Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D
Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya:
“Dia terus menangis memikirkanmu.”
“Kau tau, dia
sangat menyukaimu.”
“Aku harap kau tak
mebuatnya kecewa.”
“Tapi kedatanganmu
kesini adalah kesalahan besar.”
“Dia sudah bilang,
dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”
“Satu Oh Sehun,
tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”
Perkataan
Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat
untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi
menjadi masalah bagi Jiyoung, maupun Jongin.
Sore
itu dia meminta Jongin untuk membawa Jiyoung menemuinya, untuk terakhir
kalinya.
Jiyoung
memimpin Sehun untuk pergi ke sebuah taman rahasia. Setidaknya menurut Jiyoung
itu masih rahasia, karena dia tak pernah bertemu orang lain selama dia disana.
Sehun
menikmati hembusan angiin sore itu, Jiyoung hanya menatapnya dalam diam. Merasa
diperhatikan, Sehun menoleh menatap mata Jiyoung dan berkata, "Aku tak
bisa selamanya disini. Aku harus kembali ke masa depan."
“Bawa
aku bersamamu kalau begitu.”
“Tidak
semudah itu putri. Aku rasa sudah cukup aku berada disini. Jongin adalah Kai
milikmu, dia adalah Kai yang sesungguhnya, bukan aku.” Sehun menatap Jiyoung
yang berusaha sekuat tenaga menahan tangisnya.
“Oh
Sehun saranghae!” Jiyoung menghambur dalam pelukan Sehun. Sehun membalasnya.
“Nado,
saranghaeyo.” Sehun memeluknya erat, tau itu menjadi pelukan terakhir untuk
mereka.
“Jangan
pergi!”
“Tidak
bisa putri. Aku tak mau menjadi pemuda jahat untukmu. Ada Jongin yang selalu
menjagamu. Kau harus merelakanku!” hembusan angis sore itu memperkuat Jiyoung
untuk menangis hebat. “Uljima.” Sehun menghapus air mata dipipi Jiyoung.
“Oh
Sehun! Bawa aku bersamamu!”
“Tidak
putri, kau mempunyai tanggung jawab besar disini!”
“Aku
pasti juga akan meninggal Sehun. Akan lebih baik jika aku mati ketika aku
bersamamu.”
Deg
Jantung
Sehun berpacu, matanya panas. Airmatanya juga ingin jatuh melihat gadis di
depannya menangis untuknya. Sehun memeluknya, menghirup aromanya dalam.
“Aku
mohon, bawa aku Oh Sehun!” Jiyoung menangis hebat dalam pelukan Sehun. Jongin
bisa melihat kejadia itu dengan jelas.
Kau tak boleh
pergi dengan sia-sia Kang Jiyoung. Kau tak boleh peprgi bersama Sehun, jika pada
akhirnya kau tak bisa bersamanya. Itu percuma putri, percayalah padaku pasti
ada cara lain.
Putri, tak
pernahkah kau menganggapku ada? Kita sudah bersama sejak kecil, apa kau tak
mengerti perasaanku?
Jongin
telah memberitahu Sehun segala informasi bagaimana dia bisa kembali ke masa
depan. Dia bisa melewati dimensi berbeda di taman rahasia itu. Sehun hanya
perlu berjalan ke arah barat, dan ketika dia bisa melihat langit lebih biru
dari tempatnya berdiri, disanalah dimensi berbeda itu. itu akan membawa Sehun
ke masa depan.
Tapi....
Sehun
tak sanggup melakukan itu semua....
Hatinya
sudah terpaku pada seorang putri....
Sehun
berniat mengajaknya, tapi itu hanya akan mengakhiri hidup sang putri...
Kang
Jiyoung...
Hari
sudah gelap ketika tenda yang Jongin dirikan sudah berdiri. Ketiganya masuk
dalam tenda itu. berusaha untuk menutup mata, tapi ketiganya hanya diam, tak
bisa menutup mata mereka. Hati mereka hancur, mereka harus membuat keputusan
yang menyakitkan untuk kebaikan semuanya.
Jiyoung
memilih keluar tenda, dia duduk sembarangan di rumput, menatap langit yang
terlihat begitu indah malam itu.
“Putri.”
Suara Jongin terdengar, membuat sang putri tersenyum, meskipun semua tau, itu
sangat dipaksakan.
“Kim
Jongin!” serunya.
“Putri,
apa kau ingat kau selalu menghabiskan waktumu bermain di bawah pohon itu ketika
kita masih kecil?” Jongin mencoba menghibur gadis itu.
“Tentu
saja, tempat ini selalu menjadi tempat yang baik untukku.” Jiyoung tersenyum.
“Kau
adalah seorang putri yang paling hebat. Kau sangat kuat putri. Apapun masalah
yang kau hadapi, kau selalu tersenyum. Aku rindu pada senyum tegarmu itu.”
“Tapi
aku juga manusia Jongin.” Matanya mulai berkaca-kaca. “Bolehkah aku ikut
bersama Sehun?” Jiyoung berbicara tanpa melihat Jongin disampingnya.
“Aku
tak akan membiarkan itu putri, maaf.”
“Bagaimana
jika aku memaksa?”
“Aku
bisa lebih memaksa.” Jongin berkata tegas, “Percayalah padaku, ada cara putri.
Ingat kan, aku akan selalu membuatmu bahagia, apapun caranya aku akan
melakukannya untukmu.”
“Jangan
membuatku terlihat kejam Jongin.”
“Tapi
itu janjiku putri. Aku akan melakukannya.”
Sehun
yang mendengar perbincangan itu hanya bisa menahan tangis, hatinya terasa sakit
harus meninggalkan orang yang dia cintai. Dan dia begitu tersentuh dengan perngorbanan
Jongin.
***
Pagi
sudah datang, Sehun tengah berdiri menikmati angin pagi yang menyenjukkan.
“Bertahanlah
hingga sore nanti. Berikan waktu yang terindah di akhir ceritamu bersama
putri.” Tiba-tiba Jongin berkata di belakang Sehun.
“Hingga
sore nanti, kau sudah mengerti rencanaku kan?” tanya Sehun yang di jawab
anggukan oleh Jongin.
“Sehun,
apa yang kau lakukan?!?” Jiyoung berteriak ketika Sehun menggendongnya,
berputar-putar membuat Jiyoung terbahak.
“Jongin,
tangkap putri. Aku akan melempar padamu!” teriak Sehun pada Jongin, Jongin
bersiap untuk menerimanya. Jiyoung makin teriak histeris.
“Apa
yang kalian berdua lakukan. Jangan bodoh itu sangat berbahaya!” Sehun mengambil
ancang-ancang untuk melemparnya, dan pada hitungan ketiga, Jongin mendekat dan
mengambil Jiyoung dari pelukan Sehun.
“Kau
tertipu putri.” Kedua laki-laki itu tertawa.
“Kau
harus terus tertawa putri.” Kata Sehun singkat.
“Kalian
berdua, bisakah kalian memanggilku Jiyoung? Ini bukan permintaan, tapi ini
perintah!” kata jiyoung tegas.
“Baiklah,
Kang Jiyoung!” Sehun dan Jongin dengan kompak memanggilnya.
“Jiyoung-ah,
biar aku mengikat rambutmu!” Sehun kini berdiri di belakang Jiyoung, mencoba
mengikat rambut Jiyoung. Sedangkan Jongin membuat sebuah mahkota dari bunga.
“Ini
untuk Jiyoung!” Jongin memakaikan mahkota buatannya di kepala Jiyoung.
“Gomawo...
gomawo...” Sehun lega bisa melihat Jiyoung kembali tersenyum, meskipun Sehun
tak tau bagaimana perasaan dalam hatinya.
Ketiganya
terus bermain-main hingga mereka sadar senja mulai terlihat. Sehun memberi
isyarat pada Jongin.
“Jiyoung-ah,
aku ingin kita jalan-jalan sekarang. kau mau?” Sehun berkata seraya memegang
tangan Jiyoung.
“Tentu
saja. Kemana kau ingin pergi, disana ada sebuah sungai dan itu sangatindah.”
Jawab Jiyoung semangat seakan lupa dengan semua masalah hatinya.
“Tidak,
aku ingin kita berjalan ke arah barat.” Kata Sehun tersenyum, jiyoung terlihat
berpikir, namun kemudian dia meniyakan ajakan itu.
“Baiklah,
Jongin-ah ayo!” Jiyoung mengajak Jongin.
“Aku
akan menyusul, sebaiknya kalian pergi dulu.”
“Cepatlah,
kami akan berjalan dengan lambat.” Jiyoung segera melangkah, berjalan dalam
diam bersama Sehun. Sehun memegang tangan Jiyoung lebih erat dari sebelumnya,
bahkan Jiyoung merasa Sehun tak pernah menggenggam tangannya seerat ini.
Langit
senja memberi semburat merah, membuat sore itu lebih terasa mengharukan dari
sore-sore yang pernah dialami Sehun. Angin sore itu juga begitu lembut,
menerbangan poni Jiyoung membuatnya begitu terlihat sempurna dimata Sehun.
Rumput-rumput
hijau dan tumbuhan bergoyang dengan pelan. Sehun merangkul Jiyoung, Jiyoung
hanya diam sambil terus berjalan menikmati sore itu. Jiyoung tersenyum, dia
merasakan indahnya sore itu.
Jantung
Sehun berdegup kencang, matanya bisa melihat, tak jauh dari tempatnya berjalan
dia bisa melihat langit memberi semburat lebih merah dari langit dimana dia
berdiri. Sehun tidak sanggup melakukan semuanya, dai tidak danggup kehilangan
Jiyoung.
“Bisa
kita berhenti disini?” Sehun menghentikan langkahnya.
“Kenapa?
Aku rasa langit disana lebih indah.”
“Jangan,
aku ingin disini.” Sehun berdiri dihadapan Jiyoung.
“Oh
Sehun, boleh aku mengatakan sesuatu?”
“Katakan
saja.”
“Jangan
pergi.”
Hening,
Sehun tak mampu menjawab permintaan Jiyoung. Sehun memeluknya erat.
“Kau
tau kan? Aku bukan Kai di cerita ini. akulah yang bisa membuatmu menghilang.
Jika aku mengiyakan permintaanmu utnuk ikut denganku, maka kau akan
menghilang.”
“Akan
lebih baik aku mati bersamamu.” Mata Jiyoung mulai brkaca-kaca.
“Jiyoung,
aku tak ingin melihatmu menangis.” Sehun menghapus airmata itu, airmata
terakhir yang akan dia sentuh.
“Kau
ingat bagaimana pertama kali kita bertemu. Pada saat itulah aku mulai tertarik
padamu, seawal itu Sehun-ah.” Airmata Jiyoung terus mengalir. Membuat hati
Sehun rapuh, tak sanggup meninggalkannya.
“Nado,
aku juga menyukaimu. Seawal itu. tapi bagimanapun juga aku datang utnuk
menyelamatkanmu. Tapi ketahuilah, Kai ada Jongin.”
“Sehun,
bisakah kau kembali kesini suatu saat?” Jiyoung berharap dia akan mendengar
sesuatu yang melegakan. Namun Sehun menggeleng seraya berkata, “tidak bisa
putri.”
“Lalu
apa yang harus aku lakukan untuk bisa denganmu?” Jiyoung menangis hebat. Sehun
memeluknya.
“Kau
tau aku mencintaimu Oh Sehun! Jangan pergi!!” Jiyoung mulai memukul Sehun,
Sehun tak mampu menahan airmatanya.
“Kang
Jiyoung!”
“Saranghae
Oh Sehun!”
“Jiyoung-ah!”
“JANGAN
PERGI! JEBAL!” Jiyoung berteriak, Sehun memeluknya membiarkan gadis itu
menangis dalam pelukannya.
Matahari
sudah semakin turun, langit merah menambah rasa haru Sehun untuk meninggalkan
gadis itu. Sehun melepas pelukannya, menatap dalam mata Jiyoung yang penuh
airmata.
“Jaga
diri baik-baik!”
“Jangan
pernah menangis lagi!”
“Jeongmal
saranghaeyo!”
Detik
berikutnya Sehun mengangkat dagu Jiyoung dan mencium bibirnya lembut. Sehun
masih bisa merasakan isak tangis Jiyoung, kemudian Sehun memeluknya tanpa
melepas ciumannya. Keduanya memejamkan mata mereka. Sehun berjalan mundur,
Jiyoung mengikuti langkahnya. Jiyoung merasa ada yang aneh saat itu, Jiyoung
membuka matanya dan mendapati sosok Sehun semakin menipis. Sehun sudah masuk
pada dimensi yang berbeda. Jiyoung berteriak dan hendak berlari mengikuti Sehun
ketika Jongin sudah menahannya dari belakang.
“OH
SEHUN!!!” Jiyoung berteriak, meronta dari pegangan Jongin.
“APA
YANG KAU LAKUKAN! KEMBALI!!!”
“OH
SEHUN KAU TAK MENDENGARKU?!?!” sosok Sehun seamkin jauh dan tipis, Jiyoung bisa
melihat Sehun tersenyum sambil melambai padanya.
“JONGIN!
TARIK SEHUN KEMBALI! JONGIN CEPAT!” Jongin hanya menahan rasa sakitnya melihat
Jiyoung seperti itu. “SEHUN! SEHUN!!!!” bayangan Sehun sudah menghilang
sepenuhnya.
“Oh
Sehun...” Jiyoung menangis hebat, Jongin memeluknya. Mencoba merasakan sakit
hati gadis itu.
***
Sudah
satu minggu setelah kepergian Sehun, dan Jiyoung tak pernah bertemu dengan
Jongin. Tiba-tiba malam itu, Jongin menemuinya di istana. Seperti biasa
keduanya berbincang di ruang pribadi Jiyoung.
“Besok
aku akan mengajakmu ke taman rahasia. Tapi kau harus membuat wasiat malam ini
juga.” Jongin menjelaskan pada Jiyoung.
“Untuk
apa?”
“Turuti
saja perintahku. Kau ingat, aku akan melakukan apa saja untuk membuatmu
bahagia.” Jiyoung mengikuti semua permintaan Jongin, dari membuat wasiat,
pembagian tugas, meminta maaf pada semua keluarganya. Esoknya, Jongin mengajak
Jiyoung ke taman rahasia.
“Jiyoung,
ganti pakaianmu!” Jongin menyuruh Jiyoung berganti pakaian, pakaian yang
terlihat sangat aneh. Sebuah baju lengan panjang dan sebuah rok pendek. “Pakai
saja, turuti permintaanku.” Jiyoung memakai baju yang terkesan modern itu.
“Kau
sudah siap?”
“Ya,
aku sudah siap.” Keduanya mulai berjalan ke arah barat. Jongin menggenggam
tangan Jiyoung erat.
“Sebenarnya
kita mau kemana?” tanya Jiyoung pada Jongin yang terlihat menyembuyikan
sesuatu.
“Kau
akan segera tahu.” Jongin tersenyum padanya, “Kau harus menyimpan ini, dan
bukalah pada saat waktunya datang.” Jongin memberinya sebuah kotak berukuran
kecil.
“Kenapa
kau membawaku kesini?” Jiyoung melihat tempat dimana Sehun menghilang karena
dimensi yang berbeda.
“Boleh
aku memelukmu?” tanya Jongin tak menghiraukan pertanyaan Jiyoung. Belum sempat
Jiyoung menjawab Jongin sudah memeluknya. “Jangan pernah menangis lagi
Jiyoung-ah. Saranghae!” Jongin melepas pelukannya, menatap Jiyoung dalam.
Jiyoung bisa melihat Jongin mengenakan kalung berinisial KJ.
“Ada
apa denganmu?”
“Sudah
kubilang kau akan segera tahu.” Jongin melepas pelukannya. “Dengar, aku akan
berjalan kesana, setelah aku benar-benar menghilang, kau harus mengikutiku, kau
mengerti?”
“Tapi
kau akan menghilang jika kau kesana.”
“Aku
tau, kau harus berjanji, jika aku sudah menghilang sesegera mungkin jalan
menembus dimensi itu.” Jongin menatapnya tegas. Jiyoung mengangguk, “Kau sudah
berjanji!” jongin tersenyum, senyum itu terlihat berbeda di mata Jiyoung.
“Apa
yang akan terjadi padamu?”
“Lihat
saja!” Jongin berjalan mundur sambil terus menatap Jiyoung. “Aku akan melakukan
apa saja untuk membuatmu bahagia!” bayangan Jongin mulai hilang dan menipis.
Jongin tersenyum padanya, Jiyoung membalas senyumnya.
“Kim
Jongin, kau terbaik yang pernah aku miliki. Saranghaeyo!” Jiyoung berteriak, Jongin
mengangguk mendengar itu. Tapi detik berikutnya senyum itu hilang, Jiyoung
bingun apa yang harus dia lakukan sekarang. Jiyoung berlari menembus dimensi
itu. Gemerincing mesin terdnegar di telinganya, detak jam terdengar. Jiyoung
tak lagi menginjak tanah rumput, senyum Jongin sudah hilang. Mungkin dia tak
akan pernah melihat senyum itu lagi.
***
“Sehun!”
“Hyung!”
Sehun memeluk kakaknya.
“Kemana
saja kau selama ini? aku selalu menghubungimu!” Luhan terlihat khawatir dengan
adiknya.
“Aku
melaksanakan tugas hyung. Dimana appa?” Sehun mulai mencari appanya.
“Dia
hanya bisa berbaring di kamar sejak kepergianmu.”
“Mianhae
hyung.”
***
Jiyoung
sudah berdiri di sebuah ruang persegi, penuh dengan tumpukan buku dan alat-alat
yang tak pernah dia lihat sebelumnya.
“Ambil
saja di kamarku hyung!” Jiyoung mengenali suara itu. pintu terbuka dan membuat
orang itu nyaris mematahkan gagang pintu karena kaget.
“Siapa
kau?” kata orang yang terlihat mirip dengan Sehun.
“Aku...”
Jiyoung tak bisa meneruskan kalimatnya.
“Sehun!
Apa yang kau lakukan? Kau membawa kekasihmu ke kamarmu, eoh?” Luhan berteriak,
Sehun segera beralri menuju kamarnya. Dan betapa kagetnya Sehun melihat Jiyoung
berdiri disana.
“Jiyoung?”
teriak Sehun.
“Sehun-ah!”
Jiyoung berhambur memeluk Sehun, Luhan tak mengerti apa yang terjadi dengan
adiknya dan gadis itu.
“Sehun-ah,
dia kekasihmu?” tanya Luhan yang hanya di jawab senyum oleh Sehun.
“Mulai
sekarang dia kan tinggal disini hyung!” seru Sehun.
“Apa??!!?!?!”
Luhan berteriak.
***
“Bukan
seperti itu, ya ya begitu.” Sulli mengajari Jiyoung untuk berjalan dengan
menggunakan highheels. Selama ini Sulli membantu Sehun untuk memperkenalkan
dunia modern pada Jiyoung. Sulli sudah tau semua cerita Sehun ketika dia
menghilang selama dua tahun.
“Gomawo
Sulli, aku rasa cukup untuk latihan hari ini.” Jiyoung memohon pada Sulli.
“Baiklah,
aku rasa cukup untuk hari ini.” Sulli tersenyum. “Lihat, Sehun sudah
menjemputmu!” Sehun bersandar di pintu seraya melihat Jiyoung yang terlihat
kesakitan.
“Apa
sangat sakit?” tanya Sehun.
“Tenang
saja, itu karena dia baru mulai. Kelamaan dia akan terbiasa.” Sulli tersenyum.
“Ne,
gomawo Sulli-ah!” Jiyoung memeluk Sulli.
***
Jiyoung
dan Sehun sedang menikmati senja sore itu. mereka berdiri di tepi jembatan,
melihat semburat merah di sungai yang mengalir pelan. Jiyoung memegang kalung
yang ada di lehernya, berinisial KJ.
Jiyoung membuka kotak pemberian dari Jongin,
kotak itu berisi sebuah kalung berinisial KJ persis seperti milik Jongin yang
pernah dilihat Jiyoung waktu itu. dan satu lagi, ada surat dalam kotak itu.
jiyoung membuka dan mulai membacanya.
Untuk: Kang
Jiyoung
Maaf karena aku
tak bisa memberitahumu di awal dan memilih berpisah denganmu menggunakan cara
ini. aku mencari cara bagaimana agar kau bisa ke masa depan bersama Sehun tanpa
perlu menjadi abu. Dan akhirnya aku menemukan cara itu. aku tau caranya.
Jika ada seseorang
yang menjamin nyawamu dimasa depan, kau kau bisa hidup selamanya disana. Ya,
itulah cara yang aku gunakan karena itu memang satu-satunya cara. Aku menjamin
nyawaku untukmu, agar kau bisa tersenyum. Aku benci pada diriku sendiri jika
melihatmu menangis.
Ketika kau membaca
surat ini, kau tak akan bisa bertemu denganku lagi. Tapi yakinlah, aku hidup
dalam hatimu. Hiduplah sengan bahagia Kang Jiyoung. Jangan biarkan
pengorbananku sia-sia. Dan satu lagi, aku harap kau tak melupakanku.
Aku harap kau mau
menggunakan kalung dariku itu. berinisial KJ untuk Kang Jiyoung dan Kim Jongin.
Seperti janjiku,
aku akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia. Dan kau harus menepati
janjimu, kau harus selalu tersenyum dan menyimpanku dalam hatimu.
Kim Jongin
wih ini keren, karena bisa membawa emosi pembaca XD
BalasHapus(tapi sehun terlihat bodoh banget itu di chapter2 sebelumya dan kai kelewat pinter XD)
great job ide ceritanya'-')b
sampe nangis?
Hapuschap 1-2 membosankan yo? menurutku sih rada membosankan... hehe
alhamdulillah, great job ide
ngga... ngga sampe nangis. mana pernah saya menangis pas baca FF? XDXD
Hapusdaebakkkkk!!keren,jonginnya sosweet bingitttt:(aaaaaaa sumpah nangis baca surat dari jongin.
BalasHapusterimakasih. :D
HapusMampir ke ff yang lain ya... ^^
Daebak Bangeettttt >_<
BalasHapusSumpahhh,Aku nangis waktu baca surat Jongin untuk Jiyoungg,Segitu banget pengorbanan Jongin Untuk Jiyoungg >_<
Omooo ._.
Daebak Bangeeetttt >_<
BalasHapusSumpahhh,Aku nangis waktu baca surat Jongin untuk Jiyoungg,Segitunya banget pengorbanan Jongin untuk Jiyoung >_<
Omoooo ._.
Daebak Bangeeetttt >_<
BalasHapusSumpahhh,Aku nangis waktu baca surat Jongin untuk Jiyoungg,
Segitunya banget pengorbanan Jongin untuk Jiyoung >_<
Omoooo ._.
^^ trims....
Hapusmampir k ff lainnya ya.... ^^
Daebak!! Jujur aku lebih suka peran kai disini dia kelihatan lebih tulus author^_^
HapusJongin kok so sweet yah? Nangis baca surat dr jonginT^T
BalasHapusDAEBAK THOR^-^)b