FRIEND
Cast: Kim Taehyung, Park Jimin
Genre: Horror, Friendship
Lenght: Ficlet
Cast: Kim Taehyung, Park Jimin
Genre: Horror, Friendship
Lenght: Ficlet
“Hai Kim Taehyung, ayo bermain
denganku, jangan takut...” Jimin memberi senyuman termanisnya, gigi depannya
yang sedikit miring membuat Taehyung memusatkan perhatiannya pada itu. Jimin
tidak keberatan, asalkan Taehyung mau bermain dengannya Jimin mau melakukan apa
saja untuk Taehyung.
“Kau siapa? Dari mana kau tau namaku?”
Taehyung, dengan suaranya yang terlalu berat untuk anak seusianya, menatap
Jimin dengan galak. Mainannya dia pegang erat, takut jika Jimin akan
mengambilnya jika Taehyung melonggarkan pegangannya.
“Aku Park Jimin.” Jimin mengulurkan
tanganya masih dengan senyum yang begitu lebar, “Ayo kita berteman.” Ajaknya
lagi, diikuti tawa renyah Jimin masih berusaha untuk mengajak Taehyung bermain
bersama.
“Kenapa dengan kepalamu?” Taehyung masih
menatap Jimin dengan galak, matanya melotot menelusuri setiap senti tubuh
mungil Jimin. Jimin lebih pendek daripada dirinya.
“Tidak kenapa-kenapa, percayalah ini
hanya sakit sementara.” Jimin mengusap keningnya, tersenyum mencoba meyakinkan
Taehyung.
“Kenapa kau ada disini?”
“Ini rumahku dan aku ingin menjadi
temanmu –Kim Taehyung.” Jimin mendekati Taehyung, membuat Taehyung mundur
beberapa langkah –takut.
“Taehyung-ah! Jangan meninggalkan
adikmu bermain sendiri!” Taehyung mendengar suara ibunya, segera saja dia
berlari, menyadari tanggung jawabnya sebagai seorang kakak. Taehyung berlari ke
arah adiknya yang masih berusia dua tahun.
“Jungkookie...” sapa Taehyung ketika
sudah dekat dengan adiknya.
“Bermain dengan siapa?” tanya ibunya
khawatir.
“Dengan Jimin, dia teman baruku.”
Celoteh Taehyung bangga.
“Taehyung, ayo cepat masuk rumah!”
ajak ibunya kemudian, Taehyung menurut saja. Ditolehnya tempat Jimin tadi
berada, Jimin masih disana, berdiri memandangnya. Taehyung melambaikan tangan
sebelum mulai berjalan seraya berteriak, “Aku masuk dulu! Kalau kau mau jadi
temanku, datang lagi besok!”
“Kita bermain bersama besok –Kim
Taehyung!” Jimin berteriak untuk menjawab Taehyung seraya melambai begitu
bersemangat. Taehyung dapat melihat mata Jimin melengkung ketika dia tersenyum,
kemudian Taehyung segera masuk rumah sebelum ibunya kembali memanggilnya untuk
kesekian kali.
Taehyung dan keluarganya baru saja
pindah rumah. Ayahnya menemukan sebuah rumah di pinggiran kota, menurut ayahnya
kota itu akan menjadi tempat yang baik untuk Taehyung dan adiknya tumbuh.
Taehyung merupakan anak yang begitu berani, mengingat usianya masih lima tahun.
Sejak pertama kali datang di rumah barunya, Taehyung begitu senang terlebih
rumahnya memiliki halaman luas untuk tempatnya bermain. Taehyung tidak berhenti
berlarian di halaman selama sehari penuh, dan pada hari pertama itu juga
Taehyung melihat Jimin –teman barunya.
Selama beberapa hari Jimin hanya memerhatikan
Taehyung dari jauh, tapi hari ini untuk pertama kalinya Jimin mendekati
Taehyung, menyatakan bahwa dia ingin berteman dengan Taehyung. Taehyung memang
sudah tau tentang keberadaan Jimin,
hanya saja Taehyung tidak mau untuk memulai sebuah pertemanan.
Suatu malam ayahnya datang, keluarga
kecil Taehyung berkumpul untuk makan malam bersama. Taehyung sedang asyik
bercerita tentang teman barunya. Kedua orangtuanya hanya memerhatikan Taehyung
dengan seksama, mencoba membayangkan bagaimana Jimin lewat deskripsi yang
Taehyung jelaskan.
“Iya, Jimin bilang ini rumah Jimin.
Rumah Taehyung dulunya rumah Jimin. Taehyung kasihan padanya, lukanya tidak
sembuh-sembuh.” Celoteh Taehyung disela dia mengunyah nasinya.
“Memang Jimin terluka karena apa? Apa
kau tidak bertanya padanya?” tanya ayahnya sabar.
“Disini!” Taehyung memegang kepalanya,
“Kepala Jimin berdarah, Jimin bilang itu hanya luka sementara yang dia dapat
ketika dia terjatuh. Tapi lukanya tidak sembuh-sembuh –omma, maukah kau
mengobati luka Jimin?” Taehyung beralih ke ibunya yang sedang menyuapi adiknya.
“Tentu, omma akan mengobati Jimin
supaya dia tidak kesakitan lagi.” Jawab ibunya kemudian melirik takut ke arah
suaminya.
“Kakinya juga, kaki Jimin terluka.
Jimin kesulitan untuk berlari. Jimin anak baik, Taehyung sangat suka pada
Jimin.” Taehyung meneguk segelas air minum. Ibu Taehyung sedikit pucat,
membayangkan teman dari anaknya, bagaimana keadaan Jimin dan baru saja putranya
bilang dia begitu menyukai temannya.
“Lain kali tanyakan pada Jimin, siapa
yang berani melukai Jimin seperti itu. Sebagai teman yang baik, kau harus
membantunya Tae...” ayahnya menepuk pundak Taehyung, dan kemudian Taehyung
loncat dari kursinya, berlari ke arah pintu belakang yang terletak di ruang
makan. Pintu belakang yang mengarah langsung keluar –halaman belakang.
Taehyung membuka pintu belakang dengan
tergesa. Angin berhembus berat ketika Taehyung membuka pintunya, dan kemudian
Taehyung tertawa ceria seakan menyambut kedatangan seseorang.
“Jimin datang!” seru Taehyung ceria.
“Dimana Jimin –sayang?” suaranya Ibu Taehyung bergetar.
“Ini Jimin datang!” Taehyung
mengangkat satu tangannya, tangan Taehyung menggandeng udara, tapi sesungguhnya
tangan Jiminlah yang Taehyung rasakan.
“Appa, omma, Taehyung lupa memberitahu
bahwa ada orang jahat yang menancapkan pisau di perut Jimin. Omma, bisakah kau
ambilkan pisau di perut Jimin untukku? Jimin selalu merintih dan menangis
kesakitan setiap malam.” Jelas Taehyung, Taehyung berjalan kembali ke meja
makan. Ditariknya satu kursi di sebelahnya, seakan mempersilahkan seseorang
untuk duduk.
“Appa, kau harus menangkap orang jahat
yang menancapkan pisau di perut Jimin. Hajar dia Appa! Dia membuat Jimin sedih
dan kesakitan.” Taehyung bersungguh-sungguh dalam setiap kalimatnya.
“Taehyung, boleh appa tau sebesar apa
Jimin?”
“Dia seumuran denganku, hanya saja
Jimin lebih kecil. Taehyung lebih tinggi dari Jimin appa, coba lihat sekarang
dia berdiri di sebelahmu –bagus Jimin, sampaikan salammu pada Appaku!” setelah
melihat ayahnya Taehyung beralih ke sebelah ayahnya, dimana Jimin berdiri
disana.
“Taehyung, jika ada pisau menancap di
perut Jimin, apa Jimin tidak kesakitan saat ini?” ayahnya terus bertanya dengan
sabar.
“Tentu saja, omma tolong lepaskan
pisaunya. Kasihan Jimin harus menangis karena rasa sakit setiap malam.”
Taehyung menatap ibunya ketika tiba-tiba Jungkook –adiknya- menangis dengan
begitu keras membuat ibunya sampai terlonjak.
“JIMIN, JANGAN MENAKUT-NAKUTI ADIKKU!”
teriak Taehyung memperingatkan.
A/N: here's come my second horror ficlet. Inget banget dulu nulis Dark Night-nya Kaijing, model-model horror ficlet gini. Maaf ya sekarang lagi moodnya ke Bangtan, apalagi semenjak ditinggal beberapa kesayangan (Jiyoung, Luhan etc) jadi agak susah mau nulis pake cast kesayangan yang dulu. Tapi First Love lagi aku baca ulang, buat dapetin feelnya Kaijing lagi. Semoga berhasil dan bisa segera di post. HAPPY READING!!!
Komentar
Posting Komentar