Langsung ke konten utama

[FANFIC] Destiny - Last Chapter



Destiny
Cast: Kang Jiyoung, Kim Jongin, Jung Krystal, Oh Sehun, EXO member, Choi Sulli, Bae Suzy, Jung Eunji.
Pairing: Kai/Jiyoung, Kai/Krystal, Sehun/Jiyoung, Chanyeol/Jiyoung
Genre: romance, hurt, sad
Lenght: series
Author: YRP




Jantungnya berdegup kencang, tidak pernah Jiyoung merasa semarah dan setakut ini. Seorang penyidik yang duduk di depannya sedang sibuk dengan laptop yang ada di depannya. Setiap suara keyboard yang terdengar ketika dia mengetik sesuatu membuat jantungnya berdegup makin cepat. Dadanya sesak, matanya panas, Jiyoung tidak bersalah, semua harus tau itu.
                “Jadi Kang Jiyoung.....” Jiyoung hanya mendengar sayup-sayup penyidik menyebutkan identitasnya, Jiyoung hanya mengangguk tidak berani mengeluarkan suara.
                “Jadi benar Anda melakukan penyerangan kepada saudara Suho?” sorot mata penyidik itu seakan menusuk hati Jiyoung. Jiyoung mengangguk. Kai dan Sehun duduk tak begitu jauh dari tempat Jiyoung. Keduanya menajamkan pendengaran mereka.
                “Tapi, aku rasa itu bukan penyerangan. Aku melakukan pembelaan.” Kata Jiyoung dengan suara bergetar.
                “Menurut laporan yang disampaikan oleh Nona Jung Soojung, Anda melakukan penyerangan kepada saudara Suho dan Nona Jung Soojung.” Jelas penyidik. Apa? Bahkan Jiyoung tidak menyentuh Krystal sama sekali.
                “Tidak bukan seperti itu!” kata Jiyoung sedikit berteriak, “Aku ada disana ketika mereka bertengkar. Aku mencoba membantu Krystal, dan ketika Suho hendak menyerangku, aku memukulnya dengan tongkat baseball. Aku melakukan pembelaan, aku melindungi diriku sendiri, dan Krystal.” jelas Jiyoung seraya menangis.
                “Kami anggap itu sebagai pembelaan Anda Nona Kang Jiyoung. Kita harus menunggu Nona Jung Soojung atau Krystal keluar dari rumah sakit dan memberikan kesaksiannya.” Kata penyidik itu tenang. Jiyoung tidak sanggup menahan airmatanya. Jiyoung beranjak dari posisi duduknya, hendak berjalan menuju Kai dan Sehun yang menatapnya khawatir. Namun seorang polisi menahannya.
                “Anda harus tinggal disini terlebih dahulu Nona Kang. Anda belum bisa pulang, kami sedang menyelidiki beberapa berkas Anda.” Jelasnya. Jiyoung terlihat begitu kaget, tangisnya semakin hebat.
                “Kau harus tenang, semuanya akan baik-baik saja. Kami akan mencari bantuan.” Sehun memegang tangannya, mencoba memberi harapan pada Jiyoung.
                “Aku harus tinggal disini...” Jiyoung berkata disela tangisnya, siapapun tidak akan tega melihatnya seperti itu.
                “Tenang, semua akan baik-baik saja. Tidak akan lama, aku akan segera kembali sesegera mungkin.” Kata Sehun lagi. Polisi itu meminta Jiyoung untuk mengikutinya, perlahan Sehun melepas tangan Jiyoung.
                “Jing!” seru Kai, mata mereka bertemu, “Aku percaya padamu!” Jiyoung tersenyum dalam tangisnya. Jiyoung bisa membaca sorot mata Kai, Kai tidak bisa berbohong padanya. Jiyoung tau, Kai mempercayainya.
***
                Jiyoung berjalan di sekolah SMAnya, begitu sepi dan damai. Jiyoung ingat terakhir kali dia disana ketika hari kelulusan, suasana begitu ramai saat itu.
                Kakinya terus membawanya sampai di taman sekolah, rumput hijau dan beberapa tanaman bunga dan bangku yang selalu membuatnya rindu akan sekolahnya. Tempat dimana dia biasa menghabiskan waktu bersama Chanyeol dan teman-temannya. Meskipun kesenangan itu tidak bertahan lama, tapi Jiyoung bersyukur sempat merasakannya.
                “Jiyoung!” Jiyoung menoleh dan mendapati Chanyeol tersenyum padanya, senyum yang begitu teduh. Tidak ada tawa konyol yang biasa Chanyeol berikan untuknya. Jiyoung berlari dan memeluknya.
                “Oppa!” kata Jiyoung dan memeluknya begitu erat, menghirup aroma Chanyeol dalam-dalam. Sudah tiga tahun yang lalu, ketika Jiyoung terakhir memeluk mantan kekasihnya itu.
                “Kau ingat aku masih punya hutang padamu. Aku berjanji untuk makan siang bersamu, tapi sampai aku pergi aku tidak bisa memenuhinya.” Chanyeol membawa Jiyoung untuk duduk di bawah pohon yang teduh, mengeluarkan beberapa kotak makan dengan semua makanan kesukaan Jiyoung. Jiyoung berseru senang, Chanyeol tau apa yang dia suka.
                “Kau harus kuat! Aku tau kau adalah Kang Jiyoung, Kang Jiyoung yang kuat. Semua akan baik-baik saja.” Kalimat Chanyeol begitu meneduhkan, perlahan Jiyoung menunduk dan mulai menangis.
                “Sesuatu yang buruk terjadi sekarang, apa yang harus aku lakukan?” Jiyoung terisak, Chanyeol hanya tersenyum iba.
                “Semua itu akan membawamu pada kebahagiaan. Aku yakin kau sanggup menjalani semuanya. Kau harus kuat Kang Jiyoung.” pandangan Jiyoung perlahan memudar, sebuah cahaya menyilaukan matanya, taman sekolah sudah hilang sekarang karena cahaya itu.
                “Uh!” Jiyoung terbangun dari tidurnya, Jiyoung tertidur ketika menunggu Sehun dan Kai datang. Jiyoung merasa kedinginan, dia kembali meyandarkan kepalanya di tembok dan memeluk kakinya. Beberapa orang dalam sel melihatnya, tapi Jiyoung tidak peduli dan memilih terus menunduk. Jiyoung tidak tau sudah beraja jam dia berada di sel sementara ini, yang pasti tubuhnya sudah begitu lelah. Jiyoung lelah seakan tidak mampu untuk sekedar membuka matanya.
                “Nona Kang Jiyoung, Anda harus kembali melakukan penyidikan.” Seorang penjaga membangunkannya, Jiyoung merasa tubuhnya tidak sanggup untuk berdiri. Sekuat tenaga Jiyoung membawa tubuhnya sendiri.
                Jiyoung bisa melihat Krystal dan Suho ada disana dengan beberapa perban di wajah mereka. Dan yang membuat Jiyoung makin kaget adalah adanya ayah Kai yang sedang berdiri seraya menatapnya sekarang. Jiyoung terlalu takut menyadari ayah mertuanya ada disana. Tapi ayah Kai menghampirinya dan segera memeluknya. Pelukan seorang ayah...
                “Appa, percayalah padaku. Aku tidak bersalah...” kata Jiyoung dalam pelukan ayah Kai, ayah Kai menepuk punggung Jiyoung pelan.
                “Jangan menangis, appa percaya padamu.” katanya begitu meneduhkan, Jiyoung mengeratkan pelukannya. Sekilas Krystal melihat itu, membuat Krystal iri.
                “Jangan beritahu orangtuaku...” pinta Jiyoung dan ayah Kai mengiyakan.
                Penyidik memberi Krystal dan Suho beberapa pertanyaan, Jiyoung ada disana dan bisa mendengarnya. Krystal memberi sebuah kesaksian palsu, mendengar penjelasan Krystal membuat Jiyoung makin menangis. Hatinya begitu sakit, dia tidak percaya semua ini akan terjadi.
                “Aku melihatnya memukul Suho dengan tongkat baseball dan kemudian melempar sebuah vas padaku.” Kata Krystal.
                “Bohong, bukan seperti itu! Krystal! Katakan yang sejujurnya! Aku melakukan itu karena Suho memukulku, bukan aku yang memukulmu! Krystal! Katakan yang sesungguhnya!” Jiyoung berteriak, ayah Kai mencoba untuk menenangkannya.
                “Tapi Anda tidak punya bukti Nona Kang. Apa ada saksi lain selain Nona Jung?” penyidik bertanya, Jiyoung hanya menggeleng. Tidak ada yang bisa membantunya. “Oh, Jung Eunji! Apa yang membawamu kesini?” tanya penyidik melihat Eunji datang.
                “Aku pengacara Kang Jiyoung. Bisa aku dengar apa yang sudah kau dapat dari penyelidikanmu?” tanya Eunji. Kai dan Sehun datang bersama Eunji, Jiyoung membuang nafas lega.
                “Kau baik-baik saja?” tanya Sehun menghampirinya, Jiyoung mengangguk.
                “Kenapa kalian begitu lama?” tanya Jiyoung, Sehun hanya diam dan menggenggam tangannya. Kami melakukan yang terbaik untukmu Jing. Kami tau kau tidak bersalah.
               
                “Menurut pengakuan Kang Jiyoung, dia melakukan pembelaan karena keselamatan dirinya terancam. Kita semua pasti tau ada alasan pembenar. Kang Jiyoung tidak bisa dihukum bahkan jika Suho meninggal.” Jelas Eunji. “Bagaimana jika Tuan Kim Junmyeon dan Nona Jung Soojung memberi sebuah kesaksian palsu?”
                “Kami butuh saksi dari pihak Kang Jiyoung. Tapi Nona Kang Jiyoung tidak punya itu.”
                “Nona Jung Soojung berasal dari keluarga berada. Aku yakin ada camera yang ditaruh di rumahnya.” Kata Eunji membuat Krystal dan Suho saling lirik. “Benar kan Nona Jung Soojung, ada cctv di rumah Anda.”
                “Aku tidak pernah menyalakannya ketika siang hari!” kata Krystal cepat.
                “Tentu kau tidak keberatan jika kami melihatnya. Hanya memastikan kau tidak membuat sebuah cerita karangan lagi.” Eunji berkata begitu dingin.
                “Secara tidak langsung kau menuduh kami berbohong Eunji!” Suho sedikit teriak pada Eunji, Suho tidak tau sejak kapan Eunji menjadi seorang pengacara.
                “Aku hanya melakukan tugas untuk klienku Tuan Kim.” Eunji tersenyum pada Suho, begitu elegan hingga Suho tidak bisa berkata apa-apa. “Baiklah, kita akan tau semua hasilnya hanya dengan melihat dari cctv. Aku menunggu hasilnya!” kata Eunji mengakhiri.
                Jiyoung merasa tubuhnya begitu lemas, jika ayah Kai tidak memeluknya saat ini, Jiyoung yakin dia pasti sudah jatuh.
                “Jing kau baik-baik saja?” terdengar sayup-sayup suara Kai di telinga Jiyoung. Jiyoung ingin menjawabnya, tapi kepalanya begitu pusing membuatnya tidak sanggup bicara.
                “Jiyoung!”
                “Jing!!!”
***
                “Aku tidak percaya kau melakukan semua ini.” suara berat Kai berkata dengan begitu dinginnya.
                “Maaf, tapi kau yang membuatku seperti ini.” Krystal menjawabnya, terdengar nada menyesal dalam kalimatnya.
                “Sejak kapan? Sejak kapan kau bersama Suho hyung?”
                “Aku tidak akan menjawabnya!” sontak Krystal, Kai memegang pergelangan tangan Krystal erat. “Kai, ini sakit!”
                “Aku benar-benar kecewa padamu. Kau juga mencoba untuk mencelakakan Jiyoung.”
                “Kau menyukainya! Aku tau kau menyukainya Kim Jongin! Aku tau itu sejak kalian tinggal bersama. Kau menyukainya!” teriak Krystal, Krystal mencoba melepaskan pegangan kuat Kai.
                “Ya, kau benar!” kata Kai sinis, “Kau sendiri yang membuatmu dan Suho terlibat dalam masalah. Aku yakin, kalian tidak akan selamat dari hukuman itu.” Kai melepas tangan Krystal keras. Krystal menangis seraya memegang pergelangan tangannya yang sakit.
                “Bodoh! Kau bodoh Kim Jongin!” teriak Krystal pada Kai yang berjalan menjauh.
***
                “Kau sudah bangun?” kata Sulli setengah berbisik, Jiyoung membuka matanya dan mendapati Sulli tersenyum padanya.
                “Kau sudah merasa baikan?” Jiyoung mendengar suara Suzy, Jiyoung mencoba untuk tersenyum.
                “Kau harus makan, buka mulutmu!” Sulli menyuapinya. Jiyoung bisa melihat Sehun sedang tidur di sofa rumah sakit dalam kamar Jiyoung dirawat, tapi Jiyoung masih mencari seseorang lagi.
                “Kai pamit pergi tadi, katanya dia akan segera datang. Aku benar-benar bingung kau nyonya Kim atau nyonya Oh.” Kata Sulli seakan mengerti apa yang Jiyoung cari.
                “Mereka berdua begitu khawatir padamu. Mereka tidak tidur sampai kami datang pagi tadi.” Jelas Suzy.

                Sehun terbangun tak lama setelah itu, menyadari keadaan Jiyoung masih terlalu lemah Sehun, Sulli dan Suzy memilih untuk membiarkan Jiyoung istirahat. Meskipun pada akhirnya mereka semua berbincang karena Jiyoung tidak ingin di tinggal.
                “Jiyoung.” pintu terbuka bersamaan dengan Kai dan Eunji yang datang. Hari sudah sore saat itu, Eunji berjalan mendekatinya.
                “Bebas dari segala tuduhan!” kata Eunji seraya mengangkat sebuah map di tangannya. Jiyoung menangis, menangis bahagia karena berita itu. Jiyoung memeluk Eunji untuk pertama kalinya. Semuanya begitu senang dengan kabar itu, tidak ada yang menyangka semuanya selesai lebih cepat dari yang mereka perkirakan.
                “Eonni, aku minta maaf. Gomawo!” kata Jiyoung. Eunji melepas pelukan mereka, dia tersenyum.
                “Aku yang harus minta maaf padamu. Di masa lalu, aku benar-benar membuatmu sakit dan marah.” Jelas Eunji. Jiyoung hanya menunduk dan mengiyakan. Jiyoung sudah memaafkan Eunji, Jiyoung sudah melupakan semuanya.
                “Bagaimana dengan Krystal dan Suho oppa?” tanya Jiyoung.
                “Mereka dihukum, tidak seberat yang aku inginkan.” Kata Kai dingin, Kai terlihat menahan marah.
                “Atau bahkan mereka tidak menjalani hukuman mereka. Kau lupa siapa Suho, Kim Jongin?” tanya Eunji, lebih pada mengingatkan.
                “Latar belakang keluarganya sangat kuat.” Sambung Sehun. “Yang terpenting kau ada disini Jiyoung! Dan kau baik-baik saja.” Kata Sehun tersenyum pada Jiyoung.
***
                “Hei kau ingin makan sesuatu?” tanya Sehun yang muncul dari balik pintu kamarnya, Jiyoung hanya tersenyum kemudian menggeleng. Jiyoung sudah bisa pulang dari rumah sakit, dan disinilah dia sekarang, berbaring di ranjangnya seraya mendengar Kai dan Sehun yang terdengar sedikit ribut di luar.
                “Bukan begitu caranya!” seru Sehun.
                “Apa apa? Kau bisa melakukannya?” Kai berkata tidak kalah sewot.
                “Kau benar-benar buruk di dapur.” Kata Sehun kemudian mengambil alih pekerjaan Kai. Jiyuong bisa mendengarnya dari kamar.
                “Kita pesan sesuatu saja!” Kai menyerah dan segera memesan makanan. Sehun tidak melanjutkan aksi masaknya.
                “He Kai, aku pulang saja. Jika terjadi sesuatu segera telepon aku.” Sehun memakai jaketnya, kemudian masuk ke kamar Jiyoung untuk berpamitan.
                “Hei nyonya Kim, aku pulang dulu ya.” katanya dengan senyum konyol.
                “Tidur disini saja.” Kata Jiyoung memohon, Sehun memberinya sebuah ekspresi ngeri.
                “Demi nama baikku, aku tidak ingin dibilang mengganggu suami-istri. Bagaimana jika banyak orang yang tau? Namaku sudah cukup jelek karena kalian berdua!” kata Sehun, melirik tajam pada Kai yang berdiri di sebelahnya.
                “Kau jangan melebih-lebihkan.” Protes Kai.
                “Kau tau, banyak yanag menyebut Jiyoung nyonya Oh karena Jiyoung lebih sering terlihat denganku. Dan yah mungkin karena aku mungkin lebih cocok dengan Jiyoung.” Sehun berkata sambil membanggakan diri sendiri, seakan dia manusia paling berharga di dunia ini.
                “Kau menjijikkan!” Kai memukul kepala Sehun pelan.
                “Hahaha, bye Jiyoung! Kalian berdua baik-baik ya! Kau juga Kim Jongin, perhatikan istrimu!” Sehun melakukan high five dengan Kai.

                Kai mencari sesuatu di laci, mencari dengan teliti dan berusaha untuk tidak membuat suara karena Jiyoung sedang tidur. Mungkin sudah ketiga kalinya Kai mengobrak-abrik isi laci, tapi Kai tidak juga menemukan yang dia cari.
                “Kau mencari sesuatu?” tanya Jiyoung dengan suara serak. Kai tersenyum canggung.
                “Eh, aku mencari. Ehm..” Kai menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
                “Apa? Mungkin aku bisa membantu.”
                “Cincin. Beberapa hari yang lalu aku memberikannya padamu. Aku pikir kau menyimpannya disini.” Kai menunjuk laci, Jiyoung hanya tersenyum kemudian bangkit. Membuka lemari mereka dan mengambil sesuatu disana.
                “Aku menyimpannya.” Jiyoung menyerahkan cincin itu pada Kai yang menunduk.
                “Mianhae, Jing.” Kai menatap mata Jiyoung begitu dalam. Jiyoung bisa melihat ketulusan di matanya. Kai tidak bisa berbohong pada Jiyoung, tapi kenapa Jiyoung merasa Kai membalas perasaannya?
                “Tidak ada yang perlu dimaafkan.” Jiyoung tersenyum, “Kau tidak tidur? Ini sudah malam.” Jiyoung mengeryit memerhatikan Kai yang seakan membeku disana.
                “Ah ya. Tentu saja.” Kai segera merebahkan diri di samping Jiyoung, menatap langit-langit yang kini terasa di depannya. Jiyoung memilih untuk memunggungi Kai. “Jing?”
                “Ya?”
                “Aku benar-benar minta maaf.” Kai masih menatap langit-langit kamarnya.
                “Sudah aku maafkan.” Jawab Jiyoung singkat.
                “Aku harap kita bisa benar-benar menjadi pasangan.” Jiyoung sedikit tersentak mendengar kalimat Kai. Jantungnya terasa seperti meledak ketika mendengarnya, Jiyoung senang. Jiyoung tidak menjawab pernyataan Kai, Jiyoung pura-pura tidur ketika Kai melihatnya memastikan apa Jiyoung tidur atau tidak.

                “Hitam bangun!” Kai langsung merasa pusing melihat Sehun membangunkannya pagi itu. Bukan Jiyoung yang membangunkannya dengan lembut kemudian memberi senyum cerianya. Dia, Oh Sehun, yang mengaku sahabat terbaik Kai dan Jiyoung, menciprati wajah Kai dengan air. Begitu Kai membuka matanya, Sehun menutup wajah Kai dengan bantal.
                “Hmmppp uhuk! Huk! Hemmpp!” Kai tidak bisa bernafas dan mencoba untuk memukul Sehun yang terbahak.
                “Aku rasa sudah cukup, kau sudah punya kekuatan untuk bangun.” Sehun melempar bantal itu asal. Kai butuh waktu untuk mengatur nafasnya dan nyawanya yang masih melayang.
                “Untuk apa kau disini pagi-pagi!?!?” teriak Kai.
                “Aku mengantar Jiyoung ke kampus.” Jawabnya singkat seraya melihat foto pernikahan Kai dan Jiyoung yang dipajang di dinding.
                “Aku bisa mengantarnya, kau pergi saja. Mulai hari ini aku akan mengantar Jiyoung.” kata Kai seraya berjalan menuju kamar mandi.
                “Woooaah! Kau sudah sadar sekarang kalau istrimu cantik?” goda Sehun yang hanya mendapat cibiran dari Kai.
                Pagi itu Kai memaksa untuk mengantar Jiyoung pergi ke kampus, Sehun semena-mena meminta agar Kai juga mengantarnya dengan mobilnya. Meskipun awalnya menolak, tapi akhirnya Kai mengiyakan.
                “Mobilku sudah menghabiskan banyak bensin untuk mengantar istrimu, mulai sekarang kau juga harus mengantarku.” Kata Sehun dengan tawanya. Jika bukan karena Jiyoung, mungkin Kai sudah mencekik Sehun dan menggantungnya di almari pakaian.
***
                Malam itu terasa dingin, Jiyoung menyibukkan diri dengan melihat album foto semasa dia SMA. Jiyoung tidak sadar begitu banyak fotonya berdua dengan Chanyeol. Dan juga fotonya bersama Sulli, Suzy dan Sehun. Jiyoung tersenyum mengingat semua kenangannya ketika masih sekolah. Kai yang penasaran ikut bergabung dengan Jiyoung.
                “Disini Chanyeol hyung sudah terlihat kurus.” Kai memerhatikan foto kelulusannya bersama Chanyeol. Jiyoung ikut menelitinya, dia ingat waktu itu Jiyoung selalu menghindar setiap kali ada Chanyeol.
                “Bahkan sampai sekarang aku tidak tau dia sakit apa.” Kata Jiyoung lirih kemudian membalik halaman album, Kai menatapnya tak percaya.
                “Kau benar-benar tidak tau?” Jiyoung mengangguk.
                “Kalau begitu ceritakan!” perintah Jiyoung.
                “Harus darimana aku cerita. Ehm...” Kai terlihat berpikir, “Yang pasti jantung Chanyeol hyung sangat lemah. Sebenanrnya Chanyeol hyung akan operasi sebelum dia meninggal, dokter ingin memberi jantung elektrik padanya. Tapi malam sebelumnya kita bertengkar, dan setelah itu dia hampir tidak tidur karena mengkhawatirkanmu. Keadaannya drop setelah itu, dan kau tau apa yang terjadi. Seperti itu singkat cerita.”
                Kai bercerita begitu garing dan begitu cepat. Seharusnya itu bisa menjadi kisah yang mengharukan, tapi Kai bicara seakan itu hanyalah sebuah film. Jiyoung hanya menggelengkan kepalanya.
                “Aku tidak pernah tau kau seburuk itu dalam hal bercerita.” Kata Jiyoung, kemudian kembali konsentrasi pada albumnya.
                “Kau pasti sangat merasa kehilangan.” Balas kai, lagi-lagi Jiyoung hanya tersenyum. Kai bisa melihat luka dimatanya.
                “Aku menganggapnya seperti kakakku sendiri.” Jiyoung beralih pada ponselnya yang bergetar.
                “Hei Kang Jiyoung! Aku tidak mau tau kau dan suamimu harus menyusul kami ke pulau Jeju!” Sulli berteriak dari seberang sana. Jiyoung menjauhkan ponselnya dari telinga, Kai segera merebut ponsel itu.
                “Jangan berteriak pada istriku!” kata Kai, terdengar tawa dari seberang.
                “Hei Kai! Cepat kau kesini! Jangan lupa bujuk Sehun, buat dia melupakan bukunya untuk sementara!” sahut Jongdae darisana, terdengar begitu riuh dan ramai. Sulli, Suzy dan yang lainnya tengah berlibur di pulau Jeju. Sebenarnya Kai dan Jiyoung sudah di ajak berangkat bersama, tapi karena Kai ada urusan dengan ayahnya Kai dan Jiyoung jadi menunda keberangkatan. Sedangkan Sehun, anak pintar itu masih menyibukkan diri dengan beberapa kegiatan.
                “Kami akan segera disana.” Jawab Kai seraya menatap Jiyoung di sebelahnya. “Jiyoung sudah tidak sabar.”
                “Baiklah, kalian tidak perlu khawatir. Kami tidak akan mengganggu jika kalian ingin punya waktu berdua.” Yang tadi itu Baekhyun, bicara seenaknya seperti biasa.
                “Kami menunggu kalian!” Sulli memutus teleponnya. Kai menatap Jiyoung, Jiyoung balas menatapnya.
                “Ayo siap-siap. Sebaiknya kita segera menyiapkan, dan besok pagi-pagi buta kita ke rumah Sehun!” Kai menarik tangan Jiyoung untuk ke kamar.
                Kai mengambil dua koper besar, sedang Jiyoung sedang memilih baju Kai di lemari. Kai tiduran di ranjang sementara Jiyoung masih melakukan tugasnya. Beberapa kali Jiyoung bertanya apa Kai ingin memakai baju yang dia inginkan, tapi Kai hanya bilang terserah Jiyoung saja.
                Ketika Jiyoung mulai menata dan menaruh pada koper, Kai membantunya. Rasanya seperti mimpi, Jiyoung merasa sangat senang. Ya, akhirnya Jiyoung bisa merasakan sesuatu seperti ini. Jiyoung yakin pasti Krystal begitu bahagia di masa lalu, ketika Kai memberikan seluruh perhatian untuknya. Krystal benar-benar beruntung, tapi dia tidak bisa menjaga apa yang sudah Kai beri.
                “Sudah selesai, sebaiknya kita istirsahat sekarang.” Kai menaruh koper di depan almari.
                “Kapan kita akan berangkat? Lusa?” tanya Jiyoung seraya menyisir rambutnya.
                “Besok. Kita jemput Sehun lalu langsung berangkat.” Kai memerhatikan setiap gerak-gerik Jiyoung.
                “Kau belum membeli tiket pesawat Kim Jongin!”
                “Bisa tolong kau buka laci itu?” Kai menunjuk laci, Jiyoung membukanya dan mendapati tiga tiket kapal.
                “Kita naik kapal?” seru Jiyoung, Kai mengangguk. Jiyoung tersenyum bahagia, mungkin ini akan menjadi perjalanan yang paling menyenangkan. “Gomawo, Kim Jongin.”
                “Kau senang?” tanya Kai seraya terus memerhatikan Jiyoung yang berjalan dan duduk di ranjang mereka. Jiyoung mengangguk.
                “Aku tidak tau apa yang kau suka, aku bahkan bingung apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu senang. Setiap kali melihatmu dengan Sehun, sepertinya hanya Sehun yang bisa membuatmu senang.” Kai tersenyum di sela kalimatnya, sebuah senyum yang dia beri untuk menyembunyikan rasa sakitnya.
                “Dia benar-benar bisa mengertiku dengan baik.” Jiyoung seakan meyetujui pernyataan Kai.
                “Kau menyukainya?” Kai mengerutkan keningnya.
                “Tentu saja. Kami mulai dekat saat aku putus dengan Chanyeol oppa. Diantara semua temanmu, Sehun yang bisa membuatku nyaman.” Kai merasa sedikit kesal, tapi memang tidak bisa dipungkiri.
                “Aku ingin kau selalu bilang padaku, apapun yang kau suka dan yang kau inginkan, bicaralah padaku. Aku juga ingin seperti Sehun, aku bisa seperti Sehun.” Kai berkata dengan nada sedikit kesal, kecewa dan berharap. “Bagaimanapun juga aku suamimu, aku ingin semua orang memanggilmu nyonya Kim, bukan nyonya Oh lagi. Aku ingin semua orang tau, kita benar-benar pasangan. Dan aku ingin kau tau, aku mencintaimu Jing.”
                “Jadi sekarang kau sudah benar-benar yakin dan akan menganggapku sebagai istrimu?”
                “Tentu saja. Aku tau aku salah selama ini, aku terlalu banyak menyakitimu. Tapi aku mohon, biarkan aku melakukan yang terbaik untukmu.” Kai menatap Jiyoung begitu dalam.
                Jiyoung membalas tatapannya, tersenyum dengan begitu manisnya. Kai menyesal selalu membuat wajah itu sedih selama ini, Kai benar-benar bodoh karena tidak segera menyadari ada cinta untuk Jiyoung di hatinya. Perlahan Kai menarik Jiyoung dalam pelukannya, sebuah hal yang tidak bisa dia lakukan selama ini. Kai memeluknya begitu erat, dia tidak ingin melepas Jiyoung lagi.
                Kai melepas pelukannya dan menarik dagu Jiyoung. Menciumnya dengan begitu lembut. Ini berbeda, ciuman Jiyoung berbeda dari orang yang pernah menjadi bagiannya. Jiyoung membalas ciumannya dengan manis, membuat Kai tidak ingin melepasnya.
                “Saranghae...” kata Kai lirih di telinga Jiyoung, Jiyoung kembali memeluknya, Jiyoung tidak mau kehilangan Kai. Kai miliknya sekarang, bukan sekedar status, tapi hati Kai sudah menjadi miliknya sekarang.
***
                “Hoi selamat pagi! Mimpi indah Oh Sehun?” Kai menaruh beberapa es batu di dalam kaos Sehun. Berhasil membuat Sehun menggeliat karena dinginnya. Balas dendam!
                “Bagaimana kau bisa masuk? Kau ingin merampokku?” Sehun mengeluarkan es dari dalam kaosnya dan menatap murka ke arah Kai.
                “Cepat bangun dan siap-siap, kita tidak punya banyak waktu.” Sehun menoleh dengan cepat mendengar suara Jiyoung. “Mohon ijin mengemasi barangmu tuan Oh!” Jiyoung membuka lemari Sehun dan memperlihatkan tatanan baju Sehun yang rapi.
                “Apa yang kalian berdua lakukan! Hoh! Kenapa omma membiarkan kalian masuk????” Sehun mengacak rambutnya kesal.
                “Dimana kopermu?” Kai membuka lemari Sehun yang lainnya,   Sehun memilih diam dan memerhatikan Jiyoung dan Kai yang sibuk memasukkan baju dan yang lain ke dalam koper Sehun.
                “Aku sudah bilang aku tidak akan berangkat.” Kata Sehun tenang.
                “Tapi semuanya sudah menunggu kita, kita tidak boleh mengecewakan mereka.” sahut Jiyoung.
                “Kau tidak berniat berangkat tanpa mandi terlebih dahulu kan?” Kai menyeret Sehun ke kamar mandi, menyuruhnya mandi secepat kilat. Setelah semuanya siap, mereka bertiga segera pergi menuju pelabuhan.
***
                Cuaca sedang tidak baik pagi itu, akibatnya kapal mereka di tunda hingga beberapa jam. Jiyoung sudah tidak bisa menghitung lagi sudah berapa kali Kai mengumpat dan marah tidak jelas. Sedang Sehun lebih menikmati waktu itu dengan mengabadikan beberapa foto dengan camera kecil milik Kai.
                “Hei kalian berdua, lihat ke camera!” seru Sehun, Kai hanya meliriknya sambil terus menendang-nendang kopernya pelan.
                “Ayo.” Jiyoung melingkarkan tangannya pada lengan Kai yang duduk di sebelahnya.
                “Sehun memang hobby fotoin kita ya, dari jaman SMA dulu.” Kata Kai seraya melihat ke camera.
                “Kau ingat aku pernah memfoto kalian waktu lulusan? Hebat, otakmu tidak seburuk dulu kalau begitu.” Serang Sehun, Kai jadi salah tingkah karena ketahuan dia masih ingat kejadian itu, Jiyoung tersenyum penuh arti.
                Kejadian selanjutnya Sehun memilih untuk berkeliling dan mengambil foto, Kai terus saja menggumamkan kekesalannya dan Jiyoung sibuk untuk menenangkannya. Kai sudah lelah menendang kopernya, kemudian beralih untuk mengetuk-ngetukkan tangannya di kursi, memainkan cincin pernikahannya, menyuruh Jiyoung untuk mengurai kemudian mengikat lagi rambutnya. Kai benar-benar bosan!
                “Sabar sedikit lagi...” kata Jiyoung ketika Kai terus saja mengomel.
                “Ini sudah jam dua siang Jing. Aku sudah kering menunggu.” Balasnya.
                “Kim Kai, aku punya berita panas, kau mau dengar?” Sehun kembali dengan menendang kaki Kai.
                “Jika itu lelucon garingmu aku tidak mau dengar!”
                “Kau akan menyesal jika tidak mendengarnya. Kalau begitu aku cerita pada Jiyoung saja.” Sehun duduk di sebelah Jiyoung dan membisikkan sesuatu, Kai mulai penasaran.
                “Apa? Kalian membicarakanku?” tuduh Kai. Jiyoung hanya mengangguk penuh arti.
                “Mantan pacarmu itu akan segera menikah.” Kata Sehun, tidak perlu berpikir lama untuk tahu itu Krystal. Kai hanya tersenyum kecut, tidak peduli.
                “Orangtua Suho hyung benar-benar hebat. Mereka bisa bebas seperti itu. ckckck!” Sehun terus bicara tentang Krystal dan seketika Kai pura-pura tuli. Sampai terdengar pengumuman bahwa mereka akan segera berangkat ke pulau Jeju, Kai jadi orang pertama yang menarik Jiyuong dan Sehun agar segera bersiap.
                “Sudah, ini waktunya liburan!” kata Kai tersenyum. Sehun dan Jiyoung segera mengikuti.
                Begitu banyak penumpang yang akan naik kapal, Kai melingkarkan lengannya di pundak Jiyoung takut istrinya itu akan hilang. Sehun tidak ada henti-hentinya meledek Kai, tapi Kai tidak ambil pusing.
                “Aku tidak tau akan seramai ini.” kata Jiyoung melihat banyaknya orang.
                “Ini pengalaman pertamamu naik kapal kan?” seru Sehun, Jiyoung mengangguk.
                Jiyoung tidak bisa menggambarkan rasa bahagianya saat ini. Dia berlibur bersama suami dan sahabatnya, bahkan Jiyoung lebih senang lagi ketika ingat sahabatnya yang lain sudah menunggu di pulau Jeju.
                Ketika sore, Kai mengajak Jiyoung untuk melihat matahari terbenam di bagian depan kapal. Cahaya orange dan sapaan angin yang menyentuh kulit Jiyoung membuatnya berdesir. Kai tidak ada keinginan untuk melepas tangan Jiyoung, Kai selalu berpikir dia tidak akan bisa membalas kebaikan Jiyoung. Kai sadar sekarang, Jiyoung begitu berarti untuknya.
                Sehun datang dengan camera di tangannya, merekam Kai dan Jiyoung yang sedang menikmati cahaya orange itu. Jiyoung berlari ke arah Sehun dan mengambil alih camera itu, merekam Sehun yang langsung berpose seperti model dan Kai terbahak melihatnya.
                “Hei Kang Jiyoung, baik-baik dengan Kim Jongin ya!” kata Sehun pada camera sambil merangkul Kai sedang Kai memukulnya sambil tertawa.
                “Eh, rambutku tetap keren kan meskipun anginnya sangat kencang?” tanya Sehun dengan lagak bodoh. Kemudian Jiyoung beralih untuk merekam laut lepas, cahaya orange yang memantul di air laut yang biru. Jiyoung tidak akan pernah melupakan hari itu.
                “Terima kasih.” Kata Kai pada Sehun.
                “Untuk apa?” Sehun memandangnya penuh tanda tanya.
                “Kau menjaga Jiyoung selama ini. Terimakasih karena sudah menjaganya, aku tau kau sangat berarti baginya.” Jelas Kai, Sehun hanya tersenyum.
                “Kau adalah sahabat terbaikku, begitu juga dengan Jiyoung.” Sehun berkata tanpa mengalihkan pandangan dari laut lepas.

                Hari sudah gelap, Jiyoung terus saja meminta agar mereka ke bagian paling atas kapal. Tapi Sehun dan Kai tidak sependapat dengannya karena di luar dingin.
                “Disana dingin Jing, kau bisa sakit.” Kata Kai berulang kali karena Jiyoung tidak juga menyerah.
                “Lagipula apa yang kau cari? Sebaiknya kau tidur, akan aku bangunkan jika kita sampai.” Kata Sehun enteng. Meskipun Kai dan Sehun bicara sampai berbusa, Jiyoung tetap saja meminta pada mereka agar ke bagian paling atas kapal. Sampai akhirnya Kai menyerah dan bersedia mengantarnya ke luar. Sedang Sehun memilih di dalam, sibuk melihat-lihat hasil jepretannya di camera Kai.
                Kai dan Jiyoung memakai jaket tebal. Udara dingin langsung menyapa ketika mereka keluar, Jiyoung bergidik dan Kai memerhatikannya, tatapannya seakan berkata ‘Apa aku bilang?’
                Jiyoung berdiri di bagian paling tepi, memegang pagar besi yang dingin, melihat laut yang terlihat tidak tenang. Kai berdiri di sebelahnya, heran dengan cuaca hari itu bagaimana bisa begitu dingin.
                “Kalau sudah puas langsung kembali ya!” Kai memperingatkan Jiyoung, Jiyoung mengangguk.
                “Mungkin karena kita di laut, jadi sangat dingin.” Kata Jiyoung tiba-tiba, Kai meliriknya kemudian merangkulnya. Mereka tidak berbicara setelah itu, sibuk dengan pikiran masing-masing.
                “Jongin-ah, apa kau merasa kapalnya melambat?” tanya Jiyoung.
                “Mungkin perasaanmu saja.” Jawab Kai tanpa benar-benar ingin memikirkannya. Jiyoung memeluk Kai erat, entah kenapa Jiyoung merasa gelisah saat ini.
                Awalnya Kai berpikir Jiyoung hanya main-main dengan perkataannya, tapi sekarang Kai merasakannya, kapal ini semakin melambat atau bahkan sekarang sudah berhenti. Kai menoleh kesekeliling, tidak ada orang disana. Hanya dia dan Jiyoung.
                “Kau bawa ponselmu? Suruh Sehun kemari!” kata Kai, Jiyoung merogoh saku jaketnya.
                “Aku rasa aku meninggalkannya di tas.” Jawab Jiyoung, Kai mulai mencari ponselnya sampai akhirnya dia ingat ponselnya dibawa Jiyoung sejak berangkat tadi. Kai mencoba berpikir positif, digenggamnya tangan Jiyoung.
***
                Praaang!
                Sebuah gelas terjatuh berhasil mencuri perhatian Sehun. Orang bodoh macam apa yang menjatuhkan gelas itu, batin Sehun. Sehun terus melihat foto-foto di camera, sampai Sehun sadar makin banyak gelas atau piring berjatuhan. Restoran pun menjadi sedikit gaduh, Sehun merasa kesal karena ketenangannya diganggu. Tapi kemudian Sehun sadar, gelas yang ada di depannya juga miring, siap untuk jatuh.
                “Kapal ini miring! Kapal ini miring!” seorang pria berteriak kencang, sedetik kemudian mulai terdengar jeritan panik. Sehun bangkit dari duduknya dan kemudian sadar dia tidak bisa berjalan dengan sempurna karena tubuhnya miring. Otaknya mulai mengerti apa yang sedang terjadi sekarang, dikalungkannya camera itu di lehernya dan Sehun mencari sesuatu untuk pegangan.
                “Omma!!! Omma!!” seorang balita menangis sejadi-jadinya, Sehun segera menarik tangannya dan menggendongnya. Lalu perlahan keseimbangan mulai Sehun dapatkan, kapal sudah tidak semiring tadi. Sehun membantu balita itu menemukan ibunya ditengah kepanikan.
                “Itu ommaku! Hyung itu ommaku!” jerit anak itu sambil menangis, Sehun segera menyerahkan anak itu kepada ibunya. Ketika semua semakin panik, Sehun baru sadar dia harus segera menemukan Jiyoung dan Kai. Tapi banyaknya orang yang saling dorong untuk menyelamatkan diri membuat ini semakin sulit.
***
                “Jongin-ah, apa yang terjadi?” Jiyoung berpegangan erat ketika kapal miring, Kai segera mendekapnya dan berpegang pada besi.
                “Tenang... Kita harus tenang...” kata Kai, mereka mulai bisa mendengar jeritan dari bawah. Mendengar suara jeritan seperti itu membuat Kai dan Jiyoung makin panik, Jiyoung berpegangan pada Kai erat.
                “Jongin, apa kapal ini akan tengelam?” tanya Jiyoung, Kai berusaha untuk tenang dihadapan Jiyoung.
                “Tidak! Semua akan baik-baik saja!” jawab Kai. Beberapa orang sudah mulai keluar dan naik, menuju tempat Kai dan Jiyoung sekarang. Kai segera memeluk Jiyoung, “Ingat Jing, apapun yang terjadi jangan lepaskan pelukanmu!” perintah Kai.
                Kai membawa Jiyoung untuk pergi darisana. Jiyoung memeluk erat tubuh Kai, beberapa kali Jiyoung akan terbawa arus manusia itu tapi Kai berusaha untuk terus merangkulnya.
                “Jangan lepas tanganku!” teriak Kai ditengah teriakan yang lain. Jiyoung menangis, Jiyoung takut sekarang.
                “Sekoci! Seharusnya ada cukup sekoci!” teriak Kai, Kai mencoba mencari petugas yang seharusnya membagikan pelampung dan mengarahkan penumpang untuk naik sekoci.
                “Kita harus mencari pelampung untukmu dan aku akan mencari Sehun di bawah!” Kai memberitahu Jiyoung. Kai menarik Jiyoung untuk bebas dari arus manusia yang berdesakan. “Jing dengar, pengangan pada pagar jangan pernah sekalipun pergi dari sini!” kata Kai menyuruh Jiyoung untuk berpegangan pada pagar besi “Aku akan mengambil pelampung untukmu!” Kai mengecup kening Jiyoung sekilas.
                Kai segera masuk ke dalam lautan manusia yang berebut mendapatkan pelampung. Apapun yang terjadi dirinya, Jiyoung dan Sehun harus selamat. Kai tidak mau tau, dia harus segera menemukan Sehun setelah ini.
                “Hei berikan satu padaku! Aku hanya minta satu!” Kai berteriak pada petugas yang membagikan pelampung.
                “Utamakan wanita dan anak-anak!” teriak petugas itu. Kai terdorong kesana kemari, Kai merasa kesal, harusnya mereka bisa bersikap lebih baik. Semuanya ingin selamat!
                “Aku minta satu untuk istriku! Beri aku satu saja untuk istriku!” Kai berusaha menggapai pelampung itu, bayangan Jiyoung terus ada di pikirannya. Kemudian ada seorang pemuda merebut paksa pelampung dari petugas. Dengan cepat Kai menangkap bagian belakang kaosnya dan memukulnya!
                “Utamakan wanita dan anak-anak!” teriak Kai marah.
                “Aku tidak ingin mati! Aku masih terlalu muda!” teriak pemuda itu membuat Kai makin marah. Kai merebut pelampung dari tangannya, memukul wajahnya sekali lagi dan mencoba kembali ke Jiyoung.
                Jiyoung terus memegang besi itu dan berharap Kai segera kembali. Teriakan-teriakan dan suara tangis anak kecil membuat jantung Jiyoung berdebar tak karuan. Jiyoung juga merasa kapal miring lagi sekarang sehingga membuat lautan orang itu saling dorong. Bahkan banyak yang terjatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan.
                “Jing!” teriak Kai.
                “Jongin-ah!” balas Jiyoung. Kai menerobos kerumunan itu dan menggapai pagar besi. Jiyoung memeluknya, Jiyoung ketakutan.
                “Cepat pakai ini!” Kai memakaikan pelampung pada Jiyoung.
                “Mana punyamu? Kau harus memakai pelampung juga.” Kata Jiyoung, Kai hanya tersenyum.
                “Kau yang paling penting sekarang.” Kai menengok ke bawah dan melihat beberapa sekoci sudah diturunkan. “Kita turun, kau naik sekoci dan aku akan mencari Sehun.”
                Kai merangkul Jiyoung dan Jiyoung memeluk Kai. Kai membawa Jiyoung untuk turun ke dek bawah.
                “Tenang, semuanya tenang! Kita masih punya waktu!” kata seseorang mencoba menenangkan.
                “Aku tau sekoci itu tidak cukup!” seorang wanita berteriak, diikuti sahutan yang lainnya. Jiyoung makin mengeratkan pelukannya, dia hanya perlu Kai dan Sehun disisinya sekarang. Kai dan Jiyoung turun ke dek bawah, menunggu antrian untuk naik sekoci. Rambut Kai sudah basah karena keringat sekarang.
                “Aku butuh tiga wanita dan dua anak-anak!” teriak petugas, beberapa orang berebut. Kai berteriak keras!
                “Bawa istriku! Bawa istriku terlebih dahulu! Dia sedang hamil!” teriak Kai. Jiyoung membelalakkan matanya kaget, beberapa menoleh pada Jiyoung yang pucat.
                “Ayo nona, naiklah terlebih dahulu. Nanti suamimu akan menyusul.” Kata petugas itu mencoba meraih tangan Jiyoung.
                “Ayo Jing kau naik dulu!” Kai membantu Jiyoung untuk mendekat ke petugas, tapi bahkan Jiyoung tidak mau melepas pelukannya.
                “Tidak, aku akan naik denganmu dan Sehun.” Kata Jiyoung disela tangisnya.
                “Iya, aku dan Sehun akan menyusul nanti. Sekarang kau dulu!” Kai menatap Jiyoung, mencoba untuk meyakinkan Jiyoung. Para petugas menarik tangan Jiyoung, Jiyoung menoleh pada Kai yang tersenyum padanya. Jiyoung sudah berada di luar dan terbebas dari kerumunan, sekoci yang sudah hampir penuh itu siap untuk diturunkan. Jiyoung melihatnya ragu, dia menolah lagi pada Kai di dalam dan melihat Kai masih tersenyum dan menatapnya.
                “Jongin-ah! Cepat temukan Sehun! Kalian berdua harus segera menemuiku!” teriak Jiyoung, Kai mengangguk. Kai menahan airmatanya agar tidak jatuh, setelah melihat Jiyoung baik di sekoci. Kai segera pergi untuk mencari Sehun.

                Jiyoung sudah tidak bisa melihat Kai, sekoci itu mulai turun ke bawah. Namun Jiyoung tidak mau pergi tanpa Kai dan Sehun. Jiyoung meminta petugas untuk menghentikannya.
                “Paman! Berikan tempatku untuk wanita tua itu. Dia harus lebih dulu di selamatkan!” teriak Jiyoung, tanpa menunggu aba-aba Jiyoung mencoba untuk kembali ke kapal.
                “Nona!” teriak beberapa orang di sekoci.
                “Kalian tenang saja, aku terlatih. Harusnya aku membantu evakuasi ini, aku akan membantu!” para petugas membantu Jiyoung untuk kembali ke kapal.
                “Kau benar-benar terlatih?” tanya seseorang, “Aku dengar suamimu bilang kau hamil nona!” kata petugas.
                “Aku akan naik sekoci terakhir, aku akan disini.” Kata Jiyoung berbohong.
***
                Di dalam tidak sepenuh di luar, Kai memanggil-manggil Sehun berharap sahabatnya itu segera menjawabnya. Kapal terasa semakin miring sekarang, sangat sulit untuk berjalan. Kai mengira kapal ini sudah hampir tenggelam. Tapi Kai berjanji kepada dirinya sendiri tidak akan kembali sebelum menemukan Sehun.
                “Kai Kai!” Sehun berteriak di antara kerumunan yang hendak naik ke dek atas. Kai bersyukur Sehun terlihat baik-baik saja.
                “Mana Jiyoung?” tanya Sehun khawatir.
                “Dia sudah naik sekoci. Dia akan baik-baik saja.”
                “Sebaiknya kita naik ke dek paling atas, sudah sulit untuk menurunkan sekoci. Kapal ini sangat miring.” Sehun mengajak Kai untuk segera pergi. Ketika mereka hendak menaiki tangga, seseorang mendorong Kai dan membuatnya terjatuh. Dan tepat ketika itu kemiringan kapal hampir empat pulah lima derajat dan membuat sebuah almari roboh. Kai dengan cepat menghindarinya, tapi sayang kakinya terjepit.
                “Aiiissh!” keluh Kai. Sehun segera membantunya untuk menyingkirkan almari itu. Sekarang Kai tidak bisa berjalan dengan baik karena kaki kanannya terluka. Sehun memapah Kai, air laut sudah siap menyapa mereka. Sebagian kapal ini sudah tenggelam, Sehun melihatnya ngeri.
                Mereka sudah sampai bagian paling atas kapal, ketika seseorang memanggil mereka.
                “Jongin-ah! Sehun-ah!” Jiyoung berteriak sambil bertahan pada pegangannya di pagar besi. Kai dan Sehun begitu shock melihat Jiyoung tidak naik sekoci.
                “Kenapa kau tidak naik sekoci?” tanya Kai, Jiyoung hanya menggeleng.
                “Kau terluka? Bagaimana ini bisa terjadi?” Jiyoung terlihat khawatir, Kai memberinya pandangan bahwa dia baik-baik saja.
                “Hei jangan ambil!” teriak Jiyoung ketika seorang pria paruh baya merebut pelampung yang ada di tangan Jiyoung. Jiyoung berteriak dan terus menangis, sampai Kai memeluknya dan menyuruhnya untuk diam. “Hanya tinggal satu pelampung yang aku punya.”
                Sehun dan Kai saling lirik, Jiyoung sudah memakai pelampung dan ada satu pelampung ditangan Jiyoung.
                “Kau yang pakai!” kata Kai tegas.
                “Bodoh kau saja, kakimu sedang terluka!” Sehun membalasnya tak kalah tegas.
                “Kita tidak bisa terus disini, kita bisa tenggelam bersama kapal. Kita harus ke laut dan berenang sejauh mungkin dari jangkauan kapal ini. Atau jika beruntung kita mencari sekoci.” Jelas Kai. Sehun menyuruh Kai untuk segera memakai pelampung.
                “Aku tidak terluka, kau yang pakai itu. Selama aku berpegangan pada kalian, aku akan baik-baik saja.” Jelas Sehun. Jiyoung segera memakaikan pelampung itu pada Kai. “Aku rasa kita tidak punya banyak waktu, ayo!”
                Jiyoung berpegangan erat pada Kai dan Sehun, mereka bisa melihat banyak orang yang sudah berada di laut. Mereka berteriak minta tolong, kecripan air laut karena mereka terus bergerak berusaha untuk mempertahankan hidup mereka.
                “Pejamkan matamu!” kata Sehun yang melihat Jiyoung ketakutan. Kapal perlahan semakin tenggelam, mereka semakin dekat dengan air.
                Kaki mereka sudah basah dan merasakan dinginnya air laut, semua berjalan begitu cepat. Jiyoung merasa dingin itu terus naik hingga lehernya, Jiyoung membuka matanya. Jiyoung panik dan menendang-nendang kakinya yang ada di dalam air.
                “Ahhh!” teriak Jiyoung sambil terus menendang.
                “Jing tenang! Jing!” Kai menggapai tangan Jiyoung. Kai segera mendekat dan memeluknya, “Tenang.. Tenanglah!” kata Kai, Jiyoung menangis dan melingkarkan tangannya di leher Kai.
                “Sehun!” teriak Kai mencari Sehun yang tidak terlihat. Namun tak jauh darinya, Sehun menunjukkan kepalanya. Rambutnya sudah basah dan matanya merah, Sehun berenang ke arah Kai dan Jiyoung. Kai merasa luka di kakinya begitu perih terkena air, Kai mencoba menahan itu dan meraih Sehun agar lebih dekat dengannya.
                “Kita tidak bisa terus disini. Kapal ini bisa menindih kita.” Kata Sehun, melihat kapal besar yang ada di samping mereka. “Jiyoung Jiyoung dengarkan aku! Kita harus menepi dari sini, kau bisa berenang kan? Ayun kakimu, jangan lepas peganganmu pada Kai. Aku tau kaki Kai luka, dia tidak bisa bergerak cepat.” Jiyoung mengangguk, diraihnya tangan Kai dan Jiyoung mulai mengayun kakinya. Di sebelah kanan Kai, Sehun juga memegang tangan Kai.
                “Tolong aku! Aku tidak bisa berenang! Tolong!” seseorang tiba-tiba memeluk Jiyoung dari belakang. Jiyoung tenggelam karena orang itu menjadikan Jiyoung seakan pelampungnya. Kai mendorong orang itu, mencoba melepas pegangan orang itu.
                “Lepaskan! Dia tenggelam karenamu bodoh!” teriak Kai.
                “Hei kau memakai pelampung! Kau tidak akan tenggelam!” Sehun ikut berteriak, suara mereka bergetar karena kedinginan. Kai terus mencoba mendorong orang itu, hingga Jiyoung tampil di permukaan sambil terbatuk.
                “Uhuk—uhuk!” Kai segera menarik Jiyoung untuk menjauh dari orang itu, Jiyoung bisa saja kehilangan nyawa karenanya.
                Mereka terus berusaha untuk bertahan hidup. Ketiganya sudah sangat pucat sekarang, rambut mereka sudah basah, bibir mereka bergetar membuat gigi mereka bergeretakan karena dingin. Ketiganya masih memegang tangan satu sama lain.
                “Jangan pernah melepas peganganmu!” Kai berkata pada Sehun dan Jiyoung. Jiyoung dan Kai tidak begitu kesulitan karena mereka memakai pelampung, berbeda dengan Sehun yang terus berusaha berada di permukaan dengan menendangkan kedua kakinya terus-menerus.
                Suara teriakan sudah semakin sepi sekarang, Sehun berusaha untuk terus memastikan Kai dan Jiyoung tidak pingsan.
                “Kai! Kai!” panggil Sehun, Kai mengeratkan pegangannya pada Sehun menandakan dia baik-baik saja.
                “Kang Jiyoung! Kang Jiyoung!” panggil Sehun, Jiyoung terbatuk menandakan Jiyoung masih bisa bertahan. “Aku rasa bantuan datang, aku bisa melihat cahaya darisana!” kata Sehun. Sebuah harapan timbul di hati mereka.
                Kai merasa Sehun mengendurkan pegangan tangannya, dengan cepat Kai memegang tangan Sehun. Kai bisa melihat Sehun tenggelam.
                “Sehun! Sehun!” panggil Kai seraya berusaha menarik tangan Sehun, Jiyoung membantu Kai dengan menarik Sehun.
                “uhuk! Uhuk!” Sehun bisa kembali ke permukaan. Kejadian seperti itu terjadi beberapa kali, Kai tau Sehun sudah tidak sanggup. Sehun sudah terlalu lelah. Kai menyesal kenapa dia tidak bisa menemukan pelampung untuk Sehun.
                “Sehun bertahanlah, bantuan sudah dekat!” teriak Kai, Sehun tersenyum padanya seakan ingin mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.
                “Oh Sehun, sebentar lagi bantuan datang. Mereka sudah semakin dekat.” Jiyoung menangis melihat wajah Sehun yang tidak berwarna itu.
                “Kalian harus selamat.” Sebuah kalimat keluar dari bibirnya yang hampir membeku, “Kalian harus selamat...” suara itu semakin lemah. Jiyoung bisa melihat Sehun mencoba untuk tersenyum, senyumnya yang tulus. Jiyoung suka senyum itu, sebuah senyum yang begitu tulus.
                “Kau juga, kita semua harus selamat...” balas Jiyoung dengan suara bergetar. Tapi Sehun kembali tenggelam, Sehun merasa kakinya sudah tidak bisa bergerak. Untung Kai dan Jiyoung memegangnya dan berusaha membuatnya kembali ke permukaan.
                “Sehun! Jawab aku! Oh Sehun!” teriak Kai, matanya terasa panas. Airmatanya tumpah, Kai terus memanggil Sehun. “Sehun! Jangan gila! Kapal bantuan sudah dekat.”
                Sehun kembali terbatuk, melihat kedua sahabatnya yang begitu khawatir padanya, Sehun merasa senang sekaligus sedih. Seharusnya Sehun bisa bertahan bersama mereka, tapi Sehun merasa tubuhnya sudah tidak kuat. Sehun mencoba mengambil sesuatu di lehernya, yang seharian ini terus dia bawa. Sehun melepas camera Kai dari lehernya dan memakaikannya di leher Jiyoung.
                “Kalian harus bahagia...” suara Sehun begitu lemah. “Kalian pantas bahagia...” sambungnya tanpa menghilangkan senyum dari wajahnya. Jiyoung menangis, terus menggenggam tangan Sehun yang semakin lama semakin merengganggkan pegangannya pada Jiyoung.
                Kai melepas pegangannya pada Sehun, “Kau harus bertahan, sedikit lagi!” kemudian Kai berusaha melepas pelampungnya, Kai masih bergelut melepas pelampungnya ketika Jiyoung berteriak.
                “Jongin, Sehun! Sehun!” Jiyoung berteriak. Sehun semakin tenggelam dan Jiyoung tidak bisa mempertahankannya. Kai menenggelamkan dirinya, berusaha meraih Sehun yang dengan cepat jatuh ke dalam. Kai membenci Sehun, membencinya karena dia tidak mau bertahan. Membencinya karena sudah meninggalkannya dan juga istrinya. Sehun yang selama ini selalu menjadi penengah mereka. Sehun yang selalu ada untuk Jiyoung ketika Kai menyakitinya. Sehun, sahabat terbaiknya. Kenapa Sehun tidak mau bertahan sedikit lagi? Apa Sehun tidak kasihan padanya dan Jiyoung.
                “Kim Kai, kau harus jaga istrimu! Jangan sakiti dia lagi, dia tanggung jawabmu!” Kai seakan mendengar suara Sehun. Kai berpikir dia pasti berhalusinasi sekarang. Kai sudah tidak bisa melihat tubuh Sehun yang mungkin sudah jatuh begitu dalam.
                “Apa? Aku harus mengantar istrimu? Kau harus membayarku mahal!”
                “Hei kau itu minta tolong disini! Minta tolong!”
                “Woi! Istrimu tidak ada yang menjemput, dia menunggu di taman kampus!”
                “Kau tidak mau istrimu aku ambil tapi kau terus membuatnya menangis!”
                “Biar aku foto kalian berdua!”
                “Kalian harus selamat....”
                “Kalian harus bahagia.... Kalian pantas bahagia...”
                Kai ingat semua yang pernah Sehun katakan padanya. Kai ingat ketika mereka berkumpul dengan hyung-hyung yang lain di sekolah dulu. Membantu Chanyeol berbohong pada Jiyoung. Membantu Eunji untuk diam-diam bertemu dengan Chanyeol. Ketika Kai dan Jiyoung dijodohkan, ketika mereka makan bersama. Ketika mereka berfoto di hari kelulusan, ketika mereka di kantor polisi, rumah sakit...
                Sampai tadi pagi, dan baru saja. Sehun selalu memberi senyumnya, sampai beberapa menit yang lalu Sehun memberi senyum terakhir untuknya dan Jiyoung.
                Kai meendang-nendang kakinya, berusaha untuk sampai di permukaan. Tapi semakin Kai berusaha, semakin kakinya sakit. Jiyoung pasti khawatir menungguku disana, Kai harus segera menuju permukaan dan memberitahu Jiyoung, ‘semua akan baik-baik saja’.
***
                On Kai’s camera...
                “Wah, cuaca hari ini tidak begitu bagus. Keberangkatan kami ditunda dan itu membuat Kim Jongin marah! Lihat bagaimana ekspresinya, dia terlihat seperti anak kecil yang tidak di belikan mainan oleh orang tuanya.” Sehun merekam Kai yang sedang menendang-nendang kopernya.
                “Itu istri Kai, cantik kan?” Sehun menyorot Jiyoung yang dengan sabar memberitahu Kai agar mau menunggu sebentar saja.

                “Kami sudah di kapal! Kai langsung tersenyum begitu kapal berangkat. Anak itu benar-benar mengerikan, semoga Jiyoung selalu sabar menghadapinya. Kkk...” Sehun merekam Kai dan Jiyoung yang sedang mengobrol.

                “Hei Jiyoung, kau itu nyonya Oh atau nyonya Kim?” Sehun merekam Jiyoung dan tertawa ke camera.
                “Aku rasa banyak yang mengira aku nyonya Oh...”
                “Nyonya Kim nyonya Kim nyonya Kim!” Kai bicara keras pada camera, Sehun terbahak.
                “Maaf tuan Kim, banyak yang lebih menyukai Jiyoung sebagai nyonya Oh!” goda Sehun dan Kai merebut camera kemudian mematikannya.
                Jiyoung sudah tidak tau berapa ratus kali dia melihat rekaman-rekaman video itu. Tidak ada hari tanpa merindukan sosok Oh Sehun.

                Delapan tahun kemudian...
                “Appa bangun! Omma bilang kita akan mengunjungi Chanyeol dan Sehun ajjeoshi hari ini!” jika bukan karena anak kecil ini putranya, Kai pasti akan segera melemparnya ke gunung.
                “Lima menit lagi, appa akan bangun. Lima menit Chanyeol, lima menit...” Kai menutup dirinya dengan selimut. Chanyeol kecil tidak kehabisan akal, dia naik ke ranjang kemudian duduk di atas ayahnya yang masih ingin tidur itu.
                “Ayo cepat, bangun... bangun.”
                “Chanyeol kau sudah sangat berat sekarang!” protes Kai, tapi kemudian dia mengalah dan segera bangun. Putranya itu berlarian di sekitar ayahnya ketika Kai siap-siap.
                “Chanyeol, sebaiknya kau menunggu di luar bersama adikmu!” kata Jiyoung tegas, meskipun bergumam tidak jelas, tapi Chanyeol kecil menuruti perintah ibunya dan segera menunggu di luar.
                “Kita tunggu saja sampai Sehun menangis karena ulah kakaknya.” Kata Kai ketika Jiyoung berjinjit untuk menyisir rambutnya. Dan benar, mereka bisa mendengar Sehun menangis. Ketika Kai dan Jiyoung sudah di depan, mereka mendapati Chanyeol sedang bermain dengan mainan adiknya. Sehun kecil berusaha untuk merebut kembali mainannya yang ada ditangan kakaknya, tapi selalu gagal.
                “Chanyeol, kau bisa bawa mainanmu sendiri kan?” Kai mengambil mainan dari tangan Chanyeol dan memberinya pada Sehun.
                “Appa tidak seru!” katanya kemudian langsung naik ke dalam mobil. Jiyoung hanya menggelengkan kepalanya melihat ulah putra pertama mereka yang berusia 8 tahun itu. Sedang Sehun yang masih berusia 5 tahun menaruh harap pada Kai, agar ayahnya itu mau menggendongnya.
                “Oh baiklah baiklah, nanti kita akan beli mainan baru setelah mengunjungi ajjeoshi.” Kai menggendong putra keduanya. Apa lagi yang menyenangkan selain membeli mainan ketika kita masih kecil?

                “Paman yang namanya sama denganku, semoga paman selalu bahagia disana. Appa dan omma selalu cerita semua tentang paman. Dan juga paman yang namanya sama dengan adikku, aku selalu melihat omma menangis ketika melihat video mu dengan appa dan omma. Semoga kalian selalu bahagia disana” Celoteh Chanyeol di depan dua nisan. Entah bagaimana ini terjadi, diantara banyak makam, makam Chanyeol dan Sehun berjajar.
                “Omma, kenapa paman ini namanya sama denganku? Siapa dia?” tanya Sehun pada Jiyoung. Jiyoung tersenyum sebelum menjelaskan.
                “Namanya Oh Sehun, dia adalah orang yang sangat baik. Orang paling baik yang pernah omma dan appa temui. Awalnya dia sahabat appa, tapi kemudian dia lebih dekat dengan omma. Dan asal kau tau, dia orang yang sangat pandai. Kau harus bisa panda seperti dia.” Jelas Jiyoung sabar, Sehun mengangguk tanda ia mengerti.
                “Lalu kenapa aku paman ini, Chanyeol?” tanya Chanyeol protes.
                “Dia juga sahabat appa. Dia juga orang yang baik.” Kata Kai.
                “Tapi kata Baekhyun ajjeoshi dia itu mantan pacar omma! Appa! Kenapa kau menginjinkan namaku sama dengan mantan pacar omma? Apa kau tidak cemburu?” celoteh Chanyeol tanpa tau apa-apa. Jiyoung terbahak sedang Kai lebih terlihat shock. Baekhyun bukan hyung yang bisa dia andalkan. Terlalu banyak menitipkan Chanyeol pada Baekhyun sama saja dengan merusak masa depannya.
                “Chanyeol ajjeoshi itu orang yang baik. Dia termasuk salah satu orang yang sangat mengerti omma.” Kai berkata, tapi kemudian dia berpikir, “Sudah, sekarang kita pulang.” Ajak Kai pada keluarganya.
                Keluarga kecil itu mengahabiskan akhir pekan mereka dengan jalan-jalan. Sudah tidak tau berapa kali Chanyeol hilang, membuat Jiyoung begitu khawatir. Tapi untungnya Kai selalu bisa menemukannya, bersembunyi di bawah gantungan baju, masuk ke ruang pas, bermain di ruang karyawan. Entah sudah berapa kali pula Kai meminta maaf tapi orang-orang disana justru kagum pada keaktifan Chanyeol.
                Sedang Sehun yang memiliki sifat penurut, tidak pernah jauh-jauh dari ibunya atau ayahnya. Kai selalu bilang pada Jiyoung, jika Chanyeol akan tumbuh sebagai pemberani sedang Sehun akan tumbuh menjadi seorang yang pintar.
               
                Chanyeol dan Sehun tertidur di kursi belakang. Kai dan Jiyoung terlihat menikmati perjalanan pulang mereka.
                “Kita titipkan saja mereka berdua malam ini. Dimana? Orangtuaku atau orangtuamu?” tanya Kai membuat alis Jiyoung naik.
                “Aku tidak ingin merepotkan orangtua kita.” Kata Jiyoung santai, sedang Kai seperti kebakaran jenggot.
                “Untuk malam ini saja Jing, aku mohon demi apapun. Aku tidak ingin Chanyeol atau Sehun mengganggu tengah malam nanti!” kata Kai berapi-api, sedang Jiyoung berusaha menahan senyumnya karena ingin tetap terlihat cool di depan Kim Jongin.

Author's Note: Hai. ^^. Maaf karena sedikit meleset, harusnya post kemarin eh malah sekarang baru di post. Oke terus jadi gimana? Sebenernya ending agak melenceng dari rencana awal, ya begitulah jadinya. Author tau Sehun baik banget eh tapi main mati aja, kkk biar seru. Pokoknya disini Sehun Jiyoung itu sayang sama cintanya itu bener-bener buat sahabat. Dan maaf atas ke-absurd-an kedua anak KaiJing. hoho. Hope you like it. Doain UAS author lancar. Jangan lupa komen... ^_____^

Komentar

  1. What ?! Stlh Chanyeol, skrg Sehun yang meninggal :'(
    Sedih baca part ini, bikin nangis T_T

    Keep writing ya. Sori nggak bisa komen panjang2, terlalu sedih buat komen T_T

    BalasHapus
  2. Jonginnya malu malu pas nanya cincin-nya itu manis banget :3
    Eunji disini keliatan elegan emang bener /? Dia keren /?
    Sehun, kalo dia masih ada pasti bakal jadi babysitternya anak anaknya KaiJing xD

    keren banget ff-nya ♥ xD

    BalasHapus
  3. Wah chap terakhir ini sukses bikin nangis kejer2 deh. itu yang part mirip titanic bener2 bikin nggak kuat. meski yang tenggelam sehun, tapi berasa kehilangan banget. secara, peran sehun di sini kan berarti banget. dan pas kai keinget berbagai ucapannya sehun dulu pas detik2 dia tenggelam, bener2 kerasa kalau aku jadi kai di situ. feelnya dapet banget. yang ngakak di sini itu pas chanyeol anak kai ngomongin chanyeol mantan jiyoung. wkwkwk, ceritanya chanyeol salah didikan gitu? salah siapa kai nitipin ke baekhyun. mungkin pada akhirnya baekhyun jjuga akan ngasih tau chanyeol kalau krystal mantannya kai. hahay. seru banget chapter ini. gabungan antara haru dan bahagia. sedikit kecewa karena sehun meninggal, tapi emang jadi twist banget di fanfic ini. author nim ditunggu ff selanjutnya. semoga uasnya lancar dan diberi kemudahan. semoa ipk kita bisa baik.. hehe. semangat author! ditunggu fanfic barunya dan juga brother angelnya. :)

    BalasHapus
  4. Akhirnya kaijing bersatu juga....seneng!!!..tapi sedih juga sehun harus mati..huhu!!..bahagia banget sama keluarga kecil kai-jiyoung..masih sangat berharap kalau mereka berdua bener-bener jadi pasangan di dunia nyata...coming soon nanti..harus sabar!!..ayo thor!bikin ff kaijing lagi tapi arah ke kenyataan,soalnya agak down waktu baca berita tentang si baekhyun...jadi iri..pkoknya hidup kaijing!! >_<

    BalasHapus
  5. Aaaaah. I was torturing myself when I read the boat sinking part of this story, because I am emotionally affected by the Sewol ferry incident.
    But I do love the first three chapters of the story (minus that part where Kai is so loyal to Krystal). I have to say that I think Kai moved on from Krystal to Jiyoung a bit too quickly. And then Sehun being so loyal and kind... sigh. So sad, even though I know there's only one winner for Jiyoung's heart in the end.
    Didn't expect the story to end like this though, but like always, you've displayed yet another great composition. Thank you.

    BalasHapus
  6. oh my god why did you end it up like this?! *nangis sama jiyoung
    walau gue seneng akhirnya kaijing bersatu kenapa sehun harus berakhir begini? jujur aja gue ngeskip bagian yang kapal itu, gue harap dibawah2nya ternyata cuma mimpi... tapi taunya beneran. i feel so sorry for sehun. harusnya krystal suho aja tuh yg dimatiin. walau sebenarnya sehun gak ada rasa spesial ke jing, tapi terlalu kejam diakhirin begini.
    thanks for update n finish it. moga fanfic2 lainnya makin bagus :)

    BalasHapus
  7. oh my god why did you end it up like this?! *nangis sama jiyoung
    walau gue seneng akhirnya kaijing bersatu kenapa sehun harus berakhir begini? jujur aja gue ngeskip bagian yang kapal itu, gue harap dibawah2nya ternyata cuma mimpi... tapi taunya beneran. i feel so sorry for sehun. harusnya krystal suho aja tuh yg dimatiin. walau sebenarnya sehun gak ada rasa spesial ke jing, tapi terlalu kejam diakhirin begini.
    thanks for update n finish it. moga fanfic2 lainnya makin bagus :)

    BalasHapus
  8. okeee baiklah author... ini ff ke tiga yang sukses bikin nangiss,, huaah T.T

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah