Chapter 3 come!!!
Happy read all... Di usahakan comment ya.. :)
Buat yg belum baca Chap 1 dan 2, ini linknya:
http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html
http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html
Buat yg belum baca Chap 1 dan 2, ini linknya:
http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html
http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html
Time Machine
Cast: Oh Sehun | Kang Jiyoung | Kim Jongin |
Pairing: JiHun | KaiJing
Lenght: Chapter
Genre: fantasy, romance,
Author: YRP
Cast: Oh Sehun | Kang Jiyoung | Kim Jongin |
Pairing: JiHun | KaiJing
Lenght: Chapter
Genre: fantasy, romance,
Author: YRP
“Apa yang kau lakukan Oh
Sehun?!?!”
Jongin
menatap Sehun dengan sejuta tatapan yang mematikan, Sehun membalasnya dengan
tatapan dingin. Jiyoung hanya diam memperhatikan kedua laki-laki yang sedang
terlihat aksi saling tatap itu. menit berikutnya Jongin menarik tangan Sehun,
meanriknya kasar ke dapur, memojokkannya di dinding.
Buk!
Sebuah
pukulan berhasil mendarat di wajah Sehun, membuat tepi bibir Sehun sedikit
berdarah. Menyadari ini Jiyoung segera menarik tangan Jongin agar menjauh dari
Sehun. Kai hanya diam sambil terus menatap Sehun.
“Kim
Jongin!” seru Jiyoung melihat kelakuan Jongin seperti itu.
“Ada
apa denganmu?” kini Sehun angkat bicara, sambil membalas tatapan Jongin.
“Aku
tak lagi percaya padamu Oh Sehun!” Jongin melepas pegangan tangan Jiyoung
kasar, menutup pintu dengar keras, menyisakan keheningan diantara Sehun dan
Jiyoung.
“Mianhae...”
kata Sehun lirih, dia memegang tepi bibirnya.
“Aku
tetap percaya padamu Sehun. Aku percaya kau yang akan menyelamatkanku.” Jiyoung
memeluk Sehun sekilas, ditatapnya mata teduh itu. “Aku selalu percaya padamu!”
***
Sehun
tak pernah berbincang dengan Jongin setelah kejadian itu. mereka hanya diam
meskipun mereka ada pada ruangan yang sama. Menganggap tak saling melihat satu
sama lain. Sehun sedang asik menulis saat itu, ketika Jongin memecahkan gelas
yang di pegangnya. Sehun melihat Jongin membersihkan pecahan itu, namun tak ada
niat untuk membantunya. Mungkin yang terbaik untuk saat ini adalah membiarkan
semuanya dalam diam. Menunggu waktu untuk memulihkan semuanya.
“Oh
Sehun!” Sehun perlu berpikir, mendengar namanya dipanggil oleh Jongin. Apakah
dia berhalusinasi. “Kau tak mendengarku?”
“Ah,
ada apa?” jawab Sehun seperlunya.
“Apa
kau sebenarnya?”
“Aku
manusia sama sepertimu.”
“Aku
sudah berkali-kali melihat dirimu hanya berupa bayangan transparan.” Terang
Jongin, tatapannya dingin, namun Sehun yakin Jongin peduli padanya saat itu.
“Apa
yang kau bicarakan?” Sehun tertawa lirih.
“Aku
tidak akan membiarakan yang menurutku tidak penting.”
“Menurutmu
ini penting?”
“Tentu
saja karena itu membuat Putri menangis. Ketika dia melihatmu hanya berupa
bayangan transparan, dan tak hanya satu kali dia dan aku melihatnya.” Sehun
hanya diam mendengar pernyataan Jongin. Dia tidak bisa menjawab, karena dia
sendiri bertanya-tanya dalam hati. Mungkinkah itu benar?
“Itu
hanya persaan kalian.” Jawabnya singkat, kembali konsentrasi dengan apa yang
dia tulis.
