Langsung ke konten utama

[FANFIC] First Love - Chapter 10

Tittle: First Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.



“Hai Jiyoung, apa kau masih menyukai kupu-kupu?”
                Kalimat sederhana itu membuat Jiyoung membeku, bukan karena suhu yang tiba-tiba turun atau karena salju yang turun dengan derasnya, melainkan karena Kim Jongin baru saja mengutarakan pertanyaan yang berhubungan dengan masa lalunya.
                “Jongin?” hanya itu yang keluar dari mulut Jiyoung. Jongin tersenyum menatapnya, ada sirat kebahagiaan dan kelegaan dari sana. Namun tiba-tiba sesuatu menghantam bagian belakang kepala Jiyoung, datangnya sama cepatnya dengan hilangnya senyum Jongin.
                BRAAAKKK!!!
                Jiyoung merasa kepalanya sakit sekali, kemudian beberapa burung berterbangan di depan matanya dengan gerakan memutar kepalanya. Jiyoung tau seseorang baru saja menghamtam kepalanya dengan benda yang keras, karena sekarang rasa sakit itu semakin menyerang dan membuat pandangan Jiyoung menjadi gelap.
***
                “Tapi aku tetap menganggap kasus ini adalah kasus penyerangan!” kata Krystal lupa berbisik yang membuat semua mata melotot kepadanya.
                “Kecilkan suaramu idiot, kau bisa membuat Jiyoung bangun!” gertak Sehun geram, tapi tak sedikitpun membuat Krystal takut.
                “Kalau kau...” Krystal menunjuk Minah, “..kau...” Krystal menunjuk Baekhyun, “...dan kau...” Krystal menunjuk Myungsoo, “...tidak mau mencari tau siapa pelakunya, akan ku laporkan kalian kepada Lee Jinki dan Suho!” ancamnya.
                “Kami tidak bilang kami tidak akan mencari pelakunya Jung Krystal, kami hanya bilang tolong kalian rahasiakan penyerangan ini.” kata Minah sama tegasnya, badannya yang mungil tidak sesuai dengan tatapan matanya yang begitu membunuh.
                Jiyoung bisa mendengar sayup-sayup suara Krystal yang tadi sempat berteriak, dia mencoba membuka matanya yang terasa berat. Perlahan matanya terbuka, dan dia bisa melihat Krystal sedang berdiri dengan angkuhnya tak jauh dari tempatnya berbaring. Dan di depan Krystal terlihat Minah dengan tatapan sama tegasnya,
                “Hei...” Sehun yang duduk di sebelahnya tersenyum, “...bagaimana? Kau oke?”
                “...” Jiyoung hanya tersenyum tipis kendati dia merasa tubuhnya masih begitu lemas.
                “Kang Jiyoung kau sudah sadar?” Baekhyun memekik seraya berjalan medekat ke Jiyoung. Semua mata kini beralih ke Jiyoung, menatapnya dengan penuh kelegaan dan masih terrdapat sirat kekhawatiran disana.
                “Oh my god Jiyoung kau sadar!” Krystal menghambur memeluknya, pandangan Jiyoung tertutupi oleh rambut lurus panjang Krystal. “Aku yakin kau akan baik-baik saja, oh tentu saja!”
                “Sinting kau membuat Jiyoung kesulitan bernafas!” Sehun menarik Krystal agar mau melepas pelukannya pada Jiyoung.
                “Maaf Jiyoung, aku hanya terlalu –yah sudahlah yang penting kau sudah sadar.” Kata Krystal tersenyum.
                “Aku turut lega akhirnya kau sadar kang Jiyoung.” Minah berdiri di sebelah ranjang Jiyoung seraya tersenyum tulus, untuk pertama kalinya Jiyoung melihat Bang Minah tersenyum. “Tapi aku rasa kau masih perlu banyak istirahat, aku bersama Baekhyun dan Myungsoo akan pulang –dan kami berjanji akan memberitahu kabar bahagia ini kepada LP team.” kata Minah cepat-cepat ketika mendapat tatapan tajam dari Krystal.
                “Kami dan sekolah tidak akan membiarkan masalah ini Jung Krystal, tolong berhenti menyalahkan kami.” Kata Myungsoo sabar dan berhasil membuat Krystal hanya memutar bola mata tanpa mencelanya.
                Ruangan jauh lebih sunyi setelah Baekhyun, Minah dan Myungsoo pergi. Krystal sudah kembali mendapat kesadarannya dan bicara tanpa berteriak lagi. Sehun yang duduk di sebelah ranjangnya memberi signal bahwa dia bisa membantu Jiyoung apa saja, apapun yang Jiyoung inginkan akan segera dikabulkan olehnya.
                Jiyoung mencoba untuk duduk ketika dengan cepat Sehun segera membantunya, Krystal yang sedang sibuk dengan ponselnya beralih memerhatikan mereka untuk sementara hingga dia segera berpaling lagi.
                “Apa? Minum?” tanya Sehun tapi Jiyoung menggeleng lemah. Jujur saja sebenarnya Jiyoung mengkhawatirkan hal lain, mengkhawatirkan Jongin yang tidak terlihat di kamar rumah sakit dimana dia dirawat.
                “Jongin dan Sulli pergi ke rumahmu, seharusnya sih mereka sudah sampai disini sekarang.” celetuk Krystal enteng seakan bisa membaca pikiran Jiyoung, seketika itu juga ekspresi Sehun langsung berubah kesal. “Hei kau tidak boleh memasang wajah seperti itu!” sambung Krystal membentak pada Sehun, Sehun langsung membuang muka.
                “Bisa kalian jelaskan apa yang sebnarnya terjadi?” tanya Jiyoung ragu, dia tidak tau kenapa dia harus berada di rumah sakit. Seingatnya terakhir kali dia berada di depan gerbang sekolah bersama Jongin dan ada yang memukul kepalanya, tapi dia tidak pernah tau akibatnya dia harus berakhir di rumah sakit.
                “Ada yang memukulmu, untung saja pukulannya tidak terlalu keras jadi yah... tidak ada cidera serius.” Jelas Krystal singkat.
                “Tidak keras? Kepalaku sangat sakit.” Kata Jiyoung tidak percaya.
                “Ya kami tau jelas sakit.” Sambung Sehun, “Tapi masalahnya, aku dan Krystal berpikir ini bukan yang terakhir. Aku rasa akan ada kejadian seperti ini lagi. Dan kami takut itu akan berdampak lebih buruk buatmu.”
                “Tapi kenapa aku?”
                “Yang menyerangmu itu perempuan, aku tidak yakin dia angkatan berapa. Dan aku seratus persen yakin dia membencimu karena suatu alasan.” Jelas Krystal.
                “Dan alasan Krystal sangat sinting.” Gertak Sehun.
                “Tidak Oh Sehun, jelas karena itu alasannya!” bentak Krystal.
                “Gunakan akal sehatmu, mana ada orang seperti itu?” kata Sehun tak mau kalah.
                “Kalian berdua! Ini rumah sakit, bisakah kalian tidak berteriak?” Sulli sudah berdiri di pintu dengan pandangan horror, dan tepat di belakang Sulli berdirilah Jongin. Jongin tampak buruk, tapi bibirnya tersenyum ketika pandangannya bertemu dengan Jiyoung.
                “Lihat saja, nanti kau akan tau!” kata Krystal sebelum dia berjalan cepat meninggalkan kamar.
                “Kau baik-baik saja kan?” tanya Jongin dengan senyum paling melegakan yang pernah dilihat Jiyoung.
***
                “Hoi Krystal! Sudah cukup main-mainnya!” Taemin melepas topi dan kacamata hitamnya ke tanah, memandang kesal pada Krystal yang sedang merunduk memerhatikan ssesuatu.
                “Sssttt jangan berisik, nanti kita ketahuan.” Krystal menaruh jari telunjuknya di bibir. Taemin hanya memandangnya tidak percaya, bahkan Taemin tidak ingat sudah mneyetujui ide sinting Krystal ini.
                “Biar saja ketahuan!” kata Taemin kemudian.
                “Kau bilang kau peduli pada Jiyoung, tapi apa? Ternyata kau tidak ada bedanya dengan Jongin, Sehun atau Chanyeol itu! mereka tidak ada yang turun langsung ke lapangan dan menangkap pelakunya kan?” omel Krystal kesal.
                “Tapi tidakkah ini berlebihan?” tanya Taemin sedikit luluh dengan kalimat panjang Krystal, Krystal menggeleng mantap.
                “Kau melakukan hal benar Kim Taemin!”
                “Sejak kapan namaku Kim Taemin?” sentak Taemin dengan sedikit nada heran.
                “Lupa, Lee Taemin maksudku.” Kata Krystal cepat tanpa rasa bersalah.
                “Kau benar-benar hobae paling kurang ajar yang pernah aku temui.”
                “Oh, Lee Taemin sunbaenim! Apa yang kau lakukan disini?” seorang gadis berambut panjang, berwajah seperti malaikat berdiri di belakang Taemin dengan wajah penasaran, “Dan kau Krystal, sedang apa kau? Kenapa kau terlihat seperti eerrr stalker?”
                Krystal langsung menegakkan badannya dengan cepat, dia bersandar pada loker kokoh yang ada di belakangnya. Sebenarnya loker itu sebagai tempat bersembunyi beberapa menit yang lalu, tapi sejak kedatangan Bae Suzy yang datang secara tiba-tiba membuat krystal segera balik badan dan bersandar pada tamengnya.
                “Tidak ada, aku dan Taemin hanya melakukan penelitian!” jelas Krystal sok sangar, “Dan perlu aku tekankan aku bukan stalker Bae Suzy.” Sambung Krystal dengan penekanan pada kata stalker.
                “Yah.. ini hanya untuk... yah kau tau, urusan organisasi. Kau pasti sudah dengar Krystal ada dalam kategori LP Team. aku melakukan ini untuk membantunya.” Suara Taemin sedikit bergetar di awal, tapi kemudian dia mendapat sedikit percaya diri dan membuat Suzy percaya.
                “Kalau boleh aku tau, penelitian seperti apa yang kau inginkan Krystal?” tanya Suzy sambil tersenyum.
                “Kenapa kau begitu ingin tau?” Krystal balik bertanya, dan betapa kagetnya Taemin melihat Krystal tidak berusaha beramah tamah dengan Suzy.
                “Bukan apa-apa, hanya ingin tau.”
                “Kalau begitu aku tidak akan memberitahumu karena kau tidak punya alasan yang kuat!” kata Krystal dingin, dia memberi isyarat agar Taemin segera mengikutinya.
                “Semoga harimu menyenangkan Bae Suzy.” Kata Taemin cepat sebelum berlari mengejar Krystal. Suzy memerhatikan keduanya menjauh hingga akhirnya mereka hilang ketika berbelok di salah satu koridor.
                “Kau kenapa segitu galaknya ke Suzy? Dia kan teammu waktu malam inagurasi, dan aku lihat dia anak yang baik.” Tanya Taemin ketika mereka sampai tangga.
                “Kau ingin tau kenapa aku melakukannya?” Krystal menatap Taemin serius.
                “Tentu saja!”
                “Karena dia orang yang aku curigai melakukan penyerangan ini pada Jiyoung!” kata Krystal berapi-api dan Taemin membelalak tak percaya.
***
                Klik klik klik...
                Suara jarum jam memenuhi kamar Jiyoung, memberitahu begitu sunyinya malam itu. Sore tadi Jiyoung bisa pulang dari rumah sakit, parahnya tidak seorang temanpun menemaninya. Dan malam ini, Jiyoung hanya rebah di ranjangnya menikmati lelah yang seakan tidak berujung. Hari ini tepat dua hari setelah dia diserang.
                Seharusnya Jiyoung mengantuk sekarang, mengingat tiga puluh menit yang lalu dia baru saja minum obat. Tapi nyatanya matanya terasa kering tak mau ditutup, badannya lemas tak enak digerakkan, dan rasa perasaan yang membuatnya begitu kesal tapi dia sendiri tidak tau alasannya.
                “Biar aku lihat dulu apa dia sudah tidur atau belum...” suaranya Ibunya terdengar, kemudian pintu berderit terbuka, Jiyoung melihat Ibunya tersenyum padanya, “Bersedia menerima tamu sayang?”
                “Siapa?”
                “Teman-temanmu...” Ibunya tersenyum ketika Jiyoung mengangguk, kemudian Ibu Jiyoung kembali menghilang digantikan langkah-langkah berat bersemangat dan muncullah Sulli, Krystal, Sehun, Taemin dan ..... Jongin.
                “Kami baru dari rumah sakit jika kau ingin tau.” Kata Sulli seraya menaruh kotak berisi kue di meja belajar Jiyoung.
                “Kapan kau mulai masuk, banyak sekali tugas dari profesor dan sunbae yang kurang kerjaan.” Krystal duduk di ranjang seraya memerhatikan Jiyoung.
                “Seharusnya besok sih sudah bisa, tapi entahlah.” Jawab Jiyoung.
                “Kalau memang masih belum merasa baik, kau boleh beristirahat lebih lama. Lagi pula ada profesor yang sudah menjengukmu kan?” tanya Taemin.
                “Tadi pagi, beberapa profesor menjengukku dan aku tidak tau siapa namanya.”
                “Mungkin kau belum pernah diajar oleh mereka.” sela Sulli memberi pendapat.
                “Kau penasaran siapa yang melakukan penyerangan ini Jiyoung?” tanya Krystal yang tidak memedulikan pandangan penuh peringatan dari yang lainnya.
                “Sinting jangan mulai!” kata Sehun tegas.
                “Apa sudah ditemukan?” Jiyoung tidak menghiraukan Sehun.
                “Yah... ada orang yang aku curigai.” Krystal menjawab enteng.
                “Sudahlah, siapa tau dia tidak sengaja melakukannya.” Taemin mencoba menengahi.
                “Jongin bilang anak itu sudah mengikuti Jiyoung ketika Jiyoung keluar!” Krystal melotot pada Taemin, “Iya kan Jongin?” Krystal mencari teman.
                “Jangan sekarang Krystal, lagipula masih belum jelas siapa yang melakukannya.” Kata Jongin dengan suara beratnya, Jiyoung bersyukur karena mendapat alasan untuk menatap Jongin yang sedang duduk di sofa yang berada di sudut ruangan.
                “Kau besok masuk tidak? Kalau masuk biar aku jemput.” Kata Sehun kemudian, jika diperhatikan sepertinya hubungan Sehun dan Jongin belum membaik.
                “Ya, aku tidak ingin ketinggalan lebih banyak lagi.” Jawab Jiyoung, Jiyoung bisa merasakan pandangan lurus Jongin ke arahnya.
                Selanjutnya mereka asyik membicarakan tugas-tugas yang mulai menyita waktu mereka, sesekali Jiyoung bertanya dan memekik betapa ruginya dia tidak masuk karena sakit ini. Jiyoung beranggapan Sehun paling santai diantara yang lainnya, bahkan Sehun sempat berkata jika ini masih awal dan belum seberapa.
                Seakan waktu tidak mengijinkan Jiyoung untuk mendapat waktu hanya berdua dengan Jongin. Jongin pun tak terlihat berusaha untuk membicarakan apa yang seharusnya mereka bahas, sesuatu yang membuat Jiyoung senang karena sudah menemukan cinta pertamanya. Seharusnya Jongin menceritakan secara detail sejak kapan Jongin sadar bahwa Jiyoung adalah gadis kecil yang dia berjanji untuknya memberi kupu-kupu. Itu sudah bertahun-yahun yang lalu, tapi mereka masih menyimpan kenangan itu.
                Sampai akhirnya Taemin mengingatkan mereka semua untuk pulang karena hari sudah malam, itupun harus membujuk Krystal karena dia tidak berhenti bicara pada Jiyoung. Krystal melambai padanya, tatapannya seakan memberitahu bahwa dia sedih karena harus dipisahkan dengan Jiyoung.
                “Ya Tuhan, besok kau akan bertemu dengannya di sekolah!” bentak Sehun tak sabar ketika Krystal berlagak berlinang air mata.
                “Sampai ketemu besok Jiyoung!” seru Sulli ceria, Jiyoung tersenyum pada mereka semua. Toh Jiyoung baik-baik saja, besok dia bisa bertemu mereka lagi di sekolah dan Jiyoung akan memberi Sulli dan Krystal berjuta pertanyaan yang tidak bisa dia tanyakan malam ini karena ada Taemin, Jongin dan Sehun.
                “Selamat tidur Jiyoung!” Taemin sebagai orang terakhir yang keluar kamar, tersenyum seraya melambai sebelum menutup pintu kamar Jiyoung. Jiyoung bisa mendengar suara langkah mereka menuruni tangga, sampai dia mendengar suara mesin mobil menyala yang semakin lama semakin jauh. Itu berarti mereka sudah pulang.
                Bahkan Jongin tidak berpamitan padanya, mengucapkan selamat tidur, atau apapun itu yang membuat Jiyoung menyadari keadaannya. Rasanya Jongin hanya tamu yang sekedar duduk di kamarnya, datang dan pergi tanpa memberi kata yang berarti. Jiyoung jadi sedikit curiga, apa Jongin benar-benar cinta pertamanya?
***
                “Kau sudah baik kalau begitu.” Sapa Chanyeol ketika melihat Jiyoung hendak berjalan menuju kelasnya. Jiyoung tersenyum tipis.
                “Aku baik-baik saja sunbaenim.”
                “Aku tidak menyangka kau bisa kembali ke sekolah secepat ini. Aku harap kau lebih berhati-hati.” Kata Chanyeol seraya memandang khawatir pada Jiyoung. Tapi belum sempat Jiyoung menjawab, Krystal dari jauh sudah berlari menghampirinya.
                “Hosh! Kenapa kau berdua dengan orang ini sih?” tanya Krystal seraya melempar pandangan jengkel pada Chanyeol.
                “Eh? Kenapa?” Jiyoung tanya balik, sedikit malu karena sikap tidak sopan Krystal.
                “Maaf sunbaenim, jika kau peduli pada Jiyoung seharusnya kau tidak lagi mendekatinya.” Kata Krystal tegas pada Chanyeol. Chanyeol tak terlihat kaget, justru dia terlihat kesal dan juga menyesal dan itu membuat Jiyoung makin bingung.
                “Krystal apa maksudmu?” Jiyoung bertanya setengah berbisik supaya Chanyeol tak bisa mendnegarnya.
                “Aku yakin kau sudah mengerti penjelasanku waktu itu sunbae, jadi aku mohon demi kebaikan Jiyoung sebaiknya kau jauhi Jiyoung dari sekarang.” Krystal masih menatap tegas ke arah Chanyeol, “Ayo Jiyoung!” sambung Krystal seraya menarik lengan Jiyoung. Jiyoung yang terlihat bingung, hanya menunduk sebelum Chanyeol pergi.

                “Krystal beranggapan bahwa yang menyerangmu sore itu adalah orang yang menyukai Chanyeol. Ehm, bagaimana aku menyebutnya, mungkin bisa dibilang dia fans Chanyeol, ya seperti itu kurasa.” Jelas Sehun pada Jiyoung yang duduk di meja Sulli.
                “Tapi aku belum sepenuhnya yakin, karena kata Minho oppa...”
                “... itu tidak mungkin.” Sela Krystal seraya mengikuti gaya bicara Sulli, “Semua orang juga tidak ada yang percaya denganku, kecuali Taemin.”
                “Itu karena kau mengancam Taemin dan menyuruhnya untuk ikut penyelidikan bodohmu itu!” sergah Sehun kesal, “Jujur saja untuk pertama kalinya aku merasa kasihan pada Chanyeol. Kau tidak berhenti menyalahkannya setiap rapat.”
                “Tunggu sampai aku dapat buktinya, kalian hanya tunggu waktu saja. Jongin juga yakin yang memukul Jiyoung sore itu seorang perempuan!” Krystal berargumen dengan berapi-api.
                “Idiot itu tau apa!” kata Sehun penuh penekanan.
                “Kau masih belum baikan?” tanya Sulli tak percaya dan Sehun tak menanggapinya.
                “Profesor datang.” Kata Jiyoung malas. Dengan datangnya profesor, Sehun dan Krystal segera kembali ke kelasnya sendiri. Kemudian tak lama Jongin masuk kelas dan duduk di tempatnya tanpa menoleh ke arah Jiyoung.
***
                “Nanti setelah jam makan siang, kelas kita di minta membantu kakak tingkat yang akan perform untuk mengambil nilai. Jadi nanti semuanya segera ke aula dekat lapangan belakang.” Jongin berdiri di depan kelas memberi tau teman-temannya.
                “Wah, membantu lagi...” keluh salah seorang anak seraya menguap.
                “Kita masih hobae, jangan banyak berharap lebih selain menjadi penari latar, figuran atau yang lainnya.” Sahut seorang lainnya.
                “Tapi kau akan mendapatkan posisi oke jika bisa memainkan alat musik.” Sambung yang lainnya.
                Jiyoung tak meneruskan mendengar obrolan temannya tadi, dia memilih melihat jadwalnya dan mulai memikirkan mata pelajaran apa yang akan dia ambil di semester depan. Sampai akhirnya Sulli mengajaknya ke kantin karena ternyata waktu sudah menunjukkan waktunya makan siang.
                Tidak tau bagaimana caranya, tapi gosip sudah tersebar di seluruh sekolah. Setiap kali Jiyoung pergi pasti banyak anak yang berbisik seraya melihatnya, Jiyoung juga memergoki beberapa anak yang segera menyenggol temannya begitu melihat Jiyoung datang. Jiyoung mencoba tersenyum pada mereka, dan mereka menyapa Jiyoung kelewat ramah.
                “Kang Jiyoung, kau sudah baik?” dengan nada yang begitu riang dan terkesan dibuat-buat. Jiyoung hanya mengangguk sebagai jawaban.
                “Bukankah terlalu terlihat jika mereka baru saja membicarakanku?” bisik Jiyoung pada Sulli.
                “Ini terjadi setelah penyerangan itu, bahkan selama kau di rumah sakit banyak anak yang membicarakanmu.” Sulli mengajaknya duduk di sudut, “Semua anak sepertinya setuju dengan Krystal, bahwa yang menyerangmu adalah fans Chanyeol sunbae. Heh, omong kosong.”
                “Apa aku tidak salah dengar kau baru saja mengatakan omong kosong Choi Sulli?” Krystal yang berdiri di samping mereka mentapa Sulli dengan horror.
                “Entahlah Jung Krystal, tapi tidakkah itu berlebihan? Chanyeol terlihat sangat terganggu dengan ini.” bela Sulli.
                “Lalu bagaimana dengan Jiyoung? Dia korban disini!” Krystal meyeret kursi dan duduk diantara mereka.
                “Sudahlah aku tidak ingin bertengkar.” Kata Sulli, “Kalian mau makan apa?”
                Pada akhirnya hanya Sulli yang makan, Jiyoung dan Krystal hanya memesan minuman dan kembali berdiskusi. Perhatian Jiyoung sedikit beralih ketika melihat Jongin sedang asyik bergurau dengan Taemin dan beberapa anak lainnya.
                “Cih, anak itu!” Krystal melihat ke arah Jongin, “Dia jauh lebih rumit sekarang, ditambah hubungannya belum membaik dengan Sehun.”
                “Tapi mereka kemarin bersama-sama kan?” tanya Jiyoung penasaran.
                “Yah, tapi mereka tetap tidak saling bicara. Tapi tenang, aku sudah bilang kepada mereka berdua bahwa prioritas utama saat ini adalah menjagamu.” Krystal tersenyum sekilas.
               
                “Oh tidak! Aku harus menemui Jung Eunji sunbaenim, aku pergi dulu!” Krystal segera berlari, Jiyoung bisa mendengar dia mengumpat ketika ada orang yang hampir menabraknya.
                “Sulli, tidak ada salahnya kalau kita ke aula lebih awal.” Ajak Jiyoung, tapi kemudian Sulli terlihat ragu.
                “Ehm, sebenarnya aku harus menemui Minseok oppa dulu sebentar lagi. Aku membantu tugas filmnya asal kau tau, hem tapi tidak lama. Kau tidak apa-apa kan ke aula tanpa aku?” Sulli terlihat merasa bersalah. “Tunggu, kau bisa kesana bersama yang lainnya. Atau Jongin, ya kau tunggu mereka dulu ya. Jangan pergi kesana sendiri, aula sangat jauh dari sini.”
                “Baiklah kalau begitu.” Kata Jiyoung enteng.
                “Jiyoung, kalau ada apa-apa telepon aku ya!” kata Sulli sebelum pergi.
                Jiyoung meneguk minumannya untuk yang terakhir, dia melihat kantin masih ramai tapi sepertinya Jongin sudah pergi. Karena tidak tau harus menunggu siapa, Jiyoung memilih untuk pergi ke aula lebih awal.
                Ingin rasanya dia pergi tanpa ada orang yang melihat, kesal juga melihat beberapa anak berbisik ketika dia lewat. Jiyoung memilih rute yang lebih sepi menuju aula. Aula yang ditujunya dekat dengan lapangan belakang, aula itu sering digunakan untuk anak kelas atas latihan untuk penampilan mereka yang akan dinilai.
                Jiyoung penasaran kakak tingkat seperti apa yang akan meminta bantuan kali ini. Jiyoung hanya pernah sekali membantu kakak tingkat, waktu itu dia membantu sebagai figuran dalam sebuah opera. Dia jadi sedikit iri pada Sulli yang sudah mendapat peran penting dalam film Minseok. Sehun juga sering membantu kakak tingkat, dia beberapa kali menjadi back dance. Apalagi Jongin, dia sering membantu kakak tingkat yang hampir lulus, atau bahkan kakak tingkat yang akan memulai debut dalam industri hiburan. Tapi sepertinya Jiyoung masih belum punya cukup pengalaman.
                “eh?” Jiyoung menoleh dan mendapati koridor tetap kosong, padahal beberapa detik yang lalu dia yakin ada orang yang berjalan di belakangnya. Mungkin cuma perasaan saja! Kata Jiyoung dalam hati.
                Jiyoung berjalan semakin cepat, berkali-kali Jiyoung kembali menoleh ke belakang tapi tetap saja tak ada siapa-siapa disana. Jantungnya berdetak cepat, Jiyoung tidak benar-benar tau yang mengikutinya saat ini hantu atau manusia. Yang pasti Jiyoung tidak suka yang pertama, ingatan tentang hantu perempuan yang dulu teringat lagi.
                Ssstttt...
                Terdengar suara kain yang menggesek tembok, Jiyoung mencoba untuk lebih tenang. Tidak ada apa-apa dan tidak ada siapapun. Langkahnya terdengar semakin cepat, ada pintu tak jauh di depannya, Jiyoung ingin segera menjangkaunya dan keluar dari gedung ini.
                Jiyoung berpikir kenapa dia harus takut seperti sekarang ini, dia mencoba untuk berjalan lebih santai dan lebih pelan. Dia mengambil nafas dalam, berusaha tidak menoleh ke belakang. Kenapa gedung ini sangat sepi? Apa mungkin masih ada sisa waktu makan siang, hingga masih belum banyak anak yang kembali masuk gedung?
                Didorongnya pintu kaca dan keluarlah Jiyoung dari gedung itu, aula sudah terlihat dari tempatnya berdiri sekarang. Jiyoung menoleh dan betapa kagetnya dia mendapati sekelebat sosok yang berlari menaiki tangga yang berada tepat di samping pintu. Tapi Jiyoung berusaha berpikir positif, mungkin ada anak yang sedang terburu-buru.
                Jiyoung kembali berbalik dan berniat segera masuk di aula ketika....
                “MINGGIR!!!”
                BRAAAKKKK!!!!
                BUK!
                Beruntung orang itu menarik Jiyoung tepat waktu, karena sebuah pot bunga jatuh dari lantai atas dan hampir saja mengenai Jiyoung. Pot bunga itu hancur tak jauh dari tempat Jiyoung sekarang, seharusnya pot itu mengenainya tadi.
                “Kau tidak apa-apa?”
                “Ya...” jawab Jiyoung bingung. Jongin masih memeluknya setelah menariknya menghindari pot bunga tadi. Nafas Jongin terengah, Jiyoung juga bisa mendengar jantungnya berdetak cepat.
                “Syukurlah kau baik-baik saja...” kata Jongin seraya menatap kedua mata Jiyoung, tatapan Jongin sulit di jelaskan. Dia terlihat begitu marah, khawatir, lega dan kesal, semua bercampur menjadi satu.
                “Woaaah woooaah, ada apa ini?” Taemin menghampiri mereka dan terlihat kaget dengan pecahan pot tak jauh dari tempat Jongin dan Jiyoung.
                “Bagaimana bisa jatuh? Kalian tau tidak ada balkon di gedung ini.” Lee Jieun juga bergabung, beberapa anak ikut melihat apa yang terjadi.
                “Sudah-sudah, tidak ada apa-apa. Semua tolong masuk aula, karena sebentar lagi latihan dimulai dan hobae akan segera datang untuk membantu kalian yang perlu.” Taemin membuat gerakan mengusir kepada teman-temannya. Mereka datang dari gedung yang bersebelahan dengan gedung yang baru saja Jiyoung lewati. Gedung yang kata Lee Jieun tidak memiliki balkon tapi ada sebuah pot jatuh darisana.
                “Hei sudah tidak ada yang perlu dilihat, itu cuma pot!” kata Jieun mencoba membantu Taemin mengalihkan perhatian pada teman-temannya.
                “Kau baik-baik saja Jiyoung?” tanya Taemin khawatir, Jiyoung hanya mengangguk.
                “Kita tau ini bukan sebuah kebetulan.” Kata Jieun pada Jongin dan Taemin kemudian mereka tukar pandang penuh arti dan membuat Jiyoung sulit mengartikan pandangan mereka.
 
A/N: sorry for the very late post. Masih gak tau bakal berakhir di chapter berapa. terimakasih yang masih mau nyempetin baca ff ini, jangan lupa kasih komentar. Chapter 10 akan segera di post, mungkin besok atau lusa, yang pasti dalam minggu ini. :)

Komentar

  1. thanks ya author sudah update..:). penasaran sama siapa yang neror jiyoung. kok malah menduga duga krystal sih ya.. duh jangan sih tapi.. :( mau dibawa kemana coba persahabatan mereka. jangan.. jangann.. sehun dan jongin buruan baikan dong. dan hubungan jiyoung sama cowo siapa gitu dijelasin juga. wkwk. soalnya jiyoungnya kasihan tuh. :( update soon ya. chapter ini pendekan dikit ya? soalnya tadinya expectasinya bakal ke reveal siapa penerornya. yah mungkin di next chap.. :)

    BalasHapus
  2. Yay! An update! and wow wow wow! I didn't think the story would go in this direction at all! Hmm. Is Son Naeun in this story? Because she's a common villain in most of the Jiyoung fanfics I've read. I don't like her anyways. And yes, no wonder you didn't include Bae Suzy as the integral part of the team. I think Jongin at least could have seen who it was that hit Jiyoung on the head. I mean, the perpetrator couldn't have disappeared the second she hit Jiyoung. At least, give us a bigger hint than "it was a girl". And Jongin is acting weird.
    Anyway, thanks again for the update. Looking forward to the next one. :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah