Langsung ke konten utama

[FANFIC] First Love - Chapter 11

Tittle: First Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Choi Sulli, other
Genre: romance, comedy, fluff
Pairing: Kai/Jing
Lenght: series
Summary: "Cinta pertama itu ketika kau rela menghabiskan waktumu untuk memikirkannya dan kau menjaga hatimu untuk tetap menjadi miliknya dalam kurun waktu yang lama."
.
.
.



Jiyoung memandang Jongin, Taemin dan Jieun secara bergantian. Berharap salah satu dari mereka akan memberi penjelasan. Tapi yang ada Jongin hanya menggenggam erat tangannya, menatap sepatunya yang menurut Jiyoung sama sekali tak menarik.
                “Sebaiknya kalian cepat kembali ke kelas, sebentar lagi waktu makan siang berakhir.” Kata Taemin dengan raut wajah serius.
                “Kami harus ke aula.” Kata Jiyoung dengan suara bergetar.
                “Oh, kalian akan membantu ya? Kalau begitu sebaiknya kalian cepat masuk, sudah banyak sunbae disana.” Kata Jieun dengan gerakan mengajak kepada Jongin dan Jiyoung. jiyoung ragu Jongin mau bergerak, tapi kemudian Jongin menuntunnya untuk berjalan di sampingnya menuju aula.
                “Aku pergi menemui P Team dulu, Jieun mungkin sebentar lagi aku akan terlambat.” Kata Taemin berpamitan, berjalan menjauh dari Jiyoung, Jongin dan Jieun. Jieun hanya tersenyum seraya mengangguk.
                Mereka memasuki aula yang hanya di penuhi oleh para sunbae, yang menurut Jiyoung mereka satu angkatan dengan Taemin dan Jieun. Para sunbae terlihat sibuk dengan persiapan mereka dan sedikit yang menyadari kedatangan Jiyoung, Jongin dan Jieun.
                “Sepertinya teman kalian masih belum banyak yang datang.” Kata Jieun setelah memerhatikan aula, “Kalian tunggu saja.” Sambungnya seraya berjalan mendekat ke arah Luna dan Minah.
                Jongin menyeret dua kursi untuk Jiyoung dan dirinya sendiri, tanpa bicara dia menyuruh Jiyoung untuk duduk dengan isyarat. Jiyoung hanya menurut, duduk di sebelah Jongin dan mulai memerhatikan sekitar. Mencoba untuk mengabaikan rasa gelisahnya yang masih mendominasi. Seakan mengerti, Jongin menatapnya seraya tersenyum tipis.
                “Jangan khawatir.”kata Jongin singkat membuat Jiyoung mendongak ke arahnya, “Aku sudah tau yang seperti tadi akan terjadi. Kemana Sulli?” tanya Jongin penuh selidik.
                “Dia menemui Minsoek oppa.”
                “Anak itu...” kata Jongin pelan, “Jangan pergi sendiri lagi!” katanya lebih keras.
                “Kenapa?” Jiyoung berusaha untuk mendapat alasan yang logis.
                “Karena ada yang berusaha untuk mencelakaimu Jiyoung.” kata Jongin sabar, Jiyoung tidak bisa untuk tidak menatap mata teduh dan menenangkan milik Jongin. Jiyoung lupa sejak kapan mata itu berubah menjadi begitu meneduhkan. Seingatnya, tatapan Jongin dulu selalu menusuk, dingin, dan terkadang jahil yang terkesan tidak peduli. Tapi sekarang, Jiyoung bisa melihat tatapan yang begitu membuat hati Jiyoung tenang, seakan memberitahu bahwa Jongin akan selalu disana untuk melindungi Jiyoung.
                “Tapi kenapa? Maksudku, aku tidak ingat pernah membuat masalah dengan seseorang.” Kata Jiyoung.
                “Aku juga masih tidak tau apa alasannya. Awalnya aku setuju dengan argumen Krystal, tapi setelah kejadian ini aku jadi tidak percaya. Aku setuju dengan Sehun bahwa yang dikatakan Krystal itu omong kosong.” Jongin sedikit menyeringai setelah mengatakan kalimat terakhir.
                “Bagaimana jika yang dikatakan Krystal benar?” Jiyoung mengerutkan keningnya, sekarang Jiyoung sedang berjanji pada diri sendiri tidak akan dekat-dekat dengan Chanyeol jika dia punya fans senekat itu.
                “Coba pikir, gadis mana yang sanggup mengangkat pot bunga sebesar tadi. Ditambah tanaman dan tanahnya, pasti itu sangat berat. Dan aku yakin perempuan tidak punya tenaga sekuat itu.” jelas Jongin memberi gambaran jelas untuk Jiyoung.
                “Kenapa harus aku?” kali ini Jiyoung terdengar sedikit kesal. Jongin menatapnya seraya tersenyum.
                “Kalau Krystal dan Sulli sedang ada urusan dan tidak bisa menemanimu, cari aku atau Sehun ya!” Jongin memegang pundak Jiyoung, Jiyoung mengangguk.
                Aula lebih ramai sekarang karena beberapa teman Jongin dan Jiyoung sudah datang. Para sunbae sudah mulai mencari hobae yang cocok untuk membantu penampilan mereka. hiruk pikuk mulai terdengar, beberapa suara kursi yang diseret, tawa senang ataupun tawa meledek, pekikan senang karena menemukan yang sesuai dan masih banyak lagi.
                “Jongin-ah!” panggil Jiyoung, Jongin menatapnya menunggu kalimat selanjutnya, “Apa kau belum... ehm, benarkan kau belum baikan dengan Sehun?” Jiyoung terlihat gugup bertanya hal sensitif ini. Jongin hanya diam untuk sesaat.
                “Akan ada waktunya semua kembali seperti semula.” Katanya kemudian, tersenyum tipis pada Jiyoung.
                “WOI JONGIN! KAU BANTU AKU SAJA YA!” Taemin terlihat berlari tergesa ke arahnya “UNTUNG KAU MASIH BELUM DIAMBIL ANAK LAIN!”
                “Berhenti berteriak, aku tidak budek dasar kerempeng.” Kata Jongin jauh lebih dingin dan menyebalkan, sangat berbeda dengan ketika dia mengobrol dengan Jiyoung sebelumnya. Jiyoung sedikit terbelalak melihat perubahan ini.
                “Kau pasti laku, pasti banyak yang ingin dibantu olehmu.” Kata Taemin dengan senyum tolol.
                “Aku berada disini bukan untuk di jual, kerempeng!” kata Jongin masih dengan lagak menyebalkan.
                “Jangan mau diajak orang lain, pokoknya kau bantu aku ya!” Taemin memukul pundak Jongin keras-keras, “Jiyoung, aku rasa tadi Jieun ingin minta bantuanmu.”
                “Kalau begitu aku harus mencari Jieun sunbaenim.” Jiyoung segera berdiri dan meninggalkan Jongin dan Taemin yang terlihat siap saling cakar.
                “Hehe, pacarmu itu memang....”
                BUK!
                “Berhenti menyebutnya seperti itu!” Jongin memukul kepala Taemin keras, membuat taemin mengumpat tak karuan dan berusaha untuk menendang kaki Jongin dengan kekuatan penuh. Tapi Jongin menghindar pada waktu yang tepat sehingga Taemin menendang kaki kursi dan membuat kakinya berkedut kesakitan.
                “Jongin!” pekiknya kesal.
***
                “Ampun Jongin, aku pikir akan baik-baik saja karena masih di sekolah. Aku tidak tau kalau –siapapun orang itu –akan menyerang Jiyoung.” Sulli memohon tanpa berani membalas tatapan Jongin.
                “Jangan diulangi lagi.” Kata Jongin ketus, Sulli menatap Jongin sejenak sebelum akhirnya pura-pura sibuk karena Krystal datang.
                “Krystal, kau darimana?”sapa Sulli kelewat ceria.
                “Aku sudah dengar penyerangan itu, kapan tepatnya? Apa kau melihat pelakunya?” tanya Krystal pada Jongin seakan tak melihat Sulli berdiri diantara mereka.
                “Jam makan siang, gedung dekat aula belakang, pot dari lantai dua, dan gedung itu tidak memiliki balkon.” Jelas Jongin dengan suara beratnya.
                “Baiklah-baiklah, kau tenang saja aku akan menyelidikinya.” Krystal mencatat sesuatu di buku kecilnya, “Aku sudah membicarakan ini dnegan Eunji sunbae, sebentar lagi aku akan menemui P dan LP team.” lanjutnya.
                “Aku meragukan argumenmu sebelumnya.” Jongin berkata dingin, mengangkat sebelah alisnya melihat Krystal membuang nafas berat.
                “Terserah kau mau bilang apa, aku akan masih terus mengikuti Bae Suzy!” Krystal berkata tegas, Krystal hendak kembali ke kelasnya ketika melihat Sulli di sebelahnya, “Oh Sulli, sedang apa kau disini?”
                “Aku disini sejak tadi Jung Krystal.”
                “Benarkah? oh baiklah-baiklah, aku sangat sibuk sekarang jadi aku harus pergi. Bye!” Krystal melambai pada keduanya sebelum menghilang ketika berbelok di koridor.
                “Apa?” tanya Jongin ketika Sulli hanya memandanginya.
                “Kau kan ketua kelas, tadi Bang Minah sunbaenim memberitahuku bahwa ada sunbae yang belum mendapat bantuan. Maukah kau menanyakannya pada Taemin siapa yang belum emndapat bantuan? Aku butuh nilai, jadi aku mohon....”
                “Lee Hongbin, tadi dia juga tidak datang waktu latihan di aula. Cari dia di ruang latihan musik gedung hobae besok setelah makan siang.” Jongin memotong kalimat Sulli.
                “Kau memang temanku yang paling baik!” Sulli memeluknya sekilas sebelum akhirnya tertawa seraya berlari menjauhinya.
***
                “Sehun-ah!” panggil Jiyoung melihat Sehun sedang bersandar pada dinding sambil memainkan ponselnya.
                “Baru saja aku akan menelponmu!” Sehun mengangkat ponselnya, “Sudah selesai?”
                “Hem.” Jawab Jiyoung sambil mengangguk.
                “Kau membantu Jieun noona?” tanya Sehun seraya celingukan melihat ke dalam ruang latihan musik 1 gedung A.
                “Iya, dan aku juga diminta untuk membantu Baekhyun sunbae. Jieun eonni merekomendasikanku kepada Baekhyun.” Jiyoung terlihat senang, Sehun hanya tersenyum mendengarnya.
                “Memang kau disuruh bantu apa? Nyanyi juga seperti mereka? Tapi suara mereka sudah oke, masa kau jadi backing vocal?” Sehun bertanya tanpa pikir panjang.
                “Bukan, aku membantu instrumentnya. Aku bisa main alat musik Oh Sehun!” jawab Jiyoung sedikit tersinggung.
                “Oh benar, aku lupa. Selain cantik bisa bernyanyi dan menari kau juga jago main musik.” Sehun terkekeh geli melihat Jiyoung hanya memutar bola matanya.
                Sore itu Sehun sudah berjanji akan menunggu Jiyoung selesai latihan dan menemaninya pulang ke rumah. Karena Jongin tidak bisa mengantarnya gara-gara Taemin yang memintanya latihan sampai malam, karena Krystal selalu bilang dia sangat sibuk sekarang, dan karena Sulli harus mengejar ketertinggalan berlatih bersama Lee Hongbin, akhirnya Sehun yang akan menemani Jiyoung sore itu. Bukan akrena Sehun kurang kerjaan, tapi karena Sehun tidak pernah takut untuk membolos rapat dan meninggalkan latihan.
                “Palingan mereka marah cuma sebentar, lagipula mereka meminta bantuanku kan? Mereka tidak bias berbuat banyak!” begitu katanya setiap kali ada yang mengingatkan agar tidak membolos latihan.
                “Sehun, aku ingin ke toilet. Tunggu sebentar ya!” kata Jiyoung ketika mereka melewati toilet, Sehun hanya mengangguk.
                “Apa perlu aku masuk juga?” tanya Sehun dengan memasang wajah polos.
                “Tidak lucu!” kata Jiyoung dingin.
                Jiyoung segera masuk bilik terdekat karena sudah tidak tahan. Setelah selesai dengan urusannya dia segera bergegas, dan tepat saat itu dia mendengar ada orang lain masuk ke toilet. Mereka terdengar berbincang, Jiyoung bisa mendengar air di wastafel berbunyi. Mungkin mereka hanya berniat bercermin dan membenahi riasan.
                “Kau lihat bagaimana sikap Chanyeol oppa kepadaku kan?” Jiyoung mengenali suara itu, itu suara Bae Suzy.
                “Dia bahkan menganggapmu seakan tidak ada.” Kata temannya. Jiyoung yang sebenarnya sudah selesai dengan urusannya, kini malah asyik berdiam diri dalam bilik tanpa berniat keluar.
                “Aku mengenal Jiyoung, dia anak yang baik. Tapi sekarang aku membencinya, lihat bagaimana semua orang menatapku kemanapun aku pergi.” Suara Suzy terdengar penuh kebencian.
                “Apalagi ditambah Jung Krystal yang menyebar berita bahwa kau yang menyerangnya. Semua orang membicarakannya Suzy-ah. Aku rasa ada orang yang mendengar waktu Krystal memarahimu habis-habisan di ruang kesehatan waktu itu.” jelas temannya seakan merasa iba pada Suzy.
                “Sekarang Krystal juga menjadi jauh lebih menyebalkan!”
                “Tapi kau tidak melakukannya kan Suzy-ah? Karena asal kau tau, waktu Kang Jiyoung diserang kau....”
                “AAARRRRGGG! HEI INI TOILET PEREMPUAN!” teriak Suzy begitu melihat sosok tinggi Sehun masuk dalam toilet tanpa rasa bersalah.
                “Apa yang kau lakukan disini?” tanya Son Naeun, perempuan yang sedari tadi mengobrol dengan Suzy sekarang menatap Sehun penuh curiga.
                “Ada urusan!” kata Sehun santai. Suzy dan Naeun memandang Sehun penuh curiga. Sehun berjalan tanpa melirik sedikitpun pada Suzy dan Naeun, Sehun mengetuk setiap bilik dan membukanya lebar. Dan sampai pada sebuah bilik yang terkunci, Sehun mengetuknya pelan seraya berkata pelan, “Buka saja, ini aku!”
                Tangan Jiyoung sudah siap untuk memutar daun pintu ketika otaknya memberi gambaran bagaimana ekspresi Suzy melihat Jiyoung keluar dari salah satu bilik padahal Suzy sedang asyik-asyiknya sedang membicarakannya. Jiyoung tidak tau harus bersikap bagaimana setelah ini ketika matanya bertemu dengan mata Suzy. Terakhir kali mereka bersenang-senang bersama karena kesuksesan penampilan mereka, namun sekarang situasinya sudah berbeda.
                “Sudah tidak apa-apa, keluar saja!” kata Sehun sekali lagi, Sehun terdengar sedikit berbisik dengan tujuan agar Suzy dan naeun tidak mendengarnya. Sampai akhirnya Jiyoung membuka pintu mencoba tidak peduli dengan ekspresi yang dipasang Suzy.
                “Maaf...”
                “Sudahlah, ayo!” Sehun menggandengnya, mengajaknya keluar toilet dengan langkah cepat.
                “Dia daritadi disana...?” kata Naeun terbata pada Suzy, sedang Suzy membelalak kaget tak percaya melihat Jiyoung baru saja melewatinya tanpa memandangnya. Sehun menarik Jiyoung untuk melangkah lebih lebar, dan menutup pintu toilet utama dengan keras dengan maksud menggertak kedua gadis yang baru saja membuat obrolan seru tentang Jiyoung.
                “Aiisshh! Apa hanya itu yang dilakukan perempuan kalau ke toilet? Aku pikir kalian benar-benar membutuhkannya, ush! Dasar cewek!” omel Sehun kesal.
                “Dandan di kamar mandi, ngomongin orang di kamar mandi, menangis di kamar mandi, terus apa lagi yang aku tidak tau?” Sehun bicara lebih kepada dirinya sendiri, Jiyoung hanya diam tidak menaggapi omelan Sehun.
                “Mereka ngomongin kau kan? Aku tadi sedikit dengar Suzy menyebut-nyebut namamu, lalu kau tidak segera keluar. Makanya aku masuk, maaf ya!” katanya santai pada Jiyoung, tapi tetap saja Jiyoung bisa mendnegar ada nada kesal dalam kalimatnya.
                “Sehun, ada yang ingin aku tanyakan?” Jiyoung berhasil membuat perhatian Sehun beralih penuh padanya. Sehun sedikit mengerutkan kening, tapi kemudian mengangguk.
                “Apa?”
                “Kenapa orang-orang menyalahkan Suzy? Hmm, apa Suzy dan Chanyeol sunbae ada hubungan sebelumnya?” tanya Jiyoung penuh tanya. Dan sekarang Jiyoung mengajak Sehun untuk berhenti sejenak, mereka berdiri di depan taman hobae yang terlihat sepi karena udara yang sangat dingin sore itu.
                “Kalau kau tanya aku kenapa jawabannya hanya satu...” Sehun terlihat menimbang apakah dia akan memberitahu Jiyoung atau tidak, Jiyoung menatap Sehun menantang hingga akhirnya Sehun membuang nafas berat dan kemudian berkata, “... si sinting itu adalah satu-satunya orang yang mencurigai Suzy.”
                “Maksudmu...” Jiyoung memeras otaknya untuk dapat mencerna kalimat Sehun. Si sinting? Hanyasatu orang yang Sehun panggil dengan panggilan itu, iya benar, Jung Krystal!
                “Dia menghampiri Suzy setelah mendengar ada yang memukulmu sore itu. Aku juga tidak tau setan mana yang merasukinya, yang pasti Krystal menuduh Suzy yang melakukan penyerangan itu padamu. Dan sepertinya ada seseorang yang mendengar itu ketika di ruang kesehatan, dan rumor menyebar dengan luas. Asal kau tau, ada banyak versi tentang cerita itu.” Sehun mencoba menjelaskan sejelas-jelasnya pada Jiyoung. Sehun sedikit khawatir otak Jiyoung menjadi sedikit slow setelah seseorang memukul kepalanya.
                “Tapi kenapa Krystal langsung menuduh Suzy?”
                “Aku juga menanyakan hal yang sama Kang Jiyoung.” jawab Sehun enteng, “Tapi wajar bukan, Krystal mengenal Suzy sejak acara perkenalan hobae kan? Mungkin Suzy cerita banyak dan Krystal juga tau banyak tentang Suzy. Krystal sangat yakin kalau Suzy itu menyukai Chanyeol hyung.” Sehun menaikkan kedua pundaknya.
                “Kenapa begitu rumit?” gumam Jiyoung.
                “Kenapa harus aku yang bergosip dan menceritakan semua ini padamu?” Sehun terlihat hina sekarang, “Tidakkah Sulli dan Krystal menceritakan semuanya padamu?”
                “Tidak, mereka tidak menjelaskan sejelas yang kau jelaskan barusan.” Jawab Jiyoung.
                “Oh, apa sih yang dilakukan cewek-cewek itu. Selain berbuat ulah, mereka tidak mau membuat gambaran keadaan agar menjadi jelas untukmu. Padahal kau peran utama dalam cerita ini.”keluh Sehun. Untuk sesaat Jiyoung terkikik, Jiyoung beranggapan mungkin Sehun tidak menyadari betapa baiknya dia dalam menjelaskan sesuatu. Bahkan Sehun juga selalu memberi pendapatnya ketika menjelaskan sesuatu, apapun itu. Mungkin karena otaknya yang encer dan dia selalu dimintai bantuan oleh teman-temannya seumur hidupnya, jadi hal seperti ini sudah menjadi biasa.
                “Sehun?”
                “Hem?”
                “Kau tidak punya pikiran untuk menjadi guru atau dosen saja?” goda Jiyoung dengan senyum tipis. Sehun mengerutkan keningnya mencoba membaca kemana kalimat Jiyoung itu akan di tuju.
                “Sepertinya kau mengalami kerusakan otak Jiyoung.” jawab Sehun serius, tidak menyadari kalimat terakhir Jiyoung hanya sebuah gurauan.
***
                Sabtu sore, Jiyoung dikagetkan dengan sebuah telepon dari Jongin. Seharusnya dia tau hal seperti ini akan terjadi, tapi Jiyoung tidak bisa bohong bahwa dia senang sekali.
                “Kalau kau tidak punya rencana, sebentar lagi aku akan menjemputmu. Kau siap-siap ya!” kata Jongin yang berhasil membuat Jiyoung menganga untuk beberapa saat.
                Tidak mau membuang banyak waktu, segera setelah dia menutup teleponnya, Jiyoung berlari masuk kamar mandi. Mandi secepat kilat, mencari pakaiannya yang terbaik untuk digunakan saat ini (Jiyoung mencoba sekitar delapan baju sebelum akhirnya menentukan pilihan akhir), menata rambutnya yang tidak rapi seraya melirik jam sesering dia bisa.
                Jiyoung sengaja mengurai rambutnya karena cuaca saat ini dingin, berpikir berulang kali apa da akan memakai topi atau tidak. Kemudian Jiyoung mengumpat kesal kenapa dia harus terlalu bingung memilih baju karena toh akan ditutupi jaket juga. Tapi kalau Jongin mengajaknya makan malam, toh jaketnya akan di lepas juga, batin Jiyoung.
                Setelah merasa nyaman dengan penampilannya dan Jiyoung sendiri sudah menilai penampilannya cukup menarik, Jiyoung kembali melihat jam dinding. Memerhatikan jantungnya yang berdetak, seakan mendramatisir suasana sore itu. Tak lama setelah itu, Jiyoung mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Jiyoung mengira pasti ayahnya pulang lebih cepat hari ini, tapi perkiraannya melesat setelah dia mendengar pembantunya mengetuk pintu kamar seraya berteriak “Nona Jiyoung, teman nona sudah menjemput!”
                “HA?” pekik Jiyoung kaget, mungkinkah Chanyeol ke rumahnya? Selama ini hanya Chanyeol yang mengantarnya menggunakan mobil, dia tidak pernah tau Jongin membawa mobil sebelum ini. Jika tidak dengan motornya, pasti dengan sepeda kesayangannya itu.
                Tanpa pikir panjang lagi Jiyoung segera melompat turun, mengambil syal dengan asal dan mengalungkan ke lehernya dengan cepat. Jiyoung tersenyum begitu melihat Jongin sedang duduk di sofa ruang tamunya, menggunakan jaket tebal berwarna biru tua dengan topi benie yang bertengger nyaman di kepalanya.
                “Sudah siap?” tanya Jongin dengan senyum tertahan. Entah karena gugup atau memang benar kata Sehun bahwa otak Jiyoung mengalami penurunan, Jiyoung hanya terdiam untuk beberapa saat. “Eh?”
                “Ya, sudah. Sudah kok!” jawab Jiyoung tolol, membuat Jongin terkikik geli.
                “Tidak perlu buru-buru, santai saja.” Kata Jongin kemudian. Jiyoung hanya tersenyum mencoba memikirkan apa lagi yang harus dia bawa, Jiyoung mengecek tas kecil yang dia bawa, melihat isinya dan yakin sudah tidak barang penting yang tertinggal. Kemudian dia melihat jam yang jarum panjangnya di angka enam dan jarum pendeknya berada diantara angka 4 dan 5.
                “Appa jelas belum pulang, omma belum kembali dari supermarket.” Gumam Jiyoung, “Sepertinya aku sudah siap sekarang.” lanjutnya.

                Setelah berpamitan pada pembantu Jiyoung dan berpamitan pada Ibu Jiyoung lewat telepon, Jongin menggiring Jiyoung untuk masuk mobil. Tidak tau sejak kapan Jongin bisa terlihat setampan dan semanis ini. Ya sekali lagi, mungkin benar otak Jiyoung sedikit bermasalah sekarang sejak penyerangan itu, yang pasti saat ini matanya tidak mau beralih dari memandang Jongin.
                “Errr, kau baik-baik saja kan?” tanya Jongin ragu, Jiyoung segera menggeleng kepalanya cepat-cepat. Wajahnya terasa panas, semua merah juga terlihat dipipinya yang putih. Bukan hanya karena udara dingin, tapi karena baru saja ketahuan sedang emnikmati memandang wajah Jongin.
                “Tidak, bukan apa-apa...” jawab Jiyoung gugup, Jongin menaikkan sebelah alisnya sebelum akhirnya tersenyum tipis, “Hanya saja, ini pertama kalinya aku melihatmu bawa mobil.”
                Plak!
                Jiyoung ingin menampar pipinya sendiri sekarang, alasan tolol apa barusan? Jongin tertawa renyah seraya memerhatikan kaca spion.
                “Udara terlalu dingin untuk naik motor, apalagi beberapa hari yang lalu kau habis dari rumah sakit.” Jawab Jongin enteng kemudian kembali melihat kaca spion, keningnya berkerut dan Jongin terlihat memikirkan sesuatu.
                “Kita mau kemana?” tanya Jiyoung berhasil terdengar lebih normal sekarang.
                “Aku berniat mengajakmu ke hutan kota, tapi kalau kau belum lapar. Apa kita harus makan dulu?” tanya Jongin sambil tetap melihat jalanan.
                “Tidak, aku belum lapar kok Jongin-ah!” kata Jiyoung cepat, membuatnya semakin kentara bahwa dia sedang gugup.
                “Baiklah. Hutan kota kalau begitu.” Kata Jongin seraya melempar senyum pada Jiyoung.
                Tidak ada yang berbicara setelah itu, Jongin terlihat berkonsentrasi menyetir sedangkan Jiyoung menikmati perjalanan dengan sesekali mencuri pandang pada Jongin. Entah mantra apa yang dipakai Jongin hingga berhasil membuat Jiyoung begitu terpesona seperti ini.
                Ekspresi serius Jongin ketika menyetir memberi nilai plus untuk penampilannya hari ini. Jiyoung berharap semoga dia orang pertama yang melihat Jongin menyetir seperti ini. Jongin membelokkan mobil secara mendadak sehingga membuat Jiyoung sedikit tersentak. Jiyoung melihat Jongin sedang memerhatikan kaca spion sambil bergumam tak jelas.
                “Eh Jongin, katamu kita ke taman kota. Kenapa malah belok kesini?” tanya Jiyoung heran.
                “Maaf-maaf. Sebenarnya aku hanya memastikan kita tidak diikuti, tapi sepertinya kita benar-benar diikuti sekarang.” Jongin menyeringai penuh kemenangan, seakan sudah berhasil membuat tikus masuk dalam perangkapnya.
                Jiyoung menoleh untuk melihat siapa yang mengikutinya, keningnya berkerut karena sepertinya dia mengenali mobil itu. Setidaknya dia sering melihatnya hanya tidak tidak tau mobil itu milik siapa.
                “Apa mobil yang itu? Sedan warna hitam itu?” tanya Jiyoung dan Jongin mengangguk mengiyakan. “Tidak asing!”
                “Aku juga berpikir begitu, tapi siapa ya?” Jongin berusaha mengingat, tapi sepertinya otaknya menolak untuk diajak berpikir keras. Kejadian ini membuat semangat Jiyoung turun seperempat persen. Siapapun orang yang membencinya dan berusaha mencelakainya, apa dia tidak punya hari lain untuk mengikuti Jiyoung? Kenapa harus ketika Jongin mengajaknya pergi seperti saat ini.
                “Jiyoung, aku minta maaf. Tapi tidak apa-apakan jika kita ubah rencana?” Jongin berhasil membuyarkan lamunan Jiyoung.
                “Ubah rencana?”
                “Maksudku, tidak apa-apa kan jika kita tidak ke hutan kota sekarang. Hutan kota pasti sepi di sore dingin seperti ini, yah mengingat kau sedang diikuti saat ini, aku hanya meminimalisasi hal buruk terjadi.” Jelas Jongin.
                “Aku terserah kau saja..” jawab Jiyoung, toh kemanapun asal dengan Jongin Jiyoung juga akan tetap senang.
                “Baiklah, sedikit bersenang-senang di mall sepertinya tidak buruk!” kata Jongin ceria dengan memperlihatkan senyum jahilnya.

                Jongin memarkir mobilnya dengan mulus, dia keluar mobil dan berlari memutar untuk membuka pintu untuk Jiyoung. Jiyoung merasa jantungnya berlompatan, dia bahkan lupa ada orang yang sedang mengikutinya sekarang.
                “Jangan jauh-jauh dariku ya!” Jongin menarik Jiyoung dalam rangkulannya, Jiyoung hanya mengangguk dan menurut saja. Badannya terasa hangat sekarang, bukan karena Jongin merangkulnya tapi karena rasa senang dan malu yang kadarnya terlalu tinggi.
                Jongin menoleh ke belakang, berpura-pura mengecek mobilnya, tapi matanya menangkap sosok menggunakan masker dan kacamata hitam serta topi hitam. Jongin menyeringai menyadari dua orang sedang mengikuti mereka, Jongin menarik Jiyoung agar lebih dekat dengannya dan berlagak seperti tidak terjadi apa-apa.
                Tangan Jongin yang bebas menarik lepas topi benienya, kemudian segera memakaikan untuk Jiyoung. “Pakai, ini terlalu dingin!” katanya, Jiyoung memakainya dengan benar sebelum kembali menyimpan tangannya dalam saku jaket.
                Mall ramai sore itu membuat Jongin bernafas lega, setidaknya orang itu tidak akan menyerang Jiyoung dalam keadaan ramai seperti ini. Meskipun begitu tidak pernah membuat Jongin lengah, dia tetap menjaga Jiyoung agar tetap aman dalam rangkulannya. Jongin hanya mengajak Jiyoung jalan-jalan sambil sesekali berhenti untuk melihat sesuatu, sampai pada satu butik Jongin berbisik.
                “Kalau orang itu memukulku kau harus segera menjauhinya dan teriak saja, oke?” bulu kuduk Jiyoung berdiri, bukan hanya karena nafas hangat Jongin yang menyapa telinganya tapi juga karena kalimat Jongin.
                “Kau ngomong apa sih?” kata Jiyoung sedikit kesal.
                “Aku hanya berjaga-jaga, kau tetap prioritas utamaku!” kata Jongin dan untuk kesekian kalinya membuat pipi Jiyoung merona.
                “Tapi sepertinya mereka tidak berbahaya, karena aku bisa menakhlukan mereka berdua!” kata Jongin sambil sedikit terkekeh. Jiyoung kesal karena Jongin membuat lelucon yang sama sekali tidak lucu baginya.
                Jiyoung memerhatikan dua orang yang tak jauh darinya, memakai jaket tebal, kacamata hitam, masker dan juga topi hitam. Dalam keadaan seperti ini, penyamaran mereka justru membuat mereka menjadi perhatian. Jiyoung ingin memerhatikan mereka lebih seksama tapi Jongin segera menariknya kembali dalam rangkulan dan mengajaknya kembali berjalan.
                Jongin mengajak Jiyoung naik ke lantai atas dengan lift. Jiyoung khawatir apa orang yang megikutinya akan masuk juga dalam lift, tapi benar dugaannya. Dua orang itu iku masuk lift, dan keduanya terlihat bingung begitu menyadari hanya ada mereka berdua dengan Jongin dan Jiyoung sekarang. Mereka ingin keluar tetapi Jongin sudah terlanjur menekan tombol tutup berkali-kali.
                Dua orang yang mengikuti Jiyoung dan Jongin kini berdiri kaku di sudut jauh dari pintu, berpura-pura tertarik pada atap lift yang tidak ada apa-apanya. Sedang Jiyoung dan Jongin berdiri dekat dengan pintu lift dan tombol lift. Jongin terlihat menikmati keadaan ini, karena dia terlihat berusaha untuk tidak tersenyum senang.
                Tidak lebih dari satu detik, Jongin mendorong Jiyoung dan menyudutkannya ke dinding. Kemudian Jongin mendekatkan wajahnya pada Jiyoung. Jiyoung bahkan tidak berani mengambil nafas karena situasi itu, dia hanya memejamkan mata dan merasakan nafas Jongin menyentuh kulit wajahnya.
                “Heeeuuugghh! Apa yang bocah itu coba lakukan!”  tanpa sadar kalimat itu keluar. Secepat mulainya, Jongin menarik diri dan berbalik untuk melihat dua orang yang berdiri kaku di belakangnya. Dua orang itu menahan nafas melihat Jongin menatap mereka dengan liar.
                “Jangan pikir aku tidak tau kalau itu kau, Krystal!” kata Jongin tegas dan jelas dengan sebuah serigai puas di ujung bibirnya.
 
A/N: Yiiipiii baru bisa update hari sabtu! Mood nulis emang agak berantakan, tapi udah mulai oke lagi sekarang. Gak tau kapan bisa update lagi, tapi diusahakan minggu depan lah -tapi gak janji-.
selamat menebak-nebak bagaimana akhir kisah ini, rencana dibuat happy ending, tapi kalau ada yang pengen sad ending, kenapa gak? Oh iya, disini Jongin Jiyoungnya udah mulai agak gimana gitu, hehe. Next chapter bakal aku bikin hubungan resmi Jiyoung, tapi gak tau sama siapa deh. Trims buat yang udah baca, readers setia, trims trims trims. ^_^

Komentar

  1. Aaaargh I'm so confused. I still don't know who the perpetrator is, and what on earth is Krystal doing? On the plus side, Jiyoung-Jongin is getting closer, which I miss reading about in this fic. I'm looking forward to the unveiling of Jiyoung's official relationship, just like you had promised. Thanks again for the update, author.

    BalasHapus
  2. first of all, thanks for updating :). kira kira itu taemin krystal kah? jangan-jangna nih krystal bakalan move on dari sehun ke taemin . hahaha. but they're look good together. uhm, hubungan resminya jiyoung ya? sama jongin? atau sehun? tendency .nya ke jongin yah. uhuhuhu.. masih penasaran sama yang neror jiyoung. berarti bukan suzy sih ya? tapi terus? semoga tereveal di next chap. update soon ya.. :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah