bertanya, sepertinya dia tak mengenal gadis yang terlihat lebih tua darinya 2 tahun.
“aku, teman Jewon. Mungkin kau membenciku. Tapi kau harus tau ini.” Sulli meninggikan alisnya mendebgar pengakuan gadis itu. Dia teman Jewon. Untuk apa dia menemuinya?
“apa ada sesuatu yang penting?” Sulli mendekat pada gadis itu.
“tentu. Kau tau, meskipun kau sudah menjauhi Minhyuk. Minhyuk tak pernag ingin kembali pada Jewon. Karena kau yang dia sukai. Sampai sekarang Jewon masih mencari cara. Tapi tadi pagi dia sudah memutuskan...” gadis itu tak meneruskan kalimatnya, membuat Sulli makin penasaran.
“katakan saja!” pinta Sulli pada gadis itu.
“Jewon sudah membayar orang untuk mencelakai Minhyuk. Dia sangat marah karena Minhyuk tak mau kembali padanya. Jadi dia sudah memutuskan, jika Jewon tak bisa memiliki Minhyuk maka tak ada seorangpun yang bisa memilikinya...”
“dan jika sudah tak ada yang memilikinya tapi Jewon tetap tak bisa memiliki, maka Minhyuk yang harus pergi.” Sulli meneruskan perkataan gadis itu.
“kau sudah tau itu.” Kata gadis itu, “aku memang temannya, tapi Jewon sudah kelewatan. Aku harap kau bisa melindungi Minhyuk. Besok sekitar jam 04.30 pm, orang bayaran Jewon akan menabrak Minhyuk. Dia pembunuh yang handal. Dia pasti bisa membunuh Minhyuk dengan modus tabrak lari.” Perkataan gadis itu membuat Sulli membekap mulutnya karena kaget.
“apa yang kau katakan itu benar?”
“Sulli kau boleh membenciku. Tapi untuk kali ini tolong percaya padaku.” Gadis itu menunduk di depan Sulli. Sulli benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa ada orang sejahat Jewon.
“gomawo, karena kau sudah memberitahuku.”
Tak ada orang yang bida menyakiti Minhyuk oppa. Tak seorangpun boleh dan bisa menyakitinya. Aku akan melindungimu, Minhyuk oppa.

The End

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah