Destiny
Cast: Kang Jiyoung, Kim Jongin, Jung Krystal, Oh Sehun, EXO member, Choi Sulli, Bae Suzy, Jung Eunji.
Pairing: Kai/Jiyoung, Kai/Krystal, Sehun/Jiyoung, Chanyeol/Jiyoung
Genre: romance, hurt, sad
Lenght: series
Author: YRP
Jiyoung bisa melihat Sehun sedang
menunggunya, Jiyoung mempercepat langkahnya dan duduk dihadapan Sehun.
“Jadi
bagaimana? Kapan tanggal pernikahan kalian?” tanya Sehun dengan raut wajah
serius, tapi didengar dari nadanya jelas Sehun sedang menggoda Jiyoung.
“Sehun-ah,
kau tau appaku sedang sakit. Jadi para orangtua itu ingin pernikahan segera
diadakan. Aku harus bilang apa pada Jongin?” Jiyoung terlihat sangat gelisah.
“Kenapa
kau harus mengkhawatirkan Kai? Dia masih tidak setuju dengan itu? Jadi sekarang
cintamu bertepuk sebelah tangan?” Sehun balik menyerangnya dengan pertanyaan.
“Apa
aku terlihat menyukai Jongin? Oh demi apa kau Sehun, Krystal orang yang paling
aku khawatirkan disini. Aku tau bagaimana rasanya menjadi Krystal. Bahkan
sampai sekarang aku masih kesal setiap kali bertemu dengan Eunji sunbae.” Jelas
Jiyoung, Sehun mengangguk penuh arti.
“Lakukan
saja pernikahan itu untuk orangtua kalian, tapi kalian berdua bisa membuat perjanjian
sendiri disana. Kai tetap bisa berhubungan dengan Krystal, atau kalian akan
berpisah setelah itu. Terserah kalian saja.” Sehun mneyeruput kopinya. Jiyoung
terlihat berpikir, ide Sehun mungkin bisa dia gunakan.
“Oh
Sehun, kau memang sahabatku yang paling baik.” Jiyoung tersenyum senang.
“Kau
rajin mengunjungi Chanyeol hyung.” Sehun mengalihkan pembicaraan.
“Bagaimanapun
juga aku sangat sedih melihat keadaannya seperti itu sekarang. Sebenarnya dia
sakit apa?” tanya Jiyoung lagi.
“Cari
tau sendiri, aku tidak ingin membahas penyakit orang.” Jawab Sehun menyebalkan,
Jiyoung memukul kepala Sehun sekuat yang dia bisa. Sehun meringis seraya
memegang kepalanya yang sakit karena Jiyoung.
***
Jiyoung
buru-buru ke rumah sakit begitu mendengar keadaan ayahnya menurun, dengan
diantar Sehun yang kebetulan juga ke rumah sakit untuk menjaga Chanyeol.
Jiyoung dan Sehun bisa melihat ibu Jiyoung sedang menangis di ruang tunggu,
Jiyoung segera menghampirinya.
“Omma,
kenapa sebenarnya?” tanya Jiyoung.
“Omma
juga tidak mengerti, tiba-tiba appamu kesulitan bernapas tadi kemudian dokter
bilang bahwa keadaan appamu sedang drop. Jiyoung, appamu sangat ingin
menlihatmu menikah dengan Jongin karena itu sudah menjadi janjinya dengan paman
Kim sejak dulu. Kau mau kan sayang mempercepat pernikahanmu?” Jiyoung dibuat
bingung. Dia tidak ingin terjadi apa-apa dengan ayahnya dan dia akan melakukan
apa saja agar ayahnya sembuh. Tapi jika syarat itu harus ditempuh dengan
menikahi Jongin? Jiyoung tidak yakin dengan itu.
“Sehun-ah,
kau mau mengantarku ke tempat Jongin?” pinta Jiyoung ketika ommanya berhenti
bicara. “Omma, aku pergi dulu. Aku akan kembali secepat mungkin.”
Jiyoung
langsung menarik Sehun agar berlari bersamanya. Jiyoung sudah tidak bisa
berpikir lagi, yang ada dipikirannya ayahnya harus sembuh. Dia akan memohon
pada Jongin bagaimanapun caranya.
Sehun
mengantar Jiyoung ke rumah Jongdae, karena sekarang ini mereka sering berkumpul
disana. Dan benar saja, mobil Jongin terparkir disana. Sehun mengajak Jiyoung
untuk masuk, dia bisa melihat ada Jongin, Jongdae, Kris dan Luhan sedang
disana. Banyak makanan dan minuman di meja.
“Kai,
ada yang ingin bicara denganmu.” Sehun merebahkan dirinya di sofa, duduk di
sebelah Kris. Sedang Kai mengerutkan keningnya, Jiyoung masuk dan membuat Kai
mengerti.
“Jongin-ah,
bisa aku bicara sebentar denganmu?” Jiyoung menunggu di luar, Jongin segera
bangkit dan memenuhi pangilannya. Perlu waktu untuk Jiyoung menjelaskan
semuanya.
“Sebenarnya
ada apa?” tanya Jongin lembut.
“Kau
tau kan, nanti malam kau tidak bisa menolak lagi untuk ke rumah sakit. Appaku
sangat parah Jongin-ah. Untuk kali ini aku mohon padamu, datanglah nanti malam
dan jangan menolak mereka.” kata Jiyoung dengan cepat. Jongin terlihat
berpikir.
“Apa
maksudnya ini?” tanya Jongin lagi, membuat Jiyoung makin tidak berani untuk
menjelaskan lebih lanjut. “Kau ingin aku menyutujui perjodohan itu? Bukankah
kau juga menolaknya?”
“Aku
tau, tapi melihat keadaan appaku seperti ini, sepertinya kita harus
melakukannya. Aku mohon, kau tetap bisa berhubungan dengan Krystal. Ya karena
memang dia pacarmu, aku mohon Jongin, demi kesehatan appaku. Jangan tolak ini,
tapi tenang saja kau tetap bisa bersama Krystal dan aku pastikan keluarga kita
tidak tau tentang ini.” jelas Jiyoung lagi.
“Aku
akan datang nanti, tapi aku tidak tau apa yang akan aku lakukan. Aku tidak
berjanji akan melakukan semua yang kau inginkan.” Jawabnya kemudian kembali
masuk ke rumah Jongdae. Rasanya Jiyoung ingin menangis, kenapa dia berada
diposisi seperti ini?
“Sudah
selesai?” Sehun berada di pintu, menatap Jiyoung dengan lekat dan Jiyoung hanya
menjawab dengan anggukan. “Kembali ke rumah sakit?”
“Ya,
aku ingin melihat appa.” Sehun berpamitan pada yang lainnya. Sepanjang
perjalanan Jiyoung hanya diam dan tidak menanggapi lelucon Sehun. Sehun
mengerti Jiyoung dalam keadaan yang sangat sulit sekarang.
“Kau
yakin akan melakukan perjodohan itu? Bagaimana dengan Kai?” tanyanya serius.
“Sepertinya
dia tetap menolak. Aku akan melakukannya demi appaku.” Jawab Jiyoung sambil menatap
kosong ke luar jendela. Sehun menatapnya sekilas, entah apa tapi Sehun juga
merasa sedih untuk Jiyoung.
Malam
itu keadaan appa Jiyoung sudah membaik meskipun masih buruk. Dia bisa melihat
orangtua Jongin sudah datang disana, Jiyoung berharap penuh pada kedatangan
Jongin.
“Jiyoung,
apa kau tidak bertemu Jongin? Paman tidak bisa menghubunginya sekarang.” tanya
paman Kim pada Jiyoung. Jiyoung bangkit dari duduknya untuk mengambil
ponselnya, mencoba menghubungi Jongin.
“Aku
juga tidak bisa menghubunginya paman, mungkin sebentar lagi dia akan datang.”
Kata Jiyoung lemah. Satu jam hingga dua jam Jongin tidak muncul juga, Jiyoung
menggenggam tangan appanya berharap Jongin segera datang.
“Jongin,
akhirnya kau datang dan siapa kau?” Jiyoung mendengar suara Mrs. Kim. Jiyoung
keluar untuk melihat apa yang terjadi, dan dengan jelas dia bisa melihat Jongin
mengajak Krystal kesana. Dilihat dari matanya, sepertinya Krystal baru saja
menangis.
“Masuklah!”
perintah ayahnya, Jongin hanya diam dan tidak melepas tangan Krystal. Semua keluarga
ada di dalam ruangan sekarang ditambah Krystal. Semua pandangan menuju ayah
Jiyoung yang sedang membuka matanya dengan begitu lemah. Jiyoung sudah tidak
tau apa yang ada di pikiran Jongin, yang pasti Jiyoung terus berdoa semoga
Jongin tidak melakukan hal bodoh.
“Tepat
ketika Jongin lahir, appa dan paman Kim sudah menjodohkan kalian berdua. Dan
sepertinya appa sudah tidak lama lagi berada di dunia ini, appa minta
pernikahan kalian segera dilangsungkan.” Kata ayah Jiyoung dengan suaranya yang
lemah.
Jiyoung
hanya bisa menunduk, dan dia bisa melihat Krystal meneteskan airmatanya. Ya
Tuhan, dia tau bagaimana rasanya menjadi Krystal dan dia sangat minta maaf
untuk itu.
“Tapi
aku tidak bisa melakukan perjodohan ini.” kata Jongin tegas. Bodoh! Kim Jongin bodoh! Apa kau ingin
membunuh appaku? Batin Jiyoung.
“Kim
Jongin!” seru ayah Jongin tegas.
“Sudah
berapa kali aku bilang, aku menolak perjodohan ini, begitu juga dengan Jiyoung.
benar kan Jing?” Jongin menatap Jiyoung sekarang, namun Jiyoung memilih
bungkam.
“Apapun
yang terjadi, aku dan Jiyoung tetap tidak bisa melakukan perjodohan ini.”
Jongin mengakhirinya dan menarik Krystal agar keluar dari ruangan. Tiba-tiba
ayah Jiyoung kembali susah bernafas, Mr. Kang memegang dadanya dan terlihat
menahan kesakitan dan sulit mengambil nafas.
“Appa!”
teriak Jiyoung. Ommanya dan orangtua Jongin juga ikut panik. Dengan cepat
Jiyoung memanggil dokter lewat telepon dan kemudian mengejar Jongin yang
ternyata masih ada di depan pintu.
“Kim
Jongin, jadi kau ingin membunuh appaku?” tanya Jiyoung dengan suara bergetar.
Jongin menatapnya heran, Krystal juga menatapnya dengan pandangan yang sulit
diartikan.
“Jiyoung,
kau tau sendiri.....”
“Ya
aku tau tapi bukan begitu caranya! Aku sudah bilang padamu sore tadi, jangan
melakukan hal bodoh! Kau ingin melihat aku tidak punya ayah? Ha? Itu maumu Kim
Jongin?” Jiyoung sudah menagis sekarang, dia sangat kecewa pada Jongin.
Beberapa dokter masuk dalam kamar rawat Mr.Kang.
“Jiyoung
aku tidak tau jika....”
“Akibatnya
akan seburuk ini? Terlambat!” Jiyoung ambruk dari posisi berdirinya. Jiyoung
bersimbuh di lantai seraya menangis. Jongin menghampirinya dan membantunya
untuk bangkit, begitu juga Krystal.
“Jiyoung
bisakah kau lebih tenang?” Krystal angkat bicara.
“Tenang
ketika appamu akan mati?” Jiyoung membalas dengan getir.
“Jiyoung-ah!”
Sehun berlari menghampirinya, Jiyoung langsung memeluknya membiarkan tangisnya
pecah dalam pelukan Sehun. “Sudah jangan menangis.” Kata Sehun lembut.
“Aku
minta maaf Jing.” Kata Jongin kemudian segera masuk dalam kamar rawat.
“Paman Kang,
aku dan Jiyoung akan menjalani perjodohan itu. Kami akan menikah, terserah
kalian kapan akan menentukan tanggalnya. Aku mohon paman bertahanlah sampai kami
menikah.” Jiyoung bisa mendengar suara berat Jongin berkata. Jiyoung makin
menangis hebat dalam pelukan Sehun. Sedang Krystal, dia hanya berdiri terpaku
seraya menangis.
***
“Aku
tidak bisa percaya ini...” kata Sulli seraya memerhatikan Jiyoung yang
mengenakan gaun berwarna putih. Jiyoung hanya tersenyum lemah.
“Kau
sangat cantik, bahagialah!” Suzy memeluk Jiyoung, sebenarnya dia tau bukan
perikahan seperti ini yang diinginkan Jiyoung. Tapi mau bagaimana lagi, sudah
seperti ini keadaannya.
“Nona
Jiyoung, acara akan segera dimulai. Nona harus bersiap-siap.” Seorang pelayan
memberitahu, Sulli dan Suzy menatap Jiyoung memberi semangat. Ketiganya
tersenyum, meski tidak dapat dipungkiri ketiganya juga menahan tangis.
“Kami
akan keluar, jangan lupa tersenyum.” Sulli dan Suzy keluar ruangan. Kemudian
seorang pelayang membantu Jiyoung untuk bersiap-siap. Jantungnya berdegup
begitu kencang.
Jiyoung
berjalan, dia bisa melihat banyak tamu disana tersenyum bahagia atas
pernikahannya. Jiyoung mengaitkan tangannya dilengan sang ayah yang lemah. Di ujung
sana, Jiyoung bisa melihat seseorang dengan tuxedo berwarna putih berdiri
menunggunya. Semakin dia melangkah jarak mereka semakin dekat. Sampai Jiyoung
merasakan ayahnya menyerahkan tangannya pada seseorang itu, Kim Jongin.
Kai
tersenyum padanya, mengajaknya untuk berdiri bersebelahan. Jiyoung tidak tau
apa yang harus dia rasakan, senyum Kai berbeda. Bukan sebuah senyum bahagia
seperti yang Jiyoung harapkan.
Para
tamu seakan menahan napas melihat moment dimana Kai menjawab pendeta. Jiyoung
tidak bisa mendengar dengan baik, semuanya seperti melambat seperti adegan
sebuah film. Kemudian pendata beralih menatapnya, Jiyoung terlalu sibuk dengan
pikirannya hingga tidak bisa mendnegar dengan baik. Tapi Jiyoung tau dia hanya
perlu bicara satu kalimat.
“Aku
bersedia.” Kalimat itu keluar dari mulutnya. Tiba-tiba bayangan Krystal muncul
di kepala Jiyoung. Krystal pasti sangat sedih melihat Kai, orang yang begitu
dia cintainya harus menikah dengannya. Jiyoung benar-benar tidak bisa berpikir
baik, mungkin dia tidak sadar jika Kai sudah mendekatkan wajahnya dan
mempertemukan bibir mereka. Mungkin Jiyoung tidak mendengar semua tamu,
saudara, rekan bisnis keluarga, kerabat dan sahabat bersorak dan menangis
bahagia untuknya. Yang Jiyoung tau, ini sebuah situasi yang salah.
***
Jiyoung
menunggu Kai di dalam mobil, dia bisa melihat Kai masih mengobrol dengan
teman-temannya. Jiyoung juga bisa melihat Chanyeol yang terlihat begitu lemah
datang ke pesta pernikahannya. Malam itu, Jiyoung tidak lagi pulang ke
rumahnya, melainkan ke rumah keluarga Kim.
“Maaf
membuatmu menunggu.” Kai sudah masuk mobil, nadanya terdengar begitu datar di
telinga Jiyoung.
Selama
di perjalan menuju rumah Kai tidak ada perbincangan diantara keduanya. Kai
memilih meyalakan radio, yang sialnya membuatnya suasana semakin canggung.
Mereka sudah saling kenal, tapi keadaan ini justru membuat mereka canggung.
Kai
membantu membawakan barang-barang Jiyoung tanpa bersuara. Jiyoung mengikutinya
di belakang, dan mereka disambut hangat oleh orantua Kai dan kedua kakaknya
yang lebih dulu sampai di rumah.
“Jiyoung,
kau bisa tidur di kamar Kai. kami sudah membersihkannya.” Kata kakak pertama
Kai. Jiyoung hanya diam dan menurut, Kai mengajaknya untuk masuk ke kamar.
“Kau
hanya membawa ini?” tanya Kai melihat hanya satu koper yang Jiyoung bawa,
bertanya mungkin saja ada barang lain yang belum turun dari mobil.
“Aku
hanya membawa sedikit.” Jawab Jiyoung.
“Anggap
saja ini kamarmu, ya secara teori ini kamarmu juga.” Kai berkata seraya
berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamar itu. Jiyoung menata beberapa
bajunya di almari Kai yang beberapa bagian sudah dikosongkan.
Kai
keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, Jiyoung merasa bahkan Kai tidak
terlalu memikirkan Jiyoung yang sedang ada disana. Kai mengambil ponselnya dan
erlihat frustasi karena panggilannya tidak segera di jawab.
“Bagaimana
Krystal?” tanya Jiyoung khawatir.
“Tidak
perlu memikirkannya. Cepat mandi dan segera istirahat, aku harus keluar
sebentar.” Kai segera memakai jaketnya, tidak peduli dengan rambutnya yang
berantakan.
***
Jiyoung
membuka matanya dan mendapati Kai tidur di sofa yang ada di kamar Kai.
Sebenarnya Jiyoung menunggu Kai hingga larut semalam, tapi dia tertidur.
Jiyoung tau Kai pasti menemui Krystal.
Jiyoung
membawa selimutnya dan menyelimuti Kai yang terlihat begitu lelah. Setelah
memastika Kai tidak terbangun, Jiyoung segera menuju kamar mandi.
Masih
terlalu pagi untuk berangkat ke kampusnya, Jiyoung memilih untuk ke dapur dan
membantu menyiapkan sarapan. Entah perasaan apa ini, tapi Jiyoung benar-benar
merasa punya tanggung jawab sebagai seorang istri Kim Jongin.
“Jongin
lebih suka sarapan di kamarnya. Bawa ini dan pastikan dia menghabiskan
sarapannya.” Kata Ibu Kai, Jiyoung membawa nampan itu dengan hati-hati.
“Jongin-ah...!”
Jiyoung mencoba membangunkan Kai, Kai hanya menggeliat tanpa membuka matanya.
“Jongin-ah
bangunlah, sarapan!” setelah beberapa menit Jiyoung berhasil membuat Kai
bangun. Kai meneguk air putih yang dibawa Jiyoung, kemudian memakan roti yang
Jiyoung bawa dengan mata sedikit terbuka.
“Kau
tidak ada kelas pagi ini?” tanya Jiyoung, Kai hanya mengangguk sambil tetap
melahap rotinya. Jiyoung ragu Kai mencerna pertanyaannya atau tidak.
“Jongin?
Kau ada kelas pagi ini?” Jiyoung mengulangi pertanyaannya.
“Ya...” kata Kai dengan suaranya
yang serak.
“Segera habiskan sarapanmu dan
mandi.”
Kai keluar dari kamar mandi dan
mendapati pakaian di ranjangnya, sepertinya Jiyoung yang menyiapkannya. Kai
melihatnya sesaat, kemudian tanpa pikir panjang segera memakainya.
“Jongin, kau sudah selesai?”
teriak Jiyoung dari luar. Kai membuka pintu dan membiarkan Jiyoung masuk.
“Aku juga ada kelas pagi hari
ini.” Kai bisa melihat Jiyoung berpakaian rapi. “Kita bisa berangkat bersama
kan?”
“Eh? Hmm, bisakah kau minta
tolong pada Sehun? Aku harus menjemput...” Kai tidak meneruskan kalimatnya.
“Ah ya, kalian selalu berangkat
bersama. Baiklah, aku akan berangkat bersama Sehun.” Jawab Jiyoung ceria.
“Aku akan mengantarmu sampai
halte dekat rumah, kau tidak ingin aku dibunuh Ibuku karena membiarkanmu
berangkat sendiri kan?” Kai mendahului, Jiyoung hanya menurut saja.
Jiyoung pikir Kai akan segera
meninggalkannya begitu mereka sampai halte, nyatanya Kai menunggu hingga Sehun
datang. Sialnya Sehun terlalu lama pagi itu, membuat Kai uring-uringan sendiri.
Jiyoung melihat Sehun datang bersama motornya, Jiyoung lega setidaknya Kai akan
berhenti uring-uringan tapi Kai justru malah mengumpat keras.
“Kenapa bawa motor?” tanya Kai
keras pada Sehun.
“Memangnya kenapa? Aku bahkan
tidak ada kelas pagi hari ini, kau itu minta tolong, minta tolong!” Sehun memberi penekanan di dua kata terakhir.
“Dimana mobilmu?” tanya Kai
lagi.
“Di rumah sakit. Semalam aku
pulang bersama Suho hyung.” Sehun menjawabnya malas, “Kau, kenapa diam saja?
Cepat naik!” meskipun Sehun membentaknya, tapi Jiyoung tidak merasa keberatan
apalagi takut. Begitulah Sehun.
“Kau juga, dia itu istrimu.
Jangan seterusnya melempar tanggung jawabmu padaku, aku ini pemuda yang sibuk!”
kata Sehun dengan penuh percaya diri.
BAK!
“Berhenti bicara dan berangkat
saja!” Jiyoung memukul kepala Sehun keras. Sehund an Jiyoung segera berpamitan
untuk berangkat sedang Kai segera menjemput Krystal.
***
“Kangji!!! Disini!” teriak Sulli
begitu melihat Jiyoung memasuki area kantin, Jiyoung juga bisa melihat Suzy dan
Sehun disana.
“Kau baik-baik saja kan?” tanya
Suzy khawatir.
“Tidak ada yang perlu kalian
khawatirkan.” Jawab Jiyoung seraya tersenyum.
“Hei! Kai menyuruhku mengantarmu
pulang nanti!” kata Sehun kesal, Jiyoung memutar bola matanya. Bukankah Sehun
memang sering mengantarnya pulang? Kenapa dia terlihat begitu kesal?
“Biasanya juga seperti itu kan,
kenapa kau kesal sekali mengantarku pulang?” protes Jiyoung.
“Aku mengantar istri orang! Yang
benar saja!” Sehun menjambak rambutnya sendiri.
“Dari pada nyonya Kim, Jiyoung
memang lebih pantas dipanggil nyonya Oh!” celetuk Suzy seraya menyeruput
minumannya.
“Lagipula kau tau keadaannya
kan, sebagai sahabat kau juga harus membantu Jiyoung!” Sulli menatap Sehun
tajam.
“Eh, tapi aku dengar Krystal
tidak masuk hari ini.” Suzy berbisik mengubah topik, seketika membuat kening
Jiyoung berkerut.
“Haruskah aku menemuinya?” tanya
Jiyoung pada ketiga sahabatnya.
***
Jiyoung makan malam bersama
keluarga barunya tanpa Kai. Entah sudah berapa kali Jiyoung mencoba
menghubunginya, tapi Kai tidak pernah menjawab teleponnya.
“Mungkin Jongin sedang
mengerjakan tugas, kami benar-benar banyak tugas akhir-akhir ini.” kata Jiyoung
ketika mertuanya bertanya. Jiyoung segera kembali ke kamar setelah makan malam.
“Sehun! Apa Kai bersamamu?”
tanya Jiyoung begitu Sehun mengangkat teleponnya.
“Tidak, aku bersama Tao hyung
sekarang. Kenapa? Suamimu itu belum pulang?”
“Ya...” jawab Jiyoung.
“Tunggu saja, dia pasti pulang.
Selamat malam nyonya Kim, aku sangat sibuk! Kkk!” Sehun terkikik dan sebelum
Jiyoung mengatainya Sehun sudah memutus telepon mereka.
Pintu kamar terbuka dan membuat
Jiyoung langsung terjaga dari tidurnya.
“Jongin-ah, kau sudah pulang?
Apa kau ingin mandi? Biar aku siapkan air hangat untukmu.” Jiyoung bangkit dari
tempat tidurnya.
“Tidak perlu, tidur saja.” Jawab
Kai seperti biasa.
“Kau dan Krystal tidak ke kampus
hari ini? Apa Krystal baik-baik saja?”
“Kenapa kau mengkhawatirkannya?”
Kai menatap Jiyoung tajam.
“Aku merasa bersalah padanya.”
Kata Jiyoung dengan kepala tertunduk. Tidak ada jawaban dari Kai. “Sampaikan
maafku padanya.”
***
“APA? KALIAN AKAN PINDAH KE
APARTEMEN?” Sehun, Sulli dan Suzy berteriak mendengar penjelasan Jiyoung.
Jiyoung mengacak rambutnya sendiri frustasi.
“Pelankan suara kalian!
Bagaimana jika ada yang dengar?”
“Lagipula sudah banyak yang tau
kau istri Kai. Ya, beberapa dari mereka ingin melihat momentmu dengan Kai, ada
yang bilang mereka bosan melihat kau terus menempel padaku!” Sehun berkata
dengan membenarkan jaketnya. Jiyoung melempar sumpit yang dia pegang dan tepat
mengenai kening Sehun.
“Bantu aku pindah nanti, dan
kalian harus menginap di apartemen baruku!” kata Jiyoung kemudian melahap
ramyeon yang sudah dia pesan sebelumnya.
“Banyak sekali barang kalian.”
Seru Suzy.
“Kau tau bagaimana orangtuaku
kan?” jawab Jiyoung.
“Tapi untung saja selesai
sebelum larut. Kai, kau baik-baik saja?” tanya Suzy melihat Kai mandi keringat.
“Aku baik-baik saja. Sebaiknya
kita masuk dan memakan sesuatu.” Kai memberi ide.
Sehun menjadi orang yang paling
lahap memakan pizza, Sulli berkali-kali menyumpahinya tapi tidak dipedulikan
oleh Sehun.
“Sehun, kau tidur disini malam
ini!” kata Jiyoung tiba-tiba. Kai yang dari tadi menyibukkan diri dengan
memakan pizzanya mengalihkan pandangan pada Jiyoung.
“Tidak mau, aku sudah bilang
dari tadi aku tidak mau.” Elak Sehun. “Sulli dan Suzy juga tidak tidur disini,
untuk apa aku disini?”
“Jadi kau tidak mau?” tanya
Jiyoung seakan tak percaya.
“Kami harus segera pulang. Ayo bawa
barang kalian. Kai kami pamit!” Sehun menyeret Sulli dan Suzy paksa. Sulli dan
Suzy juga berpamitan, dan seketika suasana menjadi canggung lagi.
“Bersihkan besok pagi saja, kau
pasti lelah!” perintah Kai ketika Jiyoung hendak membersihkan meja makan. Jiyoung
diam dan segera pergi ke kamar.
“Jongin-ah bangun, kau ada kelas
pagi kan!” pagi itu Jiyoung sudah membangunkan Kai dengan suaranya yang
nyaring.
“Heh?” Kai belum membuka kedua
matanya.
“Jongin bangun! Aku sudah
meyiapkan air mandimu, cepat kalau tidak kau terlambat!” Jiyoung menarik Kai
agaar dia terbangun. Mau tidak mau Kai segera bangun, Jiyoung memberinya handuk
dan Kai pergi ke kamar mandi dengan keadaan setengah sadar.
Lagi-lagi sudah ada pakaian di
ranjang, Jiyoung menyiapkan baju Kai lagi. Tidak bisa Kai pungkiri, Jiyoung
memiliki selera yang bagus.
“Jongin, sarapan sudah siap!”
Jiyoung mengajak Kai sarapan. Rasanya aneh sarapan berdua dengan orang yang
memiliki hubungan seperti itu. Kai heran bagaimana bisa Jiyoung selalu ceria
seperti itu. Kai jadi berpikir, Jiyoung dan Chanyeol memang cocok karena mereka
memiliki kepribadian yang mirip. Kai tertawa kecut begitu meyadari dia baru
saja memikirkan Jiyoung dan Chanyeol.
“Aku tidak tau ternyata kau bisa
masak.” Kata kai memecah keheningan.
“Aku yakin tidak seenak masakan
ibumu. Tapi makananku layak makan kan?” Jiyoung tersenyum dengan ceria. Kai
hanya tertawa.
“Kau ada kelas pagi juga kan,
aku akan mengan...”
“Aku tau, aku sudah meminta
Sehun menjemputku. Baik-baik dengan Krystal!” Jiyoung selesai dengan sarapannya
dan pergi ke dapur untuk membersihkan piringnya. Sebenarnya Kai berniat
mengajak Jiyoung berangkat bersama pagi itu.
***
“O, Suho oppa!” sapa Jiyoung
ketika berpapasan dengan Suho di perpustakaan pusat.
“Kang Jiyoung. Apa kabar?”
sapanya balik, Jiyoung bisa merasakan Suho tidak seramah dulu sekarang.
“Baik, kau sendirian saja? Atau
bersama yang lain?”
“Sendiri. Bagaimana hubunganmu
dengan Kai? Tidak kusangka kau bisa melakukan itu setelah apa yang terjadi
padamu dulu.” Kata Suho ringan tapi terasa dingin.
“Eh? Apa maksudmu?” Jiyoung
sedikit gugup jika seseorang bertanyatentang hubungannya dengan Kai.
“Kau tau bagaimana rasanya jadi
Krystal. Aku pikir gadis baik sepertimu akan menolak perjodohan itu, tapi
ternyata aku salah.” Suho tersenyum miring, membuat Jiyoung merasa bersalah.
“Oppa, tapi bukan seperti
itu...”
“Jiyoung, aku harus pergi.
Sampai jumpa!” Suho melambai seraya tersenyum, Jiyoung terpaku di tempatnya
memikirkan semua perkataan Suho.
“Hei nyonya Kim! Kau sudah
menemukan yang kau cari?” suara Sehun membuyarkan lamunannya.
“Sebaiknya aku beli saja,
terlalu repot mencari di perpustakaan sebesar ini.” Jiyoung menarik Sehun untuk
keluar darisana.
“Kau bisa bertanya pada petugas,
kenapa bodoh sekali?” Sehun menjambak rambut Jiyoung yang terurai.
“Cerewet!”
Setelah menemukan buku yang
dicari di toko buku, Sehun dan jiyoung memutuskan untuk pergi ke cafe hanya
untuk mengobrol dan minum kopi. Sehun tidak berhenti bicara bahwa dia dan Sehun
tidak boleh sering bersama sekarang mengingat Jiyoung sudah menjadi istri sah
Kai.
“Bagaimana jika ada gosip,
‘Sehun merebut istri sahabatnya sendiri’? Kau dan Kai sam-sama berIQ rendah,
makanya kalian tidak pernah memikirkan reputasiku. Kau tau kan aku ini selalu
mendapat beasiswa sejak sekolah dasar? Kalian berdua mau merusak nama baikku?”
kata Sehun berapi-api.
Plak!
“Karena kau mengataiku dan Kai
berIQ rendah!”
Plak!
“Karena kau selalu mendapat
beasiswa sejak sekolah dasar!”
Plak!
“Karena kau terlalu percaya
diri!” Jiyoung memukul kening Sehun tiga kali. Sehun hanya memegang keningnya
sambil menahan sakit. Seburuk apapun perkataan Sehun, Jiyoung tidak pernah
membencinya. Seperti itulah sikap Sehun padanya, Jiyoung menyukai itu.
“Aku yakin kau tidak pernah
memukul Chanyeol hyung dulu.” Kata Sehun.
“Kau ingin kena pukul lagi tuan
Oh?” kata Jiyoung penuh ancaman. Sehun hanya meringis, kemudian ada dua orang
yang baru masuk cafe dan berhasil mengalihkan perhatian Jiyoung.
“Kau belum bertemu dengannya
setelah pernikahan kan?” tanya Sehun dan Jiyoung mengangguk.
“Aku tidak tau harus berkata apa
jika bertemu dengannya.” Jiyoung menatap Kai dan Krystal yang sedang
bergandengan itu.
“Kai, Krystal! Disini!” Sehun
memanggil seraya melambai, Jiyoung tersenyum ramah pada Krystal. Tapi ekspresi
datar dan dingin Krystal membuatnya perlahan menghilangkan senyumnya.
“Kalian sudah lama disini?”
tanya Kai.
“Tigapuluh menit yang lalu.
Krystal! Lama tidak melihatmu.” Sehun mengacak rambut Krystal seakan itu sudah
biasa dia lakukan.
Selanjutnya, Jiyoung hanya diam
sambil sesekali menendang kaki Sehun berharap Sehun segera mengajaknya pergi
darisana. Kai dan Sehun berbincang seperti biasa, Krystal yang dulu memang
tidak banyak bicara sore itu hanya menjawab pertanyaan Sehun seadanya. Ketika
semuanya tertawa karena lelucon Sehun, Krystal langsung menghentikan tawanya
ketika matanya dan Jiyoung bertatapan.
Aku tau, tidak akan ada yang bisa menggantikan Krystal di hati Jongin. Kata
Jiyoung dalam hati.
“Aku harus segera pulang, aku
ada tugas untuk membuat naskah.” Kata Jiyoung tiba-tiba.
“Baiklah kalau kalian akan
pulang dulu.” Kata Sehun menatap Jiyoung, Kai dan Krystal bergantian. Kemudian
Sehun menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
“Kau pulang bersama kami?” Kai
menatap Jiyoung, “Tidak masalah kalau begi...”
“Tidak!” kata Krystal begitu dingin. Jiyoung tidak menyangka perubahan krystal
akan seperti ini.
“Ya, aku akan pulang bersama
Sehun. Sehun-ah ayo!” Jiyoung mengambil tasnya dan segera menarik Sehun.
Meninggalkan Kai dan Krystal yang seakan membeku disana.
Jiyoung berusaha sekuat tenaga
agar tidak menangis, Jiyoung tidak tau sejak kapan dia merasa suka pada Kai.
Yang jelas, menyadari kenyataan Kai milik Krystal membuat hatinya pedih.
Mobil Sehun berhenti tepat di
depan apartemen Jiyoung dan Kai. Sehun membukakan pintu untuk Jiyoung.
“Sejak kapan?” tanya Sehun,
“Sejak kapan kau menyadari kau menyukainya?” Sehun berkata begitu lembut.
Jiyoung benci itu, dia tidak bisa berbohong pada Sehun.
***
Sekarang Kai sudah terbiasa dengan
Jiyoung yang selalu membangunkannya setiap pagi, sarapan dengan masakan
Jiyoung, mendengar semua perkataan Jiyoung yang selalu terdengar ceria. Kai
benar-benar heran, bagaimana bisa Jiyoung begitu ceria di situasi seperti ini.
“Kau tidak perlu menungguku
datang setiap malam. Aku akan merasa lebih baik jika kau tidur lebih dulu.”
Kata Kai ketika Jiyoung sibuk mempelajari naskah di ruang keluarga.
“Aku hanya ingin menjalankan
tugas dengan baik.” Jawab Jiyoung singkat.
“Jing, jangan terlalu baik
padaku.” Kata Kai dalam, “Aku takut tidak bisa membalasnya.”
“Jangan berpikiran seperti itu.
Aku sangat berterimakasih padamu karena menyetujui perjodohan ini, berkatmu
keadaan appa semakin membaik. Kau tidak perlu membalas apapun.” Jelas Jiyoung
dengan senyum tulusnya. Kai hanya mengangguk kemudian sibuk dengan ponselnya.
“Jing, kau tidak ingin ikut?
Chanyeol hyung masuk rumah sakit lagi.” Kai memberitahu, dengan cepat Jiyoung
langsung mengganti pakaiannya.
Jiyoung membuka pintu dan
mendapati Chanyeol terbaring lemah, bahkan sekarang Chanyeol terlihat lebih
kurus ketika dia menghadiri pernikahannya.
“Kalian datang?” Kyungsoo
berkata dengan suara serak.
“Sebenarnya dia sakit apa?”
tanya Jiyoung pelan. Kyungsoo hanya menggeleng, Jiyoung tidak perlu tau sebenarnya
Chanyeol sakit apa. Tapi satu, Jiyoung tau sakitnya parah. Perlahan Jiyoung
berjalan mendekat ke Chanyeol.
“Ehm...” Chanyeol membuka
matanya, seulas senyum lemah dia berikan untuk Jiyoung yang berdiri di
sampingnya.
“Kenapa kau sangat kurus?” tanya
Jiyoung dengan nada yang dia buat ceria. Chanyeol membuang nafas kemudian
tertawa kecil.
“Aku juga harus tanya seperti
itu padamu. Kenapa kau sangat kurus?” Jiyoung tersenyum, Kai memerhatikan dua
orang yang sedang mengobrol dengan hangat. Sepintas terpikir di benak Kai, apa
mungkin Jiyoung masih mencintai Chanyeol.
Kai dan Jiyoung di rumah sakit
hingga larut malam, sampai Kai mengingatkan bahwa mereka harus pulang. Jiyoung
berpamitan pada Chanyeol, berjanji akan mengunjunginya lagi jika dia punya
waktu.
“Apa kau tidak kesal dengan
Chanyeol hyung?” tanya Kai ketika mereka sampai di apartemen.
“Tentu saja! Tapi bagaimanapun
dia orang yang sangat berarti bagiku.” Jelasnya tanpa benar-benar ingin
menjelaskan.
“Kau benar-benar sulit
dimengerti. Bagaimana bisa kau sebaik itu.” Kai menghempaskan tubuhnya di sofa.
Tak lama kemudian ponselnya berdering, dengan cepat Kai menjawabnya.
“Jing, aku harus pergi!” dengan
cepat Kai kembali memakai jaketnya. Tidak menunggu jawaban dari Jiyoung.
“Jongin kau mau kemana?” teriak
Jiyoung.
“Aku tidak tau kapan aku pulang,
pastikan kau mengunci pintu. Jika ada apa-apa kau hubungi Sehun!” jawab Kai
sangat cepat. Masih banyak pertanyaan di otak Jiyoung tapi Kai sudah pergi.
Meski Kai tidak memberitahu kemana dia akan pergi, tapi hati Jiyoung seakan
tau. Siapa lagi yang bisa merebut semua perhatian dan waktu Kai jika itu bukan
Krystal?
“Kang Jiyoung kau sudah gila! Kau perusak hubungan mereka disini!”
kata Jiyoung mengeluh pada dirinya sendiri.
***
“Apa kau tidak tau? Krystal
mencoba bunuh diri semalam!” seru Sulli ketika mereka sedang bersama.
“Kau tidak sedang bercanda kan?”
Jiyoung mengerutkan keningnya.
“Tentu saja tidak, Kai belum
pulang hingga pagi kan? Aku dengar Krystal benar-benar frustasi dan ingin
hubungan mereka kembali seperti dulu.” Jelas Sulli.
“Lalu apa yang harus aku
lakukan?” tanya Jiyoung bodoh, Sulli menatapnya iba.
“Tidak ada yang perlu kau
lakukan. Aku tau kau melakukan ini untuk orangtuamu. Kau harus kuat Jiyoung.”
Sulli memeluknya seakan bisa merasakan sakit yang dirasakan Jiyoung.
Sulli mengantarnya pulang malam
itu, meskipun sudah jam 7 malam tapi tidak ada tanda-tanda Kai pulang. Jiyoung
mencoba menghubungi Kai, tapi tidak ada jawaban. Jiyoung merasa bodoh karena
berharap Kai segera pulang.
Aku orang ketiga diantara mereka. Meskipun aku istri sah Kai, tapi aku
tidak punya hak melarang mereka. Jiyoung sadarlah!
***
Jiyoung pasti sudah gila,
sekarang sudah hampir tengah malam tapi dia masih terjaga hanya untuk menunggu
Kai. Jiyoung tidak punya alasan kuat untuk terus menunggunya selain rasa
sukanya yang semakin hari semakin bertambah pada Kai. Tapi Jiyoung juga sadar,
hanya Krystal yang ada di hati Kai.
Jiyoung mengambil ponselnya dan
menekan angka 1, mencoba untuk kesekian kalinya menghubungi Kai. Dan masih
sama, Kai tidak menjawabnya. Tidak bisakah Kai memberinya kabar? Meskipun hanya
sekedar mengingatkannya untuk mengunci pintu, Jiyoung akan sangat senang jika
Kai menghubunginya.
Sebuah ide terlintas di benak
Jiyoung, Jiyoung segera mengganti pakaiannya dan memakai mantel. Jiyoung keluar
dan segera mencari taxi, mengingat orang tuanya tidak mengijinkan Jiyoung
membawa mobil.
Taxi berhenti di depan rumah
yang terlihat sangat sepi. Ya, Krystal tinggal sendiri selama ini karena
orangtuanya tinggal di luar negeri. Ini pertama kalinya Jiyoung mengunjungi
rumah Krystal. Beberapa kali Jiyoung memencet bel tapi tidak ada jawaban, tapi
Jiyoung masih belum beranjak dari sana. Malam itu sangat dingin, lebih dingin
dari biasanya.
“Kang Jiyoung, apa yang kau
lakukan disini?” Suho keluar dari mobilnya dan mendapati Jiyoung berdiri di
depan pagar rumah Krystal.
“Oppa, kau ingin bertemu
Krystal? Tapi sepertinya tidak ada orang.” Kata Jiyoung cepat.
“Kau pasti kedinginan, cepat
masuk ke dalam mobil! Aku akan mengantarmu pulang.” Suho menarik Jiyoung agar
masuk ke dalam mobil. Di perjalanan Jiyoung hanya menjawab pertanyaan Suho
seperlunya.
“Oppa, apa kau tau dimana Kai?”
tanya Jiyoung ketika Suho mulai melajukan mobilnya.
“Kau ke rumah Krystal untuk
mencari Kai? apa dia tidak memberitahumu apa yang sedang terjadi sekarang?”
entah mengapa Jiyoung merasa Suho tidak seramah biasanya, seakan ada amarah di
setiap kalimatnya.
“Kenapa? Krystal baik-baik saja
kan?” tanya Jiyoung ragu, Suho membuang nafas berat. Suho segera memutar balik
laju mobilnya. Melajukannya dengan kencang dan berhenti di tempat parkir rumah
sakit.
“Aku akan memberitahumu apa yang
terjadi sebenarnya. Kau harus tau ini karena kau juga terlibat di dalamnya!”
Jiyoung berjalan mengikuti Suho melewati beberapa koridor. Jiyoung tidak berani
bersuara sampai Suho berhenti dan membuka pintu kamar. Jiyoung amsuk dan
melongok untuk melihat apa yang ada di dalam. Jung Krystal terbaring lemah
dengan mata terpejam dan Kai duduk di samping ranjang dengan menggenggam erat
tangan Krystal.
“Hyung?” Chanyeol yang ternyata
juga ada disana menyadari keberadaan Suho. “Sendirian?—eh Jiyoung!” Chanyeol
terlihat sangat kaget melihat Jiyoung berjalan di belakang Suho.
“Ini sudah malam, kenapa kau
tidak kembali ke kamarmu?” tanya Suho pada Chanyeol, namun Chanyeol fokus
kepada Jiyoung yang berdiri di belakang Kai sekarang. memandang Krystal dengan
perasaan campur aduk.
Kai terbangun mendengar beberapa
suara, dan tersentak melihat Jiyoung ada disana. Kai mengucek matanya
meyakinkan diri jika matanya tidak salah.
“Bagaimana kau disini?” tanya
Kai dengan suara serak,, dia terlihat sangat lelah.
“Aku mencarimu....” jawab
Jiyoung dengan suara bergetar.
“Aku menemukannya di depan rumah
Krystal dan membawanya kesini karena dia bilang dia mencarimu.” Kata Suho
menjelaskan. Kai menatap Jiyoung tajam.
“Dan kau tau jam berapa sekarang
Kang Jiyoung?” tanya Kai tegas. Jiyoung hanya menunduk.
“Aku hanya khawatir karena kau
tidak menerima teleponku, dan tak ada kabar darimu.” Suara Jiyoung masih gemetar.
“Bisakah berhenti
mengkhawatirkanku? Bersikaplah seperti dulu, apa aku selalu memberimu kabar
tentang semua yang aku lakukan?” Kai terlihat kesal, mungkin mood yang buruk
membuat emosinya mudah naik. Dan sialnya Jiyoung yang menjadi tempat melampiaskan
amarahnya.
“Tidak perlu berteriak begitu
dia pasti dengar!” tegur Chanyeol tak kalah tegas, Kai hanya tersenyum kecut.
“Cih, kenapa kalian tidak
kemhali menjadi pasangan saja. Dan bilang pada orantuamu bahwa dia yang ingin
kau nikahi, bukan aku!” Kai menunjuk Chanyeol yang duduk di kursi roda tak jauh
darinya.
“Kim Jongin!” sentak Jiyoung
kesal.
“Ayolah Jing, ada apa denganmu?!
Apa kau tidak melihat Krystal sekarang? Dia hampir mati jika Suho hyung
terlambat satu detik saja untuk menemukan Krystal sekarat di kamarnya. Aku tidak
perlu memberitahumu apa alasan Krystal untuk mengakhiri hidupnya!” Kai bicara
begitu keras membuat Jiyoung meneteskan airmatanya. Jiyoung benar-benar sedih,
bagaimanapun dia juga butuh Kai. Bukan hanya Krystal yang mencintaimu, tapi
Jiyoung juga. Kenapa Kai tidak bisa mengerti perasaan Jiyoung?
“Jangan bertengkar disini,
kalian bisa mengganggu Krystal!” seru Suho pada keduanya. Kai mengacak
rambutnya kesal.
“Kita pergi dari sini, Jiyoung!
tidak ada gunanya mengkhawatirkan seseorang yang bahkan sama sekali tidak ada
keinginan memikirkanmu!” Chanyeol mengajak Jiyoung untuk keluar. Dengan langkah
pelan Jiyoung mendorong kursi roda Chanyeol dan mengantar ke kamarnya.
Chanyeol duduk di ranjangnya,
memerhatikan Jiyoung yang duduk di sofa sambil mennagis tanpa suara, seandainya
saja dia tidak melakukan kesalahan di masa lalu mungkin dia bisa bahagia
bersama Jiyoung saat ini. Seandainya saja tidak ada perjodohan itu.
“Perlu aku telepon Sehun? Biar dia
mengantarmu dan setidaknya dia yang bisa membuatmu nyaman.” Chanyeol
menawarkan. Itulah Chanyeol, dia sangat mengerti Jiyoung dengan baik, Chanyeol
tau Sehun yang bisa menghiburnya.
“Tidak perlu, kau tidurlah. Aku akan
tidur disini dan pulang besok pagi.” Jawab Jiyoung tanpa melihat Chanyeol.
To Be Continue
Author's Note: maaf untuk keterlambatan update. Mau UAS lagi banyak tugas. Semoga tetep setia sama fic ini. Jangan lupa komen ya! I hate silent reader! Hope you like it!!!
ah kai nyebelin banget deh ya.. udah deh jiyoung lebih bahagia jadi nyonya Oh emang, daripada jadi nyonya Kim yang jstru setiap hari makan ati. Yah, cuma sekedar pemikiran pembaca, hihihi. akhirnya gimana..asal jiyoung bahagia mah ngikut ngikut aja. hehe.. sama thor, ane juga mau uas nih, dan aku selalu bolak balik blog ini hampir tiap hari nungguin update. eh akhirnya update juga.. bahagia deh.. keren author nim, nice story. it's a little bit sad in this chap, but it's okay as long as it'll have an happy ending. :) update soon okay? i'll wait for the next chap. next chap in this fic, also in brother angel.. see ya.. :D fighting!!
BalasHapusAku baru nemu blognya, yaampun suka bangetttttt. Kaijing sama jinghun:3 ngebut baca destiny dari part 1-3, asli keren banget. Feelnya dapat, jadi kesal sama kai disini. Complicated hubungannya. Ditunggu updatenya ya;;) semoga kai akhirnya nyadar deh sama perasaan jiyoung. Update soon, okay? Fighting
BalasHapusAduh..jadi deg degan kai sma jiyoung nikah...ayolah kai jangan terlalu cuek sma jiyoung.open your heart for kkangji...segera lupakan krystal..aku suka jalan ceritanya..smoga krystal mati aja(lol!!)piss...hehe..pokoknya kaijing harus bersatu...titik gak pake koma (maksa!!!)..jangan lupa baca dan comment di blogku ya..hehe
BalasHapusIsh, walau mereka udah nikah tapi entah kenapa malah kasian banget sama Jiyoung. Benci banget sama kelakuan Jongin disini! Udah punya bini malah ngurusin cewek lain. Gue kira Krystal perannya bakal adem ayem aja, gak taunya bikin gue kesel juga. Cepetan putus deh. Walau Jongin cuek bgt sama Jiyoung tapi gue tau kok di dalem hati kecinya sebenarnya dia sayang sama Jiyoung :P
BalasHapus