Title: Rain Drop
Cast: Oh Sehun - Kang Jiyoung - Xiu Luhan
Genre: Sad Romance
Author: YRP risae
Cast: Oh Sehun - Kang Jiyoung - Xiu Luhan
Genre: Sad Romance
Author: YRP risae
Sedikit lebih banyak di part terakhir ini....
“Kang Jiyoung, adalah kekasihku.”
Deg
Benarkah?
Tapi kenapa?
Kenapa harus Luhan hyung?
“ah, kau tak
pernah cerita padaku. Bahkan Jiyoung juga tak pernah cerita padaku. Atau selama
ini dia memanfaatkanku agar bisa selalu memantaumu hyung?” aku berpikir cepat,
jadi selama ini Kang Jiyoung dekat denganku hanya untuk alasan tertentu. Aku
tak habis pikir!
“Gwenchana?”
pertanyaan Luhan hyung seakan menamparku, apa maksud pertanyaan itu?
“Tak ada yang
perlu kau khawatirkan!” aku sedikit memberi penekanan dalam kalimatku, Luhan
hyung terlihat amat bersalah. Aku rasa aku benar-benar menyukai Jiyoung.
Aku bergegas
meninggalkan Luhan hyung, tak tau kemana tujuanku, aku hanya mengikuti langkah
kakiku. Pikiranku kacau, bagaimana ini bisa terjadi padaku. Aku merasa Jiyoung
menyukaiku juga, tapi itu hanya sebagai topeng agar dia bisa memantau
kekasihnya. Mungkin aku terlalu bodoh, aku salah mengartikan kedekatan kami.
***
Author POV
Pagi itu amat
dingin ditambah hujan rintik menyapa para siswa dan membuat mereka enggan
kembali ke sekolah. Sehun berjalan pelan tanpa perlindungan payung pagi itu,
membiarkan tubuhnya sedikit basah terkena sapaan air. Pagi ini sedikit berbeda,
tak ada seseorang yang memanggilnya untuk menunggunya. Sehun menoleh ke
belakang berharap seseorang itu sedang berlari menujunya seperti biasa. Tapi
Sehun kembali ingat, gadis itu sedang terluka, meskipun dia tak tau bagaimana
perkembangannya tapi dia bisa merasakan dia tak baik-baik saja.
“Sehun-ah!”
Sehun merasa seseorang memanggilnya, Sehun merasa dia sangat putus asa hingga
otaknya berimajinasi ada seseorang yang memanggilnya seperti biasa. Sehun
berhenti sejenak. Apa aku sudah mulai
gila Jiyoung-ah? Runtuk Sehun dalam hati. Sehun ingin berbalik untuk
melihatnya, tapi dia tak mau terlihat bodoh, ketika dia mulai melangkah suara
itu terdengar lagi.
“Sehun-ah!”
suara itu nyata, dan suara itu berbeda dengan milik Jiyoung. Sehun berbalik
setelah otaknya memberitahu bukan Jiyoung pemilik suara itu. Sehun mendapati
seorang gadis dengan rambut kelewat lurus tergerai di punggungnya tersenyum
padanya.
“Krystal-ssi?”
Sehun mengerutkan keningnya.
“Apa kau tak
mendengarku memanggilmu?” Krystal berbagi payung dengan Sehun, namun tinggi
badan Sehun yang melampauinya membuat Krystal mengangkat tangannya tinggi.
Menyadari hali itu Sehun merebut payung dari tangan Krystal, membiarkannya
memegang payung itu.
“Aku rasa aku
mendengarnya. Tapi aku ragu.” Jawab Sehun seperlunya.
“Kemana Kang
Jiyoung? Kau tak bersamanya pagi ini?” Krystal menoleh berharap dia menemukan
Jiyoung tapi hasilnya nihil.
“Dia sakit,
mungkin dia tak masuk hari ini.” Jawab Sehun sedikit murung. Kenapa Krystal
ahrus membahas Jiyoung.
“Kau sangat
dengan dekatnya, aku rasa Jiyoung sangat beruntung. Apa kalian punya hubungan
khusus?”Krystal dengan santai bertanya sambil menatap wajah Sehun yang memerah.
“Apa
maksudmu?” Sehun mulai salah tingkah.
“Apa kalian
punya hubungan spesial? Apa dia kekasihmu?” Sehun tak pernah berpikir Krystal
sangat berani memberi pertanyaan seperti itu padanya. Apalagi mereka tak begitu
kenal dekat.
“Hubungan kami
spesial.” Ada rona kekecewaan di wajah Krystal, “Sebagai sahabat.” Sambung
Sehun membuat Krystal tersneyum simpul tanpa sepengetahuan Sehun.
“Syukurlah
kalau begitu.” Tiba-tiba Krystal mengalungkan tangannya di lengan Sehun. Sehun
mencoba melepasnya, “Untuk kali ini saja biarkan seperti ini.” Perkataan
Krystal mengurungkan Sehun untuk melepaskan diri dari Krystal. Tak tau ada
berapa pasang mata yang melihat mereka berdua. Sehun menjadi benar-benar
salahtingkah, takut salah satu dari mereka salah paham dna membuat gosip
tentang dirinya dan Krystal. Berbeda dengan Krystal yang begitu percaya diri,
dia menyebar senyumnya setiap ada yang melihat mereka. Beberapa gadis terlihat
kecewa melihat Sehun berjalan bersama Krystal.
“Sehun-ah!” seseorang
memanggilnya, Sehun langsung menoleh mendengar suara yang begitu di hafal
memanggilnya. Sehun melihat Jiyoung duduk di kursi roda, Sehun jadi sedikit
kesal setelah mengetahui seseorang yang mendorong kuri roda itu adalah Luhan.
“Apa kau ingin
bersamanya?” tanya Krystal dengan semburat kecewa di wajahnya. Sehun
menggelengkan kepalanya, memandang wajah Jiyoung dan beralih ke Luhan kemudian
kembali memandang ke depan untuk melanjutkan langkahnya bersama Krystal.
Jiyoung yang melihat dengan jelas Krystal mengalungkan tangannya pada lengan
Sehun merasa sesuatu yang seharusnya tak pernah dia rasakan. Dia terluka
melihat Sehun dengan Krystal.
“Gwenchana?”
tanya Luhan memegang tangan Jiyoung, Jiyoung hanya mengagguk lemah menahan
tangis yang siap untuk tumpah. Luhan bungkam dan mengantar Jiyoung menuju
kelasnya.
***
Sehun berusaha
secepat mungkin memasukkan buku-bukunya dalam tas. Sehun yang biasanya duduk
satu bangku dengan Jiyoung hari itu memilih duduk di bangku paling belakang.
Sehun bisa merasakan Jiyoung memandangnya, Sehun segera berjalan cepat untuk
keluar kelas.
“Sehun-ah!”
Sehun ingin sekali berhenti dan mengantar Jiyoung pulang seperti biasa, tapi
rasa sakitnya menang dan tak menghiraukan panggilan itu.
“Sehun-ah!”
Sehun masih bisa mendengar Jiyoung berteriak memanggilnya. Sehun mempercepat
langkahnya melewati banyaknya siswa yang berebut untuk segera pulang.
“Sehun-ah!”
bukan suara Jiyoung yang di dengarnya sekarang, melainkah suara Krystal yang
kini berasa di belakangnya.
“Kau? Ada
apa?” tanya Sehun kasar. Krystal sedikit mengerutkan keningnya melihat
perlakuan Sehun.
“Aku ingin
pulang bersama dan ingin mengatakan sesuatu.” Krystal begitu lancar mengatakan
kaliamt yang sudah dihafalnya itu.
“Cepatlah,
katakan saja!” Sehun mengacak rambutnya seraya melihat ke arah kelasnya takut
Jiyoung segera mengejarnya.
“Mungkin ini
akan sedikit mengejutkan bagimu.” Kata Krystal gugup, Sehun heran ada apa
dengan gadis itu. Apa yang sebenarnya ingin dia katakan?
“Sehun-ah!
Chakaman!” Jiyoung berteriak, dia sudah keluar kelas. Mencoba memecah para
siswa yang begitu banyak melewati koridor itu. Dengan cepat Sehun menarik
Krystal dan membawanya ke halaman depan sekolah. Setelah dia menemukan ruang
yang luas, dia berhenti dan menghadap Krystal.
“Ada apa?
Katakan saja.” Sehun menatap Krystal dalam.
“Kau pasti
akan terkejut mendengar ini, tapi aku benar-benar sudah tak sanggup
menyimpannya.” Krystal mencoba mengambil nafas dalam, dengan ragu dan takut dia
menatap Sehun dan melanjutkan, “Saranghae Sehun-ah! Jeongmal saranghaeyo. Sudah
lama aku menyukaimu, tapi aku ragu akan kedekatanmu dengan Jiyoung. Dan hari
ini setelah yakin kau tak mempunyai hubungan apapun dengan Kang Jiyoung, aku
berani mengakuinya. Saranghaeyo Sehun-ah!” pengakuan Krystal dengan suara keras
itu membuat siswa melihat ke arah mereka berdua. Sehun tak tau harus berbuat
apa, Sehun merasakan pandangan dari teman-temannya. Sehun benar-benar tak tau
harus berbuat apa.
“Apa kau
yakin?” Sehun menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Ne, aku
sangat yakin! Saranghaeyo!” Krystal kembali berteriak, membuat siswa yang
melihat mereka mengeluarkan suara-suara sindiran untuk mereka. Sehun menutup
mulut Krystal dengan tangannya.
“Pelankan
suaramu!” pinta Sehun, Sehun melihat ke arah teman-temannya yang sekarang banyak
berhenti untuk melihat tontonan itu. “Apa yang kalian lihat?” Sehun bertanya
tak tau pada siapa.
“Sehun-ah!”
seseorang berlari memecah kerumunan kecil itu, Sehun mendengus kesal, apalagi
kali ini?
“Wae?” Sehun
membuang nafas berat.
“Jiyoung jatuh
ketika mencoba mengejarmu tadi. Kepalanya berdarah, aku lihat lukanya hanya
sebuah goresan kecil. Tapi darah tak berhenti keluar dari keningnya.” Jelas
Jongin tergesa memperlihatkan tangannya yang penuh noda darah. Sehun melangkah
mendekat pada Jongin tapi Krystal mencegahnya.
“Apa lagi?”
Sehun berkata tergesa.
“Kau belum
menjawab pertanyaanku!” kata Krystal memegang lengannya erat.
“Sehun-ah!”
Jongin kembali memanggilnya, kali ini Jiyoung sudah ada disana dengan tangan
menutupi darah yang keluar dari kepalanya. Jongin membantu Sulli mendorong
kursi roda Jiyoung.
“Sehun-ah!”
Jiyoung memanggilnya lemah, wajahnya sangat pucat.
“Jiyoung-ah
gwenchana?” Sehun berlari menuju Jiyoung tapi dengan cepat Krystal menahannya
dan mendekatkan bibirnya pada bibir Sehun. Sehun dengan keras mendorong
Krystal.
“Jangan pernah
lakukan itu lagi!” Sehun manatapnya dingin kemudian berlari ke Jiyoung.
Mendorong kursi roda itu dan membawanya menjauh dari kerumunan di sekolah.
Sehun tak bisa berpikir jernih. Sehun tak menghiraukan sorakan dari
teman-temannya, dia hanya ingin segera mencari tempat yang hening.
“Sehun-ah!”
Jiyoung memanggilnya lirih, tapi Sehun bisa mendengarnya.
“Jangan bicara
sebelum kita sampai taman.” Sehun mempercepat langkahnya. Sehun berhenti di
taman, di tempat biasa mereka.
“Aku ingin
mengatakan sesuatu.” Jiyoung berkata namun Sehun tak memperhatikannya melainkan
mengacak isi tasnya. Setelah beberapa detik Sehun menarik tangannya keluar
dengan saputangan di tangannya.
“Sedalam apa
lukamu hingga begitu banyak darah yang keluar?” Sehun mendekatkan tangannya
pada kening Jiyoung, melihat luka itu. Ada goresan dua senti, tapi Sehun yakin
itu dalam.
“Sehun-ah
saranghae!” pernyataan Jiyoung menghentikan aktifitas Sehun melihat luka di
keningnya. Jiyoung menangis.
“Bagaimana dengan
Luhan hyung. Aku tau dia kekasihmu, aku sangat kecewa kau tak pernah cerita ini
padaku. Apa kau memanfaatkanku?” Sehun berkata begitu dingin, sebenarnya dia
tak ingin berbuat seperti pada Jiyoung. Tapi sakit hatinya lagi-lagi menang dan
membiarkannya meledak.
“Ara! Aku
salah, Luhan oppa bukan kekasihku.” Sehun merasa kepalanya sakit memikirkan
semua ini. Jiyoung, Luhan dan pengakuan bodoh Krystal di sekolah. Semuanya
ingin membuat Sehun meledak.
“Jangan bohong
padaku!”
“Anio, aku
yang memaksa Luhan oppa untuk mengatakan itu padamu. Aku pikir dengan begitu
kau tidak akan berharap banyak padaku. Tapi semuanya berubah ketika aku
melihatmu dengan Krystal tadi pagi, dan kejadian pengakuannya membuatku makin
yakin. Aku tak bisa membiarkanmu dengan gadis lain karena aku menyukaimu
Sehun-ah!” tangis Jiyoung makin pecah. Sehun hanya terdiam sambil mendengarnya.
“Apa alasanmu
menghindar dariku?” tanya Sehun seraya mencoba mengusap darah yang masih terus
keluar dari keningnya Jiyoung.
“Karena aku
tak mau membuatmu khawatir. Aku tak seperti gadis lain.” Jiyoung memegang luka
di kepalanya membuat Sehun mengernyit heran, “Darah sukar membeku.”
Sehun tak
mengerti awalnya, namun setelah otaknya kembali bekerja dia segera mendorong Jiyoung
dan menghentikan taxi untuk mengantar mereka ke rumah sakit. Cukup lama Sehun
mencari taxi kosong, Sehun berteriak ketika taxi berisi penumpang datang tanpa
berhenti di depannya. Namun dia menemukan taxi setelah lima belas menit
menunggu.
“Jiyoung-ah
bertahanlah!” Sehun membantu Jiyoung masuk dalam taxi. Sehun memeluknya erat
seakan tak mau kehilangannya. Dia bisa melihat wajah Jiyoung yang makin pucat.
Hujan deras mengguyur kota sore itu, membuat salah satu pohon tumbang dan
membuat jalanan macet.
“Sehun-ah!”
panggil Jiyoung dalam pelukannya, Sehun menyadari wajah Jiyoung benar-benar
pucat saat ini.
“Bertahanlah,
sebentar saja.” Sehun meneteskan airmata, dia takut sesuatu menimpa Jiyoung.
“Sehun-ah, aku
sudah tidak tahan.” Kata Jiyoung amat lemat, Sehun membuka pintu taxi dan
mengajak Jiyoung keluar menembus hujan. Sehun membawa Jiyoung naik ke atas
punggungnya dan berjalan cepat menembus hujan dan kemacetan disana.
“Bertahanlah
sedikit lagi Jiyoung-ah!” Sehun mencoba berjalan secepat mungkin.
“Sehun-ah
berhenti, aku sudah lelah.” Kata Jiyoung namun Sehun terus berjalan ingin
segera sampai pada tujuan mereka. “Sehun-ah aku kedinginan.” Suara Jiyoung
bergetar, Sehun menurunkan Jiyoung dan membiarkannya duduk di trotoar. Dia
melepas jas sekolahnya dan memakaikannya pada Jiyoung. Hujan makin deras
membuat Sehun kedinginan. Sehun hendak membawa Jiyoung pada punggungnya lagi,
tapi Jiyoung menolaknya.
“Aku ingin
mengatakan sesuatu padamu.” Jiyoung menarik tangan Sehun. Sehun menyentuh luka
Jiyoung yang masih mengeluarkan darah. Hujan membuat noda itu turun pada jas
sekolahnya.
“Kita akan
segera sampai dan mengobati lukamu.” Sehun memegang pundak Jiyoung. Jiyoung
menggeleng.
“Aku sudah
lelah dengan jahitan. Kau tau, telapak kakiku bahkan belum sembuh dan aku harus
mendapat jahitan lagi? Sudah terlalu banyak jahitan di tubuhku.” Jiyoung
mencoba tersenyum.
“Ayolah...”
Sehun mencoba memberi Jiyoung semangat.
“Sehun-ah
saranghae!” kata Jiyoung, Sehun tersenyum mendengar pengakuan itu.
“Nado,
saranghaeyo Jiyoung-ah!” Sehun memeluk
Jiyoung, “Kita jalan lagi, ayolah naik ke punggungku!” Sehun mencoba membuat
Jiyoung mau naik ke punggungnya.
“Hujan selalu
membuatku ingat padamu. Ketika kita bermain hujan dan Luhan oppa memarahi kita
berdua. Dan hari ini, lagi-lagi aku membuat kenangan denganmu bersama hujan.
Aku akan selalu mencintaimu Sehun-ah!” Jiyoung berkata sambil menangis, namun
air hujan menghapus air matanya dan Sehun segera memeluknya lagi.
“Nado
Jiyoung-ah! Saranghaeyo!” Sehun melepas pelukannya, mendekatkan wajahnya pada
wajah Jiyoung dan bibir mereka bertemu. Selama beberapa menit keduanya lupa
dengan apa yang mereka hadapi. Sampai Sehun menyadari tubuh Jiyoung semakin
berat.
“Jiyoung-ah!”
Sehun mengguncang tubuh Jiyoung dan gadis itu hanya diam. Jiyoung-ah ireona!”
Sehun terus mengguncang tubuh Jiyoung. Kemudian dia merasa seseorang menepuk
pundaknya.
“Biarkan dia
pergi dengan tenang.” Luhan berkata berat, Sehun menangis seraya memeluk tubuh
Jiyoung.
Sehun-ah!
Mianhae aku tak menceritakan semua masalahku
padamu. Aku benar-benar tak tau harus memulai darimana. Mianhae untuk masalah
Luhan oppa, dia tak bersalah Sehun-ah. Kau jangan membencinya, kau ingat kau
pernah bercerita padaku bahwa Luhan adalah orang yang sangat berarti untukmu?
Bahwa kau sudah menganggap Luhan oppa hyungmu sendiri? Jadi aku mohon, jangan
marah padanya.
Kau pasti heran bagaimana aku bisa mengenal
Luhan oppa, Luhan oppa dulunya adalah tetanggaku. Namun karena ingin fokus
dengan kuliahnya dia memilih untuk tinggal di asrama. Mungkin selama ini aku
selalu mengganggunya. Ya, aku menyukainya Sehun-ah, aku menyukainya sebelum
akhirnya aku tau bahwa Luhan hanya menganggap aku sebagai adiknya. Sampai suatu
hari aku bertemu denganmu.
Aku tak pernah sama sekali memanfaatkanmu
Sehun-ah. Aku mengenalmu ketika kita berada pada kelas yang sama, dan aku tau
kau tinggal dengan Luhan oppa di asrama. Luhan oppa selalu menceritakan segala
sesuatu tentangmu padaku. Dia bilang dia sudah menemukan seorang adik yang
lebih baik dariku. Hahaha, mungkin aku selalu merepotkannya.
Aku tak pernah benar-benar paham bagaimana
kedekatan kita dimulai. Yang aku tau, aku mulai merasa sepi tanpamu. Aku selalu
ingin memanggil namamu. Apa kau bosan karena aku selalu mengulang-ulang
memanggil namamu? Sehun-ah! Hahaha!
Tapi aku tak punya keberanian untuk jujur
padamu. Aku tak pernah menceritakan tentang kekuranganku, darah sukar membeku,
aku benci aku memiliki kekurangan seperti itu. Itulah alasanku membenci
olahraga Sehun-ah. Aku benci karena aku bisa saja terluka dan lagi-lagi harus
mendapat jahitan. Kau tau sendiri bagaimana tingkahku. Seandainya penyakit itu
tak bersarang di tubuhku, mungkin aku menjadi seorang atlet sekarang. J
Kau tau sekarang kenapa aku tak suka
olahraga padahal aku mampu melakukannya. Dan itu juga alasanku mengapa aku tak
mau mengungkapkan perasaanku padamu. Aku tak mau membuatmu khawatir Sehun-ah,
Luhan oppa berkali-kali menyuruhku untuk jujur saja padamu. sampai hari itu
tiba, Luhan oppa mengetahui kita bermain hujan dan melepas alas kaki kita.
Luhan oppa sangat marah waktu itu. Ditambah aku menginjak pecahan piring dan
membuat kakiku terluka. Kakiku yang masih lunak karena basah, lagi-lagi ahrus
di jahit untuk kesekian kalinya.
Aku tak mau menyusahkanmu, tapi ternyata aku
salah. Semua akan lebih baik jika aku mengatakan kekuranganku ini padamu, dan
aku harap kau mau melindungiku. Tapi semuanya terlambat, kebodohanku membuat
semuanyarusak. Mianhae Sehun-ah, mianhae
saranghae. Aku akan selalu mencintaimu. Ingat itu. Saranghae Sehun-ah - Kang
Jiyoung.
Sehun berjalan
dengan payung ditangannya, hujan rintik ini membuatnya bergidik kedinginan.
Sehun masuk rumah makan ramen seperti biasanya, tempat yang begitu memiliki
banyak kenangan untuknya, di tambah hujan rintik mengguyur kota sore itu.
“Silyehamnida,
bolehkah aku duduk disini? Tempat ini sudah penuh.” Sehun menoleh dengan cepat,
dia merasa deja-vu. Seakan dia pernah mengalami hal seperti itu sebelumnya.
Suara itu juga begitu dia kenal. Mungkinkah?
“Jiyoung-ah!”
Sehun berteriak ketika melihat gadis yang berdiri di sampingnya adalah sosok
gadis yang begitu ia rindukan. Namun gadis itu mengerutkan kening tanda tak
mengerti.
“Sehun-ah!”
gadis itu memanggil namanya persis seperti seorang yang dia cintai biasa
memanggilnya. Sehun merasakan kepalanya begitu sakit, dan tiba-tiba semuanya
menjadi gelap.
whoa..
BalasHapusaku komen langsung di sini aja thor yah :)
aku suka banget ffnya, sumpah penasaran thor itu siapa yang dilihat sehun?
gantung banget thor..
aku suka pairingnya :)
terimakasih komennya... :)
BalasHapusnah itu, author juga bingung siapa yg d liat Sehun. eh
emang sengaja gitu biar gantung gimana gitu.
jadi endingnya terserah imajinasi pembaca,...
gomawo...