Title: Vampire Detected
Cast: Kim Jongin a.k.a Kai | Kang Jiyoung | Oh Sehun | Byun Baekhyun | Kim Junmyeon a.k.a Suho | Jung Krystal | Choi Sulli | Bae Suzy | Lee Jieun | Xi Luhan | Wu Yifan a.k.a Kris etc
Pairing: KaiJiyoung | Sehun Jiyoung | other
Genre: Romance | Fantasy | Horror
Lenght: Series
Author: YRP
Chapter 5 here.. Happy reading!! ^^
“Jongin-ah.... ponselmu,.. hmm...
tertinggal di mobil...” jawab Jiyoung terbata.
“Kau
mendengarnya?” tanya Kai takut, Jiyoung mengangguk lemah.
“Mianhae...”
Jiyoung menatap sepatunya, Jiyoung dalam situasi yang salah.
“Kau
sudah bertemu hyungku...” kata Kai lirih.
“Kau
Kang Jiyoung..” Baekhyun menatap Jiyoung ramah seakan tak terjadi apa-apa.
“Ne..”
jawab Jiyoung masih menatap sepatunya.
“Kai,
sebaiknya kau segera mengantar Kang Jiyoung pulang.” Baekhyun tidak menatap Kai
dan kembali masuk dalam rumahnya. Kai segera menarik tangan Jiyoung dan mengantarnya
sampai rumah.
Jiyoung
duduk di ranjangnya, pikirannya masih memutar kejadian tadi di rumah Kai.
Vampire? Jiyoung selalu berpikir itu hanya ada di sebuha film dan cerita
fantasy, benarkah mereka benar-benar ada?
Jiyoung
tidak sengaja menjatuhkan bantal ke lantai, dengan malas Jiyoung mengambilnya,
kemudian matanya menangkap sebuah kardus di abwah ranjangnya, Jiyoung menariknya
untuk melihat apa isinya.
Jiyoung
sudah tidak begitu kaget, itu keduabelas voodoo dool yang belum ia buang. Dalam
sisi lain dia ingin mengikuti perkataan Krystal untuk membuangnya, tapi dia
tahu Sulli tidak akan pernah bohong. Sulli menyuruhnya untuk mengembalikan ke
pemilik aslinya. Jiyoung mencari tau tentang keberadaan pemilik rumah ini
sebelumnya.
Pagi
itu masih dingin, seperti biasa Luhan mengantar Jiyoung ke sekolah. Jiyoung
tidak melihat Kai pagi itu, tadi dia juga mencoba menunggunya tapi Kai tidak
muncul juga. Ketika Jiyoung memasuki gerbang, dia bisa melihat punggung Kai dan
segera menghampirinya.
“Jongin-ah,
kenapa kau tidak berangkat bersamaku?” tanya Jiyoung, namun Kai hanya diam,
hanya melihatnya. “Sudahlah, aku tdak ingin kita menjadi canggung gara-gara
kemarin.”
“Apa
kau menganggap kita adalah teman dekat?” Kai bertanya dingin membuat Jiyoung
sedikit menurunkan semangatnya.
“Tentu
saja, aku merasa dekat denganmu. Aku tau kau tidak punya banyak teman, karena
itu aku akan menjadi temanmu.” Jelas Jiyoung cepat.
“Jiyoung-ah!”
Krystal memanggilnya dan menghambur ke pelukan Jiyoung.
“Ada
apa denganmu?” Jiyoung melepas diri dari pelukan Krystal, Kai hanya menatap
emreka enggan.
“Aku
sudah resmi dengan Suho oppa!” kata Krystal berhasil membuat Jiyoung hampir
melompat. Dan Jiyoung yakin dia sempat melihat Kai memberi ekspresi kaget,
keningnya berkerut.
“Aku
tidak menyangka akan secepat ini.” Jiyoung berkata senang.
“Aku
tidak salah dengar kan kau pacaran dengan Suho sunbae?” tanya Kai penuh
selidik, Jiyoung bisa melihat sirat kekhawatiran dari tatapan Kai.
“Kenapa
kau bertanya seperti itu? Kau tak menyukainya?” jawab Krystal tak kalah sinis
pada Kai.
“Aku
pergi, Kang Jiyoung.” Kai berpamitan pada Jiyoung, Krystal mengumpat pada keanehan
Kai.
“Sudah
kubilang kan, Kai itu memang aneh. Aku heran kenapa kau mau berteman
dengannya.” Krystal terlihat kesal, Jiyoung hanya diam dan mengajak Krystal
untuk ke kelasnya.
Luhan
membawa beberapa buku tebal, Luhan tak pernah berpikir bagaimana bisa dia
memilih mengambil kuliah psykologi. Luhan memilih membaca buku di perpustakaan
siang itu.
Luhan
sebenarnya lebih tertarik pada dunia olahraga, karena orangtuanya tidak
menyetujuinya dia memilh untuk mengambil psykologi, dan Luhan tidak pernah tau
mau jadi apa dia setelah dia lulus.
Luhan
duduk di salah satu meja paling sudut, sedikit gelap disana atau bahkan mungkin
terkesan seram. Luhan tenggelam dalam buku bacaannya, tidak memikirkan beberapa
orang yang berbisik di sekitarnya, sampai akhirnya seseorang membuyarkan
konsentrasinya.
“Maaf,
tapi apa kau melihat sebuah kalung di mejamu itu?” tanya seorang namja dengan
postur tinggi bertanya padanya.
“Mwo?
Kau bisa mencarinya sendiri.” Luhan memlih untuk pindah dari mejanya membiarkan
orang itu mencari sebuah kalung.
“Apa
kau menemukannya?” tanya seorang lagi.
“Sepertinya
aku menghilangkan kalung itu.” Luhan menoleh pada orang itu, dia sepertinya tau
namanya, Kris? Ah iya, dia salah satu namja populer di universitasnya, karena
ketampanannya yang tidak wajar membuat semua gadis merebutkannya. Dan namja di
sebelahnya, sepertinya Luhan tak asing dengan namja itu, tapi dia lupa pernah
bertemu dimana.
“Sehun-ah
sebaiknya kita pergi, kau juga harus segera kembali ke sekolahmu!” kata Kris
dan segera di ikuti oleh Sehun
***
“Nona
Jiyoung, ini berkas pemilik rumah ini sebelumnya.” Ajeoma memberi beberapa
lembar kertas pada Jiyoung.
“Kau
sudah menemukannya? Gomawo ajeoma!” Jiyoung memeluknya sekilas kemudian segera
naik dan masuk kamar. Jiyoung melihat berkas itu, itu adalah profil pemilik
rumah ini.
“Lee
Jieun? Bukankah dia terlalu muda untuk mempunyai rumah sebesar ini?” Jiyoung
mengerutkan keningnya, di salah satu berkas ada akta rumah dimana disana di
sebutkan Lee Jieun sebagai pemilik rumah itu. Usianya hanya satu tahun di atas
Jiyoung.
“Mungkinkah
Lee Jieun itu suka bermain semua boneka voodoo ini?” Jiyoung melihat tumpukan
voodoo di dalam kardus. Kemudian otaknya menyuruhnya untuk melihat boneka itu.
Ada satu boneka voodoo yang masih bersih dan tidak rusak sama sekali. Jiyoung
mulai menyukai boneka itu, mungkinkah dia bisa menyimpannya? Hanya satu itu
saja, diantara duabelas lainnya.
“Jing,
kau di dalam?” Luhan mengetuk pintu kamar Jiyoung.
“Ne
oppa, wae?” teriak Jiyoung.
“Ada
seseorang menunggumu di bawah. Cepatlah!” Jiyoung segera membuka pintu
kamarnya, tersenyum pada Luhan yang hanya memperhatikannya malas. “Cepatlah!”
Jiyoung
bisa melihat ajeoma memberi tamu itu minuman, dan betapa kagetnya Jiyoung
setelah tau tamu itu tak lain dan tak bukan adalah...
“Sehun-ah!”
teriak Jiyoung senang.
“Kau
ada waktu?” tanya Sehun sambil tersenyum.
“Ne,
aku selalu luang di sore seperti ini.” jawab Jiyoung, “Tapi apa yang membawamu
kemari?”
“Sebenarnya
aku ingin mengajakmu ke suatu tempat, jika kau tak keberatan.” Jiyoung merasa
dirinya di lempar ke langit ke tujuh mendengar ajakan Sehun.
“Bisakah
aku bersiap-siap sekarang?” Sehun menjawab dengan anggukan, Jiyoung segera
menuju kamarnya dan berdandan secepat dia bisa.
Sore
itu menjadi sore terindah bagi Jiyoung, Sehun mengajaknya jalan-jalan di tengah
kota. Hanya seperti itu, tapi itu lebih menyenangkan dari pada liburan ke luar
negeri bersama Luhan seperti terakhir kali yang dia lakukan. Dan entah mengapa,
sore dingin itu bisa menjadi hangat karena perasaan senang Jiyoung.
Jiyoung
berhenti di sebuah toko DVD, dia menatap Sehun berharap Sehun mengajaknya
masuk. Tanpa bicara Sehun mendorong punggung Jiyoung pelan dan masuk ke dalam.
“Kau
suka menonton film? Film seperti apa yang kau suka?” tanya Sehun menyusuri
deretan DVD.
“Yang
seperti ini.” Jiyoung menunjuk deretan DVD Twilight saga.
“Kau
menyukai yang seperti ini?” Sehun menatap Jiyoung heran, “Aku tidak menyangka.”
Setelah puas berputar dan melihat-lihat DVD, Jiyoung menjatuhkan pilihannya
pada film animasi. Setelah membelinya mereka segera keluar.
“Sebenarnya
aku ingin mengajakmu bertemu hyungku, tapi sepertinya ini sudah terlalu malam.”
Kata Sehun ketika menyadari hari sudah gelap.
“Lain
kali saja ya.” kata Jiyoung penuh penyesalan, dia akan di bunuh Luhan jika
pulang terlalu malam.
“Baiklah,
aku mengerti.” Sehun mengajak Jiyoung untuk kembali berjalan. Mereka melewati
sebuah gang kecil yang gelap dan basah. Jiyoung merapatkan jaketnya karena
merasa ini sangat dingin. Sehun mulai sadar bahwa gadis di sebelahnya itu
kedinginan.
“Kau
baik-baik saja?” tanya Sehun, mengajaknya berhenti dan mengarahkan tubuh
Jiyoung menghadapnya.
“Aku
baik-baik saja, tapi sebaiknya kita cepat cari taxi. Aku bisa beku.” Jawab
Jiyoung masih ceria, gadis itu tidak pernah repot-repot untuk menyembunyikan
apa yang dia rasakan. Sehun tersenyum, kemudian detik berikutnya Sehun
mendorong Jiyoung hingga punggungnya bersandar pada tembok.
Jiyoung
merasa punggungnya dingin meskipun dia memakai pakaian berlapis dan jaket
tebal. Sehun masih memperlihatkan senyumnya, dan untuk pertama kalinya dia
melihat wajah Sehun sedekat itu. Sehun makin mendekatkan wajahnya, Jiyoung
merasa dadanya sakit karena jantungnya terlalu cepat berdetak, Jiyoung memilih
untuk menutup matanya hingga Jiyoung merasa bibir Sehun menyentuh bibirnya.
Dingin...
Malam
itu terasa begitu dingin, berbeda dengan hati Jiyoung yang sangat panas karena
Sehun, mungkin secara tidak langsung sudah menyatakan perasaannya. Perlahan
Sehun melepas ciumannya.
“Kau
menyukaiku kan, Kang Jiyoung?” tanya Sehun dengan tatapan dalamnya, Jiyoung
mengangguk, “ Aku akan tau jika perasaanmu berubah, saranghae.” Bisik Sehun di
telinga Jiyoung.
***
“Ini gawat, mereka sudah mulai beraksi. Aku
juga harus bekerja cepat. Jangan sampai ada korban lain, dia sudah semakin kuat
sekarang. Mungkin kali ini bisa jadi lebih kejam dari sebelumnya.”
***
“Kau
tau ini jam 9 malam? Kenapa kau tak menghubungiku? Atau setidaknya kau mengangkat
teleponku Jing!” Luhan berceramah ketika Jiyoung sampai rumah, Jiyoung hanya
mendengarnya sambil lalu, perasaannya terlalu bahagia untuk mendengar omelan
Luhan.
“Aku
disini diberi tugas untuk menjagamu. Selama orangtuamu di Beijing selama
setengah tahun. Kau harus berjanji tidak akan membuat khawatir lagi!” Luhan memberi
penekanan di setiap kata. “Kang Jiyoung kau mendengarku kan?”
“Ne
oppa, maafkan aku...” Jiyoung tersenyum padanya, Luhan tak habis pikir
mempunyai adik sepupu seperti itu.
“Cepat
kerjakan tugasmu!” kata Luhan akhirnya pergi ke kamarnya sendiri. Seperti
perintah Luhan, Jiyoung segera mengerjakan semua tugasnya. Boneka voodoo yang
masih sempurna setia menemaninya di meja belajar. Entah mengapa boneka yang
satu itu tak terlihat menakutkan di mata Jiyoung.
Waktu
sudah menunjukkan tengah malam ketika Jiyoung sudah menyelesaikan tugasnya.
Jiyoung membawa boneka voodoo itu unutk ikut tidur bersamanya, Jiyoung sudah
sangat lelah hingga dengan mudah dia tertidur.
Seseorang
mengetuk jendela kamar Jiyoung, dan kelamaan kentukan itu menjadi sangat kasar.
Jiyoung membuka matanya, dia menangkap sebuah siluet di balik jendela kamarnya,
seorang gadis dengan rambut panjang. Jiyoung menjerit sejadinya melihat itu. Jendelanya
bergetar, mungkin sebentar lagi akan terbuka. Dan benar, siluet gadis berambut
panjang itu masuk dalam kamarnya, seakan mencari sesuatu dari sana. Kemudian
sosok itu melihat boneka voodoo yang Jiyoung peluk, dia berusaha merebutnya
tapi Jiyoung memeluknya erat. Seharusnya Jiyoung membiarkan saja boneka itu di
ambilnya, tapi sisi lain Jiyoung menyuruhnya untuk mempertahankan boneka itu.
“Aaaarrrgghhhh!
Pergi!!! Pergi!!!” teriak Jiyoung.
“Jing
bangun! Jing bangun!” Luhan menepuk pipi Jiyoung.
“Jangan
ganggu aku!!! Pergi!!!”
“JING
BANGUN! SADARLAH!” teriak Luhan seraya mengguncang tubuh Jiyoung, kali ini
Jiyoung berhasil terbangun.
“Oppa!!!”
Jiyoung memeluk Luhan, menumpahkan airmatanya di dada Luhan.
“Tuan,
apa yang terjadi dengan nona Jiyoung?” Ajeoma juga ikut bergabung.
“Ajeoma,
bisa kau bawakan Jiyoung segelas air?”
“Ne
Tuan.” Ajeoma turun untuk mengambil minuman. Jiyoung masih menangis dan sibuk
mengatur nafasnya.
“Oppa...
ada seseorang di luar sana...”
“Sudah
Jing, kau hanya mimpi buruk.” Luhan membelai rambut panjang Jiyoung.
“Tidak,
ada seseorang disana oppa. Seorang gadis, dia selalu disana setiap malam.”
Jiyoung berkata di tengah tangisnya.
“Nona
sebaiknya nona minum dulu.” Ajeima kembali dengan segelas air minum. Jiyoung
hanya meminumnya sedikit, tak lama kemudian ponselnya kembali bergetar.
“Yeobosaeyo...”
“Jing?”
Sehun lagi-lagi menelponnya.
“Sehun-ah...”
Jiyoung kembali menangis.
“Jangan
menangis, sebaiknya kau segera tidur sekarang dan ceritakan semua padaku besok
pagi.” Kata Sehun lembut.
“Ne,
gomawo Sehun-ah.”
“Cepat
tidur!” Sehun memutus sambungan teleponnya. Luhan menatap Jiyoung curiga.
“Sehun
itu pacarmu?” tanya Luhan penuh selidik. Jiyoung mengagguk.
“Kenapa?”
tanya Jiyoung.
“Tidak,
aku pikir kau akan berakhir dengan Jongin.” Luhan memberi pendapat, “Kau ingin
aku tidur disini lagi?”
“Tentu
saja, kau disini saja oppa.”
***
Sehun
sudah menunggu Jiyoung di depan gerbang sekolah ketika mobil Luhan berhenti
disana. Luhan merasa Jiyoung tak ceria seperti biasanya, Luhan ingat ini bukan
pertama kalinya terjadi pada Jiyoung. Biasanya Jiyoung bisa kembali ceria di
pagi hari, tapi kali ini berbeda.
“Jiyoung-ah!”
panggil Sehun.
“Oppa,
kau bisa pergi sekarang, hati-hati.” Jiyoung melambai pada Luhan, Luhan
membalasnya. Luhan merasa pernah bertemu Sehun sebelumnya, tapi lagi-lagi dia
tidak bisa ingat dimana.
“Hyung!”
panggil Kai ketika Luhan kembali pada mobilnya.
“Jongin-ah,
harusnya kau berangkat bersamaku dan Jiyoung tadi.” Luhan memberi isyarat agar
Kai mendekat padanya.
“Aku
terlalu siang hyung.” Jawab Kai singkat, dibanding dengan Jiyoung, Kai merasa
lebih akrab dengan Luhan.
“Jongin-ah,
apa kau mengenal Sehun dengan baik?” tanya Luhan sedikit berbisik. Kai ragu
akan itu.
“Aku
tidak mengenalnya secara baik. Kenapa hyung?”
“Bukan
apa-apa, tapi bisakah kau menjaga Jiyoung? Meskipun sudah ada Sehun sebagai
pacarnya, aku khawatir.” Luhan bisa melihat perubahan ekspresi wajah Kai,
ekspresi seperti apa itu? Marah? Kesal? Kecewa?
“Apa
mereka sudah resmi?” tanya Kai ragu.
“Sepertinya
begitu.” Jawab Luhan ketika ada sebuah mobil lain berhenti di samping mereka.
Kai bisa mengenali Suzy keluar dari dalam mobil, dan orang yang mengemudi, dia
juga keluar.
“Sampai
jumpa oppa!” kata Suzy sebelum masuk pada namja itu. Luhan mengenali namja itu
sebagai Kris.
“Oh,
bukankah kau orang yang kemarin di perpustakaan?” tanya Kris ketika menyadari
ada Luhan disana.
“Ne
kau benar. Kau Kris?” Luhan bertanya ragu. Kris tersenyum miring.
“Apa
yang kau lakukan dengan anak ini?” Kris menatap Kai dengan pandangan mencela.
“Dia
teman adikku, siapa yang kau antar? Adikmu?” Luhan menatap Suzy yang sudah
menghilang masuk ke dalam sekolah.
“Bukan
siapa-siapa. Kai, apa belum cukup memiliki hyungmu? Dan kau mencari perhatian
pada hyung temanmu? Aku yakin hyungmu memperlakukanmu dengan dingin.” Kris
tertawa licik, Luhan menatapnya lurus, Kai menahan marah.
“Yang
pasti Baekhyun hyung jauh lebih baik dari pada kau, Kris Wu!” Luhan bisa mendengar
suara Kai dingin, lebih dingin dari biasanya. Dia juga bisa melihat tatapan
marah disana.
“Kalian
saling mengenal??” Luhan menatap Kris dan Kai bergantian.
“Hei
ada apa ini?” Suho sudah berada disana, sama dengan Kris, memberi senyum
miringnya. Kai bisa melihat Krystal berada dalam rangkulan Suho.
“Siapa
gadis cantik ini? Dia kekasihmu?” tanya Kris dengan tawa sengit, “Aku tak
percaya kau secepat itu.”
“Oppa,
siapa dia? Kau mengenalnya?” tanya Krystal polos pada Suho, seraya menatap
ngeri pada Kris.
“Kau
akan tau nanti. Dan kau Kai, eh, Kim Jongin. Bolehkah aku memanggilmu Jongin?”
tanya Suho kemudian disusul tawa Kris. Kai hanya menatap mereka berdua, murka.
Krystal hanya menganggap ini sebagai lelucon biasa, sedangkan Luhan, dia
menatap wajah Kris dan Suho mencoba mengenali mereka dari bentuk wajah.
“Oppa,
ayo.. kita bisa terlambat!” Krystal menarik tangan Suho untuk segera masuk.
“Sampaikan
salamku pada kakakmu Kai. Apa dia baik-baik saja sampai sekarang? haha!” Suho
berlalu dengan tawa sengitnya.
“Hyung,
aku harus masuk.” Kata Kai berpamitan pada Luhan.
“Belajarlah
dengan baik.” Kata Luhan, Kris masih memerhatikan mereka.
“Sebenarnya
apa yang kau lihat? Pacarmu Bae Suzy itu sudah masuk dari tadi!” kata Kai
dengan dingin pada Kris dan segera berlari masuk dalam sekolah.
“Hei
kau, siapa namamu?” teriak Kris ketika Luhan masuk dalam mobilnya. Luhan tidak
mau repot-repot untuk menjawab Kris, dia segera melajukan mobilnya menuju
universitas.
***
“Kenapa
kau tak membiarkan Kai sekolah disini dulu?” tanya Kyungsoo ketika dia dan
Baekhyun di perpustakaan.
“Aku
pikir akan lebih baik jika dia sekolah di tempat yang berbeda denganku, tapi
ternyata aku salah.” Jawab Baekhyun, dia memainkan foto Jieun yang ada di
tangannya.
“Baekhyun
oppa, aku membawakan coklat untukmu. Aku harap kau menerimanya.” Seorang gadis
memberinya pada Baekhyun. Baekhyun menerimanya dengan senyum.
“Terimakasih,
lain kali kau tak perlu membawanya untukku.” Jawan Baekhyun, gadis itu
tersenyum bahagia karena sudah mendapat ucapan terimakasih dari Baekhyun.
“Jaga
kesehatanmu oppa.” Kata gadis itu kemudian lari, Kyungsoo bisa melihat
teman-temannya tertawa bahagia sekaligus iri ketika temannya kembali bergabung.
“Kau
mau? Ambil saja!” kata Baekhyun seraya melempar coklat itu pada Kyungsoo.
“Apa
kau tak bisa juga lepas dari Lee Jieun? Banyak gadis yang menyukaimu, kau bisa
pilih salah satu dari mereka.” kata Kyungsoo, “Apa kau yakin Jieun akan kembali?”
“Tentu
saja, aku bahkan merasa Jieun sedang berada di dekatku sekarang ini.” jawab
Baekhyun seraya menatap Jieun di fotonya. “Dia akan kembali.”
“Seperti
apa gadis yang datang padamu?” tanya Sehun lembut pada Jiyoung.
“Aku
tidak pernah melihat dengan jelas seperti apa wajahnya, dia berambut panjang,
cantik, sangat cantik.” Jawab Jiyoung mencoba mengingatnya.
“Sulli,
kau tau banyak tentang mysteri. Bagaimana menurutmu tentang mimpi Jiyoung itu?”
tanya Sulli yang dengan seksama melihat Jiyoung.
“Kau
sudah mengembalikan boneka voodoo itu pada pemiliknya?” tanya Sulli penuh
selidik, Sehun terlihat sangat tertarik dengan topik itu.
“Aku
tidak bisa menemukan pemiliknya.” Jawab Jiyoung lemah.
“Jangan
pernah sentuh boneka itu lagi! Aku takut kau jadi terlalu dekat dengan voodoo
itu. Itu bisa berpengaruh!” kata Sulli penuh peringatan.
“Apa
hubungannya? Jiyoung hanya terlalu lelah, mimpi itu tidak ada hubungannya
daengan boneka itu.” jawab Krystal cuek.
“Menurut
buku yang pernah aku baca, voodoo yang pernah digunakan atau paling tidak
seseorang berniat menyakiti dengan voodoo, boneka itu sudah diisi dengan arwah.
Dan kau tidak boleh terlalu dekat dengannya.” Jelas Sulli, Jiyoung dan Krystal
menunjukkan berjuta tanda tanya.
“Aku
beri contoh, aku ingin membunuh Jiyoung dengan voodoo, maka aku memberi boneka
voodoo sedikit arwah Jiyoung. Dan kau Krystal, kau tidak boleh terlalu dekat
dengan boneka itu, karena itu bisa membuatmu terlibat dalam hukum voodoo.”
Jelas Sulli.
“Itu
hanya cerita konyol yang pernah kudengar.” Jawab Krystal.
“Jika
kau dekat dengan boneka itu, arwahmu bisa masuk juga. Jadi ketika aku menyakiti
Jiyoung lewat boneka voodoo, maka kau juga akan merasa sakitnya.” Jelas Sulli,
kalimat yang terakhir itu membuat Jiyoung menelan ludah.
“Sudahlah
Jing, sebaiknya kau tanya semua ini pada Luhan oppa. Bukan pada Sulli peramal
gadungan ini.” kata Krystal mencoba menghibur Jiyoung. Krystal dan Sulli
berakhir dengan saling kejar.
“Kau
harus banyak beristirahat!” kata Sehun seraya mengacak poni Jiyoung, Jiyoung
hanya tersenyum.
Kai
sudah lupa kapan terakhir dia mengobrol dengan Jiyoung, Kai hanya bisa melihat
Jiyoung yang sepanjang jam istirahat menghabiskan waktunya dengan Sehun. Bahkan
setiap pulang sekolah Sehun terus berada di sampingnya hingga Luhan
menjemputnya. Setiap berangkat sekolah, Kai tidak lagi berangkat bersama karena
Kai sendiri yang memilih jalan lain agar tak melewati rumah Jiyoung.
“Sulli,
Sulli! Kau Choi Sulli kan?” Kai memanggil Sulli ketika jam istirahat.
“Oh
kau, ada apa Kai?” Sulli tersenyum ramah.
“Hmm,
aku boleh tanya sesuatu...?” Kai berkata ragu, beruntung Sulli cukup mengerti
ini.
“Katakan
saja, aku tidak akan bicara pada siapapun.”
“Apa
benar Jiyoung dan Sehun...” Kai tidak mampu melanjutkan pertanyaannya, tapi Sulli
bisa mengerti itu. Sulli membuang nafas seakan mengerti apa yang di rasakan
Kai. Meskipun banyak orang berpikiran Kai itu misterius, tapi Sulli bisa
merasakan sisi hangat Kai.
“Bagaimana
aku harus menjelaskan ini.” Sulli mengacak rambutnya, “Kau tau sendiri kan
Jiyoung menyukainya sejak lama, dan yah – hmmm... - sekarang mereka memang sudah resmi.”
“Kau
yakin kan?” Kai kembali bertanya, Sulli membaca ekspresi antara kecewa dan
khawatir di wajah Kai.
“Aku
sangat yakin.” Jawab Sulli, setelah itu Kai meninggalkannya tanpa mengucap
salam. Sulli melihat punggung Kai makin menjauh. “Kalau memang kau suka, kenapa
kau tak mengatakannya pada Jiyoung?” tanya Sulli.
***
Gadis itu menyipitkan matanya, melihat
gerak-gerik rusa yang tak jauh darinya. Setelah beberapa menit menunggu, gadis
itu dengan gerakan cepat menghampiri rusa itu. Dalam hitungan detik rusa itu
sudah tak bernyawa, gadis itu menghisap semua darahnya hingga habis.
“Aku pasti bisa
bertahan hanya dengan minum ini.” katanya lirih, “Sudah tiga bulan aku tidak
minum darah manusia.”
***
“Aku
bisa merasakan gadis itu sudah kembali. Aku merasakan dia begitu dekat.” Namja
dengan tubuh jakung itu memberitau dua temannya.
“Jika
kau mendapatkan keduanya, kau bisa semakin sempurna, sepertiku.” Kata namja dengan
wajah licik.
“Lalu
bagaimana denganmu? Kau sudah menemukan target berikutnya? Aku rasa sudah
waktunya kau untuk itu.” kata namja dengan wajah ramah.
“Aku
sudah menemukannya, jiwa yang istimewa.” Jawab si licik dingin.
“Dan
kau, sampai kapan kau seperti ini? Aku sudah peringatkan, jangan gunakan
hatimu!”
“Aku
akan melakukannya.” Jawab si jakung kemudian meninggalkan dua lainnya.
***
Sore
itu Baekhyun berjalan cepat menuju rumahnya, tidak terasa ini sudah ujung
Desember dan tidak pernah sedetikpun Baekhyun lupa akan Jieun. Baekhyun bisa
mengenali sosok tinggi tak jauh di depannya. Dengan ragu Baekhyun terus
melangkah, hingga sesuatu yang dia khawatirkan ada di depan mata.
“Apa
kabar Byun Baekhyun?” kata namja itu dengan senyum miring.
“Kau
perlu bantuanku, Kris Wu?” tantang Baekhyun.
“Seharusnya
kau malu dengan seragammu, menantangku seperti itu.” Kris bersandar pada
mobilnya, pandangannya penuh menghina pada Baekhyun.
“Aku
tidak punya waktu berdebat denganmu!” Baekhyun mencoba meninggalkan Kris di
tengah jalan sepi itu.
“Kau
pasti bahagia karena cinta sejatimu itu sudah kembali. Benar kan Byun
Baekhyun?” perkataan Kris berhasil membuat Baekhyun membeku.
“Apa
yang kau bicarakan?” Baekhyun bertanya penuh penekanan dan di jawab tawa oleh
Kris.
“Hei,
apa ini? Jangan bilang kau tidak tau, Lee Jieun kembali.” Kris membuat gerakan
menyebalkan, “Lee Jieun ada di sekitar kita...”
“Aku
benar-benar tidak punya waktu untukmu.” Baekhyun segera meninggalkan Kris yang
makin tertawa hebat, pikirannya kacau, benarkah Jieun kembali?
Kai
berjalan menuju rumah Jiyoung, Kai juga tidak tau kapan Luhan menyimpan nomor
ponselnya, yang jelas sore tadi Luhan mengirim pesan padanya meminta Kai untuk
menemani Jiyoung malam itu.
Tidak
perlu menunggu lama untuk Kai menunggu, pembantu Jiyoung sudah membukakan pintu
pagar untuknya tak lama setelah dia memencet bel.
“Anda
tuan Kim Jongin kan?”
“Ne,
annyeong hasaeyo. Luhan hyung menyuruhku untuk datang.” Kai memberi salam,
pembantu Jiyoung mempersilahkannya masuk. Bahkan Kai diijinkan untuk naik ke
lantai dua.
“Nona
Jiyoung selalu mendapat mimpi buruk akhir-akhir ini. Dia selalu berteriak
tengah malam.” Jelas pembantu Jiyoung.
“Kemana
Luhan hyung?”
“Sepertinya
dia ada urusan. Nona Jiyoung!”
“Ajeoma,
ini kamar Jiyoung?” tanya Kai kaget.
“Ne,
Tuan Luhan selalu tidur disini setiap malam. Nona Jiyoung terlalu takut untuk
tidur sendiri.”
“Lalu
bagaimana dengan saya?” Kai mulai banjir keringat, mana mungkin dia tidur
sekamar dengan Jiyoung?
“Ini
perintah Tuan Luhan, dia bilang akan baik-baik saja. Nona Jiyoung? Teman nona
sudah datang!” pembantu Jiyoung mengetuk pintu kamar Jiyoung. Tapi tidak ada
suara.
“Kang
Jiyoung-ssi! Ini aku, Kim Jongin!” kata Kai ikut bersuara. Beberapa detik
kemudian Jiyoung membuka pintu untuk mereka.
“Kau
sudah datang?” Kai bisa melihat Jiyoung dengan rambutnya yang berantakan.
“Eh,
seperti yang kau lihat.”
“Masuklah!”
Jiyoung mempersilahkan Kai masuk. Kai merasa sangat canggung, ide gila macam
apa ini?
“Kau
bisa tidur disana!” Jiyoung menunjuk sebuah sofa, sudah ada dua bantal tidur
dan selimut disana.
“Gomawo.”
Jawab Kai dan memilih untuk duduk di sofa. “Kemana Luhan hyung?”
“Aku
juga tidak tahu, dia bilang dia bertemu dengan teman lamanya.” Jiyoung menjawab
seperlunya.
“Masalah
yang terakhir itu, tentang hyung...”
“Sudahlah,
aku sudah berpikir aku tidak pernah mendengar itu.” Jiyoung memotong perkataan
Kai, “Tapi kau manusia biasa kan? Sama sepertiku?” tanya Jiyoung, Kai hanya
mengangguk mantap.
Sudah
tengah malam dan Kai masih belum bisa tidur. Situasi ini terlalu gila baginya,
detak jantungnya terlalu cepat karena rasa sukanya pada Jiyoung memaksa Kai
untuk terjaga malam itu. Kai memilih untuk memandang Jiyoung yang sedang terlelap.
Sebelum tidur Jiyoung menelpon Sehun tadi, dan itu membuat Kai sedikit iri. Dia
ingin menjadi Sehun, Sehun yang dicintai Jiyoung, bukan Kim Jongin si aneh di
sekolah.
Kai
terus memandang Jiyoung yang terbalut selimut, kemudian dia melihat sesuatu
yang ganjal. Sebuah boneka voodoo terlihat di pelukan Jiyoung. Kai mendekat
untuk mengambilnya, dan tepat ketika itu Jiyoung berteriak dalam tidurnya.
“PEERRRGGGIIIIII!!!!!”
spontan Kai menjauh. Kai tidak mengerti, siapa yang Jiyoung suruh pergi.
“Jangan
ganggu aku!!! Oppa!!” Jiyoung terus berteriak.
“Jiyoung
sadarlah!” Kai mengguncang Jiyoung, Jiyoung membuka matanya dan melihat Kai ada
di depannya.
“Jongin,
dia datang lagi!! Dia datang!!” teriak Jiyoung, Kai segera memeluknya.
“Tidak
ada yang datang, semua baik-baik saja.” Kata Kai seraya memeluk Jiyoung erat.
Jiyoung merasakan kehangatan tubuh Kai.
“JONGIN!
DIA DISINI!” Jiyoung berteriak sejadinya.
“Nona,
kau baik-baik saja?” ajeoma hendak masuk kamar tepat ketika seseorang itu
membuat pintu kamar Jiyoung tertutup dan terkunci. Dengan ragu Kai mengikuti
arah mata Jiyoung, betapa kagetnya Kai melihat sosok itu.
“Aku
tidak menyangka dunia ini begitu sempit.” Kata gadis itu tajam.
“Noona?”
Kai meyakinkan dirinya bahwa yang dia lihat itu bukanlah.....
Vampire
Detected...
Author's Note: Hai reader's! Mungkin kalian kesel ya soalnya ini fanfic kok gak kealr-kelar. KKK. Spoiler, di chapter 5 bakal kelihatan semuanya. Siapa yang siapa, apa yang apa. Jadi tetep di tunggu ya. Semoga kalian tetep suka, terimakasih yang udah mau comment dan yang udah suka dan setia sama fic ini. Oke, ini malam minggu, semoga fic ini bisa jadi teman satnight kalian. kkk.
Don't be a silence reader! ^^. I love you~~ *jangan mual*
Poster Love Line~~
aaaah kereeen sumpah aseliiii keren(y) aku penasaran u.u lanjut kaaaan!! xDD
BalasHapusaaa, yey chap 4!, sehun jiyoung jadian wahhh.. chap ini masih tanda tanya besar bgt tetang siapa kai siapa sehun. /? keren kak! fighting ne^^ !!
BalasHapusOMOOO!!! That's Jieun right????? Woooh! So full of suspense! And the way you describe the lady ghost and how it stands outside of Jiyoung's house and how it attacks. *shivers*
BalasHapusI also like how you made Kai the less popular one aka the outcast. It's a refreshing change.
I dunno, but I feel like Sehun is on the evil team here. While Suho and Kris are more extrovert and loud, Baekhyun and Kai are more on the quiet side and it seems to me that they are like Edward's gang, as opposed to... the Volturi. :P
And I'm suspicious of Sehun's intentions towards Jiyoung, even though sometimes he's sweet in taking care of her. I know it's not coincidental that he calls her everytime after Jieun attacks.
I can't wait to find out about Kai's story, Baekhyun and Jieun.
Thanks for updating, Risa!