“Pikirkan
itu dan cari tau jawabannya.” Jongin kembali meninggalkan Sehun yang masih
pikir yang telah terpecah konsentrasinya.
Kenapa aku tak bisa ingat aturan yang ada
pada buku itu? Apakah aku bisa selamanya hidup di masa lalu? Aku harap aku bisa
tetap tinggal disini. Aku ingin melindungi Jiyoung dari pemuda yang akan
melenyapkannya.
Semoga saja segera
ada petunjuk agar aku bisa mengerti tentang aturan kehidupanku.
Sehun menutup
bukunya, hari sudah malam, Sehun memutuskan untuk beristirahat. Sehun rebah
diranjangnya yang hangat, kemudian dia ingat akan sesuatu. Dia ingat baju
modern yang dia pakai ketika pertama kali menginjak kaki di masa lalu. Sehun
bangkit dan mencarinya di almari. Tak sulit mencarinya di antara baju yang sama
sekali tak lazim di dunia modern.
Sehun
mencium aroma jaket itu, wanginya membuatnya rindu akan suasana di rumahnya.
Aroma appa dan hyungnya juga seperti ini. sehun mulai merogoh saku jaket
tersebut, berharap mendapatkan sesuatu yang bisa dii jadikan petunjuk.
Dan
Hap!
Tangan
Sehun menyentuh sesuatu, sesuatu yang dingin. Sehun mengeluarkna benda kecil
itu. Sebuah jam tangan pemberian dari Sulli ketika dia ulang tahun. Jam tangan
itu dilengkapi dengan calender. Dan betapa kagetnya Sehun melihat tanggal yang
tertera pada jam tangannya.
Sudah
2 tahun lebih Sehun meninggalkan rumahnya, rasanya masih hanya beberapa bulan
yang lalu dia datang kesini. Jantungnya mulai berpacu, mengkhawatirkan keadaan
keluarnya yang ada di masa depan. Dan yang paling penting, apa appanya masih
hidup?
Sehun
ingat terakhir kali Sehun melihat appanya adalah ketika appanya sakit. Apakah
appanya mengkhawatirkannya? Apa hyungnya juga mencarinya? Lalu bagaimanad engan
Sulli yang sudah banyak membantunya. Sehun sadar sekarang, dia tak bisa
selamanya disana. Dia harus segera mencari siapa pemuda yang akan mengambil
putri.
Sehun
sedang berjalan sendiri saat itu. Sehun bertekad ke jalanan kecil, dimana
pertama kalinya dia menyentuh kota ini. Mungkin darisana Sehun bisa kembali ke
masa depan. Tapi bukankah itu terlalu kejam? Dia sudah berjanji untuk menjaga
Jiyoung, namun apa yang dia lakukan sekarang? Mencoba untuk kabur?
Alasannya
datang kesini untuk melindungi Jiyoung, Sheun berpikir sejenak. Kini dia
menatap tembok, dimana ada sebuah warna berbeda pada tembok itu. Berbentuk
persegi dengan warna lebih terang. Sehun mendekatkan telinganya pada tembok
itu, dia bisa mendengar usara gemerincing mesin dan sebuah detak jam. Hatinya
mencelos, mungkin ini benar-benar jalannya.
Sehun
sampai saja melangkah pada tembok itu ketika dia mendengar sebuah teriakan.
Sehun mengedarkan pandanganya untuk mencari siapa yang berteriak. Sehun
mengendap, bisa melihat beberapa pengawal sedang menangkap seorang pria.
“Aku
bukan orang asing tuan! Percayalah padaku.” Belanya, namun kedua pengawal itu
tetap menyeretnya. Seorang perempuan menangis melihat suaminya di seret
seperti itu.
“Percayalah
suamiku bukan orang asing. Dia bukan orang yang ada dalam ramalan itu.” isak
tangis wanita itu membuat hati Sehun teriris. Sehun hendak menolong mereka
ketika seseorang menahannya.
“Apa
kau bodoh? Apa kau lupa bahwa kaulah orang asing disini!” Jongin sudah ada di
belakangnya. “Cepat pergi sebelum emreka menemukanmu!”
“Apa
maksudmu? Mereka akan menangkapku?” Sehun terlihat heran.
“Hari
ini, Raja memberi perintah untuk memenjarakan semua orang asing. Mereka akan di
tanya satu-satu. Dan kau tak punya bukti apa-apa untuk menjelaskan kau penduduk
sini. Kau datang dari masa depan kan?”
“Ya,
bagaimana dengan putri?” Sehun bertanya lagi, membuat Jongin mendengus kesal.
“Aku
kesini atas perintahnya. Dia tak mau kau tertangkap! Pergilah ke hutan belakang
rumahku. Ingat! Jangan masuk rumah! Rumahku sudah dijaga, sebenarnya mereka
sudah mencurigaimu!” Jongin berkata cepat. Kemudian dia mendorong Sehun dengan
kasar. “Aman, tidak ada siapapun disini!” Jongin berteriak pada para pengawal
lainnya.
“Gomawo!”
kata Sehun lirih kemudian berlari.
“Pohon
paling besar, dan kau akan temukan petunjukku!” teriak Jongin, Sehun mengangguk
dan terus berlari.
Sehun
sudah berada di hutan sekarang, dia tak tau bisa bertahan berada lama.
Mengingat beberapa jam lagi hari sudah gelap, Sehun terus berjalan mencari
pohon terbesar disana. Matanya menangkap sesuatu, dia bisa melihat pohon beasr
dengan beberapa ukiran terlihat di pohon itu.
Sehun
mendekatinya, membaca setiap tulisan yang di ukir disana. Sehun bisa mengenali
itu tulisan Jiyoung dan Jongin. Disana mereka menulis impian-impian mereka.
Sehun dengan sabar membaca tulisan yang mulai tak bisa di baca itu. dan saat
itu juga, Sehun menyadari bahwa Jongin sangat mencintai Jiyoung. Disana
tertulis Jongin akan melakukan apa saja untuk Jiyoung asal Jyoung bisa bahagia.
Ahtinya miris, lancang sekali kedatangannya, dia mungkin menjadi perusak
hubungan baik mereka.Tapi Sehun ingat, sungguh jelas dalam ingatannya, Jiyoung
hanya menganggap Jongin sebagai sahabatnya.
Sehun
mulai berpikir, dia memilih duduk sembarangan dan bersandar pada pohon. Mungkin
dia bisa mengajak Jiyoung untuk pergi bersamanya, ikut bersamanya ke masa
depan. Ya mungkin tu pilihan terbaik. Dia akan mengajak Jiyoung kesana.
Ssrrkkkeekkrkrk...
Sehun
bisa merasakan ekdatangan seseorang. Dia bersiap-siap untuk melawan apapun dan
siapapun itu.
“Oh
Sehun?” kata suara yang begitu dia kenal.
“Jongin!”
“Kau
disana? Aku tak bisa membawamu ke rumahku lagi, rumahku dijaga ketat.”
Jelasnya.
“Jongin-ah,
aku punya rencana.” Kata Sehun serius.
“Apa
itu?”
“Aku
akan membawa Jiyoung ikut bersamaku. Dia akan aman jika bersamaku, aku akan
membawanya ke masa depan.” Perkataan Sehun membuat aura Jongin lebih dingin
dari sebelumnya.
“Aku
sudah menduganya.”
“Apa
maksudmu?”
“Tentu
saja kau akan berpikir untuk membawa Jiyoung pergi.”
“Itu
satu-satunya cara. Aku harus harus melindunginya dari pemuda itu.”
“Tak
pernahkah kau sadar bahwa kaulah pemuda itu Oh Sehun?” Jongin berteriak, Sehun
mengerutkan keningnya.
“Sekali
lagi, apa maksudmu?”
“Sadarlah
kau bukan Kai dalam ramalan atau seajrah, kaulah pemuda yang akan membuat
Jiyoung hilang. Asal kau tau, jika kau mengajak Jiyoung ke masa depan, dia
hanya akan menjadi abu.” Sehun terkejut mendengar perkataan Jongin. Benarkah?
Dia bukan Kai?
“Bagaimana
bisa Jiyoung menjadi abu?”
“Tentu
saja, karena tak ada jiwa yang menjaminnya di masa depan. Kau pemuda yang
membuat Putri hilang! Dan aku sadar sekarang, akulah Kai dalam ramalan dan
sejarah!”
“Bagaimana
mungkin?”
“Sadarlah
Oh Sehun, dan jangan pernah berpikir untuk mengambil Jiyoung!” Jongin berlari
meninggalkannya. Sehun hanya tertegun, benarkah semua yang dikatakan Jongin?
Dia yakin dialah yang akan menyelamatkan Jiyoung, tapi kenapa perkataan Jongin
lebih masuk akal?
***
“Jongin!
Kenapa kau meniggalkannya di hutan? Apa kau bodoh Jongin? Bagaimana keadaannya
sekarang? itu hutan Jongin! Tidak pernahkah kau gunakan otakmu?” Jiyoung
terlihat marah dan kecewa pada Jongin. Jongin hanya diam menunduk, tak tau
harus menjawab apa.
“Aku
memohon padamu Jongin, bawa Sehun ke tempat yang aman. Kenapa kau
meninggalkannya?” Jiyoung menangis, membuat Jongin merasa amat bersalah.
Jiyoung tak pernah semarah ini padanya.
“Mianhae!”
“Besok
pagi, kita harus menemukannya!” Jiyoung meninggalkan Jongin yang hanya menunduk
di ruang pribadi Jiyoung.
Esoknya,
dengan cerdik Jongin berhasil membuat Jiyoung keluar istana tanpa sepengetahuan
siapapun. Mereka ke hutan menncari Sehun, Jyoung berteriak memanggil namanya,
sambil terisak. Jongin bisa merasakan ektulusan cinta Jiyoung pada Sehun, dan
itu membuat ahtinya sakit.
“Oh
Sehun?!”
“Kau
mendengarku?!”
“Oh
Sehun, jawal aku?!” Jiyoung terus berteriak sambil menangis. Jongin ingin
sekali membawa Jiyoung dalam pelukannya, tapi dia terlalu takut untuk itu.
“Dimana
terakhir kali kau melihatnya?” Jiyoung bertanya pada Jongin.
“Pohon
terbesar yang ada disini.” Jawabnya lirih.
Keduanya
berjalan cepat menuju pohon itu. Mereka menemukannya, Jiyoung mendekat pada
pohon itu dan mendappati ukiran disana. Keningnyaberkerut melihat ada namanya
disana.
“Apa
kau ingat itu putri?” tanya Jongin.
“Ini
bertahun-tahun yang lalu, benarkan?” Jiyoung menangis melihat itu. dia ingat
dia pernah membuat janji bersama Jongin.
“Kau
tau, aku akan melakukan apapun untukmu, asalkan kau bahagia!”
“Jongin?”
Jiyoung menoleh untuk melihat wajah Jongin, dia tersenyum.
“Tentu
saja aku akan menepati janji itu. aku melihat ketulusanmu pada Sehun. Aku akan
membantumu agar kau bisa dengan Sehun.” Jongin tersenyum, kemudian berjalan
mencari sosok Sehun.
“Oh
Sehun!” Jongin berteriak, Jiyoung terpaku.
“Putri,
Sehun disini!” Jiyoung berlari, dan mendapati tubuh Sehun seperti kala itu.
hanya bayangan transparan.
“Sehun-ah?”
Jiyoung memanggilnya. Sehun mulai bergerak, wajahnya sangat pucat.
“Putri?
Bagaimana bisa kau menemukanku?”
“Cepat
bangun, Jongin kita ke rumahmu!” Jiyoung membantu Sehun untuk berdiri, tubuhnya
seperti semula kini, tak lagi seperti bayangan.
Jiyoung
merawat Sehun, Jongin membantunya untuk mengalihkan perhatian semua pengawal.
Sangat sulit, Jongin harus beanr-benar bekerja keras untuk itu. namun usahanya
gagal, seorang pengawal melihat Sehun yang sedang ada di kamar.
“Orang
sing itu disini!” beberapa pengawal mengepung Sehun.
“Jangan
mendekat!” Jiyoung berteriak!
“Maaf
putri, kami harus menjalankan tugas dari raja.” Dua orang pengawal menahan
Jiyoung dan sisanya menyeret Sehun dengan paksa. Jongin yang berdiri di pintu,
tiba-tiba memukul Sehun. Jiyoung berteriak, dia kecewa pada Jongin.
Sehun
dibawa di penjara bawah tanah istana. Sehun duduk dalam ruangan lembab itu. dia
bisa merasakan sakit akibat pukulan Jongin tadi. Dia memegang bagian sakit itu,
dan dia menemukan sesuatu.
Oh Sehun, tepat jam dua belas malam, kau
harus bisa keluar dari penjara apapun caranya. Setahuku ada pintu rahasia di
penjara bawah tanah. Pintu itu membawamu ke halaman belakang istana. Aku
menunggumu disana. Ingat! Tepat jam dua belas! | KJ
Sehun
tersenyum, ini alasan Jongin memukulnya, dia menyelipkan sebuah surat. Sehun
melihat jam pemberian Sulli, tinggal lima menit menuju jam dua belas. Dan dia
masih belum merencanakan bagaimana dia bisa kelaur dari sini.
Sehun
mengutak-atik jam tangannya, jam tangan canggih itu, dai berpikir kemudian
merusak jam itu. membuatnya endapatkan sebuah besi super kecil, yang mungkin
saja bisa untuk membuka kunci yang juga ukuran kecil itu.
Tepat
jam dua belas malam, penjara bawah tanah tiba-tiba menjadi sangat berisik.
Ribuan kelelawar berterbangan, dengan cepat Sehun mencoba membuka kunci itu.
setelah hampir sepuluh menit dia berhasil. Sehun tak melihat pengawal disana,
Sehun keluar dan ribuan kelelawar itu menyerangnya. Mau tak mau Sehun berlari,
berlari mengikuti arah kakinya. Jantungnya berpacu, hukuman gantung
membayanginya dia dia ketahuan mencoba kabur dari penjara.
“Lihat
ada tahanan kabur!” seoarang pengawal berlari mengejar Sehun. Sehun terus
berlari, dia mengikuti kemana arah kelelawar itu pergi. Sehun bisa melihat
sebuah lubang kecil, dia harus tiarap jika melewatinya. Sehun segera melakukan
itu, dia masuk lubang kecil itu bersama ribuan kelelawar. Sampai akhirnya Sehun
bisa merasakan hawa dingin dan bebas.
“Sehun
disini!” Jongin sudah menunggunya. Mereka segera bersembunyi pada sebuah jalan
kecil. Yang pada awalnya Sehun tak tau itu sebuah jalan.
“Mereka
akan mencari ke rumahku, sebaiknya kita ke hutan!”
“Dia terus menangis memikirkanmu.”
“Kau tau, dia
sangat menyukaimu.”
“Aku harap kau tak
mebuatnya kecewa.”
“Tapi kedatanganmu
kesini adalah kesalahan besar.”
“Dia sudah bilang,
dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”
“Satu Oh Sehun,
tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”
TBC......
Nah si jongin pinter, wkwk. Udah ketebak sih dari part sebelumnya, pasti sehun yg membawa jiyoung. Keren bgt thor.. Jd berimajinasi bgt'-')b
BalasHapus