Tittle: MISS RIGHT
Main Cast: Jeon Jungkook, Jung Hana (OC), Kim Sukjin
Support Cast: Kim Taehyung, Ryu Sujeong, Park Jimin, Jung Yein
Lenght: Chapter
Genre: romance, fluffy
To Be
Continued...
A/N: Kayanya emng pembaca ff BTS di blog ini dikit ya kkk. Ini akhirnya sempet nulis dan lanjutin ff Miss Right nya. Dan janji pake banget Fisrt Love bakal segera dilanjut. Sumpah bener deh gara-gara feel Kaijing yang hilang menguap entah kemana jadi agak susah buat lanjut. Tapi bener deh bakal segera di lanjut. Jadi yah, dinikmati dulu deh ini. XOXO
Main Cast: Jeon Jungkook, Jung Hana (OC), Kim Sukjin
Support Cast: Kim Taehyung, Ryu Sujeong, Park Jimin, Jung Yein
Lenght: Chapter
Genre: romance, fluffy
“Jung Hana pacar
Jeon Jungkook!”
Rasanya kalimat itu terus
memutar di dalam kepala Hana, kemanapun dia pergi pasti selalu mendengar orang
yang membisikkan kalimat itu. Kemanapun dia bersembunyi, pasti beberapa orang
melayangkan pandangan tajam pada Hana. Hei, Hana hanya menjadi pacar Jeon
Jungkook, dia bukan seorang kriminal.
Ditambah efek foto ciumannya
dengan Jungkook yang sudah menyebar di grup angkatan, gosip itupun menyebar
dengan sangat cepat dan luas. Tolong jangan lupa, Jungkook yang kita bicarakan
disini. Seseorang yang punya pengaruh besar di sekolah ini.
“Stt, orangnya datang..” Hana
bisa mendengar seorang gadis berbisik pada teman-temannya tepat ketika Hana
melewati gerombolan gadis yang kini sibuk meliriknya. Jika dilihat dari tatapan
sinis mereka bisa dipastikan mereka adalah golongan dari fans Jungkook. Hana
tidak punya banyak pilihan, sebaiknya dia diam daripada harus diserang fans
Jungkook itu –oh ayolah, Hana masih sayang pada nyawanya sendiri.
Hana tersenyum pada mereka,
hanya ingin untuk mengurangi rasa canggung diantara mereka. Tapi kalian tau apa
yang terjadi? Gerombolan itu justru tersenyum miring, seakan meremehkan apa
yang baru saja Hana lakukan. Heol! Segera saja Hana menghilangkan senyumnya dan
menatap aneh pada gerombolan gadis itu.
“Lihat dia, dia pikir dia siapa?
Hanya karena dia pacar Jeon Jungkook bukan berarti dia pemenang. Dia pikir dia
pemilik Jeon Jungkook!” seorang gadis dengan rambut warna terang berkata dengan
keras, membuat Hana menghentikan langkahnya seraya menatap mereka bingung
–bukankah jika sudah berpacaran berarti kalian saling memiliki satu sama lain?
“Apa yang kau serahkan sampai
Jungkook mau berpacaran denganmu? Atau jangan-jangan Jungkook hanya kalah
taruhan?” yang itu seorang gadis dengan tubuh super kurus yang bicara, jujur
saja Hana ingin mencogkel matanya. Bagaimana bisa dia bicara sambil melotot
seperti itu?
“Bisa saja Jungkook kalah
taruhan. Kalian tau sendiri kan Jungkook, Jimin dan Taehyung sering melakukantaruhan
konyol.”gerombolan gadis itu tertawa, seakan barusan adalah lelucon paling lucu
di abad ini.
“Segitu sukanya kalian pada Jeon
Jungkook?” kalimat itu berhasil keluar dari bibir Hana, ekspresinya benar-benar
menyebalkan. Hana menekankan kalimatnya seraya tersenyum miring, makin menyulut
emosi dari sisi fans Jungkook.
“Berani sekali kau bicara
seperti itu? Kau pikir kau siapa?” gadis kurus itu berdiri, menatap Hana dengan
tatapan penuh kebencian.
“Kau hanya memberi bibirmu pada
Jungkook supaya dia mau berpacaran denganmu kan? Oh sepertinya kau memberikan
lebih dari itu...” gadis berambut terang itu kembali bicara. Diantara
gerombolan gadis itu memang gadis bertubuh super kurus dan yang berambut
teranglah yang menyerang Hana. Sedangkan yang lain hanya menjadi penonton, tapi
Hana yakin mereka tidak akan membela Hana.
“Jangan merasa bangga hanya
karena kau berhasil mendapatkan Jungkook. Kau hanya beruntung, Jung Hana. Kau
pikir berapa gadis yang mau memberikan tubuhnya hanya untuk bisa mendapatkan
Jungkook?” tawa gerombolan gadis itu semakin kencang, dan kali kini Hana
benar-benar kesal. Kesal antara dia dituduh yang tidak-tidak dan kesal karena
begitu banyak yang menyukai Jungkook.
“Aku kasihan pada kalian. Aku
tidak perlu melakukan hal menjijikan seperti kalian untuk mendapatkan Jungkook.”
Hana berkata sambil tersenyum.
“Coba lihat, dia benar-benar
berani!” oke, fans Jungkook benar-benar naik pitam. Siapa yang peduli, Hana
tidak mau dituduh yang macam-macam!
“Satu fakta yang tidak akan
pernah kalian miliki, ‘Aku adalah pacar
Jeon Jungkook!’” Hana dapat
merasakan iblis dalam tubuhnya tertawa keras, entah sejak kapan Hana memiliki
sifat alami Yein itu. Yang pasti Hana sangat senang melihat para gadis itu
menahan marah, sepertinya mereka tidak tau harus bicara apa lagi.
“Ternyata kau tidak sepolos yang
dibicarakan orang. Bahkan kau tega merebut Jungkook dari Yein, saudara kembarmu
sendiri!” gadis berambut pirang itu berkata dengan tegas, yang lainnya
mengangguk mengiyakan kalimat itu.
“Aku tidak pernah....” belum
sempat Hana menyelesaikan kalimatnya gadis bertubuh kurus itu memotong
kalimatnya, berkata dengan sangat tegas dan jelas
“Dasar jalang!”
Cuuurr.....
Seseorang menyiram jus jeruk tepat di atas kepala gadis bertubuh kurus
dan berwarna rambut terang yang notabene menggannggu Hana dari tadi. Kedua
gadis itu memekik dan hampir berteriak ketika dinginnya air mengenai puncak
kepala mereka. Membuat kepala dan sebagian tubuhnya basah karena itu. Hana bisa
melihat dengan jelas kedua gadis itu akan meledak marah, tapi langsung terdiam begitu
melihat siapa pelaku dari insiden penyiraman jus jeruk itu.
Jeon Jungkook!
“Bagaimana? Sepertinya jus jeruk
ini kurang efektif untuk membuat otak kalian beku dan berhenti bicara kotor
seperti yang baru saja kalian lakukan!” Jungkook berkata tegas, bibirnya hampir
tak bergerak ketika mengucapkan kalimat itu. Prediksi Hana, Jungkook sedang
marah sekarang. Melihat tatapan Jungkook seperti itu saja sudah berhasil
membuat nyali Hana menciut.
“Jungkook-ah aku....”
“Haruskan aku menceburkan kalian
di kolam depan taman? Atau kalian ingin aku memotong lidah kalian supaya kalian
berhenti bicara?” Jungkook kembali berkata begitu dingin, Hana takut kalau saja
Jungkook sedang kesurupan hantu jahat penghuni sekolah.
“Jungkook-ah, kami tidak
bermaksud...”
“Aku seratus persen tau maksud
kalian!” Jungkook melempar gelas plastik jus jeruk yang isinya kosong ke arah
dua gadis itu. Spontan Hana langsung menarik Jungkook untuk jauh-jauh dari
mereka. Gerombolan gadis itu terlihat sangat takut sekarang, terutama dua gadis
yang sedari tadi berdebat dengan Hana.
“Kau banci jika kau sampai
memukul mereka!” Hana berjinjit untuk berbisik di telinga Jungkook. Jungkook
menghela nafas panjang, kini tatapan horror itu berpindah pada Hana. Ya Tuhan,
sepertinya Hana salah memilih kalimat.
“Ayo pergi...” Hana merengek
dengan tatapan memohon. Kenapa Hana langsung tidak berkutik jika melihat
Jungkook seperti ini?
“Jungkook kami tidak bermaksud
apa-apa...”
“Minta maaf pada Jung Hana jika
kalian masih ingin hidup tenang di sekolah ini!” kata Jungkook pada mereka,
sedang Hana sedang berusaha mati-matian untuk menyeret Jungkook pergi darisana.
Hana terus menyeret Jungkook
yang pandangannya masih tetap pada gerombolan gadis itu. Sampai mereka sudah
berjarak sekitar tujuh meter, Jungkook baru menyerah dan berjalan tanpa
perlawanan. Gila! Hana bisa gila!
“Kau kenapa sih? Sebegitu
sayangnya sampai tidak mau melepasku?” Jungkook bicara seraya melihat kedua
tangan Hana yang melingkar sempurna di lengannya, Hana segera melepasnya begitu
Jungkook menyelesaikan kalimatnya.
“Kau kesurupan apa? Apa kau
habis mengumpat di bawah pohon beringin yang ada di belakang sekolah?” Hana
menatap Jungkook, ingin memastikan apa orang di depannya itu benar-benar Jeon
Jungkook.
“Bodoh! Aku tidak sedang kesurupan
atau apa.” Bibir Jungkook melengkung. Syukurlah, Jungkook sudah kembali.
Setidaknya sedikit tersenyum bisa membuat rasa takut Hana berkurang.
“Kenapa kau bisa ada disana?”
tanya Hana.
“Dimana?” Jungkook mengerutkan
kening, heran.
“Disana, di tempat tadi. Tempat
aku dan gerombolan gadis itu.”
“Oh, aku membuntutimu.” Jawab
Jungkook enteng, kemudian di ajaknya Hana agar berjalan di sebelahnya.
Heol!
“Kau membuntutiku? Sejak kapan?”
Hana mencoba berpikir, karena sedari tadi dia tidak sadar ada seseorang yang
sedang membuntutinya.
“Sejak kau keluar dari kelas
tadi. Aku beli dua jus jeruk, satu untukku dan satu untukmu. Tapi berakhir pada
dua perempuan bangsat tadi.” Jungkook terlihat masih kesal ketika mengucapkan
kalimat terakhir.
“Ah benar, jus jeruk! Jadi yang
tadi itu satu untukku? Tapi kau buang sia-sia untuk menyiram mereka.
Aaiiisshh!” Hana bicara begitu cepat.
“Itu tidak sia-sia! Malah yang
tadi itu tidak ada apa-apanya!” balas Jungkook, Hana menatapnya tajam, takut
jika iblis kembali merasuki Jungkook.
“Bodoh sekali kalau kau
menanggapi orang-orang seperti mereka. Lagipula apa yang mereka bicarakan tidak
masuk akal, mereka mengejekku hanya karena aku pacarmu. Eh!” Bagus! Hana
menutup mulutnya dengan kedua tangan setelah mengucapkan kalimat terakhir.
Jungkook tersenyum, begitu manis sampai hampir membuat Hana lupa bahwa Jungkook
sedang keadaan mood tidak bagus saat ini.
“Yeah, setidaknya aku mendengar
kau mengaku sebagai pacarku dua kali hari ini!” Jungkook tertawa renyah,
melirik Hana yang kini terbakar rasa malu di sebelahnya.
“Satu fakta yang tidak akan pernah kalian miliki, ‘Aku adalah pacar
Jeon Jungkook!’”
Bodoh! Hana lupa dia juga sempat
mengucapkan kalimat bodoh itu tadi. Jika Jungkook mengikutinya sejak awal,
tentu saja dia mendengar apa yang dia dan fansnya perdebatkan. Ya Tuhan, hilang
segala image Hana yang dia bangun selama ini.
“Ah, aku lupa aku ada janji
dengan Sujeong. Ya Tuhan pasti Sujeong sudah menunggu lama di perpustakaan.”
Hana berjalan cepat. Jungkook dengan mudah bisa mengikuti dan menyeimbangi
langkah cepat Hana.
“Jangan bohong, aku tau Sujeong
dengan bersama Taehyung sekarang.” Jungkook tersenyum melihat Hana salah
tingkah seperti sekarang.
“Ah dengan Yein juga. Bagaimana
aku bisa lupa.” Hana mencoba semua alasan yang muncul di otaknya untuk menjauh
dari makhluk bernama jeon Jungkook.
“Yein sedang dihukum guru
sekarang.” Jawab Jungkook enteng, Hana berhenti sejenak seraya menatap
Jungkook.
“Dihukum? Karena?”
“Dia mengumpat sangat keras tadi
di dekat ruang guru.” Jungkook masih menjawab dengan santai.
“Mengumpat kepada?” Hana
mengerutkan keningnya.
“Padaku.” Jungkook tersenyum.
“Kembaranmu itu, begitu cara dia menitipkanmu padaku. Kasar!” sambung Jungkook
sambil tersenyum bangga. Semakin kesini, Hana semakin bisa menemukan kemiripan
Jungkook dan Yein. Dua iblis itu!
“Kalau begitu aku ke Jin oppa.
Banyak tugas yang harus aku tanyakan padanya.” Hana tersenyum bodoh seraya
kembali berjalan cepat.
“Jangan alasan!” ancam Jungkook
mengikuti Hana.
“Sepertinya aku harus
menelponnya dulu, sepertinya sebentar lagi jam istirahat selesai.” Hana
mengambil ponselnya yang ada di saku.
“ Berani kau ke Jin hyung aku
patahkan kakimu!” teriak Jungkook berhasil membuat Hana berlari untuk
menghindar darinya.
“Omma!!!” Hana berteriak seraya
mempercepat larinya, Jungkook segera mengejar Hana seraya tertawa.
***
Bel pulang sekolah sudah
berbunyi, semua buku sudah masuk dalam tas, Hana sudah siap keluar kelas ketika
Sujeong bertanya.
“Kau tidak diantar Jungkook
pulang?”
“Tidak, kenapa?”
“Apa aku perlu bilang padanya
agar mengantarmu pulang?”
“Tidak perlu, aku naik bus saja.
Kenapa sih?” Hana terlihat heran.
“Aku pulang dengan Taehyung hari
ini.” Jawab Sujeong, sedikit merasa bersalah. “Maaf Hana. Jika mau biar aku
bilang pada Jungkook agar kau tidak pulang sendirian.”
“Tidak perlu. Ini bukan pertama
kalinya aku pulang sendiri kan.” Jawab Hana santai.
“Benar tidak apa-apa?” Sujeong
menatapnya khawatir.
“Tentu saja. Kau kenapa sih?”
“Bukan begitu. Tapi sejak kau
pacaran dengan Jungkook, aku tidak tega membiarkanmu sendirian. Daripada kau
sendiri lebih baik kau dekat-dekat dengan Jungkook, biar aman.” Jelas Sujeong
membuat Hana tertawa.
“Kenapa kau terdengar seperti
Yein?”
“Aku serius! Kau tau sendiri
Jungkook mempunya banyak gadis yang menyukainya!” Sujeong menegaskan
kalimatnya.
“Tenang saja. Hei, Taehyung
sudah menunggu!” Hana memberi isyarat pada Sujeong, Taehyung sudah berdiri di
sebelah Sujeong sekitar lima menit yang lalu. Taehyung tersenyum begitu Sujeong
menyadari Taehyung ada di sampingnya. Siapa saja tolong jauhkan Hana dari
pasangan itu. Meskipun mendapat predikat pasangan paling diinginkan di sekolah
mereka, tapi percayalah banyak hal yang membuat Hana geli dengan pasangan itu.
“Aiiisshhh, drama lagi.” Keluh
Hana membuat Taehyung dan Sujeong tertawa.
“Bye, Jung Hana. Sampaikan
salamku pada kembaranmu!” Taehyung melambai pada Hana sebagai salam perpisahan,
Hanya hanya mengangguk seraya membalas melambai pada Jungkook.
Hana segera keluar kelas tanpa
menoleh pada Jungkook yang sepertinya masih duduk manis di bangkunya. Masa
bodoh! Hana benar-benar lelah sekarang, yang dia inginkan hanyalah tempat tidur
yang nyaman di kamarnya. Hana ingin mandi dan segera tidur setelah ini.
Seperti biasa jika jam pulang
sekolah gerbang akan sangat ramai penuh siswa-siswi yang ingin segera pulang.
Hana berjalan sendiri, dia sudah terbiasa dengan tatapan-tatapan tajam dari
fans Jungkook. Hanya sekedar informasi, sangat jarang Hana dan Yein pulang
bersama. Karena kebiasaan Yein yang selalu saja ada acara setiap pulang
sekolah. Hana lebih serig pulang bersama Sujeong, tapi yah terkadang Taehyung
membuat Hana pulang sendirian karena Taehyung mengajak sahabatnya itu pergi.
Hana menangkap sosok Yein sedang
di depan gerbang, Yein sedang tertawa terbahak-bahak. Yein tidak sendirian,
karena ada anak laki-laki bersurai orange sedang bersamanya. Keduanya bersandar
pada tembok tinggi sekolah, seraya menertawakan setiap anak yang lewat. Dasar!
“Yein-ah, itu Hana!” Jimin
memberitahu Yein dan kemudian tatapan mereka bertemu. Tatapan Yein seakan
menanyakan sesuatu tapi Hana tidak bisa menangkap itu.
“Kenapa?” tanya Hana ketika
keduanya sudah dekat.
“Mana Jungkook?” Yein balik
bertanya.
“Di kelas.” Jawab Hana enteng,
“Kenapa sih?”
“Kau tidak diantar Jungkook?”
kali ini Jimin yang bertanya.
“Tidak!” Hana menggeleng,
“Kalian kenapa? Kalian mencurigakan sekali.” Lanjutnya.
“Jungkook bilang akan mengajakmu
keluar sepulang sekolah. Makanya aku dan Yein tidak ikut Jungkook –errgh kau
tau sendiri kan aku selalu pulang dengannya. Yah, tumpangan gratis.” Jelas
Jimin tapi Hana masih belum bisa menangkap keadaan yang terjadi saat ini.
“Lalu kalian pulang naik bus?
Gara-gara Jungkook bilang akan keluar denganku?” tanya Hana lagi, masih butuh
berjuta kata untuk dapat mengerti.
“Kita numpang Jin oppa.” Yein
menaik-nurunkan alisnya, raut wajah Hana langsung berubah.
“Jujur saja Jungkook tidak
mengajakku kemana-mana...”
“Kata siapa aku tidak
mengajakmu? Ayo cepat!” kalimat Hana terpotong oleh Jungkook yang tiba-tiba
sudah ada disana seraya mengalungkan lengannya di pundak Hana. Kenapa Jungkook
selalu datang secara tiba-tiba?
“Hati-hati, jangan pulang
terlalu malam.” Dan itu, suara itu. Hana sudah begitu hafal dengan suara itu,
dan dia menoleh untuk memastikan apa perkiraannya benar. Dan yah! Jin sedang
berdiri tak jauh dari mereka, tersenyum seraya memerhatikan Hana yang sedang
ada dalam rangkulan Jungkook.
“Tidak lama kok hyung!” jawab
Jungkook angkuh seraya menarik Hana dan merapatkan rangkulannya.
“Awas kau sampai berani
menyentuh Hana!” ancam Yein horror, tatapan Yein tak kalah tajam dari Jungkook.
Tidak ada rasa takut ketika mata Yein berusaha menembus mata Jungkook.
Sepertinya dua anak itu pernah traiee di neraka, mereka benar-benar seperti
iblis.
“Tenang, dasar kau preman
brengsek!” kata Jungkook sambil terkekeh, Yein hanya tersenyum simpul.
“Hana, hari ini aku dan Jimin
akan main ke rumah Jin hyung. Bilang padaku jika si brengsek itu macam-macam.
Bye! Selamat berkencan!” Yein melambai kemudian menarik Jimin dan Jin agar
segera pergi darisana. Hana mematung melihat punggung Jin, Yein dan Jimin yang
semakin menjauh. Bahkan Jin tersenyum manis padanya tadi sebelum dia berbalik
dan mengikuti Yein.
Disaat seperti ini, ingin
rasanya Hana bergabung dengan ketiga orang itu daripada harus berduaan dengan
iblis semacam Jeon Jungkook. Adakah yang bisa membantu Hana sekarang? Statusnya
memang sebagai pacar Jungkook, tapi jika bicara soal hati, Hana masih belum
bisa memberikan sepenuh hatinya pada Jungkook. Jika ditanya alasanya, Jin
adalah alasan dari semua ini.
“Kenapa melamun?” tanya
Jungkook, melirik pada Hana yang tidak berkedip ke arah Jin, Jimin dan Yein
pergi.
“Siapa yang melamun?” jawab Hana
sengak.
“Galak sekali? Kau jangan
ketularan saudara kembarmu dong!” Jungkook menarik Hana agar mulai berjalan.
Perlu diingat, Jungkook memarkir mobilnya tidak di sekolah karena dia yang
masih belum cukup umur untuk mengendarai mobil. Sekarang Jungkook dan Hana
sedang berjalan menuju mobil Jungkook yang diparkir tak jauh dari sekolah.
“Kau mau kemana?” Jungkook
kembali bertanya.
“Sebenarnya aku tidak ingin
keluar.” Jawab Hana, jika di dengar dari suaranya Jungkook bisa tau bahwa Hana
sedang dalam mood yang tidak baik.
“Apa aku mengantarmu pulang
saja?” tawar Jungkook, mencoba memahami keinginan gadisnya itu, tapi Hana hanya
diam. Jeon Jungkook, tidakkah kau mengerti bahwa Hana ingin pergi ke rumah Jin?
“Kau ada masalah? Kalau ada
cerita saja padaku.” Entah mengapa Hana merasa Jungkook seperti malaikat saat
ini.
“Tidak ada masalah hanya
saja...” Hana tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia tidak menemukan kalimat
yang pas untuk menjelaskan perasaannya saat ini. Bisa saja Hana bilang dia
ingin ke rumah Jin. Tapi jika Hana bilang begitu, yakin seratus persen iblis dalam
diri Jungkook akan kembali keluar.
“Baiklah, aku mencoba mengerti.
Aku mengajakmu keluar lain kali saja, jadi aku akan mengantarmu pulang
sekarang.” Kata Jungkook akhirnya. Hana sempat mendongak untuk melihat wajah
Jungkook. Benarkah ini Jeon Jungkook? Benarkah dia baru saja menyerah dan
mengalah untuk Hana? Oh bahkan Hana bisa melihat sirat kekecewaan dari sudut
mata Jungkook, dan tentu saja ini membuat Hana tak enak hati.
“Maaf. Kau tidak marah kan?”
tanya Hana hati-hati.
“Untuk apa minta maaf. Tidak
apa-apa, tapi lain kali kau tidak boleh menolak jika aku ajak.” Jungkook
tersenyum, senyum yang jarang sekali Hana lihat. Ternyata dibalik sifat
brengseknya Jungkook juga bisa seperti ini?
Jungkook menggiring Hana untuk
masuk dalam mobilnya, tidak ada percakapan selama beberapa saat. Hana sibuk
dengan pikirannya sendiri sedangkan Jungkook terlihat fokus menyetir.
Satu-satunya pemecah keheningan itu adalah ketika ponsel Hana berbunyi, Yein
mengirim sebuah foto padanya. Yein, Jimin dan Jin sedang berada di dapur,
sepertinya mereka memasak sesuatu, ketiganya tersenyum lebar ke arah kamera.
Sial!
Hana ingin pergi kesana!
“Siapa?” Jungkook melirik
sekilas.
“Yein.” Jawab Hana singkat,
kemudian segera mengetik dalam ponselnya untuk menjawab pesan itu.
“Kembaranmu itu...” Jungkook
terkekeh.
“Sepertinya dia lebih mirip
denganmu daripada denganku.” Balas Hana, Jungkook mengerutkan keningnya.
“Eh?” Jungkook memandang Hana
tak mengerti.
“Kalian sama-sama punya hantu
jahat yang tinggal dalam diri kalian.” Jelas hana membuat Jungkook terbahak.
Hantu jahat?
“Lalu kau tidak takut padaku?”
tanya Jungkook masih dengan tawanya.
“Tidak, ada Yein yang siap
menyerangmu kapanpun aku memintanya.” Hana menjawab dengan tegas. Dasar gila!
From: Yein
To:
Hana
Apa
Jungkook mengajakmu ke rumahnya? Jika iya tenang saja, aku ada di rumah Jin
oppa dengan Jimin. J
Hana terkekeh melihat pesan dari
Yein. Ternyata itu alasan Yein main ke rumah Jin, Hana semakin terkikik ketika
Yein mengiriminya foto Jimin memegang sebuah pisau dengan wajah horror. Hana
tertawa dalam hati, bahkan Jungkook tidak menawarinya untuk main ke rumahnya.
Jungkook sedang menjadi malaikat sekarang, Jungkook akan mengantarnya pulang.
Tunggu sebentar, sebuah ide
muncul di otak Hana. Bodoh kenapa tidak terpikirkan ini dari tadi?
“Jungkook...”
“Hmm?” Jungkook tetap fokus
melihat arah depan.
“Kita ke rumahmu saja ya!” ajakan
Hana langsung membuat Jungkook menoleh padanya, menatap Hana curiga dan sedikit
ngeri.
“Apa?” Jungkook mengerutkan
kening, menoleh dan mencoba membaca raut muka Hana.
“Kita ke rumahmu saja!” kata
Hana sekali lagi.
“Kau Hana atau Yein?” tanya
Jungkook curiga, dan sebuah pukulan berhasil mendarat di kepala Jungkook.
“JEON JUNGKOOK!” teriak Hana,
Jungkook hanya tersenyum garing. Antara mencoba menerima kenyataan dan
merasakan sakit di kepalanya. Jungkook segera saja putar balik dan mengajak
Hana ke rumahnya.
***
“Oppa, Jimin menumpahkan
telurnya!” Yein berkata begitu keras, Jin hanya melirik dan membuang nafas
berat. Kenapa dua anak begitu begitu berisik dan hampir membuat dapurnya
menjadi seperti kapal pecah.
“Ini gara-gara kau, berhenti
menggelitik-ku Jung Yein!” kata Jimin seraya berlutut untuk membersihkan lantai
yang penuh telur. Jin tidak tau bagaimana reaksi ibunya jika melihat dapur
seperti ini. Jin berdoa semoga saja Ibunya menginap di rumah pamannya malam
ini.
“Oppa, sepertinya itu sudah
matang!” Yein mendekat ke arah oven tapi untungnya Jin berhasil menarik belang
kaos Yein.
“Jangan dibuka Yein, itu belum
matang.” Kata Jin sabar.
“Eh. Lama sekali.” Kata Yein
seraya tersenyum bodoh pada Jin.
Sebenarnya Jin ingin
menghabiskan sore ini dengan maraton anime sambil menghabiskan stok camilan di
rumahnya. Karena ayahnya yang bekerja sampai malam, dan Ibunya yang pergi ke
rumah pamannya, Jin sudah berniat untuk bermalas-malasan. Sampai akhirnya dua
makhluk yang sekarang ada di dapurnya itu menghampirinya di sekolah, bilang
jika mereka ingin main ke rumahnya.
Jimin? Sudah biasa untuk Jimin
main ke rumahnya, tapi hal ini cukup baru bagi Yein. Ya memang Jin sudah
mengenal Yein cukup dekat, ditambah dia adalah saudara kembar Hana dan Yein
juga sering mengunjungi rumah tetangga sebelahnya (Jungkook). Tapi sekarang,
melihat Yein sedang memakai boxer milik Jin dan kaos kebesaran yang juga milik
Jin, dengan seenaknya membuka kulkas, membuka lemari makanan dan bahkan
menonton tv di rumahnya dengan begitu santai. Seakan ini adalah kunjungan
keseribu Yein ke rumahnya. Jin mengerti sekarang, kenapa banyak orang bilang
jika Yein dan Hana adalah saudara kembar yang begitu berbeda.
Wajah mereka persis sama, hanya
model rambut yang dapat membedakan mereka. Dan dari sikap mereka, sama sekali
tidak ada mirip-miripnya. Semakin dipikir, Yein memang bentuk perempuan dari
Jeon Jungkook.
Dan sekarang Jin sedang memenuhi
permintaan Jimin dan Yein untuk membuat kue. Jimin dan Yein bilang akan
membantu tadi, tapi hasilnya kacau. Yang ada mereka hanya membuat dapur bersih
Ibu Jin menjadi seperti tempat pembuangan sampah.
“Kuenya terlalu lama. Oppa, aku
numpang tidur di kamarmu ya!” Yein menyerah untuk menunggu kue itu sampai
matang.
“Enak saja, bersihkan ini dulu!”
sergah Jimin.
“Nanti aku bantu, aku tidur
dulu.” Yein mejambak sekilas rambut Jimin, Jimin mengumpat. “Oppa, kamarmu di
atas kan?”
“Naik saja, kamarku tepat di
depan tangga.” Jawab Jin. Melihat Yein seperti sekarang ini, entah mengapa
membuat Jin ingin Hana yang seperti itu. Bukankah menyenangkan jika Hana yang
berkeliaran di rumahnya dengan memakai bajunya seperti Yein sekarang ini? Aish!
Apa yang Jin pikirkan, ingat Hana pacar Jungkook!
“WAH! DI KAMARMU ADA BALKON!”
Jin dan Jimin mendengar Yein berteriak, keduanya saling tatap kemudian tertawa.
“DASAR KAMPUNGAN!” Jimin balas
berteriak sambil tertawa terbahak.
“WAH INI BERHADAPAN LANGSUNG DENGAN
BALKON RUANG TV JUNGKOOK!” teriak Hana lagi.
“Sepertinya kau begitu hafal
tata ruang rumah Jungkook! Kau pembantu yang membersihkan rumah Jungkook?” Jimin
kembali bicara.
“BRENGSEK! DIAM KAU PARK JIMIN!”
balas Yein berteriak.
“Buka saja jika kau ingin ke
balkon!” kata Jin keras agar Yein bisa mendengar suaranya.
“IYA SUDAH AKU BUKA DARITADI!”
Yein berteriak lagi. Padahal tidak perlu berteriak sekencang itu Jin dan Jimin
masih bisa mendengar.
“Kau tidak perlu menawarkan
apa-apa pada gadis itu. Bahkan jika dia lapar, dia akan mengambil makan sendiri
tanpa kau suruh.” Kata Jimin membuat Jin terkekeh.
Jin dan Jimin menyusul Yein ke
atas setelah kuenya matang. Dan yang mereka lihat adalah Yein yang sedang
tertidur pulas di balkon. Jin dan Jimin sepakat untuk tidak membangunkannya.
Jimin duduk di balkon sambil membaca komik-komik koleksi Jin. Sedangkan Jin
lebih memilih untuk bermain game di ponselnya.
Jin mendongak begitu mendengar
seseorang membuka pintu dari seberang, dilihatnya Jungkook yang tersenyum lebar
disana. Kemudian Jin menangkap sesuatu yang terlihat lebih menarik dari apapun yang
indah di dunia ini. Iya, Jung Hana yang keluar dari balkon, berdiri di belakang
Jungkook dengan masih memakai seragam sekolahnya. Hana tersenyum begitu mata
mereka bertemu. Jin suka itu, tapi kemudian rasa kesal menyerangnya, menyadari
Hana berada di rumah Jungkook sekarang.
“WOI!” teriak Jungkook untuk
mendapat perhatian Jimin, Jimin mendongak dan mendapati Jungkook berada di
balkon rumahnya.
“Sudah kuduga Hana akan berakhir
berkunjung ke rumahmu!” kata Jimin.
“Kami langsung kesini. Kami
tidak jalan-jalan.” Kata Jungkook enteng. “Preman itu ke rumah Jin hyung hanya
untuk numpang tidur?” Jungkook melihat Hana yang sedang tidur disana.
“Dia tidur setelah menghancurkan
rumahku.” Jawab Jin.
“Ya itulah yang selalu dia
lakukan di rumahku.” Sergah Jungkook.
“Hei, kalau di rumahmu beda
urusan. Bukan hanya Yein yang membuat rumahmu berantakan, tapi kalian berdua!” kalimat Jimin barusan berhasil membuat
Jungkook melotot. Manatap Jimin seakan Jungkook ingin membunuh Jimin dengan
tatapannya. Sedang Jimin hanya tertawa terbahak, “Hanya bercanda Hana-yah!”
sambungnya, Hana hanya tersenyum.
“Kau sudah makan?” Jin bertanya,
lebih tepatnya pada Hana tapi Jungkook yang menjawab.
“Belum. Minta makanan hyung!”
“Aku yang antar atau kalian yang
kesini?” tanya Jin.
“Kita saja yang kesana!” jawab
Hana cepat, Jungkook menatap Hana sejenak dan Hana segera melanjutkan
kalimatnya “Kita minta makanan, lebih sopan kalau kita yang kesana.” Jungkook
terlihat berpikir kemudian mengangguk menyetujui Hana.
“Kau mau ganti baju dulu? Kalau
iya biar aku ambilan baju.” Tawar Jungkook, Jin bisa melihat Hana mengagguk.
Kemudian dua orang itu masuk ke dalam rumah.
“Hyung sebentar lagi kita kesana!”
teriak Jungkook. Jin hanya diam, entah mengapa Jin tidak suka melihat Hana dan
Jungkook hanya berdua di rumah Jungkook. Ada sesuatu dalam dirinya yang
mendorongnya untuk ingin tau lebih, apa yang Jungkook dan Yein lakukan di dalam
sana.
“Hyung, dapurmu berantakkan
sekali!” seru Jungkook ketika dia dan Hana baru saja masuk area dapur. Jin yang
menghampiri mereka langsung tersenyum, kemudian menggelengkan kepalanya. “Ulah
dua orang itu ya?”
“Tebakanmu benar!” balas Jin,
kemudian mengambil piring untuk Jungkook dan Hana, “Ambil sendiri, Jungkook tau
tempatnya.” Sambung Jin setelah memberi Jungkook dan Hana piring. Hana mengekor
di belakang Jungkook, Hana tau jika selama ini Jungkook sangat sering makan
disini. Mengingat orangtua Jungkook sangat jarang pulang ke rumah membuat
keluarga Jin sudah seperti keluarga Jungkook sendiri.
Melihat Jungkook begitu hafal
seluk beluk rumah Jin membuat Hana sedikit iri. Jujur saja, ini kunjungan kedua
Hana di rumah Jin. Betapa beruntugnnya Jungkook bisa menjadi tetangga Jin. Hana
terus melamun sampai Jungkook menepuk pundaknya seraya menatapnya penuh tanya.
“Baik-baik saja?” kening
Jungkook berkerut.
“Tentu!” jawab Hana cepat,
kemudian mengambil makanannya yang ada di tangan Jungkook.
“Makan di ruang TV atau di meja
makan?” lagi-lagi Jungkook memberi Hana pilihan.
“Meja makan saja.” Kata Hana,
jika dilihat dari cara Jungkook menawarkan, sepertinya Jungkook lebih sering
makan di depan TV daripada di meja makan.
Hana dan Jungkook duduk
bersebelahan, Jin sudah kembali ke kamarnya. Jika didengar dari suaranya,
sepertinya Jin dan Jimin sedang bermain play station sekarang. Terbukti dari
cara Jimin dan Jin saling berteriak dari atas sana. Parahnya, Yein tidak bangun
meskipun ada keributan seperti itu.
Hana konsentrasi pada
makanannya, tidak memedulikan Jungkook yang makan di sebelahnya seraya
memerhatikannya lekat-lekat. Kadang Hana curiga, jangan-jangan Jungkook ini
kanibal karena menatapnya dengan tatapan lapar seperti itu. Awalnya Hana
membiarkan saja, tapi lama-kelamaan Hana merasa terganggu.
“Kenapa?” tanya Hana ketus.
“Tidak boleh?” Jungkook balik
bertanya.
“Aneh!” Hana mencibir, Jungkook
hanya terkekeh geli. Entah kenapa Hana begitu terlihat berbeda dari gadis
kebanyakan, tapi justru itu yang membuat Jungkook semakin suka pada Hana.
Setelah itu keduanya kembali
konsentrasi pada makanan masing-masing, hanya terdengar denting sendok dan
garpu di ruang makan. Tidak ada yang bicara, sampai Hana merasakan sensasi
dalam mulutnya tepat sesaat setelah dia mengunyah makanannya.
“Auh!” pekik Hana membuat
Jungkook kaget dan segera mengalihkan semua perhatian pada Hana yang kini
membuat gerakan mengipas ke wajahnya sendiri. Matanya berair, Hana terlihat
kebingungan.
“Kenapa? Lidahmu tergigit?”
tanya Jungkook khawatir, Hana menjawab dengan menggelengkan kepalanya. Matanya
semakin berair dan Hana membuat gerakan isyarat yang tidak bisa Jungkook
mengerti.
“Kenapa sih? Ada apa? Makanannya
tidak enak?” lagi-lagi Hana hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
“Lalu kenapa? Minum?” Hana
mengangguk, dengan gerakan cepat Jungkook langsung mengambil gelas dan memberi
Hana minum. Hana menghabiskan air itu sama cepatnya dengan Jungkook
mengambilnya. Jungkook memerhatikan Hana, untuk sesaat Hana terlihat tenang
namun detik berikutnya Hana kembali kebingungan lagi. Dia kembali mengipaskan
tangannya pada wajahnya.
“Pedas?” tanya Jungkook
akhirnya, Hana mengangguk degan cepat.
“Sepertinya aku makan cabe
utuh.” Jawab Hana, Jungkook tertawa. Kebiasaan Jin memang mencampur segala makanan
dengan cabe, dan kali ini Hana jadi korbannya.
“Jangan minum terus, nanti
perutmu sakit.” Jungkook menjauhkan gelas yang akan diraih Hana.
“Bodoh, ini pedas!” Hana memukul
lengan Jungkook keras, tapi Jungkook tetap tidak memberi air minum itu pada Hana.
“JEON JUNGKOOK AKU BUTUH AIR
UNTUK MENGHILANGKAN RASA PEDAS INI!” Hana teriak tidak sabar, Jungkook memang
menyebalkan. Disaat seperti ini bisa-bisanya Jungkook mempermainkannya.
“Sudah kubilang jika terlalu
banyak minum perutmu sakit.” Kata Jungkook tenang, sangat berbeda dengan Hana
yang kesetanan tersiksa karena rasa pedas.
“Lalu aku harus
bagai-hhmmphpptt...” Jungkook menghentikan kalimat Hana dengan mencium
bibirnya. Jungkook mencium bibir Hana seraya menyesap semua rasa pedas yang
sedang Hana rasakan. Hana mencengkeram bagian depan kaos Jungkook, orang yang
mengaku pacarnya ini memang gila. Bagaimana bisa Jungkook menciumnya saat
mereka sedang numpang makan di rumah orang seperti ini.
Entah ini bentuk perhatian
Jungkook atau Jungkook yang sedang mengambil kesempatan, Jungkook tidak segera
melepas ciumannya. Jungkook berhasil menghisap rasa pedas yang menyiksa Hana,
bahkan sekarang Hana sudah lupa dengan rasa pedasnya. Salahkan Jeon Jungkook
yang masih saja tidak mau menjauhkan diri dari Hana, sampai akhirnya...
“Hyung kenapa lama sekali ambil
minumnya? –eh kenapa kau berdiri disitu?” suara Jimin berhasil memecah suasana.
Hana segera menjauhkan wajahnya dari Jungkook, sedang Jungkook menoleh melihat
Jin yang berdiri tak jauh darisana dan Jimin yang sekarang memandang ke arah
Jungkook dan Hana dengan tatapan jail.
A/N: Kayanya emng pembaca ff BTS di blog ini dikit ya kkk. Ini akhirnya sempet nulis dan lanjutin ff Miss Right nya. Dan janji pake banget Fisrt Love bakal segera dilanjut. Sumpah bener deh gara-gara feel Kaijing yang hilang menguap entah kemana jadi agak susah buat lanjut. Tapi bener deh bakal segera di lanjut. Jadi yah, dinikmati dulu deh ini. XOXO
Komentar
Posting Komentar