Tittle: MISS RIGHT
Main Cast: Jeon Jungkook, Jung Hana (OC), Kim Sukjin
Support Cast: Kim Taehyung, Ryu Sujeong, Park Jimin, Jung Yein
Lenght: Chapter
Genre: romance, fluffy
Main Cast: Jeon Jungkook, Jung Hana (OC), Kim Sukjin
Support Cast: Kim Taehyung, Ryu Sujeong, Park Jimin, Jung Yein
Lenght: Chapter
Genre: romance, fluffy
“Hyung, setelah ini
yang kalah ambil minuman dan camilan di bawah ya?” Jimin menawarkan sebuah
perjanjian sebelum dia dan Jin memulai game mereka. Jin mengangguk mengiyakan
dan segera memencet tombol start dan memulai permainan mereka.
Sekitar tiga menit kemudian, Jin
berseru keras karena kekalahannya sedangkan Jimin tertawa bahagia –bahkan
terlalu bahagia hanya untuk ukuran memenangkan PS. Jimin menunjukkan deretan
giginya pda Jin, tatapannya seakan berkata ‘ayo
ambil minuman dan camilan di bawah!’
“Kau mau makanan seberapa banyak?” tanya Jin seraya bangkit dari posisi
duduknya.
“Sebanyak-banyaknya hyung.”
Jawaban Jimin sama sekali tidak membantu. Jin segera keluar kamar tanpa
menimbulkan sedikit suara, sedang Jimin keliatannya sibuk memilih game untuk
dia mainkan sendiri.
Jin menuruni tangga dengan
cepat, kemudian keningnya berkerut menyadari ada yang aneh di ruang makan.
Bukankah Jungkook dan Hana sedang makan saat ini? Tapi kenapa tidak ada suara
sama sekali? Bahkan tidak ada suara denting garpu dan sendok ketika menyentuh
piring. Atau jangan-jangan Jungkook dan Hana sudah kembali ke rumah Jungkook
tanpa berpamitan padanya?
Hanya sekedar informasi, kau
harus melewati ruang makan jika ingin ke dapur. Jadi intinya Jin harus melewati
ruang makan dimana seharusnya Jungkook dan Hana sedang makan disana untuk
mengambil minum dan camilan di dapur. Perlahan Jin berjalan, masih tidak mengeluarkan
suara sedikitpun.
Seperti ada sengatan listrik
yang menyerang tubuh Jin, membuat jantungnya berdetak cepat namun membuat
pergerakan tubuhnya melambat. Tepat ketika Jin melihat Jungkook dan Hana sedang
berciuman disana. Jin sendiri tidak tau apa yang salah dengan dirinya, tidak
tau iblis seperti apa yang sedang tinggal dalam dirinya, kenapa Jin tidak suka
melihat itu?
Jin memilih diam, tidak mungkin
untuk tetap melewati mereka dalam keadaan seperti ini. Tidak mungkin juga Jin
kembali ke kamar, karena seakan ada paku yang menancapkan Jin untuk tetap
berdiri disitu. Entah sudah berapa lama, Jin tetap berdiri dalam diam seraya
memerhatikan, menikmati setiap rasa sakit yang tiba-tiba menyerang hatinya.
“Hyung kenapa lama sekali ambil
minumnya? –eh kenapa kau berdiri disitu?” Jimin berjalan menghampiri Jin,
kemudian Jimin melihat ke arah dapur, menangkap Hana yang tiba-tiba menjauh
dari Jungkook. Dari cara mereka, Jimin tau apa yang baru saja Jungkook dan Hana
lakukan. Jimin tertawa tanpa suara, Jungkook menatapnya penuh ancaman.
“Brengsek kau Park Jimin!” keluh
Jungkook, Jimin tidak takut pada Jungkook. Hal seperti ini sudah biasa terjadi,
Jimin sudah terbiasa melihat sahabatnya itu berciuman dengan banyak gadis
sebelum ini. Bahkan Jimin yakin baru saja melihat Jungkook tersenyum.
“Kalian membuat Tuan rumah jadi
tidak nyaman di rumahnya sendiri.” Jimin berkata seraya mendorong Jin menuju
dapur. Wajah Hana sudah sangat merah seperti kepiting rebus saat ini, Hana
hanya menunduk tidak berani menatap Jimin ataupun Jin.
“Maaf hyung!” jawab Jungkook
enteng, Jin hanya tersenyum simpul tidak tau hanya menjawab apa.
“He gila, jangan lanjutkan
kegiatanmu ya! Cuci dulu piringmu! Kaumembuat Hana jadi tidak nyaman bodoh!”
Jimin terkikik seraya bersembunyi di belakang Jin, menghindar jika saja
Jungkook melayangkan pukulannya.
“Sialan! Pak Jimin kau
benar-benar bosan hidup!” balas Jungkook, Jimin hanya tertawa terbahak.
Jungkook menoleh untuk melihat
Hana yang hanya menunduk, bahkan ketika Jimin dan Jin sudah tidak ada disana.
Jungkook mengangkat dagu Hana untuk melihat wajahnya, betapa kagetnya Jungkook
melihat Hana benar-benar bersemu merah saat ini.
“Cuma Jimin dan Jin hyung.
Setelah ini mereka pasti sudah lupa.” Kata Jungkook mencoba menghibur Hana.
Tapi sayangnya tidak berhasil karena Hana sekarang malah mengacak rambutnya
frustasi.
“Permisi ya, kita mau kembali ke
kamar.” Jimin berkata sembari melagukannya.
“Kalau sudah selesai, ke kamar
saja!” tawar Jin yang berjalan di belakang Jimin.
“Sebentar lagi kita kesana
hyung.” Jawab Jungkook, Jimin menatapnya curiga kemudian kembali tertawa. Jika
bukan karena ada Jin, mungkin piring yang ada di depan Jungkook sudah dia
lempar ke arah Jimin.
“Biar aku yang cuci piringnya.”
Kata Jungkook cepat begitu melihat Hana bangkit dari duduknya dan mengambil
piringnya dan Jungkook. Hana tidak melawan, membiarkan Jungkook mengambil
piringnya dan mencucinya di dapur.
“Aku tunggu disini.” Hana
kembali duduk.
“Loh, tidak bantu pacar cuci
piring?” Jungkook melirik Hana sekilas.
“Jeon Jungkook berhenti
main-main, dasar sialan!” Jungkook mempercepat gerakannya ke dapur begitu
mendengar teriakan Hana.
***
“Hana, kita tidur disini malam
ini!” Hana perlu beberapa menit untuk mencerna kalimat Yein. Kita tidur disini malam ini. Seseorang
tolong jelaskan pada Jung Hana apa arti dari kalimat Yein barusan.
“Tidur dimana?” Hana mengerutkan
keningnya, ditatapnya Yein yang sedang tiduran di kasur Jin saat ini. Yein
tersenyum seraya balas menatap hana menantang.
“Aku baru saja bilang ke omma
kalau kita menginap di rumah Sujeong untuk mengerjakan tugas dan omma percaya.”
Jelas Yein santai namun bereaksi berbeda untuk Hana yang melebarkan matanya tak
percaya.
“Omma lupa kalau kita tidak
sekelas?” tanya Hana gusar.
“Tentu saja omma tidak lupa. Aku
bilang aku menemanimu tidur di rumah Sujeong. Hehe.” Yein bangkit dari tempat
tidur, menepuk pipi Hana sekilas seraya masih tersenyum penuh kemenangan.
“Apa alasanmu mengajakku tidur
disini?”
“Ayolah Hana, setidaknya kau
harus mencoba sensasi tidur bersama teman-temanmu. Tenang saja, aku sudah
menelpon pada Taehyung dan Sujeong untuk ikut bergabung malam ini. Dan yah
–kabar baiknya orangtua Jin oppa tidak pulang malam ini. Jadi terserah kau
ingin tidur disini atau di rumah Jungkook. Tapi ku sarankan kau tidur disini
saja bersamaku.” Kalimat panjang Yein
barusan seakan hanya lewat saja di telinga Hana. Rasanya Hana baru saja
melakukan tindak kriminal berat yang membuatnya selalu resah. Oke, ini pertama
kalinya Hana menginap di rumah teman laki-laki, dan parahnya ada pacarnya
disini.
Malam itu Hana baru aja selesai
mandi di rumah Jin, Jungkook telah membawakan beberapa pakaiannya untuk Hana
pakai malam itu. Kaos lengan panjang berserta training panjang milik Jungkook
yang kebesaran digunakan Hana. Tapi jujursaja, pakaian ini begitu nyaman,
membuat Hana ingin cepat-cepat pergi tidur.
Hana baru saja keluar dari kamar
mandi ketika telinganya menangkap suara Sujeong dari arah ruang tamu. Dengan
cepat Hana melesat keluar dan menghampiri sahabatnya yang kini sedang sibuk
membawa bingkisan makanan di kedua tangannya.
“Wah! Makan malam! Terima kasih
Ryu Sujeong, kau memang pacar Taehyung yang terbaik!” Jimin membantu Sujeong
membawa beberapa makanan itu. Taehyung melirik aneh ke arah Jimin, jijik mendengar
kalimat Jimin barusan.
“Sujeong!” Sujeong langsung
menoleh ke arah Hana, keduanya tersenyum.
“Jika dua orang ini sudah
bertemu, pasti aku tidak akan dianggap.” Keluh Taehyung seraya mencibir ketika
Sujeong dan Hana langsung duduk bersama di sofa ruang tv. Yein tertawa melihat
Taehyung yang kini menyusul Jimin ke dapur untuk menyiapkan makanan. Well!
Sepertinya akan ada pesta malam ini.
Semuanya berkumpul di ruang tv
ketika Jimin dan Taehyung membawa semua makanan dari dapur. Jin menyusul mereka
setelah baru saja selesai mandi, bahkan rambutnya masih sedikit basah ketika
dia ikut melahap pizza yang Sujeong dan Taehyung bawa. Jimin dan Taehyung duduk
bersebelahan, kedua orang itu memang akan selalu bersama kemanapun jika tidak
ada Sujeong ataupun pacar Jimin –sayang sekali saat ini Jimin sedang tidak
berpacaran dengan siapapun. Hana, Yein dan Sujeong duduk di sofa panjang seraya
bercerita seru tentang drama yang sedang mereka ikuti –para lelaki hanya
mendengus berat mendengarnya. Dan Jungkook? Dia duduk di bawah dan menjadikan
kaki Hana sebagai sandarannya. Sesekali Jungkook berkomentar setiap kali salah
satu dari Hana, Yein atau Sujeong memekik girang membayangkan adegan dalam
drama.
Lucu juga, biasanya mereka
selalu berkumpul di rumah Jungkook. Tapi coba lihat sekarang, rumah rapi Jin
sudah menjadi seperti kapal pecah –terutama ruang tv. Jangan ditanya bagaimana
reaksi Ibu Jin ketika beliau pulang nanti. Tapi tak perlu khawatir, tinggal
suruh Jungkook untuk meminta maaf seraya menunjukkan wajahnya yang paling
menggemaskan, maka Ibu Jin akan luluh. Siapapun tau, Jungkook sudah dianggap
sebagai anak sendiri oleh keluarga Jin.
Makanan sudah habis, kini mereka
duduk melingkar di bawah, memutuskan untuk bermain UNO. Apalagi game yang seru
selain bermain kartu ketika kau sedang berkumpul bersama teman-temanmu? Tak
lupa mereka juga menyiapkan sebuah hukuman bagi yang kalah. Kalian tau apa
hukumannya? Hukumannya adalah mengharuskan si kalah untuk mengikuti semua apa
yang diinginkan oleh pemilik skor tertinggi. Jadi, bukankah ini akan seru?
Pesan untuk kalian, jangan sampai membiarkan Jungkook menang karena sudah bisa
dipastikan Jungkook akan membuat permintaan yang aneh dan sulit.
Saat ini, Jungkook dan Jin
adalah dua orang yang memiliki dua kartu di tangannya. Dan tepat ketika giliran
Jin, Jin meletakkan satu kartunya dan berseru keras “UNO!”
“Jangan terlalu bahagia seperti
itu hyung, tunggu dulu!” Jungkook tertawa meremehkan.
“Sudah cepat keluarkan punyamu!”
usik Jimin, Jungkook hanya mencibir seraya meletakkan kartunya dan kemudian
berseru “UNO.”
“Jangan sampai aku kalah!” Yein
menggaruk kepalanya, terlihat frustasi dengan jumlah kartu yang ada di
tangannya. Asal kalian tau saja, Yein memiliki kartu paling banyak diantara
mereka semua.
Tidak sampai lima menit,
Jungkook sudah berhasil memenangkan permainan. Sial sekali karena Yein harus
kalah dalam permainan itu. Jungkook tertawa bahagia mendapati Yeinlah yang akan
melakukan apapun yag dia inginkan. Jimin
dan Taehyung beberapa kali mengingatkan untuk tidak kelewatan. Tapi tentu saja
Jungkook tidak akan pernah mendengar pendapat orang lain.
“Sial kau brengsek! Jangan minta
yang aneh-aneh.” Keluh yein seraya melempar kartunya di lantai membuat yang
lain tertawa antusias –kecuali Hana.
“Kau tidak keberatan kan jika
aku memintamu untuk mencium Jimin?” Jungkook etrsenyum miring, pandangannya
memicing ke arah mata Yein yang mendengus seakan tau hal seperti ini akan
terjadi.
“Hei jangan bawa-bawa aku!”
protes Jimin.
“Kau menggangguku terus seharian
ini!” tuduh Jungkook pada Jimin.
“Bukankah biasnaya juga seperti
itu? Jimin selalu mengganggu kita semua.” Komentar Jin menarik tawa yang lain
sedangkan Jimin sekarang sibuk emnyibak rambutnya ke belakang –bingung.
“Hyung, seharusnya kauu
membantuku.” Omel Jimin.
“Bukankah kau suka jika itu
berhubungan dengan –ciuman?” sekarang
Taehyung yang bicara. Hana melirik ke arah Taehyung, seperti inikah mereka
selama ini? Apa mereka menganggap ciuman itu hal yang biasa? Lalu, apa Yein
juga seperti ini selama ini?
“Iya-iya, tapi tidak dengan Yein
juga. Jungkook ganti permintaanmu!” Jimin memikul lengan Jungkook pelan, tapi
Jungkook malah pura-pura tidak mendengar.
“kau tidak mau kucium?” nada
Yein terdengar protes, “Aku tersinggung.” Sambungnya.
“Bukan seperti itu Yein-ah. Ya
Tuhan, maksudku –ya! Kau kan temanku. Aku tidak bisa seperti ini.” Jimin
menjambak bagian depan rambutnya.
“Sudah cepat cium saja!” tepat
setelah Jungkook selesai bicara Yein mendekatkan bibirnya pada pipi Jimin.
Sekilas tapi berkesan.
“Siapa yang bilang kau harus
mencium pipinya? Di bibir Jung Yein –bibir!”
Jungkook bicara lagi. Untuk kali ini protes bukan saja dari Jimin, melainkan
semua orang yang ada disana.
“Jangan gila!” sergah Taehyung.
“AKU TIDAK MAU BERCIUMAN DENGAN
SEMBARANG ORANG BODOH!” Yein memukul Jungkook keras.
“Shit!” umpat Jungkook seraya memegang kepalanya.
“Buat hukuman yang lebih masuk
akal Jeon Jungkook!” akhirnya Hana bicara. Kesal juga melihat kelakuan Jungkook
seperti sekarang ini. Jungkook menatap Hana sekilas sebelum akhirnya dia
kembali membuka mulut.
“Baiklah- jawab pertanyaanku.
Apa ada orang yang kau sukai disini?” kalimat itu meluncur begitu saja dari
bibir Jungkook, dan entah mengapa pertanyaan tersebut berhasil menyerang Yein
dengan baik.
“Bodoh!”
“Sudah jawab saja!”
“Ya –ada.” Jawab Yein membuat
yang lain ber-uhu. Jujur saja hal ini membuat Hana penasaran. Mungkinkah itu
Jimin? Jimin adalah jawaban yang paling masuk akal. Karena kalian tau sendiri
Taehyug pacar Sujeong, dan Yein tau betul Hana sangat menyukai Jin jadi tidak
mungkin Yein menyukai Jin. Ditambah Jin buka termasuk tipe Yein.
Atau mungkinkah Jungkook?
Tapi setau Hana, Yein tidak
pernah menganggap serius sosok Jeon Jungkook.
“Hei, siapa yang tidak disukai
Yein? Kalian tau kan dia playgirl kelas
kakap?” Jimin berkata santai, berhasil membuat suasana kembali hangat.
“Permainan bodoh! Aku berhenti!”
Yein melempar kartu-kartu yang ada di depannya. Tidak ada yang melarang hal
itu, malah mereka seakan setuju untuk mengakhiri permainan dengan hukuman paling
bodoh itu.
“Hyung, ayo main play station di
kamarmu!” ajak Jimin, semua mata memandang Jin, seakan memohon agar mereka
dijinkan bermain game di kamarnya.
“Terserah kalian saja!” jawaban
Jin membuat Jimin, Taehyung dan Jungkook segera beranjak menuju kamar Jin di
lantai atas. Sujeong dan Yein mengikuti mereka naik ke lantai atas. Tersisa
Hana dan Jin yang kini duduk di sofa, saling berjauhan dan memandang sisa-sisa
makanan yang jauh dari kata bersih.
“Naik saja, aku akan bersihkan
ini.” Kata Jin santai, tapi hana memilih untuk membantu Jin membersihkan semua
kekacauan ini.
Dimulai dari membawa semua
piring ke tempat cuci, merapikan kembali ruang tv, sampai Jin kembali ke dapur
untuk mencuci piring-piring kotor. Demi apapun, ini adalah yang Hana inginkan.
“Tidak ingin bergabung dengan
yang lain?” tanya Jin ketika menyadari Hana membutinya ke dapur.
“Aku akan membantumu.” Hana
melipat lengan kaosnya, berniat untuk membantu Jin mencuci piring.
“Wah, terimakasih sebelumnya.”
Jin tersenyum, kemudian menyalakan kran air di depannya. Sederhana, tapi kenapa
Jin terlihat begitu berkharisma di mata Hana?
Mereka berbagi tugas, Hana yang
mencuci piring kotor dengan sabun dan Jin yang membilasnya. Hana merasa hal ini
sejuta kali lebih menyenangkan daripada melihat pertandingan bodoh di lantai
atas. Sekedar informasi, kelima orang yang ada di kamar Jin sekarang sedang
berseru berteriak, saling menjagokan orang yang sedang bermain game seakan itu
adalah sebuah pertandingan live. Biar saja mereka seru dengan kegiatan mereka,
yang penting Hana senang sekarang karena bisa memandang Jin dengan jelas dengan
jarak sedekat ini.
“Kau tidur dimana malam ini?
Rumah Jungkook?” Jin bertanya, terlalu mendadak membuat Hana sedikit gugup
ketika akan menjawabnya.
“Tidak, aku tidur disini saja.
Yein dan Sujeong juga akan tidur disini, tidak mungkin aku tidur di rumah
Jungkook.” Jawab Hana seraya tersenyum membuat Jin juga lega mendengar jawaban
Hana.
“Kau bersama Yein dan Sujeong
tidur di kamar tamu saja. Lebih rapi, biarkan kami para lelaki tidur di
kamarku. Tau sendiri kan bagaimana berantakannya kamarku saat ini?” Jin
terkekeh, membayangkan malam ini akan tidur bersama tiga orang super aktif. Ah,
mungkin mereka berempta tidak akan tidur malam ini dan menghabiskan sepanjang
malam untuk main game.
“Kalian para perempuan –tidak
akan begadang sembari membiacarakan kami kan?” goda Jin ketika Hana sudah
selesai mengusap sabun para piring terakhir.
“Sepertinya begitu. Ada begitu
banyak hal yang ingin aku bicarakan dengan mereka malam ini. Terutama
membicarakan mahkluk-mahkluk seperti tiga alien di atas.” Jawab Hana sembari
mencuci tanganya.
“Sayang sekali orang sepertiku
tidak mencadi bahasan utama para gadis.”
“Kau bahasan yang paling
menarik!”
Diam...
Hana ingin menenggelamkan dirinya
di laut lepas. Apa yang baru saja dia bicarakan? Oh tidak, bahkan sekarang Jin
hanya tertawa lirih seraya membersihkan piring-piring itu dari sabun.
“Baik-baik bersama Jungkook!”
Jin menoleh, menatap mata Hana dalam. Hana tidak bisa mengartikan tatapan itu,
terlalu membingungkan. Hana tidak inging berpikiran terlalu jauh, tapi hatinya
menginginkan hal itu. Menginginkan Jin yang akan melindunginya, menggantikan
Jungkook sebagai pacarnya. Tapi apa boleh dikata, Jin sepertinya tidak tertarik
pada gadis sepertinya. Ditambah sekarang Hana sudah menjadi milik Jungkook.
“Oppa, dimana kamar tamunya? Aku
ingin tidur sekarang.” Jin menatap Hana heran, namun kemudian mengantar Hana ke
kamar tamu dan membiarkan gadis itu tidur lebih dulu.
Hana merasa kedinginan,
sepertinya Jin menyalakan Ac-nya dengan suhu sangat rendah, bahkan selimut
tebal yang dia pakai pun tidak bisa melindunginya dari rasa dingin itu. Hana
menggeliat mencari bantuan, melebarkan tangannya ke samping seakan ingin meraih
sesuatu. Lalu Hana berpikir, apa Sujeong dan Yein belum tidur? Mungkinkah
mereka berdua masih bertahan di kamar Jin dan menyaksikan pertandingan bola
yang dimainkan anak laki-laki?
Ketika Hana sibuk melebarkan
tangannya ke samping, Hana merasa seseorang merengkuhnya dalam pelukan. Terima
kasih pada orang itu, karena Hana merasa jauh lebih hangat sekarang. Hana tidak
sanggup membuka matanya, yang pasti kini Hana memeluk orang itu ingin merasakan
kehangatan yang diberi oleh pemilik tubuh itu.
Pelukan itu begitu erat, seakan
tidak ingin untuk melepas Hana dan Hana sama sekali tidak keberatan akan itu.
Seerat apapun pelukan itu, meskipun sekarang Hana merasa dadanya sedikit sesak,
Hana menyukainya. Dan sekarang, Hana merasa orang itu menyentuh puncak
kepalanya, mengelusnya lembut memberi efek kantuk untuk Hana. Hal itu membuat Hana semakinlarut dengan
kehangatan dan kenyamanan yang diberikan orang itu, setidaknya Hana ingin terus
seperti ini untuk beberapa waktu ke depan.
Tawa...
Hana mendegngar suara tawa yang
begitu keras, suara tawa disertai sorakan yang begitu kencang. Mengganggu
tidurnya, mengganggu segala macam rasa yang sedang menyelimuti hatinya,
mengganggu romansanya dengan orang yang sedang memeluknya erat saat ini.
Suara tawa itu semakin kencang,
semakin dekat dan memaksa Hana untuk membuka matanya. Sial! Hana merasa pusing
sekarang, tidak bisakah mereka berhenti tertawa? Bukankah ini sudah malam? Apa
mereka berniat akan bermain game sampai pagi? Hana mengutuk satu persatu nama
yang dia ingat, nama teman-temannya yang bermain game sebelum dia tidur tadi.
“Kau terbangun?” suara itu
terdengar lebih dalam dari biasanya, mungkin karena telinga Hana yang menempel
pada dada orang itu. Hana menggeliat, mendogak untuk melihat wajah orang yang
memeluknya sedari tadi.
“Tidurlah, kau terlihat sangat
mengantuk!”
Suara
itu...
Hana
takut dia tengah bermimpi, ingin rasanya dia memukul dirinya sendiri untuk
memastikan apa ini mimpi atau bukan. Jantungnya langsung berdegup cepat, ketika
matanya bertemu dengan mata orang itu. Jin.
“Oppa?”
tenggorokan Hana terasa begitu kering, benarkah itu Jin?
“Mau
mendengarkan lagu? Setidaknya suara mereka tidak akan terdengar.” Tawar Jin,
mengangkat ponselnya, tersenyum begitu manis pada Hana. Tapi Hana menggeleng.
“Oppa!”
“Hmm?”
“Kenapa
kau disini?”
“Untuk
menemanimu.”
“Dimana
dia?”
“Jungkook
maksudmu?” terlihat semburat kecewa di garis wajah Jin, Hana mengangguk,
terlihat menyesal telah menanyakan keberadaan Jungkook.
“Dia
di kamarku. Mau aku panggilkan?”
“Tidak,
jangan. Kau saja, kau saja yang disini.” Hana menahan Jin agar tidak beranjak
dari tempat tidur. Jin tersenyum, lagi-lagi dengan begitu manis.
“Jungkook
tidak akan suka melihat ini.” Jin tersenyum kecut, Hana memeluk Jin, ingin
memberitahunya bahwa dia tidak peduli pada Jungkook.
“Biarkan
saja.” Jawabnya kemudian menghidup dalam-dalam aroma tubuh Jin.
“Aku
tau, kau mulai merasa nyaman dengan Jungkook. Aku bisa melihat itu.”
“Tidak.
Aku hanya tidak ingin membuat masalah dengan Jungkook. Lagipula, Jungkook tidak
seburuk kelihatannya.”
“Bilang
padaku jika dia membuatmu menangis.” Hana tersenyum pada Jin. Jin membalas
senyuman itu, senyum itu tidak hilang sampai seseorang membuka pintu kamar
dengan begitu kasar. Hana sedikit khawatir, mungkin saja pintu itu akan rusak.
“Jungkook?”
Hana memekik melihat Jungkook yang berdiri di depan pintu. Menatap begitu gelap
ke arahnya dan Jin. Tatapan itu, tatapan Jungkook yang paling keja yang pernah
Hana lihat.
“Jungkook,
dengar-“ Jin melepas pelukannya pada Hana. Bangkit dari tempat tidur, mencoba
untuk mendekati Jungkook yang masih berdiri disana dengan nafas tidak teratur.
“Brengsek!”
kata Jungkook lirih namun tegas. Hana menelan ludahnya, terlalu takut melihat
Jungkook seperti ini. Hana berdoa dalam hati, semoga Jungkook tidak melakukan
hal-hal bodoh.
“Dengarkan
aku Jungkook!”
“Apa?
Aku sudah mendengar semuanya hyung! Brengsek! Kau tau aku sangat menyukainya
kan? Kau adalah orang yang tau semua ceritaku dengan Hana. Kau.. kau ...”
Jungkook menarik bagian depan kaos Jin. Terlalu kencang hingga membuat Jin tercekik.
“Jeon
Jungkook lepaskan!” Hana segera menarik Jungkook, berusaha membuat Jungkook
melepaskan Jin. Tapi apa yang terjadi? Jungkook justru memukul Hana begitu
keras. Hana merasa kepalanya sangat pusing akibat mendapat pukulan dari
Jungkook. Untuk sesaat, pandangan Hana menjadi kabur.
“Bodoh,
kau memukulnya!” Jin terlihat marah, melihat Jungkook dengan gampang
melayangkan pukulannya pada Hana.
“Keparat
kau hyung! Kau tau aku sangat menyukainya! Tapi lihat apa yang kau lakukan
sekarang.” Jungkook masih dengan auranya yang begitu gelap, menatap Jin dengan
penuh amarah. Jin membalas tatapan Jungkook, jelas iblis telah mengambil alih
tubuh Jungkook saat ini.
Jin
lebih memilih untuk menghampiri Hana yang berlutut di lantai seraya memegang
pelipisnya, dimana Jungkook memukulnya begitu kuat disana. Baru sedetik Jin
menyentuh Hana, ternyata hal itu menyulut Jungkook untuk bertindak lebih jauh
lagi. Dengan cepat Jungkook menarik bagian belakng kaos Jin, dan melempar Jin
ke samping. Lutu Jin membentur bagian dipan kasur, meninggalkan luka memar yang
akan bertahan beberapa hari disana.
“Kau
bahkan masih berani menyentuhnya di depanku?” Jungkook kembali menarik bagian
depan kaos Jin, menatap Jin dengan begitu bengis. Hana mulai menangis, tidak
pernah tau bahwa Jungkook akan bersikap sejauh ini. Hana benar-bena rtidak
tahu, jika Jungkook tega melakukan sesuatus eperti sekarang ini. Sepertinya apa
yang dikatakan Yein memang benar, jangan pernah buat masalah dengan seorang
Jeon Jungkook.
“Pukul
aku jika kau memang laki-laki. Kau bangga karena baru saja memukul Hana?” Jin
membalas tatapan gelap milik Jungkook dengan begitu dalam. Memberitahu Jungkook
bahwa dia tidak takut pada Jungkook. Bahwa Jin, bukan roang yang akan menyerah
hanya karena takut dipukuli oleh anak seperti Jungkook.
Dan
benar saja, beebrapa detik kemudian pukulan demi pukulan di hantampan pada
wajah Jin. Belum sempat Jin menghindar ataupun ingin membalas, Jungkook lebih
dulu memukulinya. Bertubi-tubi, tanpa heti. Sampai luka memar terlihat jelas di
wajah Jin, dan beebrapa bercak darah yang keluar dari kedua ujung bibirnya.
Hana
menarik lengan Jungkook, berharap Jungkook akan menghentikan pukulannya pada
Jin. Tapi percuma, karena Jungkook terus-menerus mendorong Hana dengan kasar
setiap kali Hana hendak menyentuhnya. Berkali-kali Hana terbentur karena
dorongan Jungkook. Dan Jungkook masih belum berhenti, seakan menikmati setiap
kali Jin memekik kesakitan karena pukulannya.
“Kau
pikir dengan begini akan menjadikan Hana memilihmu? Akan menjadikan Hana
milikmu seutuhnya?” Jin tersenyum di akhir kalimat, berhasil membuat Jungkook
hilang kendali. Dengan cepat Jungkook menyambar vas bunga di meja sebelah
tempat tidur. Memukulkannya pada ujung meja, membuat vas itu pecah dan
menjadikan ujung-ujungnya tajam.
“Kau
yang memintaku untuk melakukan ini.” Bibir Jungkook hampir tak bergerak,
tatapnnya penuh kebencian. Seirama dengan teriakan kencang Hana, Jungkook
mengayunkan lengannya. Membuat ujung vas yang tajam itu kini berlumuran darah.
Di ulanginya kegiatan itu, menusukkan vas pecah tersebut ke perut Jin.
Membiarkan Jin memekik kesakitan, bahkan sampai Jin sudah tidak mampu berkata
apa-apa lagi. Suara lirihpun sudah tak terdengar dari mulutnya. Hanya
menginggalkan suara teriakan Hana yang begitu keras dan frustasi...
“JEON
JUNGKOOK HENTIKAN!”
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“JEON JUNGKOOK HENTIKAN!” teriak Hana begitu
keras bahkan terdengar dari lantai dua rumah Jin.
Jin
yang saat itu sedang asyik membaca komik yang dibawakan Jimin dari rumahnya
langsung melempar komik itu asal. Jungkook dan Taehyung mengehntikan aski
bermain gamenya, saling pandang untuk seperkian detik, dan Jimin yang sedang
tiduran di lantai langsung bangun. Ke empat anak itu saling bertatapan, mereka
tidak sedang bermimpi kan? Suara Hana barusan benar-benar nyata bukan?
Bahkan
Yein yang tidur di kasur Jin terlonjak kaget, dahinya berkerut, ekspresinya
sama bingungnya dengan ke empat anak yang lain.
“Apa
yang kudengar barusan? Di mimpiku saja atau memang benar ada yang berteriak?”
tanya Yein, semua mata mengarah pada Jungkook yang kini terlihat berjuta kali
lebih serius dari biasanya.
“Hana!”
pekik Jin seraya bangkit dari duduknya, segera keluar kamar untuk pergi ke
lantai utama, dimana kamar tamu yang digunakan Hana untuk tidur. Jungkook tak
kalah cepat dari Jin, bahkan kedua anak itu terlihat hampir bersamaan saat
beranjak dan berlari menuju kamar tamu di lantai utama.
Jin
dan Jungkook masih belum tau apa yang terjadi, tapi yang pasti mereka sudah
diserang rasa khawatir saat ini. Teriakan Hana tidak main-main, bahkan teriakan
itu saat ini terus tergiang di kepala Jin, membuatnya jantungnya berdegup
kencang.
Jin
segera membuka kamar tamu yang memang tidak terkunci itu, dilihatnya Sujeong
sedang sibuk menenangkan Hana yang entah terlihat sedang apa, kepalanya menunduk
dengan kedua tangan menutupi wajahnya. Hana menangis?
Baru
beberapa langkah Jin menuju tempat tidur Hana, Jungkook sudah mendahuluinya.
Melewatinya dengan gesit dan segera duduk di samping Hana, menarik gadis itu ke
dalam pelukannya, menepuk pundaknya pelan.
“Kenapa?”
Jin bisa melihat Jungkook bertanya tanpa suara pada Sujeong, sedang Sujeong
memberi isyarat bahwa dia juga tidak mengerti. Jika dilihat dari ekspresinya,
Sujeong juga sama kagetnya dengan mereka semua.
Sekarang
Jin hanya berdiri di tempatnya, memerhatikan Jungkook yang dengan lembut
mencoba menenangkan Hana. Memeluknya seraya mendekatkan telinganya di wajah
Hana, berjaga-jaga jika saja gadis itu ingin bicara. Bodoh! Apa yang Jin
rasakan sekarang benar-benar bodoh, kenapa Jin ingin dirinya yang memeluk Hana
saat ini?
“Kenapa?
Kenapa?” Yein, Jimin dan Taehyung yang mengikuti masuk, ingin tau apa yang
terjadi pada Hana. Taehyung segera duduk di samping Sujeong, bertanya pada
kekasihnya apa yang sebenarnya terjadi, tapi Sujeong hanya menggeleng.
“Ada
pencuri? Ada hantu? Kenapa? Kenapa?” Jimin ikut bergabung, Hana masih belum mau
bicara dan masih menyembunyikan wajahnya di balik kedua tangannya.
“Kau
mimpi buruk?” Yein memandang Hana curiga, semua mata kini melihat ke arah Yein.
Mimpi buruk?
“Hei?”
Jungkook mengguncang tubuh kecil Hana yang berada dalam pelukannya, “Baik-baik
saja?” tanya Jungkook begitu lembut. Jungkook merendahkan kepalanya berusaha
untuk melihat wajah Hana yang tertunduk.
“Jam
berapa sekarang?” tanya Hana lirih, beruntung jarak Jungkook dan Hana begitu
dekat sehingga Jungkook bisa mendnegar apa yang Hana katakan.
“Jam
satu pagi. Kau kenapa? Mimpi buruk?” Jungkook bertanya dengan suaranya yang
begitu lembut, Hana hanya diam.
“Kau
bermimpi diserang Jungkook?” kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Jimin.
Jungkook menatap Jimin penuh ancaman.
“Biarkan
dia minum dulu.” Jin yang kini berjalan mendekat ke arah Hana dengan segelas
air yang ada di tangannya. Tidak ada yang tau kapan Jin keluar untuk mengambil
minuman untuk Hana. Jungkook mengulurkan tangannya, berniat untuk mengambil air
yang sudah Jin bawa.
“Terima
kasih hyung.” Jungkook tersenyum tipis, kemudian membantu Hana untuk minum,
dengan begitu lihai Jungkook membantu Hana minum dari gelas yang Jungkook
pegang. Dan Jin tidak mengerti, mengapa ulu hatinya terasa begitu ngilu
melihatnya.
“Kebiasaan
lama, kita berdua memang seperti ini. Ketika kita mengkhawatirkan sesuatu
dengan begitu berlebihan, biasanya kita mimpi buruk –dan yah, efeknya
benar-benar seperti nyata.” Kata Yein yang entah sejak kapan sudah merebahkan
tubuhnya di antara Hana dan Sujeong.
“Jadi
kalian berdua sudah biasa seperti ini?” tanya Taehyung dengan begitu penasaran.
“Kita
sudah sering membuat orangtua kita khawatir karena berteriak di tegah malam, terbangun
sambil menangis dan peluh dimana-mana. Tak jarang kita tidak bisa tidur setelah
itu.” Jelas Yein kemudian.
“Ada
juga ya yang seperti ini.” Komentar Sujeong.
“Memang
mimpi seburuk apa sih?” Jimin penasaran.
“Macam-macam,
yang pasti mimpi buruk yang benar-benar buruk. Benar-benar terasa seperti nyata
dan aku yakin kau tidak akan ingin mengalaminya.” Yein menjelaskan lagi,
tatapannya menantang pada Jimin yang sejak siang tadi menjadi patner
bertegkarnya.
“Oh
my God! This is freaking terifying!” Jimin berteriak dengan suaranya yang
tinggi, membuat semua orang ingin melemparnya dengan batu.
“PARK
JIMIN!” seru semua orang yang ada di kamar, sedangkan Jimin hanya tersenyum
simpul.
Sesuai
dengan dugaan Yein, Hana tidak bisa tidur malam itu. Setelah berdebat hebat
dengan Yein, Jungkook sekarang sedang menemani Hana di kamar dengan syarat
pintu harus terbuka. Sedangkan Yein dan Sujeong tidur di kamar Jin, kemudian
Taehyung, Jimin dan Jin tidur di sofa ruang tv. Sebenarnya bisa saja mereka
bertiga tidur di kamar kakak Jin, tapi mereka memilih untuk berdiam diri di
ruang tv. Terutama Jin, Jin bersikeras akan tidur di ruang tv –jika ditanya
alasannya, alasannya karena kamar tamu yang digunakan Hana dekat dengan ruang
tv.
Taehyung
tidur di bawah beralaskan karpet, Sujeong sudah membungkus Taehyung dengan
selimut tebal milik Jin untuk menjaga Taehyung tetap dingin. Sedangkan Jimin
tidur di sofa panjang, Jimin bergelung seraya memeluk kakinya sendiri, siapapun
yang meihatnya pasti akan gemas pada Jimin.
Lalu
bagaimana dengan Jin? Jin masih terjaga padahal waktu sudah menunjukkan jam 3
pagi. Jin tidak diserang rasa kantuk, justru Jin ingin terus terjaga sembari
menajamkan pendengarannya. Ya, Jungkook dan Hana terus berbincang di dalam
kamar, Jin bisa mendengar itu dengan jelas. Sepertinya Jungkook dengan sabar
menemani Hana yang tidak bisa tidur dengan mendengar semua yang Hana katakan.
Jin masih ingat, Hana memulai bicaranya dengan memberitahu Jungkook untuk
berhenti bersikap kasar pada siapapun. Perbincangan mereka berlanjut ketika
Hana menceritakan tentang sekolahnya, teman-temannya, sampai pada saat ini Hana
yang sedang seru bercerita tentang TV Series Amerika yang dia ikuti bersama
Sujeong dan Yein.
Jungkook
terdengar sangat antusias mendengar cerita Hana, Jungkook sesekali berkomentar
pada kalimat-kalimat Hana. Bahkan sesekali menyerang Hana dengan guyonan yang
mampu membuat gadis itu terkikik. Membuat Jin lupa beberapa waktu lalu gadis
itu terbangun ketakutan karena mimpi buruk. Syndrom yang lucu, Jin bersedia menemani
Hana tiap kali Hana mendapat mimpi buruk.
Tapi
satu, Hana tidak mau menceritakan tentang mimpi buruknya. Yein juga meminta
semua orang untuk tidak menanyakannya, karena menurut Yein sangat menyealkan
untuk menceritakan mimpi buruk kepada orang lain. Seakan dipaksa kembali
mengalami kejadian mengerikan yang sama sekali tidak diinginkan.
Sudah
hampir jam 4, Jin baru sadar sudah tidak mendengar suara Hana dan Jungkook
berbincang di dalam kamar. Suara yang terdengar hanya detik jarum jam, dan
suara nafas Jimin dan Tehyung yang beraturan. Lama-kelamaan membuat Jin
mengantuk.
Badannya
berkata lain, karena kakinya memaksa Jin untuk berjalan ke arah kamar. Jin
berdiri di pintu, melihat Hana sedang tertidur pulas disana. Jing mengedar
pandang mencari Jungkook yang ternyata tidak ada di kamar. Jin masuk, berniat
untuk menarik selimut Hana sampai lehernya untuk membuat Hana tidak kedinginan.
Hana terlihat sangat lelah, Jin bisa mendengar hembusan nafas Hana yang entah
sejak kapan menjadi candu bagi Jin.
Sadarlah
Kim Seokjin, kau kesini hanya untuk membenarkan selimut Hana. Segera ditariknya
selimut itu, menutup tubuh Hana sampai di leher –ya, hanya itu yang boleh Jin lakukan. Tapi apa
sekarang, tangannya tak terkontrol memegang puncak kepala Hana. Membelainya persis
seperti apa yang dilakukan Jungkook tadi, ini tidak boleh terjadi! Hal seperti
ini tidak boleh terjadi. Bagaimana jika Jungkook melihat ini?
“Hyung?”
Jin tersentak mendengar suara Jungkook yang serak karena belum tidur. Jin
segera berbalik, melihat Jungkook berdiri di depan pintu, terlihat heran dengan
apa yang Jin lakukan sekarang.
“Belum tidur?” Jin segera
bertanya, berharap semoga Jungkook tidak melihat apa yang baru saja dia
lakukan.
“Aku berniat tidur.” Jungkook
berjalan mendekat ke arah kasur.
“Baiklah, aku keluar.” Jin
bergegas untuk keluar sebelum akhirnya langkahnya terhenti karena Jungkook
berkata,
“Hyung, kau tidak ingin tidur
disini?”
To Be Continued
A/N: Holla. alagi paroduktif nih, tapi emang feelnya lagi nge-BTS. dan lagi baca-baca first love, nyoaba buat dapetin feel kaijing lagi. pengen nerusin first love sumpah udah gak kuat. semoga cepet-cepet bisa di post deh. yeah.... btw untuk ff ini readernya dikit. kkkkkkk.
A/N: Holla. alagi paroduktif nih, tapi emang feelnya lagi nge-BTS. dan lagi baca-baca first love, nyoaba buat dapetin feel kaijing lagi. pengen nerusin first love sumpah udah gak kuat. semoga cepet-cepet bisa di post deh. yeah.... btw untuk ff ini readernya dikit. kkkkkkk.
Komentar
Posting Komentar