Destiny
Cast: Kang Jiyoung, Kim Jongin, Jung Krystal, Oh Sehun, EXO member, Choi Sulli, Bae Suzy, Jung Eunji.
Pairing: Kai/Jiyoung, Kai/Krystal, Sehun/Jiyoung, Chanyeol/Jiyoung
Genre: romance, hurt, sad
Lenght: series
Author: YRP
Jantungnya
berdegup kencang, tidak pernah Jiyoung merasa semarah dan setakut ini. Seorang
penyidik yang duduk di depannya sedang sibuk dengan laptop yang ada di
depannya. Setiap suara keyboard yang terdengar ketika dia mengetik sesuatu
membuat jantungnya berdegup makin cepat. Dadanya sesak, matanya panas, Jiyoung
tidak bersalah, semua harus tau itu.
“Jadi Kang Jiyoung.....” Jiyoung
hanya mendengar sayup-sayup penyidik menyebutkan identitasnya, Jiyoung hanya
mengangguk tidak berani mengeluarkan suara.
“Jadi benar Anda melakukan
penyerangan kepada saudara Suho?” sorot mata penyidik itu seakan menusuk hati
Jiyoung. Jiyoung mengangguk. Kai dan Sehun duduk tak begitu jauh dari tempat
Jiyoung. Keduanya menajamkan pendengaran mereka.
“Tapi, aku rasa itu bukan
penyerangan. Aku melakukan pembelaan.” Kata Jiyoung dengan suara bergetar.
“Menurut laporan yang
disampaikan oleh Nona Jung Soojung, Anda melakukan penyerangan kepada saudara
Suho dan Nona Jung Soojung.” Jelas penyidik. Apa? Bahkan Jiyoung tidak
menyentuh Krystal sama sekali.
“Tidak bukan seperti itu!” kata
Jiyoung sedikit berteriak, “Aku ada disana ketika mereka bertengkar. Aku
mencoba membantu Krystal, dan ketika Suho hendak menyerangku, aku memukulnya
dengan tongkat baseball. Aku melakukan pembelaan, aku melindungi diriku
sendiri, dan Krystal.” jelas Jiyoung seraya menangis.
“Kami anggap itu sebagai
pembelaan Anda Nona Kang Jiyoung. Kita harus menunggu Nona Jung Soojung atau
Krystal keluar dari rumah sakit dan memberikan kesaksiannya.” Kata penyidik itu
tenang. Jiyoung tidak sanggup menahan airmatanya. Jiyoung beranjak dari posisi
duduknya, hendak berjalan menuju Kai dan Sehun yang menatapnya khawatir. Namun
seorang polisi menahannya.
“Anda harus tinggal disini
terlebih dahulu Nona Kang. Anda belum bisa pulang, kami sedang menyelidiki
beberapa berkas Anda.” Jelasnya. Jiyoung terlihat begitu kaget, tangisnya
semakin hebat.
“Kau harus tenang, semuanya akan
baik-baik saja. Kami akan mencari bantuan.” Sehun memegang tangannya, mencoba
memberi harapan pada Jiyoung.
“Aku harus tinggal disini...”
Jiyoung berkata disela tangisnya, siapapun tidak akan tega melihatnya seperti
itu.
“Tenang, semua akan baik-baik
saja. Tidak akan lama, aku akan segera kembali sesegera mungkin.” Kata Sehun
lagi. Polisi itu meminta Jiyoung untuk mengikutinya, perlahan Sehun melepas
tangan Jiyoung.
“Jing!” seru Kai, mata mereka
bertemu, “Aku percaya padamu!” Jiyoung tersenyum dalam tangisnya. Jiyoung bisa
membaca sorot mata Kai, Kai tidak bisa berbohong padanya. Jiyoung tau, Kai
mempercayainya.
***
Jiyoung berjalan di sekolah SMAnya, begitu sepi dan damai. Jiyoung
ingat terakhir kali dia disana ketika hari kelulusan, suasana begitu ramai saat
itu.
Kakinya
terus membawanya sampai di taman sekolah, rumput hijau dan beberapa tanaman
bunga dan bangku yang selalu membuatnya rindu akan sekolahnya. Tempat dimana
dia biasa menghabiskan waktu bersama Chanyeol dan teman-temannya. Meskipun
kesenangan itu tidak bertahan lama, tapi Jiyoung bersyukur sempat merasakannya.
“Jiyoung!”
Jiyoung menoleh dan mendapati Chanyeol tersenyum padanya, senyum yang begitu
teduh. Tidak ada tawa konyol yang biasa Chanyeol berikan untuknya. Jiyoung
berlari dan memeluknya.
“Oppa!”
kata Jiyoung dan memeluknya begitu erat, menghirup aroma Chanyeol dalam-dalam.
Sudah tiga tahun yang lalu, ketika Jiyoung terakhir memeluk mantan kekasihnya
itu.
“Kau
ingat aku masih punya hutang padamu. Aku berjanji untuk makan siang bersamu,
tapi sampai aku pergi aku tidak bisa memenuhinya.” Chanyeol membawa Jiyoung
untuk duduk di bawah pohon yang teduh, mengeluarkan beberapa kotak makan dengan
semua makanan kesukaan Jiyoung. Jiyoung berseru senang, Chanyeol tau apa yang
dia suka.
“Kau
harus kuat! Aku tau kau adalah Kang Jiyoung, Kang Jiyoung yang kuat. Semua akan
baik-baik saja.” Kalimat Chanyeol begitu meneduhkan, perlahan Jiyoung menunduk
dan mulai menangis.
“Sesuatu
yang buruk terjadi sekarang, apa yang harus aku lakukan?” Jiyoung terisak,
Chanyeol hanya tersenyum iba.
“Semua
itu akan membawamu pada kebahagiaan. Aku yakin kau sanggup menjalani semuanya.
Kau harus kuat Kang Jiyoung.” pandangan Jiyoung perlahan memudar, sebuah cahaya
menyilaukan matanya, taman sekolah sudah hilang sekarang karena cahaya itu.
“Uh!” Jiyoung terbangun dari
tidurnya, Jiyoung tertidur ketika menunggu Sehun dan Kai datang. Jiyoung merasa
kedinginan, dia kembali meyandarkan kepalanya di tembok dan memeluk kakinya.
Beberapa orang dalam sel melihatnya, tapi Jiyoung tidak peduli dan memilih
terus menunduk. Jiyoung tidak tau sudah beraja jam dia berada di sel sementara
ini, yang pasti tubuhnya sudah begitu lelah. Jiyoung lelah seakan tidak mampu
untuk sekedar membuka matanya.
“Nona Kang Jiyoung, Anda harus
kembali melakukan penyidikan.” Seorang penjaga membangunkannya, Jiyoung merasa
tubuhnya tidak sanggup untuk berdiri. Sekuat tenaga Jiyoung membawa tubuhnya
sendiri.
Jiyoung bisa melihat Krystal dan
Suho ada disana dengan beberapa perban di wajah mereka. Dan yang membuat
Jiyoung makin kaget adalah adanya ayah Kai yang sedang berdiri seraya
menatapnya sekarang. Jiyoung terlalu takut menyadari ayah mertuanya ada disana.
Tapi ayah Kai menghampirinya dan segera memeluknya. Pelukan seorang ayah...
“Appa, percayalah padaku. Aku
tidak bersalah...” kata Jiyoung dalam pelukan ayah Kai, ayah Kai menepuk
punggung Jiyoung pelan.
“Jangan menangis, appa percaya
padamu.” katanya begitu meneduhkan, Jiyoung mengeratkan pelukannya. Sekilas
Krystal melihat itu, membuat Krystal iri.
“Jangan beritahu orangtuaku...”
pinta Jiyoung dan ayah Kai mengiyakan.
Penyidik memberi Krystal dan
Suho beberapa pertanyaan, Jiyoung ada disana dan bisa mendengarnya. Krystal
memberi sebuah kesaksian palsu, mendengar penjelasan Krystal membuat Jiyoung
makin menangis. Hatinya begitu sakit, dia tidak percaya semua ini akan terjadi.
“Aku melihatnya memukul Suho
dengan tongkat baseball dan kemudian melempar sebuah vas padaku.” Kata Krystal.
“Bohong, bukan seperti itu!
Krystal! Katakan yang sejujurnya! Aku melakukan itu karena Suho memukulku,
bukan aku yang memukulmu! Krystal! Katakan yang sesungguhnya!” Jiyoung
berteriak, ayah Kai mencoba untuk menenangkannya.
“Tapi Anda tidak punya bukti
Nona Kang. Apa ada saksi lain selain Nona Jung?” penyidik bertanya, Jiyoung
hanya menggeleng. Tidak ada yang bisa membantunya. “Oh, Jung Eunji! Apa yang
membawamu kesini?” tanya penyidik melihat Eunji datang.
“Aku pengacara Kang Jiyoung.
Bisa aku dengar apa yang sudah kau dapat dari penyelidikanmu?” tanya Eunji. Kai
dan Sehun datang bersama Eunji, Jiyoung membuang nafas lega.
“Kau baik-baik saja?” tanya
Sehun menghampirinya, Jiyoung mengangguk.
“Kenapa kalian begitu lama?”
tanya Jiyoung, Sehun hanya diam dan menggenggam tangannya. Kami melakukan yang terbaik untukmu Jing. Kami tau kau tidak bersalah.
“Menurut pengakuan Kang Jiyoung,
dia melakukan pembelaan karena keselamatan dirinya terancam. Kita semua pasti
tau ada alasan pembenar. Kang Jiyoung
tidak bisa dihukum bahkan jika Suho meninggal.” Jelas Eunji. “Bagaimana jika Tuan
Kim Junmyeon dan Nona Jung Soojung memberi sebuah kesaksian palsu?”
“Kami butuh saksi dari pihak
Kang Jiyoung. Tapi Nona Kang Jiyoung tidak punya itu.”
“Nona Jung Soojung berasal dari
keluarga berada. Aku yakin ada camera yang ditaruh di rumahnya.” Kata Eunji
membuat Krystal dan Suho saling lirik. “Benar kan Nona Jung Soojung, ada cctv
di rumah Anda.”
“Aku tidak pernah menyalakannya
ketika siang hari!” kata Krystal cepat.
“Tentu kau tidak keberatan jika kami
melihatnya. Hanya memastikan kau tidak membuat sebuah cerita karangan lagi.”
Eunji berkata begitu dingin.
“Secara tidak langsung kau
menuduh kami berbohong Eunji!” Suho sedikit teriak pada Eunji, Suho tidak tau
sejak kapan Eunji menjadi seorang pengacara.
“Aku hanya melakukan tugas untuk
klienku Tuan Kim.” Eunji tersenyum pada Suho, begitu elegan hingga Suho tidak
bisa berkata apa-apa. “Baiklah, kita akan tau semua hasilnya hanya dengan
melihat dari cctv. Aku menunggu hasilnya!” kata Eunji mengakhiri.
Jiyoung merasa tubuhnya begitu
lemas, jika ayah Kai tidak memeluknya saat ini, Jiyoung yakin dia pasti sudah
jatuh.
“Jing kau baik-baik saja?”
terdengar sayup-sayup suara Kai di telinga Jiyoung. Jiyoung ingin menjawabnya,
tapi kepalanya begitu pusing membuatnya tidak sanggup bicara.
“Jiyoung!”
“Jing!!!”
***
“Aku tidak percaya kau melakukan
semua ini.” suara berat Kai berkata dengan begitu dinginnya.
“Maaf, tapi kau yang membuatku
seperti ini.” Krystal menjawabnya, terdengar nada menyesal dalam kalimatnya.
“Sejak kapan? Sejak kapan kau
bersama Suho hyung?”
“Aku tidak akan menjawabnya!”
sontak Krystal, Kai memegang pergelangan tangan Krystal erat. “Kai, ini sakit!”
“Aku benar-benar kecewa padamu.
Kau juga mencoba untuk mencelakakan Jiyoung.”
“Kau menyukainya! Aku tau kau
menyukainya Kim Jongin! Aku tau itu sejak kalian tinggal bersama. Kau
menyukainya!” teriak Krystal, Krystal mencoba melepaskan pegangan kuat Kai.
“Ya, kau benar!” kata Kai sinis,
“Kau sendiri yang membuatmu dan Suho terlibat dalam masalah. Aku yakin, kalian
tidak akan selamat dari hukuman itu.” Kai melepas tangan Krystal keras. Krystal
menangis seraya memegang pergelangan tangannya yang sakit.
“Bodoh! Kau bodoh Kim Jongin!”
teriak Krystal pada Kai yang berjalan menjauh.
***
“Kau sudah bangun?” kata Sulli
setengah berbisik, Jiyoung membuka matanya dan mendapati Sulli tersenyum
padanya.
“Kau sudah merasa baikan?”
Jiyoung mendengar suara Suzy, Jiyoung mencoba untuk tersenyum.
“Kau harus makan, buka mulutmu!”
Sulli menyuapinya. Jiyoung bisa melihat Sehun sedang tidur di sofa rumah sakit
dalam kamar Jiyoung dirawat, tapi Jiyoung masih mencari seseorang lagi.
“Kai pamit pergi tadi, katanya
dia akan segera datang. Aku benar-benar bingung kau nyonya Kim atau nyonya Oh.”
Kata Sulli seakan mengerti apa yang Jiyoung cari.
“Mereka berdua begitu khawatir
padamu. Mereka tidak tidur sampai kami datang pagi tadi.” Jelas Suzy.
Sehun terbangun tak lama setelah
itu, menyadari keadaan Jiyoung masih terlalu lemah Sehun, Sulli dan Suzy
memilih untuk membiarkan Jiyoung istirahat. Meskipun pada akhirnya mereka semua
berbincang karena Jiyoung tidak ingin di tinggal.
“Jiyoung.” pintu terbuka
bersamaan dengan Kai dan Eunji yang datang. Hari sudah sore saat itu, Eunji
berjalan mendekatinya.
“Bebas dari segala tuduhan!”
kata Eunji seraya mengangkat sebuah map di tangannya. Jiyoung menangis,
menangis bahagia karena berita itu. Jiyoung memeluk Eunji untuk pertama
kalinya. Semuanya begitu senang dengan kabar itu, tidak ada yang menyangka
semuanya selesai lebih cepat dari yang mereka perkirakan.
“Eonni, aku minta maaf. Gomawo!”
kata Jiyoung. Eunji melepas pelukan mereka, dia tersenyum.
“Aku yang harus minta maaf
padamu. Di masa lalu, aku benar-benar membuatmu sakit dan marah.” Jelas Eunji.
Jiyoung hanya menunduk dan mengiyakan. Jiyoung sudah memaafkan Eunji, Jiyoung
sudah melupakan semuanya.
“Bagaimana dengan Krystal dan
Suho oppa?” tanya Jiyoung.
“Mereka dihukum, tidak seberat
yang aku inginkan.” Kata Kai dingin, Kai terlihat menahan marah.
“Atau bahkan mereka tidak
menjalani hukuman mereka. Kau lupa siapa Suho, Kim Jongin?” tanya Eunji, lebih
pada mengingatkan.
“Latar belakang keluarganya
sangat kuat.” Sambung Sehun. “Yang terpenting kau ada disini Jiyoung! Dan kau
baik-baik saja.” Kata Sehun tersenyum pada Jiyoung.
***
“Hei kau ingin makan sesuatu?”
tanya Sehun yang muncul dari balik pintu kamarnya, Jiyoung hanya tersenyum
kemudian menggeleng. Jiyoung sudah bisa pulang dari rumah sakit, dan disinilah
dia sekarang, berbaring di ranjangnya seraya mendengar Kai dan Sehun yang
terdengar sedikit ribut di luar.
“Bukan begitu caranya!” seru
Sehun.
“Apa apa? Kau bisa
melakukannya?” Kai berkata tidak kalah sewot.
“Kau benar-benar buruk di
dapur.” Kata Sehun kemudian mengambil alih pekerjaan Kai. Jiyuong bisa mendengarnya
dari kamar.
“Kita pesan sesuatu saja!” Kai
menyerah dan segera memesan makanan. Sehun tidak melanjutkan aksi masaknya.
“He Kai, aku pulang saja. Jika
terjadi sesuatu segera telepon aku.” Sehun memakai jaketnya, kemudian masuk ke
kamar Jiyoung untuk berpamitan.
“Hei nyonya Kim, aku pulang dulu
ya.” katanya dengan senyum konyol.
“Tidur disini saja.” Kata
Jiyoung memohon, Sehun memberinya sebuah ekspresi ngeri.
“Demi nama baikku, aku tidak
ingin dibilang mengganggu suami-istri. Bagaimana jika banyak orang yang tau?
Namaku sudah cukup jelek karena kalian berdua!” kata Sehun, melirik tajam pada
Kai yang berdiri di sebelahnya.
“Kau jangan melebih-lebihkan.”
Protes Kai.
“Kau tau, banyak yanag menyebut
Jiyoung nyonya Oh karena Jiyoung lebih sering terlihat denganku. Dan yah
mungkin karena aku mungkin lebih cocok dengan Jiyoung.” Sehun berkata sambil
membanggakan diri sendiri, seakan dia manusia paling berharga di dunia ini.
“Kau menjijikkan!” Kai memukul
kepala Sehun pelan.
“Hahaha, bye Jiyoung! Kalian
berdua baik-baik ya! Kau juga Kim Jongin, perhatikan istrimu!” Sehun melakukan
high five dengan Kai.
Kai mencari sesuatu di laci,
mencari dengan teliti dan berusaha untuk tidak membuat suara karena Jiyoung
sedang tidur. Mungkin sudah ketiga kalinya Kai mengobrak-abrik isi laci, tapi
Kai tidak juga menemukan yang dia cari.
“Kau mencari sesuatu?” tanya
Jiyoung dengan suara serak. Kai tersenyum canggung.
“Eh, aku mencari. Ehm..” Kai
menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
“Apa? Mungkin aku bisa
membantu.”
“Cincin. Beberapa hari yang lalu
aku memberikannya padamu. Aku pikir kau menyimpannya disini.” Kai menunjuk
laci, Jiyoung hanya tersenyum kemudian bangkit. Membuka lemari mereka dan
mengambil sesuatu disana.
“Aku menyimpannya.” Jiyoung menyerahkan
cincin itu pada Kai yang menunduk.
“Mianhae, Jing.” Kai menatap
mata Jiyoung begitu dalam. Jiyoung bisa melihat ketulusan di matanya. Kai tidak
bisa berbohong pada Jiyoung, tapi kenapa Jiyoung merasa Kai membalas
perasaannya?
“Tidak ada yang perlu
dimaafkan.” Jiyoung tersenyum, “Kau tidak tidur? Ini sudah malam.” Jiyoung
mengeryit memerhatikan Kai yang seakan membeku disana.
“Ah ya. Tentu saja.” Kai segera
merebahkan diri di samping Jiyoung, menatap langit-langit yang kini terasa di
depannya. Jiyoung memilih untuk memunggungi Kai. “Jing?”
“Ya?”
“Aku benar-benar minta maaf.”
Kai masih menatap langit-langit kamarnya.
“Sudah aku maafkan.” Jawab
Jiyoung singkat.
“Aku harap kita bisa benar-benar
menjadi pasangan.” Jiyoung sedikit tersentak mendengar kalimat Kai. Jantungnya
terasa seperti meledak ketika mendengarnya, Jiyoung senang. Jiyoung tidak
menjawab pernyataan Kai, Jiyoung pura-pura tidur ketika Kai melihatnya
memastikan apa Jiyoung tidur atau tidak.
“Hitam bangun!” Kai langsung
merasa pusing melihat Sehun membangunkannya pagi itu. Bukan Jiyoung yang
membangunkannya dengan lembut kemudian memberi senyum cerianya. Dia, Oh Sehun,
yang mengaku sahabat terbaik Kai dan Jiyoung, menciprati wajah Kai dengan air.
Begitu Kai membuka matanya, Sehun menutup wajah Kai dengan bantal.
“Hmmppp uhuk! Huk! Hemmpp!” Kai
tidak bisa bernafas dan mencoba untuk memukul Sehun yang terbahak.
“Aku rasa sudah cukup, kau sudah
punya kekuatan untuk bangun.” Sehun melempar bantal itu asal. Kai butuh waktu
untuk mengatur nafasnya dan nyawanya yang masih melayang.
“Untuk apa kau disini
pagi-pagi!?!?” teriak Kai.
“Aku mengantar Jiyoung ke
kampus.” Jawabnya singkat seraya melihat foto pernikahan Kai dan Jiyoung yang
dipajang di dinding.
“Aku bisa mengantarnya, kau pergi
saja. Mulai hari ini aku akan mengantar Jiyoung.” kata Kai seraya berjalan
menuju kamar mandi.
“Woooaah! Kau sudah sadar
sekarang kalau istrimu cantik?” goda Sehun yang hanya mendapat cibiran dari
Kai.
Pagi itu Kai memaksa untuk
mengantar Jiyoung pergi ke kampus, Sehun semena-mena meminta agar Kai juga
mengantarnya dengan mobilnya. Meskipun awalnya menolak, tapi akhirnya Kai
mengiyakan.
“Mobilku sudah menghabiskan
banyak bensin untuk mengantar istrimu, mulai sekarang kau juga harus
mengantarku.” Kata Sehun dengan tawanya. Jika bukan karena Jiyoung, mungkin Kai
sudah mencekik Sehun dan menggantungnya di almari pakaian.
***
Malam itu terasa dingin, Jiyoung
menyibukkan diri dengan melihat album foto semasa dia SMA. Jiyoung tidak sadar
begitu banyak fotonya berdua dengan Chanyeol. Dan juga fotonya bersama Sulli,
Suzy dan Sehun. Jiyoung tersenyum mengingat semua kenangannya ketika masih
sekolah. Kai yang penasaran ikut bergabung dengan Jiyoung.
“Disini Chanyeol hyung sudah
terlihat kurus.” Kai memerhatikan foto kelulusannya bersama Chanyeol. Jiyoung
ikut menelitinya, dia ingat waktu itu Jiyoung selalu menghindar setiap kali ada
Chanyeol.
“Bahkan sampai sekarang aku
tidak tau dia sakit apa.” Kata Jiyoung lirih kemudian membalik halaman album,
Kai menatapnya tak percaya.
“Kau benar-benar tidak tau?”
Jiyoung mengangguk.
“Kalau begitu ceritakan!”
perintah Jiyoung.
“Harus darimana aku cerita.
Ehm...” Kai terlihat berpikir, “Yang pasti jantung Chanyeol hyung sangat lemah.
Sebenanrnya Chanyeol hyung akan operasi sebelum dia meninggal, dokter ingin
memberi jantung elektrik padanya. Tapi malam sebelumnya kita bertengkar, dan
setelah itu dia hampir tidak tidur karena mengkhawatirkanmu. Keadaannya drop
setelah itu, dan kau tau apa yang terjadi. Seperti itu singkat cerita.”
Kai bercerita begitu garing dan
begitu cepat. Seharusnya itu bisa menjadi kisah yang mengharukan, tapi Kai
bicara seakan itu hanyalah sebuah film. Jiyoung hanya menggelengkan kepalanya.
“Aku tidak pernah tau kau
seburuk itu dalam hal bercerita.” Kata Jiyoung, kemudian kembali konsentrasi
pada albumnya.
“Kau pasti sangat merasa
kehilangan.” Balas kai, lagi-lagi Jiyoung hanya tersenyum. Kai bisa melihat
luka dimatanya.
“Aku menganggapnya seperti
kakakku sendiri.” Jiyoung beralih pada ponselnya yang bergetar.
“Hei Kang Jiyoung! Aku tidak mau
tau kau dan suamimu harus menyusul kami ke pulau Jeju!” Sulli berteriak dari
seberang sana. Jiyoung menjauhkan ponselnya dari telinga, Kai segera merebut
ponsel itu.
“Jangan berteriak pada istriku!”
kata Kai, terdengar tawa dari seberang.
“Hei Kai! Cepat kau kesini!
Jangan lupa bujuk Sehun, buat dia melupakan bukunya untuk sementara!” sahut
Jongdae darisana, terdengar begitu riuh dan ramai. Sulli, Suzy dan yang lainnya
tengah berlibur di pulau Jeju. Sebenarnya Kai dan Jiyoung sudah di ajak
berangkat bersama, tapi karena Kai ada urusan dengan ayahnya Kai dan Jiyoung
jadi menunda keberangkatan. Sedangkan Sehun, anak pintar itu masih menyibukkan
diri dengan beberapa kegiatan.
“Kami akan segera disana.” Jawab
Kai seraya menatap Jiyoung di sebelahnya. “Jiyoung sudah tidak sabar.”
“Baiklah, kalian tidak perlu
khawatir. Kami tidak akan mengganggu jika kalian ingin punya waktu berdua.”
Yang tadi itu Baekhyun, bicara seenaknya seperti biasa.
“Kami menunggu kalian!” Sulli
memutus teleponnya. Kai menatap Jiyoung, Jiyoung balas menatapnya.
“Ayo siap-siap. Sebaiknya kita
segera menyiapkan, dan besok pagi-pagi buta kita ke rumah Sehun!” Kai menarik
tangan Jiyoung untuk ke kamar.
Kai mengambil dua koper besar,
sedang Jiyoung sedang memilih baju Kai di lemari. Kai tiduran di ranjang
sementara Jiyoung masih melakukan tugasnya. Beberapa kali Jiyoung bertanya apa
Kai ingin memakai baju yang dia inginkan, tapi Kai hanya bilang terserah
Jiyoung saja.
Ketika Jiyoung mulai menata dan
menaruh pada koper, Kai membantunya. Rasanya seperti mimpi, Jiyoung merasa
sangat senang. Ya, akhirnya Jiyoung bisa merasakan sesuatu seperti ini. Jiyoung
yakin pasti Krystal begitu bahagia di masa lalu, ketika Kai memberikan seluruh
perhatian untuknya. Krystal benar-benar beruntung, tapi dia tidak bisa menjaga
apa yang sudah Kai beri.
“Sudah selesai, sebaiknya kita
istirsahat sekarang.” Kai menaruh koper di depan almari.
“Kapan kita akan berangkat?
Lusa?” tanya Jiyoung seraya menyisir rambutnya.
“Besok. Kita jemput Sehun lalu
langsung berangkat.” Kai memerhatikan setiap gerak-gerik Jiyoung.
“Kau belum membeli tiket pesawat
Kim Jongin!”
“Bisa tolong kau buka laci itu?”
Kai menunjuk laci, Jiyoung membukanya dan mendapati tiga tiket kapal.
“Kita naik kapal?” seru Jiyoung,
Kai mengangguk. Jiyoung tersenyum bahagia, mungkin ini akan menjadi perjalanan
yang paling menyenangkan. “Gomawo, Kim Jongin.”
“Kau senang?” tanya Kai seraya
terus memerhatikan Jiyoung yang berjalan dan duduk di ranjang mereka. Jiyoung
mengangguk.
“Aku tidak tau apa yang kau
suka, aku bahkan bingung apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu senang.
Setiap kali melihatmu dengan Sehun, sepertinya hanya Sehun yang bisa membuatmu
senang.” Kai tersenyum di sela kalimatnya, sebuah senyum yang dia beri untuk
menyembunyikan rasa sakitnya.
“Dia benar-benar bisa mengertiku
dengan baik.” Jiyoung seakan meyetujui pernyataan Kai.
“Kau menyukainya?” Kai
mengerutkan keningnya.
“Tentu saja. Kami mulai dekat
saat aku putus dengan Chanyeol oppa. Diantara semua temanmu, Sehun yang bisa
membuatku nyaman.” Kai merasa sedikit kesal, tapi memang tidak bisa dipungkiri.
“Aku ingin kau selalu bilang
padaku, apapun yang kau suka dan yang kau inginkan, bicaralah padaku. Aku juga
ingin seperti Sehun, aku bisa seperti Sehun.” Kai berkata dengan nada sedikit
kesal, kecewa dan berharap. “Bagaimanapun juga aku suamimu, aku ingin semua
orang memanggilmu nyonya Kim, bukan nyonya Oh lagi. Aku ingin semua orang tau,
kita benar-benar pasangan. Dan aku ingin kau tau, aku mencintaimu Jing.”
“Jadi sekarang kau sudah
benar-benar yakin dan akan menganggapku sebagai istrimu?”
“Tentu saja. Aku tau aku salah
selama ini, aku terlalu banyak menyakitimu. Tapi aku mohon, biarkan aku
melakukan yang terbaik untukmu.” Kai menatap Jiyoung begitu dalam.
Jiyoung membalas tatapannya,
tersenyum dengan begitu manisnya. Kai menyesal selalu membuat wajah itu sedih
selama ini, Kai benar-benar bodoh karena tidak segera menyadari ada cinta untuk
Jiyoung di hatinya. Perlahan Kai menarik Jiyoung dalam pelukannya, sebuah hal
yang tidak bisa dia lakukan selama ini. Kai memeluknya begitu erat, dia tidak
ingin melepas Jiyoung lagi.
Kai melepas pelukannya dan
menarik dagu Jiyoung. Menciumnya dengan begitu lembut. Ini berbeda, ciuman
Jiyoung berbeda dari orang yang pernah menjadi bagiannya. Jiyoung membalas
ciumannya dengan manis, membuat Kai tidak ingin melepasnya.
“Saranghae...” kata Kai lirih di
telinga Jiyoung, Jiyoung kembali memeluknya, Jiyoung tidak mau kehilangan Kai.
Kai miliknya sekarang, bukan sekedar status, tapi hati Kai sudah menjadi
miliknya sekarang.
***
“Hoi selamat pagi! Mimpi indah
Oh Sehun?” Kai menaruh beberapa es batu di dalam kaos Sehun. Berhasil membuat
Sehun menggeliat karena dinginnya. Balas dendam!
“Bagaimana kau bisa masuk? Kau
ingin merampokku?” Sehun mengeluarkan es dari dalam kaosnya dan menatap murka
ke arah Kai.
“Cepat bangun dan siap-siap,
kita tidak punya banyak waktu.” Sehun menoleh dengan cepat mendengar suara
Jiyoung. “Mohon ijin mengemasi barangmu tuan Oh!” Jiyoung membuka lemari Sehun
dan memperlihatkan tatanan baju Sehun yang rapi.
“Apa yang kalian berdua lakukan!
Hoh! Kenapa omma membiarkan kalian masuk????” Sehun mengacak rambutnya kesal.
“Dimana kopermu?” Kai membuka
lemari Sehun yang lainnya, Sehun memilih
diam dan memerhatikan Jiyoung dan Kai yang sibuk memasukkan baju dan yang lain
ke dalam koper Sehun.
“Aku sudah bilang aku tidak akan
berangkat.” Kata Sehun tenang.
“Tapi semuanya sudah menunggu
kita, kita tidak boleh mengecewakan mereka.” sahut Jiyoung.
“Kau tidak berniat berangkat
tanpa mandi terlebih dahulu kan?” Kai menyeret Sehun ke kamar mandi,
menyuruhnya mandi secepat kilat. Setelah semuanya siap, mereka bertiga segera
pergi menuju pelabuhan.
***
Cuaca sedang tidak baik pagi
itu, akibatnya kapal mereka di tunda hingga beberapa jam. Jiyoung sudah tidak
bisa menghitung lagi sudah berapa kali Kai mengumpat dan marah tidak jelas.
Sedang Sehun lebih menikmati waktu itu dengan mengabadikan beberapa foto dengan
camera kecil milik Kai.
“Hei kalian berdua, lihat ke
camera!” seru Sehun, Kai hanya meliriknya sambil terus menendang-nendang
kopernya pelan.
“Ayo.” Jiyoung melingkarkan
tangannya pada lengan Kai yang duduk di sebelahnya.
“Sehun memang hobby fotoin kita
ya, dari jaman SMA dulu.” Kata Kai seraya melihat ke camera.
“Kau ingat aku pernah memfoto
kalian waktu lulusan? Hebat, otakmu tidak seburuk dulu kalau begitu.” Serang
Sehun, Kai jadi salah tingkah karena ketahuan dia masih ingat kejadian itu,
Jiyoung tersenyum penuh arti.
Kejadian selanjutnya Sehun
memilih untuk berkeliling dan mengambil foto, Kai terus saja menggumamkan
kekesalannya dan Jiyoung sibuk untuk menenangkannya. Kai sudah lelah menendang
kopernya, kemudian beralih untuk mengetuk-ngetukkan tangannya di kursi,
memainkan cincin pernikahannya, menyuruh Jiyoung untuk mengurai kemudian
mengikat lagi rambutnya. Kai benar-benar bosan!
“Sabar sedikit lagi...” kata
Jiyoung ketika Kai terus saja mengomel.
“Ini sudah jam dua siang Jing.
Aku sudah kering menunggu.” Balasnya.
“Kim Kai, aku punya berita
panas, kau mau dengar?” Sehun kembali dengan menendang kaki Kai.
“Jika itu lelucon garingmu aku
tidak mau dengar!”
“Kau akan menyesal jika tidak
mendengarnya. Kalau begitu aku cerita pada Jiyoung saja.” Sehun duduk di
sebelah Jiyoung dan membisikkan sesuatu, Kai mulai penasaran.
“Apa? Kalian membicarakanku?”
tuduh Kai. Jiyoung hanya mengangguk penuh arti.
“Mantan pacarmu itu akan segera
menikah.” Kata Sehun, tidak perlu berpikir lama untuk tahu itu Krystal. Kai
hanya tersenyum kecut, tidak peduli.
“Orangtua Suho hyung benar-benar
hebat. Mereka bisa bebas seperti itu. ckckck!” Sehun terus bicara tentang
Krystal dan seketika Kai pura-pura tuli. Sampai terdengar pengumuman bahwa
mereka akan segera berangkat ke pulau Jeju, Kai jadi orang pertama yang menarik
Jiyuong dan Sehun agar segera bersiap.
“Sudah, ini waktunya liburan!”
kata Kai tersenyum. Sehun dan Jiyoung segera mengikuti.
Begitu banyak penumpang yang
akan naik kapal, Kai melingkarkan lengannya di pundak Jiyoung takut istrinya itu
akan hilang. Sehun tidak ada henti-hentinya meledek Kai, tapi Kai tidak ambil
pusing.
“Aku tidak tau akan seramai
ini.” kata Jiyoung melihat banyaknya orang.
“Ini pengalaman pertamamu naik
kapal kan?” seru Sehun, Jiyoung mengangguk.
Jiyoung tidak bisa menggambarkan
rasa bahagianya saat ini. Dia berlibur bersama suami dan sahabatnya, bahkan
Jiyoung lebih senang lagi ketika ingat sahabatnya yang lain sudah menunggu di
pulau Jeju.
Ketika sore, Kai mengajak
Jiyoung untuk melihat matahari terbenam di bagian depan kapal. Cahaya orange
dan sapaan angin yang menyentuh kulit Jiyoung membuatnya berdesir. Kai tidak
ada keinginan untuk melepas tangan Jiyoung, Kai selalu berpikir dia tidak akan
bisa membalas kebaikan Jiyoung. Kai sadar sekarang, Jiyoung begitu berarti
untuknya.
Sehun datang dengan camera di
tangannya, merekam Kai dan Jiyoung yang sedang menikmati cahaya orange itu.
Jiyoung berlari ke arah Sehun dan mengambil alih camera itu, merekam Sehun yang
langsung berpose seperti model dan Kai terbahak melihatnya.
“Hei Kang Jiyoung, baik-baik
dengan Kim Jongin ya!” kata Sehun pada camera sambil merangkul Kai sedang Kai
memukulnya sambil tertawa.
“Eh, rambutku tetap keren kan
meskipun anginnya sangat kencang?” tanya Sehun dengan lagak bodoh. Kemudian
Jiyoung beralih untuk merekam laut lepas, cahaya orange yang memantul di air
laut yang biru. Jiyoung tidak akan pernah melupakan hari itu.
“Terima kasih.” Kata Kai pada
Sehun.
“Untuk apa?” Sehun memandangnya
penuh tanda tanya.
“Kau menjaga Jiyoung selama ini.
Terimakasih karena sudah menjaganya, aku tau kau sangat berarti baginya.” Jelas
Kai, Sehun hanya tersenyum.
“Kau adalah sahabat terbaikku,
begitu juga dengan Jiyoung.” Sehun berkata tanpa mengalihkan pandangan dari
laut lepas.
Hari sudah gelap, Jiyoung terus
saja meminta agar mereka ke bagian paling atas kapal. Tapi Sehun dan Kai tidak
sependapat dengannya karena di luar dingin.
“Disana dingin Jing, kau bisa
sakit.” Kata Kai berulang kali karena Jiyoung tidak juga menyerah.
“Lagipula apa yang kau cari?
Sebaiknya kau tidur, akan aku bangunkan jika kita sampai.” Kata Sehun enteng.
Meskipun Kai dan Sehun bicara sampai berbusa, Jiyoung tetap saja meminta pada
mereka agar ke bagian paling atas kapal. Sampai akhirnya Kai menyerah dan
bersedia mengantarnya ke luar. Sedang Sehun memilih di dalam, sibuk
melihat-lihat hasil jepretannya di camera Kai.
Kai dan Jiyoung memakai jaket
tebal. Udara dingin langsung menyapa ketika mereka keluar, Jiyoung bergidik dan
Kai memerhatikannya, tatapannya seakan berkata ‘Apa aku bilang?’
Jiyoung
berdiri di bagian paling tepi, memegang pagar besi yang dingin, melihat laut
yang terlihat tidak tenang. Kai berdiri di sebelahnya, heran dengan cuaca hari
itu bagaimana bisa begitu dingin.
“Kalau sudah puas langsung
kembali ya!” Kai memperingatkan Jiyoung, Jiyoung mengangguk.
“Mungkin karena kita di laut,
jadi sangat dingin.” Kata Jiyoung tiba-tiba, Kai meliriknya kemudian
merangkulnya. Mereka tidak berbicara setelah itu, sibuk dengan pikiran
masing-masing.
“Jongin-ah, apa kau merasa
kapalnya melambat?” tanya Jiyoung.
“Mungkin perasaanmu saja.” Jawab
Kai tanpa benar-benar ingin memikirkannya. Jiyoung memeluk Kai erat, entah
kenapa Jiyoung merasa gelisah saat ini.
Awalnya Kai berpikir Jiyoung
hanya main-main dengan perkataannya, tapi sekarang Kai merasakannya, kapal ini
semakin melambat atau bahkan sekarang sudah berhenti. Kai menoleh kesekeliling,
tidak ada orang disana. Hanya dia dan Jiyoung.
“Kau bawa ponselmu? Suruh Sehun
kemari!” kata Kai, Jiyoung merogoh saku jaketnya.
“Aku rasa aku meninggalkannya di
tas.” Jawab Jiyoung, Kai mulai mencari ponselnya sampai akhirnya dia ingat
ponselnya dibawa Jiyoung sejak berangkat tadi. Kai mencoba berpikir positif,
digenggamnya tangan Jiyoung.
***
Praaang!
Sebuah
gelas terjatuh berhasil mencuri perhatian Sehun. Orang bodoh macam apa yang
menjatuhkan gelas itu, batin Sehun. Sehun terus melihat foto-foto di camera,
sampai Sehun sadar makin banyak gelas atau piring berjatuhan. Restoran pun
menjadi sedikit gaduh, Sehun merasa kesal karena ketenangannya diganggu. Tapi
kemudian Sehun sadar, gelas yang ada di depannya juga miring, siap untuk jatuh.
“Kapal ini miring! Kapal ini miring!” seorang pria berteriak
kencang, sedetik kemudian mulai terdengar jeritan panik. Sehun bangkit dari
duduknya dan kemudian sadar dia tidak bisa berjalan dengan sempurna karena
tubuhnya miring. Otaknya mulai mengerti apa yang sedang terjadi sekarang,
dikalungkannya camera itu di lehernya dan Sehun mencari sesuatu untuk pegangan.
“Omma!!! Omma!!” seorang balita
menangis sejadi-jadinya, Sehun segera menarik tangannya dan menggendongnya.
Lalu perlahan keseimbangan mulai Sehun dapatkan, kapal sudah tidak semiring
tadi. Sehun membantu balita itu menemukan ibunya ditengah kepanikan.
“Itu ommaku! Hyung itu ommaku!”
jerit anak itu sambil menangis, Sehun segera menyerahkan anak itu kepada
ibunya. Ketika semua semakin panik, Sehun baru sadar dia harus segera menemukan
Jiyoung dan Kai. Tapi banyaknya orang yang saling dorong untuk menyelamatkan
diri membuat ini semakin sulit.
***
“Jongin-ah, apa yang terjadi?”
Jiyoung berpegangan erat ketika kapal miring, Kai segera mendekapnya dan
berpegang pada besi.
“Tenang... Kita harus tenang...”
kata Kai, mereka mulai bisa mendengar jeritan dari bawah. Mendengar suara
jeritan seperti itu membuat Kai dan Jiyoung makin panik, Jiyoung berpegangan
pada Kai erat.
“Jongin, apa kapal ini akan
tengelam?” tanya Jiyoung, Kai berusaha untuk tenang dihadapan Jiyoung.
“Tidak! Semua akan baik-baik
saja!” jawab Kai. Beberapa orang sudah mulai keluar dan naik, menuju tempat Kai
dan Jiyoung sekarang. Kai segera memeluk Jiyoung, “Ingat Jing, apapun yang
terjadi jangan lepaskan pelukanmu!” perintah Kai.
Kai membawa Jiyoung untuk pergi
darisana. Jiyoung memeluk erat tubuh Kai, beberapa kali Jiyoung akan terbawa
arus manusia itu tapi Kai berusaha untuk terus merangkulnya.
“Jangan lepas tanganku!” teriak
Kai ditengah teriakan yang lain. Jiyoung menangis, Jiyoung takut sekarang.
“Sekoci! Seharusnya ada cukup
sekoci!” teriak Kai, Kai mencoba mencari petugas yang seharusnya membagikan
pelampung dan mengarahkan penumpang untuk naik sekoci.
“Kita harus mencari pelampung
untukmu dan aku akan mencari Sehun di bawah!” Kai memberitahu Jiyoung. Kai
menarik Jiyoung untuk bebas dari arus manusia yang berdesakan. “Jing dengar,
pengangan pada pagar jangan pernah sekalipun pergi dari sini!” kata Kai
menyuruh Jiyoung untuk berpegangan pada pagar besi “Aku akan mengambil
pelampung untukmu!” Kai mengecup kening Jiyoung sekilas.
Kai segera masuk ke dalam lautan
manusia yang berebut mendapatkan pelampung. Apapun yang terjadi dirinya,
Jiyoung dan Sehun harus selamat. Kai tidak mau tau, dia harus segera menemukan
Sehun setelah ini.
“Hei berikan satu padaku! Aku
hanya minta satu!” Kai berteriak pada petugas yang membagikan pelampung.
“Utamakan wanita dan anak-anak!”
teriak petugas itu. Kai terdorong kesana kemari, Kai merasa kesal, harusnya
mereka bisa bersikap lebih baik. Semuanya ingin selamat!
“Aku minta satu untuk istriku! Beri
aku satu saja untuk istriku!” Kai berusaha menggapai pelampung itu, bayangan
Jiyoung terus ada di pikirannya. Kemudian ada seorang pemuda merebut paksa
pelampung dari petugas. Dengan cepat Kai menangkap bagian belakang kaosnya dan
memukulnya!
“Utamakan wanita dan anak-anak!”
teriak Kai marah.
“Aku tidak ingin mati! Aku masih
terlalu muda!” teriak pemuda itu membuat Kai makin marah. Kai merebut pelampung
dari tangannya, memukul wajahnya sekali lagi dan mencoba kembali ke Jiyoung.
Jiyoung terus memegang besi itu
dan berharap Kai segera kembali. Teriakan-teriakan dan suara tangis anak kecil
membuat jantung Jiyoung berdebar tak karuan. Jiyoung juga merasa kapal miring
lagi sekarang sehingga membuat lautan orang itu saling dorong. Bahkan banyak
yang terjatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan.
“Jing!” teriak Kai.
“Jongin-ah!” balas Jiyoung. Kai
menerobos kerumunan itu dan menggapai pagar besi. Jiyoung memeluknya, Jiyoung
ketakutan.
“Cepat pakai ini!” Kai
memakaikan pelampung pada Jiyoung.
“Mana punyamu? Kau harus memakai
pelampung juga.” Kata Jiyoung, Kai hanya tersenyum.
“Kau yang paling penting
sekarang.” Kai menengok ke bawah dan melihat beberapa sekoci sudah diturunkan.
“Kita turun, kau naik sekoci dan aku akan mencari Sehun.”
Kai merangkul Jiyoung dan
Jiyoung memeluk Kai. Kai membawa Jiyoung untuk turun ke dek bawah.
“Tenang, semuanya tenang! Kita
masih punya waktu!” kata seseorang mencoba menenangkan.
“Aku tau sekoci itu tidak
cukup!” seorang wanita berteriak, diikuti sahutan yang lainnya. Jiyoung makin
mengeratkan pelukannya, dia hanya perlu Kai dan Sehun disisinya sekarang. Kai
dan Jiyoung turun ke dek bawah, menunggu antrian untuk naik sekoci. Rambut Kai
sudah basah karena keringat sekarang.
“Aku butuh tiga wanita dan dua
anak-anak!” teriak petugas, beberapa orang berebut. Kai berteriak keras!
“Bawa istriku! Bawa istriku
terlebih dahulu! Dia sedang hamil!” teriak Kai. Jiyoung membelalakkan matanya
kaget, beberapa menoleh pada Jiyoung yang pucat.
“Ayo nona, naiklah terlebih
dahulu. Nanti suamimu akan menyusul.” Kata petugas itu mencoba meraih tangan
Jiyoung.
“Ayo Jing kau naik dulu!” Kai
membantu Jiyoung untuk mendekat ke petugas, tapi bahkan Jiyoung tidak mau
melepas pelukannya.
“Tidak, aku akan naik denganmu
dan Sehun.” Kata Jiyoung disela tangisnya.
“Iya, aku dan Sehun akan
menyusul nanti. Sekarang kau dulu!” Kai menatap Jiyoung, mencoba untuk
meyakinkan Jiyoung. Para petugas menarik tangan Jiyoung, Jiyoung menoleh pada
Kai yang tersenyum padanya. Jiyoung sudah berada di luar dan terbebas dari
kerumunan, sekoci yang sudah hampir penuh itu siap untuk diturunkan. Jiyoung
melihatnya ragu, dia menolah lagi pada Kai di dalam dan melihat Kai masih
tersenyum dan menatapnya.
“Jongin-ah! Cepat temukan Sehun!
Kalian berdua harus segera menemuiku!” teriak Jiyoung, Kai mengangguk. Kai
menahan airmatanya agar tidak jatuh, setelah melihat Jiyoung baik di sekoci.
Kai segera pergi untuk mencari Sehun.
Jiyoung sudah tidak bisa melihat
Kai, sekoci itu mulai turun ke bawah. Namun Jiyoung tidak mau pergi tanpa Kai
dan Sehun. Jiyoung meminta petugas untuk menghentikannya.
“Paman! Berikan tempatku untuk
wanita tua itu. Dia harus lebih dulu di selamatkan!” teriak Jiyoung, tanpa
menunggu aba-aba Jiyoung mencoba untuk kembali ke kapal.
“Nona!” teriak beberapa orang di
sekoci.
“Kalian tenang saja, aku
terlatih. Harusnya aku membantu evakuasi ini, aku akan membantu!” para petugas
membantu Jiyoung untuk kembali ke kapal.
“Kau benar-benar terlatih?”
tanya seseorang, “Aku dengar suamimu bilang kau hamil nona!” kata petugas.
“Aku akan naik sekoci terakhir,
aku akan disini.” Kata Jiyoung berbohong.
***
Di dalam tidak sepenuh di luar,
Kai memanggil-manggil Sehun berharap sahabatnya itu segera menjawabnya. Kapal
terasa semakin miring sekarang, sangat sulit untuk berjalan. Kai mengira kapal
ini sudah hampir tenggelam. Tapi Kai berjanji kepada dirinya sendiri tidak akan
kembali sebelum menemukan Sehun.
“Kai Kai!” Sehun berteriak di
antara kerumunan yang hendak naik ke dek atas. Kai bersyukur Sehun terlihat
baik-baik saja.
“Mana Jiyoung?” tanya Sehun
khawatir.
“Dia sudah naik sekoci. Dia akan
baik-baik saja.”
“Sebaiknya kita naik ke dek
paling atas, sudah sulit untuk menurunkan sekoci. Kapal ini sangat miring.”
Sehun mengajak Kai untuk segera pergi. Ketika mereka hendak menaiki tangga,
seseorang mendorong Kai dan membuatnya terjatuh. Dan tepat ketika itu
kemiringan kapal hampir empat pulah lima derajat dan membuat sebuah almari
roboh. Kai dengan cepat menghindarinya, tapi sayang kakinya terjepit.
“Aiiissh!” keluh Kai. Sehun
segera membantunya untuk menyingkirkan almari itu. Sekarang Kai tidak bisa
berjalan dengan baik karena kaki kanannya terluka. Sehun memapah Kai, air laut
sudah siap menyapa mereka. Sebagian kapal ini sudah tenggelam, Sehun melihatnya
ngeri.
Mereka sudah sampai bagian
paling atas kapal, ketika seseorang memanggil mereka.
“Jongin-ah! Sehun-ah!” Jiyoung
berteriak sambil bertahan pada pegangannya di pagar besi. Kai dan Sehun begitu
shock melihat Jiyoung tidak naik sekoci.
“Kenapa kau tidak naik sekoci?”
tanya Kai, Jiyoung hanya menggeleng.
“Kau terluka? Bagaimana ini bisa
terjadi?” Jiyoung terlihat khawatir, Kai memberinya pandangan bahwa dia
baik-baik saja.
“Hei jangan ambil!” teriak
Jiyoung ketika seorang pria paruh baya merebut pelampung yang ada di tangan
Jiyoung. Jiyoung berteriak dan terus menangis, sampai Kai memeluknya dan
menyuruhnya untuk diam. “Hanya tinggal satu pelampung yang aku punya.”
Sehun dan Kai saling lirik,
Jiyoung sudah memakai pelampung dan ada satu pelampung ditangan Jiyoung.
“Kau yang pakai!” kata Kai
tegas.
“Bodoh kau saja, kakimu sedang
terluka!” Sehun membalasnya tak kalah tegas.
“Kita tidak bisa terus disini,
kita bisa tenggelam bersama kapal. Kita harus ke laut dan berenang sejauh
mungkin dari jangkauan kapal ini. Atau jika beruntung kita mencari sekoci.”
Jelas Kai. Sehun menyuruh Kai untuk segera memakai pelampung.
“Aku tidak terluka, kau yang
pakai itu. Selama aku berpegangan pada kalian, aku akan baik-baik saja.” Jelas
Sehun. Jiyoung segera memakaikan pelampung itu pada Kai. “Aku rasa kita tidak
punya banyak waktu, ayo!”
Jiyoung berpegangan erat pada
Kai dan Sehun, mereka bisa melihat banyak orang yang sudah berada di laut.
Mereka berteriak minta tolong, kecripan air laut karena mereka terus bergerak
berusaha untuk mempertahankan hidup mereka.
“Pejamkan matamu!” kata Sehun
yang melihat Jiyoung ketakutan. Kapal perlahan semakin tenggelam, mereka
semakin dekat dengan air.
Kaki mereka sudah basah dan
merasakan dinginnya air laut, semua berjalan begitu cepat. Jiyoung merasa
dingin itu terus naik hingga lehernya, Jiyoung membuka matanya. Jiyoung panik
dan menendang-nendang kakinya yang ada di dalam air.
“Ahhh!” teriak Jiyoung sambil
terus menendang.
“Jing tenang! Jing!” Kai
menggapai tangan Jiyoung. Kai segera mendekat dan memeluknya, “Tenang..
Tenanglah!” kata Kai, Jiyoung menangis dan melingkarkan tangannya di leher Kai.
“Sehun!” teriak Kai mencari
Sehun yang tidak terlihat. Namun tak jauh darinya, Sehun menunjukkan kepalanya.
Rambutnya sudah basah dan matanya merah, Sehun berenang ke arah Kai dan
Jiyoung. Kai merasa luka di kakinya begitu perih terkena air, Kai mencoba
menahan itu dan meraih Sehun agar lebih dekat dengannya.
“Kita tidak bisa terus disini.
Kapal ini bisa menindih kita.” Kata Sehun, melihat kapal besar yang ada di
samping mereka. “Jiyoung Jiyoung dengarkan aku! Kita harus menepi dari sini,
kau bisa berenang kan? Ayun kakimu, jangan lepas peganganmu pada Kai. Aku tau
kaki Kai luka, dia tidak bisa bergerak cepat.” Jiyoung mengangguk, diraihnya tangan
Kai dan Jiyoung mulai mengayun kakinya. Di sebelah kanan Kai, Sehun juga
memegang tangan Kai.
“Tolong aku! Aku tidak bisa
berenang! Tolong!” seseorang tiba-tiba memeluk Jiyoung dari belakang. Jiyoung
tenggelam karena orang itu menjadikan Jiyoung seakan pelampungnya. Kai
mendorong orang itu, mencoba melepas pegangan orang itu.
“Lepaskan! Dia tenggelam
karenamu bodoh!” teriak Kai.
“Hei kau memakai pelampung! Kau
tidak akan tenggelam!” Sehun ikut berteriak, suara mereka bergetar karena
kedinginan. Kai terus mencoba mendorong orang itu, hingga Jiyoung tampil di
permukaan sambil terbatuk.
“Uhuk—uhuk!” Kai segera menarik
Jiyoung untuk menjauh dari orang itu, Jiyoung bisa saja kehilangan nyawa
karenanya.
Mereka terus berusaha untuk
bertahan hidup. Ketiganya sudah sangat pucat sekarang, rambut mereka sudah
basah, bibir mereka bergetar membuat gigi mereka bergeretakan karena dingin.
Ketiganya masih memegang tangan satu sama lain.
“Jangan pernah melepas
peganganmu!” Kai berkata pada Sehun dan Jiyoung. Jiyoung dan Kai tidak begitu
kesulitan karena mereka memakai pelampung, berbeda dengan Sehun yang terus
berusaha berada di permukaan dengan menendangkan kedua kakinya terus-menerus.
Suara teriakan sudah semakin
sepi sekarang, Sehun berusaha untuk terus memastikan Kai dan Jiyoung tidak
pingsan.
“Kai! Kai!” panggil Sehun, Kai
mengeratkan pegangannya pada Sehun menandakan dia baik-baik saja.
“Kang Jiyoung! Kang Jiyoung!”
panggil Sehun, Jiyoung terbatuk menandakan Jiyoung masih bisa bertahan. “Aku
rasa bantuan datang, aku bisa melihat cahaya darisana!” kata Sehun. Sebuah
harapan timbul di hati mereka.
Kai merasa Sehun mengendurkan
pegangan tangannya, dengan cepat Kai memegang tangan Sehun. Kai bisa melihat
Sehun tenggelam.
“Sehun! Sehun!” panggil Kai
seraya berusaha menarik tangan Sehun, Jiyoung membantu Kai dengan menarik
Sehun.
“uhuk! Uhuk!” Sehun bisa kembali
ke permukaan. Kejadian seperti itu terjadi beberapa kali, Kai tau Sehun sudah
tidak sanggup. Sehun sudah terlalu lelah. Kai menyesal kenapa dia tidak bisa
menemukan pelampung untuk Sehun.
“Sehun bertahanlah, bantuan
sudah dekat!” teriak Kai, Sehun tersenyum padanya seakan ingin mengatakan bahwa
dirinya baik-baik saja.
“Oh Sehun, sebentar lagi bantuan
datang. Mereka sudah semakin dekat.” Jiyoung menangis melihat wajah Sehun yang
tidak berwarna itu.
“Kalian harus selamat.” Sebuah
kalimat keluar dari bibirnya yang hampir membeku, “Kalian harus selamat...”
suara itu semakin lemah. Jiyoung bisa melihat Sehun mencoba untuk tersenyum,
senyumnya yang tulus. Jiyoung suka senyum itu, sebuah senyum yang begitu tulus.
“Kau juga, kita semua harus
selamat...” balas Jiyoung dengan suara bergetar. Tapi Sehun kembali tenggelam,
Sehun merasa kakinya sudah tidak bisa bergerak. Untung Kai dan Jiyoung
memegangnya dan berusaha membuatnya kembali ke permukaan.
“Sehun! Jawab aku! Oh Sehun!”
teriak Kai, matanya terasa panas. Airmatanya tumpah, Kai terus memanggil Sehun.
“Sehun! Jangan gila! Kapal bantuan sudah dekat.”
Sehun kembali terbatuk, melihat
kedua sahabatnya yang begitu khawatir padanya, Sehun merasa senang sekaligus
sedih. Seharusnya Sehun bisa bertahan bersama mereka, tapi Sehun merasa
tubuhnya sudah tidak kuat. Sehun mencoba mengambil sesuatu di lehernya, yang
seharian ini terus dia bawa. Sehun melepas camera Kai dari lehernya dan
memakaikannya di leher Jiyoung.
“Kalian harus bahagia...” suara
Sehun begitu lemah. “Kalian pantas bahagia...” sambungnya tanpa menghilangkan
senyum dari wajahnya. Jiyoung menangis, terus menggenggam tangan Sehun yang
semakin lama semakin merengganggkan pegangannya pada Jiyoung.
Kai melepas pegangannya pada
Sehun, “Kau harus bertahan, sedikit lagi!” kemudian Kai berusaha melepas
pelampungnya, Kai masih bergelut melepas pelampungnya ketika Jiyoung berteriak.
“Jongin, Sehun! Sehun!” Jiyoung
berteriak. Sehun semakin tenggelam dan Jiyoung tidak bisa mempertahankannya. Kai
menenggelamkan dirinya, berusaha meraih Sehun yang dengan cepat jatuh ke dalam.
Kai membenci Sehun, membencinya karena dia tidak mau bertahan. Membencinya karena
sudah meninggalkannya dan juga istrinya. Sehun yang selama ini selalu menjadi
penengah mereka. Sehun yang selalu ada untuk Jiyoung ketika Kai menyakitinya. Sehun,
sahabat terbaiknya. Kenapa Sehun tidak mau bertahan sedikit lagi? Apa Sehun
tidak kasihan padanya dan Jiyoung.
“Kim Kai, kau harus jaga istrimu! Jangan sakiti dia lagi, dia tanggung
jawabmu!” Kai seakan mendengar suara Sehun. Kai berpikir dia pasti
berhalusinasi sekarang. Kai sudah tidak bisa melihat tubuh Sehun yang mungkin
sudah jatuh begitu dalam.
“Apa? Aku harus mengantar istrimu? Kau harus membayarku mahal!”
“Hei
kau itu minta tolong disini! Minta tolong!”
“Woi!
Istrimu tidak ada yang menjemput, dia menunggu di taman kampus!”
“Kau
tidak mau istrimu aku ambil tapi kau terus membuatnya menangis!”
“Biar
aku foto kalian berdua!”
“Kalian
harus selamat....”
“Kalian
harus bahagia.... Kalian pantas bahagia...”
Kai ingat semua yang pernah
Sehun katakan padanya. Kai ingat ketika mereka berkumpul dengan hyung-hyung
yang lain di sekolah dulu. Membantu Chanyeol berbohong pada Jiyoung. Membantu
Eunji untuk diam-diam bertemu dengan Chanyeol. Ketika Kai dan Jiyoung
dijodohkan, ketika mereka makan bersama. Ketika mereka berfoto di hari
kelulusan, ketika mereka di kantor polisi, rumah sakit...
Sampai tadi pagi, dan baru saja.
Sehun selalu memberi senyumnya, sampai beberapa menit yang lalu Sehun memberi
senyum terakhir untuknya dan Jiyoung.
Kai meendang-nendang kakinya,
berusaha untuk sampai di permukaan. Tapi semakin Kai berusaha, semakin kakinya
sakit. Jiyoung pasti khawatir menungguku disana, Kai harus segera menuju
permukaan dan memberitahu Jiyoung, ‘semua
akan baik-baik saja’.
***
On Kai’s camera...
“Wah,
cuaca hari ini tidak begitu bagus. Keberangkatan kami ditunda dan itu membuat
Kim Jongin marah! Lihat bagaimana ekspresinya, dia terlihat seperti anak kecil
yang tidak di belikan mainan oleh orang tuanya.” Sehun merekam Kai yang sedang
menendang-nendang kopernya.
“Itu
istri Kai, cantik kan?” Sehun menyorot Jiyoung yang dengan sabar memberitahu
Kai agar mau menunggu sebentar saja.
“Kami
sudah di kapal! Kai langsung tersenyum begitu kapal berangkat. Anak itu
benar-benar mengerikan, semoga Jiyoung selalu sabar menghadapinya. Kkk...” Sehun
merekam Kai dan Jiyoung yang sedang mengobrol.
“Hei
Jiyoung, kau itu nyonya Oh atau nyonya Kim?” Sehun merekam Jiyoung dan tertawa
ke camera.
“Aku
rasa banyak yang mengira aku nyonya Oh...”
“Nyonya
Kim nyonya Kim nyonya Kim!” Kai bicara keras pada camera, Sehun terbahak.
“Maaf
tuan Kim, banyak yang lebih menyukai Jiyoung sebagai nyonya Oh!” goda Sehun dan
Kai merebut camera kemudian mematikannya.
Jiyoung
sudah tidak tau berapa ratus kali dia melihat rekaman-rekaman video itu. Tidak
ada hari tanpa merindukan sosok Oh Sehun.
Delapan
tahun kemudian...
“Appa bangun! Omma bilang kita
akan mengunjungi Chanyeol dan Sehun ajjeoshi hari ini!” jika bukan karena anak
kecil ini putranya, Kai pasti akan segera melemparnya ke gunung.
“Lima menit lagi, appa akan
bangun. Lima menit Chanyeol, lima menit...” Kai menutup dirinya dengan selimut.
Chanyeol kecil tidak kehabisan akal,
dia naik ke ranjang kemudian duduk di atas ayahnya yang masih ingin tidur itu.
“Ayo cepat, bangun... bangun.”
“Chanyeol kau sudah sangat berat
sekarang!” protes Kai, tapi kemudian dia mengalah dan segera bangun. Putranya itu
berlarian di sekitar ayahnya ketika Kai siap-siap.
“Chanyeol, sebaiknya kau
menunggu di luar bersama adikmu!” kata Jiyoung tegas, meskipun bergumam tidak
jelas, tapi Chanyeol kecil menuruti
perintah ibunya dan segera menunggu di luar.
“Kita tunggu saja sampai Sehun
menangis karena ulah kakaknya.” Kata Kai ketika Jiyoung berjinjit untuk
menyisir rambutnya. Dan benar, mereka bisa mendengar Sehun menangis. Ketika Kai
dan Jiyoung sudah di depan, mereka mendapati Chanyeol sedang bermain dengan
mainan adiknya. Sehun kecil berusaha
untuk merebut kembali mainannya yang ada ditangan kakaknya, tapi selalu gagal.
“Chanyeol, kau bisa bawa
mainanmu sendiri kan?” Kai mengambil mainan dari tangan Chanyeol dan memberinya
pada Sehun.
“Appa tidak seru!” katanya
kemudian langsung naik ke dalam mobil. Jiyoung hanya menggelengkan kepalanya
melihat ulah putra pertama mereka yang berusia 8 tahun itu. Sedang Sehun yang
masih berusia 5 tahun menaruh harap pada Kai, agar ayahnya itu mau
menggendongnya.
“Oh baiklah baiklah, nanti kita
akan beli mainan baru setelah mengunjungi ajjeoshi.” Kai menggendong putra
keduanya. Apa lagi yang menyenangkan selain membeli mainan ketika kita masih
kecil?
“Paman yang namanya sama
denganku, semoga paman selalu bahagia disana. Appa dan omma selalu cerita semua
tentang paman. Dan juga paman yang namanya sama dengan adikku, aku selalu
melihat omma menangis ketika melihat video mu dengan appa dan omma. Semoga
kalian selalu bahagia disana” Celoteh Chanyeol di depan dua nisan. Entah bagaimana
ini terjadi, diantara banyak makam, makam Chanyeol dan Sehun berjajar.
“Omma, kenapa paman ini namanya
sama denganku? Siapa dia?” tanya Sehun pada Jiyoung. Jiyoung tersenyum sebelum
menjelaskan.
“Namanya Oh Sehun, dia adalah
orang yang sangat baik. Orang paling baik yang pernah omma dan appa temui. Awalnya
dia sahabat appa, tapi kemudian dia lebih dekat dengan omma. Dan asal kau tau,
dia orang yang sangat pandai. Kau harus bisa panda seperti dia.” Jelas Jiyoung
sabar, Sehun mengangguk tanda ia mengerti.
“Lalu kenapa aku paman ini, Chanyeol?” tanya Chanyeol protes.
“Dia juga sahabat appa. Dia juga
orang yang baik.” Kata Kai.
“Tapi kata Baekhyun ajjeoshi dia
itu mantan pacar omma! Appa! Kenapa kau menginjinkan namaku sama dengan mantan
pacar omma? Apa kau tidak cemburu?” celoteh Chanyeol tanpa tau apa-apa. Jiyoung
terbahak sedang Kai lebih terlihat shock. Baekhyun bukan hyung yang bisa dia
andalkan. Terlalu banyak menitipkan Chanyeol pada Baekhyun sama saja dengan
merusak masa depannya.
“Chanyeol ajjeoshi itu orang
yang baik. Dia termasuk salah satu orang yang sangat mengerti omma.” Kai
berkata, tapi kemudian dia berpikir, “Sudah, sekarang kita pulang.” Ajak Kai
pada keluarganya.
Keluarga kecil itu mengahabiskan
akhir pekan mereka dengan jalan-jalan. Sudah tidak tau berapa kali Chanyeol
hilang, membuat Jiyoung begitu khawatir. Tapi untungnya Kai selalu bisa
menemukannya, bersembunyi di bawah gantungan baju, masuk ke ruang pas, bermain
di ruang karyawan. Entah sudah berapa kali pula Kai meminta maaf tapi
orang-orang disana justru kagum pada keaktifan Chanyeol.
Sedang Sehun yang memiliki sifat
penurut, tidak pernah jauh-jauh dari ibunya atau ayahnya. Kai selalu bilang
pada Jiyoung, jika Chanyeol akan tumbuh sebagai pemberani sedang Sehun akan
tumbuh menjadi seorang yang pintar.
Chanyeol dan Sehun tertidur di
kursi belakang. Kai dan Jiyoung terlihat menikmati perjalanan pulang mereka.
“Kita titipkan saja mereka
berdua malam ini. Dimana? Orangtuaku atau orangtuamu?” tanya Kai membuat alis
Jiyoung naik.
“Aku tidak ingin merepotkan
orangtua kita.” Kata Jiyoung santai, sedang Kai seperti kebakaran jenggot.
“Untuk malam ini saja Jing, aku
mohon demi apapun. Aku tidak ingin Chanyeol atau Sehun mengganggu tengah malam
nanti!” kata Kai berapi-api, sedang Jiyoung berusaha menahan senyumnya karena
ingin tetap terlihat cool di depan Kim Jongin.
Author's Note: Hai. ^^. Maaf karena sedikit meleset, harusnya post kemarin eh malah sekarang baru di post. Oke terus jadi gimana? Sebenernya ending agak melenceng dari rencana awal, ya begitulah jadinya. Author tau Sehun baik banget eh tapi main mati aja, kkk biar seru. Pokoknya disini Sehun Jiyoung itu sayang sama cintanya itu bener-bener buat sahabat. Dan maaf atas ke-absurd-an kedua anak KaiJing. hoho. Hope you like it. Doain UAS author lancar. Jangan lupa komen... ^_____^
What ?! Stlh Chanyeol, skrg Sehun yang meninggal :'(
BalasHapusSedih baca part ini, bikin nangis T_T
Keep writing ya. Sori nggak bisa komen panjang2, terlalu sedih buat komen T_T
Jonginnya malu malu pas nanya cincin-nya itu manis banget :3
BalasHapusEunji disini keliatan elegan emang bener /? Dia keren /?
Sehun, kalo dia masih ada pasti bakal jadi babysitternya anak anaknya KaiJing xD
keren banget ff-nya ♥ xD
Wah chap terakhir ini sukses bikin nangis kejer2 deh. itu yang part mirip titanic bener2 bikin nggak kuat. meski yang tenggelam sehun, tapi berasa kehilangan banget. secara, peran sehun di sini kan berarti banget. dan pas kai keinget berbagai ucapannya sehun dulu pas detik2 dia tenggelam, bener2 kerasa kalau aku jadi kai di situ. feelnya dapet banget. yang ngakak di sini itu pas chanyeol anak kai ngomongin chanyeol mantan jiyoung. wkwkwk, ceritanya chanyeol salah didikan gitu? salah siapa kai nitipin ke baekhyun. mungkin pada akhirnya baekhyun jjuga akan ngasih tau chanyeol kalau krystal mantannya kai. hahay. seru banget chapter ini. gabungan antara haru dan bahagia. sedikit kecewa karena sehun meninggal, tapi emang jadi twist banget di fanfic ini. author nim ditunggu ff selanjutnya. semoga uasnya lancar dan diberi kemudahan. semoa ipk kita bisa baik.. hehe. semangat author! ditunggu fanfic barunya dan juga brother angelnya. :)
BalasHapusAkhirnya kaijing bersatu juga....seneng!!!..tapi sedih juga sehun harus mati..huhu!!..bahagia banget sama keluarga kecil kai-jiyoung..masih sangat berharap kalau mereka berdua bener-bener jadi pasangan di dunia nyata...coming soon nanti..harus sabar!!..ayo thor!bikin ff kaijing lagi tapi arah ke kenyataan,soalnya agak down waktu baca berita tentang si baekhyun...jadi iri..pkoknya hidup kaijing!! >_<
BalasHapusAaaaah. I was torturing myself when I read the boat sinking part of this story, because I am emotionally affected by the Sewol ferry incident.
BalasHapusBut I do love the first three chapters of the story (minus that part where Kai is so loyal to Krystal). I have to say that I think Kai moved on from Krystal to Jiyoung a bit too quickly. And then Sehun being so loyal and kind... sigh. So sad, even though I know there's only one winner for Jiyoung's heart in the end.
Didn't expect the story to end like this though, but like always, you've displayed yet another great composition. Thank you.
oh my god why did you end it up like this?! *nangis sama jiyoung
BalasHapuswalau gue seneng akhirnya kaijing bersatu kenapa sehun harus berakhir begini? jujur aja gue ngeskip bagian yang kapal itu, gue harap dibawah2nya ternyata cuma mimpi... tapi taunya beneran. i feel so sorry for sehun. harusnya krystal suho aja tuh yg dimatiin. walau sebenarnya sehun gak ada rasa spesial ke jing, tapi terlalu kejam diakhirin begini.
thanks for update n finish it. moga fanfic2 lainnya makin bagus :)
oh my god why did you end it up like this?! *nangis sama jiyoung
BalasHapuswalau gue seneng akhirnya kaijing bersatu kenapa sehun harus berakhir begini? jujur aja gue ngeskip bagian yang kapal itu, gue harap dibawah2nya ternyata cuma mimpi... tapi taunya beneran. i feel so sorry for sehun. harusnya krystal suho aja tuh yg dimatiin. walau sebenarnya sehun gak ada rasa spesial ke jing, tapi terlalu kejam diakhirin begini.
thanks for update n finish it. moga fanfic2 lainnya makin bagus :)
okeee baiklah author... ini ff ke tiga yang sukses bikin nangiss,, huaah T.T
BalasHapus