Langsung ke konten utama

[FANFIC] MISS RIGHT (Part 2)

Tittle: MISS RIGHT
Main Cast: Jeon Jungkook, Jung Hana (OC), Kim Sukjin
Support Cast: Kim Taehyung, Ryu Sujeong, Park Jimin, Jung Yein
Lenght: Chapter
Genre: romance, fluffy



“Jung Hana pacar Jeon Jungkook!”

                Rasanya kalimat itu terus memutar di dalam kepala Hana, kemanapun dia pergi pasti selalu mendengar orang yang membisikkan kalimat itu. Kemanapun dia bersembunyi, pasti beberapa orang melayangkan pandangan tajam pada Hana. Hei, Hana hanya menjadi pacar Jeon Jungkook, dia bukan seorang kriminal.

                Ditambah efek foto ciumannya dengan Jungkook yang sudah menyebar di grup angkatan, gosip itupun menyebar dengan sangat cepat dan luas. Tolong jangan lupa, Jungkook yang kita bicarakan disini. Seseorang yang punya pengaruh besar di sekolah ini. 

                “Stt, orangnya datang..” Hana bisa mendengar seorang gadis berbisik pada teman-temannya tepat ketika Hana melewati gerombolan gadis yang kini sibuk meliriknya. Jika dilihat dari tatapan sinis mereka bisa dipastikan mereka adalah golongan dari fans Jungkook. Hana tidak punya banyak pilihan, sebaiknya dia diam daripada harus diserang fans Jungkook itu –oh ayolah, Hana masih sayang pada nyawanya sendiri.

                Hana tersenyum pada mereka, hanya ingin untuk mengurangi rasa canggung diantara mereka. Tapi kalian tau apa yang terjadi? Gerombolan itu justru tersenyum miring, seakan meremehkan apa yang baru saja Hana lakukan. Heol! Segera saja Hana menghilangkan senyumnya dan menatap aneh pada gerombolan gadis itu.

                “Lihat dia, dia pikir dia siapa? Hanya karena dia pacar Jeon Jungkook bukan berarti dia pemenang. Dia pikir dia pemilik Jeon Jungkook!” seorang gadis dengan rambut warna terang berkata dengan keras, membuat Hana menghentikan langkahnya seraya menatap mereka bingung –bukankah jika sudah berpacaran berarti kalian saling memiliki satu sama lain?

                “Apa yang kau serahkan sampai Jungkook mau berpacaran denganmu? Atau jangan-jangan Jungkook hanya kalah taruhan?” yang itu seorang gadis dengan tubuh super kurus yang bicara, jujur saja Hana ingin mencogkel matanya. Bagaimana bisa dia bicara sambil melotot seperti itu?

                “Bisa saja Jungkook kalah taruhan. Kalian tau sendiri kan Jungkook, Jimin dan Taehyung sering melakukantaruhan konyol.”gerombolan gadis itu tertawa, seakan barusan adalah lelucon paling lucu di abad ini. 

                “Segitu sukanya kalian pada Jeon Jungkook?” kalimat itu berhasil keluar dari bibir Hana, ekspresinya benar-benar menyebalkan. Hana menekankan kalimatnya seraya tersenyum miring, makin menyulut emosi dari sisi fans Jungkook.

                “Berani sekali kau bicara seperti itu? Kau pikir kau siapa?” gadis kurus itu berdiri, menatap Hana dengan tatapan penuh kebencian.

                “Kau hanya memberi bibirmu pada Jungkook supaya dia mau berpacaran denganmu kan? Oh sepertinya kau memberikan lebih dari itu...” gadis berambut terang itu kembali bicara. Diantara gerombolan gadis itu memang gadis bertubuh super kurus dan yang berambut teranglah yang menyerang Hana. Sedangkan yang lain hanya menjadi penonton, tapi Hana yakin mereka tidak akan membela Hana.

                “Jangan merasa bangga hanya karena kau berhasil mendapatkan Jungkook. Kau hanya beruntung, Jung Hana. Kau pikir berapa gadis yang mau memberikan tubuhnya hanya untuk bisa mendapatkan Jungkook?” tawa gerombolan gadis itu semakin kencang, dan kali kini Hana benar-benar kesal. Kesal antara dia dituduh yang tidak-tidak dan kesal karena begitu banyak yang menyukai Jungkook.

                “Aku kasihan pada kalian. Aku tidak perlu melakukan hal menjijikan seperti kalian untuk mendapatkan Jungkook.” Hana berkata sambil tersenyum.

                “Coba lihat, dia benar-benar berani!” oke, fans Jungkook benar-benar naik pitam. Siapa yang peduli, Hana tidak mau dituduh yang macam-macam!

                “Satu fakta yang tidak akan pernah kalian miliki, ‘Aku adalah pacar Jeon Jungkook!’”  Hana dapat merasakan iblis dalam tubuhnya tertawa keras, entah sejak kapan Hana memiliki sifat alami Yein itu. Yang pasti Hana sangat senang melihat para gadis itu menahan marah, sepertinya mereka tidak tau harus bicara apa lagi.

                “Ternyata kau tidak sepolos yang dibicarakan orang. Bahkan kau tega merebut Jungkook dari Yein, saudara kembarmu sendiri!” gadis berambut pirang itu berkata dengan tegas, yang lainnya mengangguk mengiyakan kalimat itu.

                “Aku tidak pernah....” belum sempat Hana menyelesaikan kalimatnya gadis bertubuh kurus itu memotong kalimatnya, berkata dengan sangat tegas dan jelas

                “Dasar jalang!” 

                Cuuurr.....

                Seseorang menyiram jus jeruk tepat di atas kepala gadis bertubuh kurus dan berwarna rambut terang yang notabene menggannggu Hana dari tadi. Kedua gadis itu memekik dan hampir berteriak ketika dinginnya air mengenai puncak kepala mereka. Membuat kepala dan sebagian tubuhnya basah karena itu. Hana bisa melihat dengan jelas kedua gadis itu akan meledak marah, tapi langsung terdiam begitu melihat siapa pelaku dari insiden penyiraman jus jeruk itu.

                Jeon Jungkook!

                “Bagaimana? Sepertinya jus jeruk ini kurang efektif untuk membuat otak kalian beku dan berhenti bicara kotor seperti yang baru saja kalian lakukan!” Jungkook berkata tegas, bibirnya hampir tak bergerak ketika mengucapkan kalimat itu. Prediksi Hana, Jungkook sedang marah sekarang. Melihat tatapan Jungkook seperti itu saja sudah berhasil membuat nyali Hana menciut. 

                “Jungkook-ah aku....”

                “Haruskan aku menceburkan kalian di kolam depan taman? Atau kalian ingin aku memotong lidah kalian supaya kalian berhenti bicara?” Jungkook kembali berkata begitu dingin, Hana takut kalau saja Jungkook sedang kesurupan hantu jahat penghuni sekolah.

                “Jungkook-ah, kami tidak bermaksud...”

                “Aku seratus persen tau maksud kalian!” Jungkook melempar gelas plastik jus jeruk yang isinya kosong ke arah dua gadis itu. Spontan Hana langsung menarik Jungkook untuk jauh-jauh dari mereka. Gerombolan gadis itu terlihat sangat takut sekarang, terutama dua gadis yang sedari tadi berdebat dengan Hana.

                “Kau banci jika kau sampai memukul mereka!” Hana berjinjit untuk berbisik di telinga Jungkook. Jungkook menghela nafas panjang, kini tatapan horror itu berpindah pada Hana. Ya Tuhan, sepertinya Hana salah memilih kalimat.

                “Ayo pergi...” Hana merengek dengan tatapan memohon. Kenapa Hana langsung tidak berkutik jika melihat Jungkook seperti ini? 

                “Jungkook kami tidak bermaksud apa-apa...”

                “Minta maaf pada Jung Hana jika kalian masih ingin hidup tenang di sekolah ini!” kata Jungkook pada mereka, sedang Hana sedang berusaha mati-matian untuk menyeret Jungkook pergi darisana.

                Hana terus menyeret Jungkook yang pandangannya masih tetap pada gerombolan gadis itu. Sampai mereka sudah berjarak sekitar tujuh meter, Jungkook baru menyerah dan berjalan tanpa perlawanan. Gila! Hana bisa gila!

                “Kau kenapa sih? Sebegitu sayangnya sampai tidak mau melepasku?” Jungkook bicara seraya melihat kedua tangan Hana yang melingkar sempurna di lengannya, Hana segera melepasnya begitu Jungkook menyelesaikan kalimatnya.

                “Kau kesurupan apa? Apa kau habis mengumpat di bawah pohon beringin yang ada di belakang sekolah?” Hana menatap Jungkook, ingin memastikan apa orang di depannya itu benar-benar Jeon Jungkook.

                “Bodoh! Aku tidak sedang kesurupan atau apa.” Bibir Jungkook melengkung. Syukurlah, Jungkook sudah kembali. Setidaknya sedikit tersenyum bisa membuat rasa takut Hana berkurang.
                “Kenapa kau bisa ada disana?” tanya Hana.

                “Dimana?” Jungkook mengerutkan kening, heran.

                “Disana, di tempat tadi. Tempat aku dan gerombolan gadis itu.” 

                “Oh, aku membuntutimu.” Jawab Jungkook enteng, kemudian di ajaknya Hana agar berjalan di sebelahnya.

                Heol!

                “Kau membuntutiku? Sejak kapan?” Hana mencoba berpikir, karena sedari tadi dia tidak sadar ada seseorang yang sedang membuntutinya.

                “Sejak kau keluar dari kelas tadi. Aku beli dua jus jeruk, satu untukku dan satu untukmu. Tapi berakhir pada dua perempuan bangsat tadi.” Jungkook terlihat masih kesal ketika mengucapkan kalimat terakhir.

                “Ah benar, jus jeruk! Jadi yang tadi itu satu untukku? Tapi kau buang sia-sia untuk menyiram mereka. Aaiiisshh!” Hana bicara begitu cepat.

                “Itu tidak sia-sia! Malah yang tadi itu tidak ada apa-apanya!” balas Jungkook, Hana menatapnya tajam, takut jika iblis kembali merasuki Jungkook.

                “Bodoh sekali kalau kau menanggapi orang-orang seperti mereka. Lagipula apa yang mereka bicarakan tidak masuk akal, mereka mengejekku hanya karena aku pacarmu. Eh!” Bagus! Hana menutup mulutnya dengan kedua tangan setelah mengucapkan kalimat terakhir. Jungkook tersenyum, begitu manis sampai hampir membuat Hana lupa bahwa Jungkook sedang keadaan mood tidak bagus saat ini.

                “Yeah, setidaknya aku mendengar kau mengaku sebagai pacarku dua kali hari ini!” Jungkook tertawa renyah, melirik Hana yang kini terbakar rasa malu di sebelahnya.

                “Satu fakta yang tidak akan pernah kalian miliki, ‘Aku adalah pacar Jeon Jungkook!’”  

                Bodoh! Hana lupa dia juga sempat mengucapkan kalimat bodoh itu tadi. Jika Jungkook mengikutinya sejak awal, tentu saja dia mendengar apa yang dia dan fansnya perdebatkan. Ya Tuhan, hilang segala image Hana yang dia bangun selama ini.

                “Ah, aku lupa aku ada janji dengan Sujeong. Ya Tuhan pasti Sujeong sudah menunggu lama di perpustakaan.” Hana berjalan cepat. Jungkook dengan mudah bisa mengikuti dan menyeimbangi langkah cepat Hana.

                “Jangan bohong, aku tau Sujeong dengan bersama Taehyung sekarang.” Jungkook tersenyum melihat Hana salah tingkah seperti sekarang.

                “Ah dengan Yein juga. Bagaimana aku bisa lupa.” Hana mencoba semua alasan yang muncul di otaknya untuk menjauh dari makhluk bernama jeon Jungkook.

                “Yein sedang dihukum guru sekarang.” Jawab Jungkook enteng, Hana berhenti sejenak seraya menatap Jungkook.

                “Dihukum? Karena?” 

                “Dia mengumpat sangat keras tadi di dekat ruang guru.” Jungkook masih menjawab dengan santai.

                “Mengumpat kepada?” Hana mengerutkan keningnya.

                “Padaku.” Jungkook tersenyum. “Kembaranmu itu, begitu cara dia menitipkanmu padaku. Kasar!” sambung Jungkook sambil tersenyum bangga. Semakin kesini, Hana semakin bisa menemukan kemiripan Jungkook dan Yein. Dua iblis itu!

                “Kalau begitu aku ke Jin oppa. Banyak tugas yang harus aku tanyakan padanya.” Hana tersenyum bodoh seraya kembali berjalan cepat.

                “Jangan alasan!” ancam Jungkook mengikuti Hana.

                “Sepertinya aku harus menelponnya dulu, sepertinya sebentar lagi jam istirahat selesai.” Hana mengambil ponselnya yang ada di saku.

                “ Berani kau ke Jin hyung aku patahkan kakimu!” teriak Jungkook berhasil membuat Hana berlari untuk menghindar darinya.

                “Omma!!!” Hana berteriak seraya mempercepat larinya, Jungkook segera mengejar Hana seraya tertawa. 

***

                Bel pulang sekolah sudah berbunyi, semua buku sudah masuk dalam tas, Hana sudah siap keluar kelas ketika Sujeong bertanya.

                “Kau tidak diantar Jungkook pulang?”

                “Tidak, kenapa?”

                “Apa aku perlu bilang padanya agar mengantarmu pulang?” 

                “Tidak perlu, aku naik bus saja. Kenapa sih?” Hana terlihat heran.

                “Aku pulang dengan Taehyung hari ini.” Jawab Sujeong, sedikit merasa bersalah. “Maaf Hana. Jika mau biar aku bilang pada Jungkook agar kau tidak pulang sendirian.”

                “Tidak perlu. Ini bukan pertama kalinya aku pulang sendiri kan.” Jawab Hana santai.

                “Benar tidak apa-apa?” Sujeong menatapnya khawatir.

                “Tentu saja. Kau kenapa sih?”

                “Bukan begitu. Tapi sejak kau pacaran dengan Jungkook, aku tidak tega membiarkanmu sendirian. Daripada kau sendiri lebih baik kau dekat-dekat dengan Jungkook, biar aman.” Jelas Sujeong membuat Hana tertawa. 

                “Kenapa kau terdengar seperti Yein?” 

                “Aku serius! Kau tau sendiri Jungkook mempunya banyak gadis yang menyukainya!” Sujeong menegaskan kalimatnya.

                “Tenang saja. Hei, Taehyung sudah menunggu!” Hana memberi isyarat pada Sujeong, Taehyung sudah berdiri di sebelah Sujeong sekitar lima menit yang lalu. Taehyung tersenyum begitu Sujeong menyadari Taehyung ada di sampingnya. Siapa saja tolong jauhkan Hana dari pasangan itu. Meskipun mendapat predikat pasangan paling diinginkan di sekolah mereka, tapi percayalah banyak hal yang membuat Hana geli dengan pasangan itu.

                “Aiiisshhh, drama lagi.” Keluh Hana membuat Taehyung dan Sujeong tertawa.

                “Bye, Jung Hana. Sampaikan salamku pada kembaranmu!” Taehyung melambai pada Hana sebagai salam perpisahan, Hanya hanya mengangguk seraya membalas melambai pada Jungkook.

                Hana segera keluar kelas tanpa menoleh pada Jungkook yang sepertinya masih duduk manis di bangkunya. Masa bodoh! Hana benar-benar lelah sekarang, yang dia inginkan hanyalah tempat tidur yang nyaman di kamarnya. Hana ingin mandi dan segera tidur setelah ini.

                Seperti biasa jika jam pulang sekolah gerbang akan sangat ramai penuh siswa-siswi yang ingin segera pulang. Hana berjalan sendiri, dia sudah terbiasa dengan tatapan-tatapan tajam dari fans Jungkook. Hanya sekedar informasi, sangat jarang Hana dan Yein pulang bersama. Karena kebiasaan Yein yang selalu saja ada acara setiap pulang sekolah. Hana lebih serig pulang bersama Sujeong, tapi yah terkadang Taehyung membuat Hana pulang sendirian karena Taehyung mengajak sahabatnya itu pergi.

                Hana menangkap sosok Yein sedang di depan gerbang, Yein sedang tertawa terbahak-bahak. Yein tidak sendirian, karena ada anak laki-laki bersurai orange sedang bersamanya. Keduanya bersandar pada tembok tinggi sekolah, seraya menertawakan setiap anak yang lewat. Dasar!

                “Yein-ah, itu Hana!” Jimin memberitahu Yein dan kemudian tatapan mereka bertemu. Tatapan Yein seakan menanyakan sesuatu tapi Hana tidak bisa menangkap itu.

                “Kenapa?” tanya Hana ketika keduanya sudah dekat.

                “Mana Jungkook?” Yein balik bertanya.

                “Di kelas.” Jawab Hana enteng, “Kenapa sih?”

                “Kau tidak diantar Jungkook?” kali ini Jimin yang bertanya.

                “Tidak!” Hana menggeleng, “Kalian kenapa? Kalian mencurigakan sekali.” Lanjutnya.

                “Jungkook bilang akan mengajakmu keluar sepulang sekolah. Makanya aku dan Yein tidak ikut Jungkook –errgh kau tau sendiri kan aku selalu pulang dengannya. Yah, tumpangan gratis.” Jelas Jimin tapi Hana masih belum bisa menangkap keadaan yang terjadi saat ini.

                “Lalu kalian pulang naik bus? Gara-gara Jungkook bilang akan keluar denganku?” tanya Hana lagi, masih butuh berjuta kata untuk dapat mengerti.

                “Kita numpang Jin oppa.” Yein menaik-nurunkan alisnya, raut wajah Hana langsung berubah.

                “Jujur saja Jungkook tidak mengajakku kemana-mana...”

                “Kata siapa aku tidak mengajakmu? Ayo cepat!” kalimat Hana terpotong oleh Jungkook yang tiba-tiba sudah ada disana seraya mengalungkan lengannya di pundak Hana. Kenapa Jungkook selalu datang secara tiba-tiba?

                “Hati-hati, jangan pulang terlalu malam.” Dan itu, suara itu. Hana sudah begitu hafal dengan suara itu, dan dia menoleh untuk memastikan apa perkiraannya benar. Dan yah! Jin sedang berdiri tak jauh dari mereka, tersenyum seraya memerhatikan Hana yang sedang ada dalam rangkulan Jungkook.

                “Tidak lama kok hyung!” jawab Jungkook angkuh seraya menarik Hana dan merapatkan rangkulannya.

                “Awas kau sampai berani menyentuh Hana!” ancam Yein horror, tatapan Yein tak kalah tajam dari Jungkook. Tidak ada rasa takut ketika mata Yein berusaha menembus mata Jungkook. Sepertinya dua anak itu pernah traiee di neraka, mereka benar-benar seperti iblis.

                “Tenang, dasar kau preman brengsek!” kata Jungkook sambil terkekeh, Yein hanya tersenyum simpul.

                “Hana, hari ini aku dan Jimin akan main ke rumah Jin hyung. Bilang padaku jika si brengsek itu macam-macam. Bye! Selamat berkencan!” Yein melambai kemudian menarik Jimin dan Jin agar segera pergi darisana. Hana mematung melihat punggung Jin, Yein dan Jimin yang semakin menjauh. Bahkan Jin tersenyum manis padanya tadi sebelum dia berbalik dan mengikuti Yein.

                Disaat seperti ini, ingin rasanya Hana bergabung dengan ketiga orang itu daripada harus berduaan dengan iblis semacam Jeon Jungkook. Adakah yang bisa membantu Hana sekarang? Statusnya memang sebagai pacar Jungkook, tapi jika bicara soal hati, Hana masih belum bisa memberikan sepenuh hatinya pada Jungkook. Jika ditanya alasanya, Jin adalah alasan dari semua ini.

                “Kenapa melamun?” tanya Jungkook, melirik pada Hana yang tidak berkedip ke arah Jin, Jimin dan Yein pergi.

                “Siapa yang melamun?” jawab Hana sengak.

                “Galak sekali? Kau jangan ketularan saudara kembarmu dong!” Jungkook menarik Hana agar mulai berjalan. Perlu diingat, Jungkook memarkir mobilnya tidak di sekolah karena dia yang masih belum cukup umur untuk mengendarai mobil. Sekarang Jungkook dan Hana sedang berjalan menuju mobil Jungkook yang diparkir tak jauh dari sekolah.

                “Kau mau kemana?” Jungkook kembali bertanya.

                “Sebenarnya aku tidak ingin keluar.” Jawab Hana, jika di dengar dari suaranya Jungkook bisa tau bahwa Hana sedang dalam mood yang tidak baik.

                “Apa aku mengantarmu pulang saja?” tawar Jungkook, mencoba memahami keinginan gadisnya itu, tapi Hana hanya diam. Jeon Jungkook, tidakkah kau mengerti bahwa Hana ingin pergi ke rumah Jin?

                “Kau ada masalah? Kalau ada cerita saja padaku.” Entah mengapa Hana merasa Jungkook seperti malaikat saat ini. 

                “Tidak ada masalah hanya saja...” Hana tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia tidak menemukan kalimat yang pas untuk menjelaskan perasaannya saat ini. Bisa saja Hana bilang dia ingin ke rumah Jin. Tapi jika Hana bilang begitu, yakin seratus persen iblis dalam diri Jungkook akan kembali keluar.

                “Baiklah, aku mencoba mengerti. Aku mengajakmu keluar lain kali saja, jadi aku akan mengantarmu pulang sekarang.” Kata Jungkook akhirnya. Hana sempat mendongak untuk melihat wajah Jungkook. Benarkah ini Jeon Jungkook? Benarkah dia baru saja menyerah dan mengalah untuk Hana? Oh bahkan Hana bisa melihat sirat kekecewaan dari sudut mata Jungkook, dan tentu saja ini membuat Hana tak enak hati.

                “Maaf. Kau tidak marah kan?” tanya Hana hati-hati.

                “Untuk apa minta maaf. Tidak apa-apa, tapi lain kali kau tidak boleh menolak jika aku ajak.” Jungkook tersenyum, senyum yang jarang sekali Hana lihat. Ternyata dibalik sifat brengseknya Jungkook juga bisa seperti ini?

                Jungkook menggiring Hana untuk masuk dalam mobilnya, tidak ada percakapan selama beberapa saat. Hana sibuk dengan pikirannya sendiri sedangkan Jungkook terlihat fokus menyetir. Satu-satunya pemecah keheningan itu adalah ketika ponsel Hana berbunyi, Yein mengirim sebuah foto padanya. Yein, Jimin dan Jin sedang berada di dapur, sepertinya mereka memasak sesuatu, ketiganya tersenyum lebar ke arah kamera.

                Sial!

                Hana ingin pergi kesana!

                “Siapa?” Jungkook melirik sekilas.

                “Yein.” Jawab Hana singkat, kemudian segera mengetik dalam ponselnya untuk menjawab pesan itu.

                “Kembaranmu itu...” Jungkook terkekeh.

                “Sepertinya dia lebih mirip denganmu daripada denganku.” Balas Hana, Jungkook mengerutkan keningnya.

                “Eh?” Jungkook memandang Hana tak mengerti.

                “Kalian sama-sama punya hantu jahat yang tinggal dalam diri kalian.” Jelas hana membuat Jungkook terbahak. Hantu jahat? 

                “Lalu kau tidak takut padaku?” tanya Jungkook masih dengan tawanya.

                “Tidak, ada Yein yang siap menyerangmu kapanpun aku memintanya.” Hana menjawab dengan tegas. Dasar gila!

                From: Yein
                To: Hana
                Apa Jungkook mengajakmu ke rumahnya? Jika iya tenang saja, aku ada di rumah Jin oppa dengan Jimin. J

                Hana terkekeh melihat pesan dari Yein. Ternyata itu alasan Yein main ke rumah Jin, Hana semakin terkikik ketika Yein mengiriminya foto Jimin memegang sebuah pisau dengan wajah horror. Hana tertawa dalam hati, bahkan Jungkook tidak menawarinya untuk main ke rumahnya. Jungkook sedang menjadi malaikat sekarang, Jungkook akan mengantarnya pulang.

                Tunggu sebentar, sebuah ide muncul di otak Hana. Bodoh kenapa tidak terpikirkan ini dari tadi? 

                “Jungkook...”

                “Hmm?” Jungkook tetap fokus melihat arah depan.

                “Kita ke rumahmu saja ya!” ajakan Hana langsung membuat Jungkook menoleh padanya, menatap Hana curiga dan sedikit ngeri.

                “Apa?” Jungkook mengerutkan kening, menoleh dan mencoba membaca raut muka Hana.

                “Kita ke rumahmu saja!” kata Hana sekali lagi.

                “Kau Hana atau Yein?” tanya Jungkook curiga, dan sebuah pukulan berhasil mendarat di kepala Jungkook. 

                “JEON JUNGKOOK!” teriak Hana, Jungkook hanya tersenyum garing. Antara mencoba menerima kenyataan dan merasakan sakit di kepalanya. Jungkook segera saja putar balik dan mengajak Hana ke rumahnya.

***

                “Oppa, Jimin menumpahkan telurnya!” Yein berkata begitu keras, Jin hanya melirik dan membuang nafas berat. Kenapa dua anak begitu begitu berisik dan hampir membuat dapurnya menjadi seperti kapal pecah.

                “Ini gara-gara kau, berhenti menggelitik-ku Jung Yein!” kata Jimin seraya berlutut untuk membersihkan lantai yang penuh telur. Jin tidak tau bagaimana reaksi ibunya jika melihat dapur seperti ini. Jin berdoa semoga saja Ibunya menginap di rumah pamannya malam ini.

                “Oppa, sepertinya itu sudah matang!” Yein mendekat ke arah oven tapi untungnya Jin berhasil menarik belang kaos Yein.

                “Jangan dibuka Yein, itu belum matang.” Kata Jin sabar.

                “Eh. Lama sekali.” Kata Yein seraya tersenyum bodoh pada Jin.

                Sebenarnya Jin ingin menghabiskan sore ini dengan maraton anime sambil menghabiskan stok camilan di rumahnya. Karena ayahnya yang bekerja sampai malam, dan Ibunya yang pergi ke rumah pamannya, Jin sudah berniat untuk bermalas-malasan. Sampai akhirnya dua makhluk yang sekarang ada di dapurnya itu menghampirinya di sekolah, bilang jika mereka ingin main ke rumahnya.

                Jimin? Sudah biasa untuk Jimin main ke rumahnya, tapi hal ini cukup baru bagi Yein. Ya memang Jin sudah mengenal Yein cukup dekat, ditambah dia adalah saudara kembar Hana dan Yein juga sering mengunjungi rumah tetangga sebelahnya (Jungkook). Tapi sekarang, melihat Yein sedang memakai boxer milik Jin dan kaos kebesaran yang juga milik Jin, dengan seenaknya membuka kulkas, membuka lemari makanan dan bahkan menonton tv di rumahnya dengan begitu santai. Seakan ini adalah kunjungan keseribu Yein ke rumahnya. Jin mengerti sekarang, kenapa banyak orang bilang jika Yein dan Hana adalah saudara kembar yang begitu berbeda.

                Wajah mereka persis sama, hanya model rambut yang dapat membedakan mereka. Dan dari sikap mereka, sama sekali tidak ada mirip-miripnya. Semakin dipikir, Yein memang bentuk perempuan dari Jeon Jungkook.

                Dan sekarang Jin sedang memenuhi permintaan Jimin dan Yein untuk membuat kue. Jimin dan Yein bilang akan membantu tadi, tapi hasilnya kacau. Yang ada mereka hanya membuat dapur bersih Ibu Jin menjadi seperti tempat pembuangan sampah.

                “Kuenya terlalu lama. Oppa, aku numpang tidur di kamarmu ya!” Yein menyerah untuk menunggu kue itu sampai matang.

                “Enak saja, bersihkan ini dulu!” sergah Jimin.

                “Nanti aku bantu, aku tidur dulu.” Yein mejambak sekilas rambut Jimin, Jimin mengumpat. “Oppa, kamarmu di atas kan?”

                “Naik saja, kamarku tepat di depan tangga.” Jawab Jin. Melihat Yein seperti sekarang ini, entah mengapa membuat Jin ingin Hana yang seperti itu. Bukankah menyenangkan jika Hana yang berkeliaran di rumahnya dengan memakai bajunya seperti Yein sekarang ini? Aish! Apa yang Jin pikirkan, ingat Hana pacar Jungkook!

                “WAH! DI KAMARMU ADA BALKON!” Jin dan Jimin mendengar Yein berteriak, keduanya saling tatap kemudian tertawa.

                “DASAR KAMPUNGAN!” Jimin balas berteriak sambil tertawa terbahak.

                “WAH INI BERHADAPAN LANGSUNG DENGAN BALKON RUANG TV JUNGKOOK!” teriak Hana lagi.

                “Sepertinya kau begitu hafal tata ruang rumah Jungkook! Kau pembantu yang membersihkan rumah Jungkook?” Jimin kembali bicara.

                “BRENGSEK! DIAM KAU PARK JIMIN!” balas Yein berteriak.

                “Buka saja jika kau ingin ke balkon!” kata Jin keras agar Yein bisa mendengar suaranya.

                “IYA SUDAH AKU BUKA DARITADI!” Yein berteriak lagi. Padahal tidak perlu berteriak sekencang itu Jin dan Jimin masih bisa mendengar.

                “Kau tidak perlu menawarkan apa-apa pada gadis itu. Bahkan jika dia lapar, dia akan mengambil makan sendiri tanpa kau suruh.” Kata Jimin membuat Jin terkekeh.


                Jin dan Jimin menyusul Yein ke atas setelah kuenya matang. Dan yang mereka lihat adalah Yein yang sedang tertidur pulas di balkon. Jin dan Jimin sepakat untuk tidak membangunkannya. Jimin duduk di balkon sambil membaca komik-komik koleksi Jin. Sedangkan Jin lebih memilih untuk bermain game di ponselnya.

                Jin mendongak begitu mendengar seseorang membuka pintu dari seberang, dilihatnya Jungkook yang tersenyum lebar disana. Kemudian Jin menangkap sesuatu yang terlihat lebih menarik dari apapun yang indah di dunia ini. Iya, Jung Hana yang keluar dari balkon, berdiri di belakang Jungkook dengan masih memakai seragam sekolahnya. Hana tersenyum begitu mata mereka bertemu. Jin suka itu, tapi kemudian rasa kesal menyerangnya, menyadari Hana berada di rumah Jungkook sekarang.

                “WOI!” teriak Jungkook untuk mendapat perhatian Jimin, Jimin mendongak dan mendapati Jungkook berada di balkon rumahnya.

                “Sudah kuduga Hana akan berakhir berkunjung ke rumahmu!” kata Jimin.

                “Kami langsung kesini. Kami tidak jalan-jalan.” Kata Jungkook enteng. “Preman itu ke rumah Jin hyung hanya untuk numpang tidur?” Jungkook melihat Hana yang sedang tidur disana.

                “Dia tidur setelah menghancurkan rumahku.” Jawab Jin.

                “Ya itulah yang selalu dia lakukan di rumahku.” Sergah Jungkook.

                “Hei, kalau di rumahmu beda urusan. Bukan hanya Yein yang membuat rumahmu berantakan, tapi kalian berdua!”  kalimat Jimin barusan berhasil membuat Jungkook melotot. Manatap Jimin seakan Jungkook ingin membunuh Jimin dengan tatapannya. Sedang Jimin hanya tertawa terbahak, “Hanya bercanda Hana-yah!” sambungnya, Hana hanya tersenyum.

                “Kau sudah makan?” Jin bertanya, lebih tepatnya pada Hana tapi Jungkook yang menjawab.

                “Belum. Minta makanan hyung!” 

                “Aku yang antar atau kalian yang kesini?” tanya Jin.

                “Kita saja yang kesana!” jawab Hana cepat, Jungkook menatap Hana sejenak dan Hana segera melanjutkan kalimatnya “Kita minta makanan, lebih sopan kalau kita yang kesana.” Jungkook terlihat berpikir kemudian mengangguk menyetujui Hana.

                “Kau mau ganti baju dulu? Kalau iya biar aku ambilan baju.” Tawar Jungkook, Jin bisa melihat Hana mengagguk. Kemudian dua orang itu masuk ke dalam rumah.

                “Hyung sebentar lagi kita kesana!” teriak Jungkook. Jin hanya diam, entah mengapa Jin tidak suka melihat Hana dan Jungkook hanya berdua di rumah Jungkook. Ada sesuatu dalam dirinya yang mendorongnya untuk ingin tau lebih, apa yang Jungkook dan Yein lakukan di dalam sana.


                “Hyung, dapurmu berantakkan sekali!” seru Jungkook ketika dia dan Hana baru saja masuk area dapur. Jin yang menghampiri mereka langsung tersenyum, kemudian menggelengkan kepalanya. “Ulah dua orang itu ya?”

                “Tebakanmu benar!” balas Jin, kemudian mengambil piring untuk Jungkook dan Hana, “Ambil sendiri, Jungkook tau tempatnya.” Sambung Jin setelah memberi Jungkook dan Hana piring. Hana mengekor di belakang Jungkook, Hana tau jika selama ini Jungkook sangat sering makan disini. Mengingat orangtua Jungkook sangat jarang pulang ke rumah membuat keluarga Jin sudah seperti keluarga Jungkook sendiri.

                Melihat Jungkook begitu hafal seluk beluk rumah Jin membuat Hana sedikit iri. Jujur saja, ini kunjungan kedua Hana di rumah Jin. Betapa beruntugnnya Jungkook bisa menjadi tetangga Jin. Hana terus melamun sampai Jungkook menepuk pundaknya seraya menatapnya penuh tanya.

                “Baik-baik saja?” kening Jungkook berkerut.

                “Tentu!” jawab Hana cepat, kemudian mengambil makanannya yang ada di tangan Jungkook.

                “Makan di ruang TV atau di meja makan?” lagi-lagi Jungkook memberi Hana pilihan.

                “Meja makan saja.” Kata Hana, jika dilihat dari cara Jungkook menawarkan, sepertinya Jungkook lebih sering makan di depan TV daripada di meja makan.

                Hana dan Jungkook duduk bersebelahan, Jin sudah kembali ke kamarnya. Jika didengar dari suaranya, sepertinya Jin dan Jimin sedang bermain play station sekarang. Terbukti dari cara Jimin dan Jin saling berteriak dari atas sana. Parahnya, Yein tidak bangun meskipun ada keributan seperti itu.

                Hana konsentrasi pada makanannya, tidak memedulikan Jungkook yang makan di sebelahnya seraya memerhatikannya lekat-lekat. Kadang Hana curiga, jangan-jangan Jungkook ini kanibal karena menatapnya dengan tatapan lapar seperti itu. Awalnya Hana membiarkan saja, tapi lama-kelamaan Hana merasa terganggu.

                “Kenapa?” tanya Hana ketus.

                “Tidak boleh?” Jungkook balik bertanya.

                “Aneh!” Hana mencibir, Jungkook hanya terkekeh geli. Entah kenapa Hana begitu terlihat berbeda dari gadis kebanyakan, tapi justru itu yang membuat Jungkook semakin suka pada Hana.

                Setelah itu keduanya kembali konsentrasi pada makanan masing-masing, hanya terdengar denting sendok dan garpu di ruang makan. Tidak ada yang bicara, sampai Hana merasakan sensasi dalam mulutnya tepat sesaat setelah dia mengunyah makanannya.

                “Auh!” pekik Hana membuat Jungkook kaget dan segera mengalihkan semua perhatian pada Hana yang kini membuat gerakan mengipas ke wajahnya sendiri. Matanya berair, Hana terlihat kebingungan.

                “Kenapa? Lidahmu tergigit?” tanya Jungkook khawatir, Hana menjawab dengan menggelengkan kepalanya. Matanya semakin berair dan Hana membuat gerakan isyarat yang tidak bisa Jungkook mengerti.

                “Kenapa sih? Ada apa? Makanannya tidak enak?” lagi-lagi Hana hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

                “Lalu kenapa? Minum?” Hana mengangguk, dengan gerakan cepat Jungkook langsung mengambil gelas dan memberi Hana minum. Hana menghabiskan air itu sama cepatnya dengan Jungkook mengambilnya. Jungkook memerhatikan Hana, untuk sesaat Hana terlihat tenang namun detik berikutnya Hana kembali kebingungan lagi. Dia kembali mengipaskan tangannya pada wajahnya.

                “Pedas?” tanya Jungkook akhirnya, Hana mengangguk degan cepat.

                “Sepertinya aku makan cabe utuh.” Jawab Hana, Jungkook tertawa. Kebiasaan Jin memang mencampur segala makanan dengan cabe, dan kali ini Hana jadi korbannya.

                “Jangan minum terus, nanti perutmu sakit.” Jungkook menjauhkan gelas yang akan diraih Hana.

                “Bodoh, ini pedas!” Hana memukul lengan Jungkook keras, tapi Jungkook tetap tidak memberi air minum itu pada Hana. 

                “JEON JUNGKOOK AKU BUTUH AIR UNTUK MENGHILANGKAN RASA PEDAS INI!” Hana teriak tidak sabar, Jungkook memang menyebalkan. Disaat seperti ini bisa-bisanya Jungkook mempermainkannya.

                “Sudah kubilang jika terlalu banyak minum perutmu sakit.” Kata Jungkook tenang, sangat berbeda dengan Hana yang kesetanan tersiksa karena rasa pedas.

                “Lalu aku harus bagai-hhmmphpptt...” Jungkook menghentikan kalimat Hana dengan mencium bibirnya. Jungkook mencium bibir Hana seraya menyesap semua rasa pedas yang sedang Hana rasakan. Hana mencengkeram bagian depan kaos Jungkook, orang yang mengaku pacarnya ini memang gila. Bagaimana bisa Jungkook menciumnya saat mereka sedang numpang makan di rumah orang seperti ini. 

                Entah ini bentuk perhatian Jungkook atau Jungkook yang sedang mengambil kesempatan, Jungkook tidak segera melepas ciumannya. Jungkook berhasil menghisap rasa pedas yang menyiksa Hana, bahkan sekarang Hana sudah lupa dengan rasa pedasnya. Salahkan Jeon Jungkook yang masih saja tidak mau menjauhkan diri dari Hana, sampai akhirnya...

                “Hyung kenapa lama sekali ambil minumnya? –eh kenapa kau berdiri disitu?” suara Jimin berhasil memecah suasana. Hana segera menjauhkan wajahnya dari Jungkook, sedang Jungkook menoleh melihat Jin yang berdiri tak jauh darisana dan Jimin yang sekarang memandang ke arah Jungkook dan Hana dengan tatapan jail.

To Be Continued...

A/N: Kayanya emng pembaca ff BTS di blog ini dikit ya kkk. Ini akhirnya sempet nulis dan lanjutin ff Miss Right nya. Dan janji pake banget Fisrt Love bakal segera dilanjut. Sumpah bener deh gara-gara feel Kaijing yang hilang menguap entah kemana jadi agak susah buat lanjut. Tapi bener deh bakal segera di lanjut. Jadi yah, dinikmati dulu deh ini. XOXO

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah