Fanfic chapter, semoga kalian suka dan bertahan untuk terus penasaran sama ceritanya. :D
Saran lagu untuk chapter 1, hmm, kalian bisa dengerin EXO - Don't Go | Peterpan, Teentop - Love fool | Date
Happy read all... Sorry kalo ada typo. :) :D
When We Broke Up
Cast: Kim Jongin | Kang Jiyoung | Oh Sehun | Jung Krystal | Choi Sulli | Byun Baekhyun | Do Kyungsoo | Park Chanyeol | Kim Junmyeon a.k.a Suho | Lee Taemin | Kim Kibum | Choi Minho | Lee Jinki | Kim Jonghyun
Pairing: KaiJing | HunJi
Lenght: Chapter
Genre: Romance, Comedy, School story, Friendship
Summary: Kebiasaan buruk Jongin dan para sahabatnya membuat Jongin menghadapi masalah yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Jongin percaya kekuatan cinta, tapi bagaimana ketika keadaan membuatnya untuk mengkhianati cinta? Berbagai masalah muncul karena kebiasaan bodohnya bersama teman-temannya.
.
.
.
.
“Kau sudah sarapan Jing?” suara
Jongin bisa diterima baik oleh Jiyoung yang sedang berjalan menuju kelasnya.
Jiyoung menoleh untuk bisa melihat wajah Jongin lebih jelas, seraya tersenyum.
“Tentu
saja, bagaimana denganmu?”
“Hmm...
belum” Jongin terlihat berpikir sejenak, “Bolehkah aku memakanmu?” secara
reflek Jiyoung terbahak mendengar pertanyaan Jongin.
“Dasar
gila. Bagaimana bisa aku menyukai namja gila sepertimu?” Jiyoung berjalan lebih
cepat untuk mendahului Jongin. Jongin hanya tersenyum sambil terus berjalan di
belakangnya.
“Seharusnya
kau bersyukur memiliki seseorang sepertiku. Kau tau sendiri banyak yang
mengagumiku.” Jongin berkata di belakang Jiyoung.
“Benarkah?
Haruskah aku bersyukur?” Jiyoung menjawab tanpa menoleh pada Jongin yang ada di
belakangnya. “Ya, paling tidak kau selalu ada untukku.”
“Ya
Kang Jiyoung!” Jongin berteriak seraya menjambak rambut Jiyoung asal, membuat
Jiyoung harus menghentikan langkahnya agar tak merasa semakin sakit.
“Aouh!
Jongin-ah!” rengek Jiyoung mundur beberapa langah, hingga dia menginjak kaki
Jongin yang ada di belakangnya.
“Berjalanlah
di sampingku.” Jongin mengelus rambut Jiyoung seraya mulai berjalan
berdampingan.
“Sakit
Kamjong!!!” Jiyoung protes dengan membalas dengan memukul kepala Jongin.
“Ya!
apa yang kau lakukan?!?!” Jongin mendekap Jiyoung dan menyeretnya untuk
berjalan lebih cepat. Beberapa pasang mata sudah memperhatikan pasangan itu,
antara pandangan kagum, menertawakan, iri, marah dan pandangan lainnya yang tak
bisa digambarkan.
Jiyoung
dan Jongin tetap pada posisi itu, Jongin yang mendekap Jiyoung dan setengah
menyeretnya sedangkan Jiyoung berusaha untuk lepas dari dekapan Jongin sampai
mereka sampai di pintu kelas dan mendengar celotehan beberapa sahabatnya.
“Ya!
lihatlah pasangan yang sedang berbahagia itu. Bisakah kalian tidak membuat
semua orang iri karena melihat kalian berdua?” Chanyeol, kakak kelas mereka
sekaligus sahabat Jongin berdiri di depan mereka.
“Biarkan
saja Chanyeol, daripada kita melihat mereka berdua bertengkar. Itu akan lebih
mengerikan.” Sahut Baekhyun yang asik bermain ponselnya.
“Oppa,
tolong aku!” Jiyoung berkata sambil terus berusaha melepaskan diri dari Jongin,
tapi Jiyoung tau itu hanya sia-sia.
“Diamlah
Jing.” Jongin mengeratkan dekapannya.
“Jongin-ah,
lihatlah Jiyoung sudah kehabisan oksigen.” Kyungsoo angkat bicara sambil
tertawa melihat ulah sahabatnya itu.
“Oppa
tolong.” Jiyoung kembali berteriak, namun yang Chanyeol, Baekhyun dan Kyungsoo
lihat, Jiyoung menikmati siksaan itu. Ketiganya hanya terbahak melihat mereka.
“Sudah
Jing, nikmati saja. Sebelum Jongin memeluk gadis lain.” Baekhyun berkata asal
dan berhasil membuat Jiyoung menatap tajam pada Jongin.
“Apa
kau berniat memeluk gadis lain, eoh?” Jiyoung menatapnya tajam.
“Tentu
saja tidak! Aku lebih suka memelukmu.” Jongin mengeratkan pelukannya hingga
Jiyoung tergagap karena sesak, detik berikutnya Jongin mencium pipi Jiyoung dan
melepas pelukannya. Berlari ke dalam kelas.
“Buakakakaka.!!!”
Chanyeol, Baekhyun dan Kyungsoo terbahak melihat wajah Jiyoung yang sudah
semerah tomat.
“Kim
Jongin bodoh!!” Jiyoung memasuki kelas berniat untuk membalas.
“Apa
yang akan kau lakukan Jing? Berniat membalasku?” Jongin berkata dari bangku
kelas paling belakang.
“Tentu
saja, dasar bodoh!” Jiyoung menatapnya dari depan kelas.
“Syukurlah,
kemarilah Jing! Jika kau akan membalasku, itu artinya kau menciumku.” Jongin
terbahak melihat wajah Jiyoung yang memerah.
“Baiklah,
aku menyerah.” Jiyoung tersenyum seraya duduk di bangkunya, Jongin hanya
tersenyum sampai kemudian Sehun datang dan duduk di sebelahnya.
***
Jiyoung
mengahabiskan waktu istirahatnya bersama Sulli, teman dekatnya sejak dia
sekolah dasar. Jiyoung sedang asyik menghabiskan jus tomat kesukaannya,
sedangkan Sulli sibuk dengan roti bakarnya.
“Aku
tidak mengerti Jing, awal hubunganmu dengan Jongin dulu. Aku rasa kalian selalu
bertengkar di awal, dan akhirnya sekarang kau tergila-gila padanya.” Seru Sulli
setelah menelan roti bakarnya.
“Entahlah,
aku juga sering berpikir begitu. Tapi dari awal kami tak pernah benar-benar
saling benci kan.” Jiyoung menjawab dengan sejuta senyum di wajahnya.
“Ya,
aku tau itu. Jongin memang punya kharisma.” Sulli kembali sibuk dengan
makanannya. “Ehm, mereka datang.” Sulli memberitahu Jiyoung ketika segerombolan
anak laki-laki memasuki area kantin. Dengan mudah Jiyoung bisa menemukan Jongin
yang mandi keringat, dan Jiyoung sudah hafal betul pasti Jongin baru saja
bermain basket.
“Mereka
selalu taruhan.”desah Jiyoung seraya meminum jus tomatnya. Jongin, Sehun,
Kyungsoo, Chanyeol dan Baekhyun sudah duduk di tempat mereka sekarang. Ya,
tidak ada yang menempatinya kecuali mereka berlima. Jongin selalu meminta
Jiyoung dan Sulli untuk bergabung duduk disana, tapi Jiyoung tak selalu
mengiyakan permintaan itu. Hanya beberapa waktu saja dia akan bergabung dengan
mereka.
“Kau
tak menghampirinya? Sepertinya mereka sudah menang lagi. Kita bisa minta
traktir.” Bisik Sulli sambil terkikik.
“Jangan,
meskipun mereka tak menang taruhan pun kita sering mendapat makan gratis jika
bersama mereka.” Jiyoung sudah menghabiskan jus tomatnya, “aiish, sudah habis.
Aku ingin pesan lagi. Kau mau?” Jiyoung bangkit dari duduknya, Sulli mengangguk
tanda mengiyakan tawaran Jiyoung.
Jiyoung
berjalan menuju counter jus disana, cukup ramai hingga membuat Jiyoung harus
antri. Jiyoung menoleh, mencuri pandang pada Jongin yang sedang asik mengobrol
dengan yang lain. Kemudian kembali konsentrasi para penjual karena sudah tidak
ada orang di depannya.
“Jus
tomat, dua.” Jiyoung menyerahkan beberapa lembar uang. Menunggu jusnya yang
sedang di buat. Sampai seseorang mebuatnya kaget.
“Hei!”
sapanya.
“Sehun-ah!”
jawab Jiyoung ramah, “Jus?”
“Ya.”
Sehun memberikan senyumnya, “Kau tak bergabung?”
“Hmm,
nanti aku dan Sulli akan ke meja kalian.” Jawab Jiyoung, kemudian penjual
memberi jus pesanannya, “Sehun-ah, annyeong!” Jiyoung melambai pada Sehun dan
kembali ke mejanya. Jiyoung bisa melihat Jongin sedang mengobrol dengan Sulli
di mejanya.
“ehem..”
Jiyoung duduk di antara keduanya, menyerahkan jus Sulli dan mulai meminum
jusnya sendiri.
“Jing,
lihatlah kekasihmu itu. Dia sangat menyedihkan.” Sulli tertawa.
“Ada
apa?” Jiyoung melihat Jongin yang balas menatapnya.
“Seharusnya
kau membawakan minum untukku setelah aku main basket.” Jongin merebut jus tomat
Jiyoung dan meminumnya hingga tinggal setengah. “Kenapa kau absen hari ini? Kau
tak punya uang untuk membeli air mineral untukku?”
“Sulli
kelaparan tadi, jadi aku mengantarnya kesini. Mianhae.”
“KKK,
ne ne. Kalian berdua harus lihat pertandingan Sabtu sore minggu ini. Itu akan
menjadi pertandngan yang sangat sengit.” Jelas Jongin, Jiyoung dan Sulli
mengerutkan keningnya.
“Taruhan
yang besar kalau begitu.” Tebak Sulli.
“Bukan
hanya masalah taruhannya, tapi aku kan bertanding dengan Lee Taemin.” Terdapat
api berkobar di mata Jongin.
“Kalian
memang tak akan bisa akur. Padahal pertama kali aku melihatmu, kau
mengingatkanku pada Taemin sunbae.” Jiyoung berkata dan membuat api dimata
Jongin makin berkobar.
“Jing,
jangan pernah menyamakanku dengan Lee Taemin. Tentu saja aku jauh lebih tampan
darinya. Apa kau tidak menyadari itu?”
“Hmm,
tapi tetap saja saat permata kali melihatmu, aku ingat Taemin sunbae.” Jiyoung
tertawa melihat Jongin hanya mendengus kesal.
“Hahahaha!
Kalian memang pasangan yang paling membuat iri di dunia ini.” Sulli tertawa
melihat tingkah kedua temannya.
***
Jiyoung
berjalan sendiri malam itu, ketika dia baru saja keluar dari toko buku
langganannya. Sebenarnya dia bisa kapan saja menghubungi Jongin untuk
menjemputnya, tapi malam itu Jiyoung tidak ingin menganggu Jongin. Mengingat
Jongin akan taruhan bersama Taemin, dia tidak ingin membuat Jongin lelah.
Ddrrrrtttt...
Ponsel
Jiyoung bergetar, dengan cepat jarinya menekan answer untuk mejawab panggilan
itu.
“Ne
Sulli-ah?”
“Jing,
kau masih di toko buku?” suara Sulli terdengar tergesa disana.
“Aku
baru saja keluar, tapi aku masih belum jauh darisana. Kau butuh sesuatu?”
“Untunglah,
bisakah kau membelikanku buku matematika seperti milikmu Jing?”
“Ah,
buku itu. baiklah aku akan membelikan untukmu.” Jiyoung memutar balik arahnya
dan berjalan kembali ke toko buku.
“Gomawo
Jiyoung-i, kau memang sahabatku yang paling baik. Maaf tidak bisa menemanimu.”
“Ne,
annyeong.”
“Annyeong.”
Jiyoung memutus telepon itu, dia memasuki toko buku dan mulai mencari buku
untuk Sulli. Kemudian tak sengaja telinganya mendengar obrolan yang begitu
menarik untuk didengar.
“Aku
tidak mau kalah dari Jongin kali ini.” terdengar suara Taemin, Jiyoung
bersembunyi agar Taemin tak menyadari keberadaannya.
“Lalu
apa yang akan kau lakukan?” suara yang lebih berat bertanya, itu suara Kibum.
“Apapun
itu, yang pasti Jongin tak akan bisa berkutik.” Jawab Taemin. Jiyoung menahan
nafasnya mendengar obrolan singkat itu. Jiyoung segera ke kasir dan keluar dari
toko itu. dengan cepat dia menghubungi Jongin ketika toko buku itu sudah semakin
jauh.
“Ne
chagi wae?” suara berat Jongin terdengar ceria seperti biasanya.
“Jongin-ah,
bisakah kau membatalkan taruhanmu dengan Taemin sunbae?” suara Jiyoung
bergetar. Jongin menyadari ada yang tak beres dengan itu. “Jongin-ah?”
“Ada
apa?” suara berat Jongin kini terdengar serius.
“Bisakah
kau batalkan saja? Aku tidak ingin terjadi apa-apa denganmu.”
“Kau
dimana Jing?” tanya Jongin, Jiyoung sedikit memutar otaknya. Jiyoung tak pernah
pamit malam itu dia pergi ke toko buku, SENDIRIAN.
“Ah,
aku di rumah.” Jawab Jiyoung gugup.
“Bohong,
setauku rumahmu tak seramai jalan Jing. Katakan dimana kau sekarang, aku akan
menjemputmu.”
“Eh,
aku ada di jalan, tak jauh dari toko buku langgananku.” Jiyoung menjawab jujur
takut Jongin marah padanya.
“Baiklah,
jangan kemana-mana. Cari tempat yang ramai, aku akan segera sampai. Bye chagi!”
Dieng!
Jiyoung
sudah takut jika saja Jongin marah padanya, tapi dari cara Jongin mengakhiri
teleponnya menunjukkan bahwa dia tak mempermasalahkan kebohongan Jiyoung.
Jiyoung memilih bersandar pada toko yang sudah tutup. Jiyoung tidak mendengar
perintah Jongin untuk mencari tempat yang ramai. Jiyoung dengan asik memainkan
game di ponselnya, sampai dua orang namja berdiri di depannya.
“Lihatlah,
dia Kang Jiyoung.” Namja yang Jiyoung ketahui bernama Kibum tersenyum padanya,
disusul oleh senyuman Taemin.
“Dimana
ada Kang Jiyoung, pasti ada Kim Jongin. Dimana kekasihmu itu?” Taemin
menertawakan Jiyoung dan disusul oleh tawa Kibum yang terdengar menyebalkan di
telinga Jiyoung. Jiyoung hanya diam tak menjawab.
“Taemin-ah,
jangan menganggunya. Nanti Kim Jongin bisa berubah menjadi monster.” Lagi-lagi
kedua namja itu tertawa terbahak. Jiyoung menunduk, tangannya bergetar memencet
ponselnya untuk menghubungi Jongin. Jiyoung meletakkan ponsel di telinganya.
“Siapa
yang kau hubungi? Kim Jongin?” Taemin mendekat, mencoba untuk merebut ponsel
Jiyoung.
“Lepaskan!”
Jiyoung berteriak.
“Aku
juga ingin bicara dengan Jongin. Kemarikan ponselmu.” Taemin memegang kedua
tangan Jiyoung. Jiyoung meronta, Kibum hendak membantu aksi itu sampai
“Jing!”
Jongin sudah ada disana, diatas motornya dengan tatapan paling mematikan.
Membuat Jiyoung ingin pingsan ketika melihatnya. Taemin dan Kibum beralih
memandang Jongin, mengerti kelonggaran ini, Jiyoung berlari pada Jongin.
“Maaf,
kami hanya bermain-main dengan kekasihmu itu.” Taemin tertawa melihat Jongin
yang murka itu.
“Kang
Jiyoung, kau baik-baik saja kan?” Kibum bertanya dengan senyum paling
menyebalkan. Namun Jongin masih menatap dua namja itu dengan tatapan dinginnya.
“Ayolah
Jongin, bahkan kita masih belum menyentuh kulit Kang Jiyoung....”
BUK!
Belum
sempat Taemin menyelesaikan kalimatnya, Jongin sudah mendaratkan pukulan di
wajah Taemin.
“Jaga
bicaramu, Lee Taemin.” Jongin bicara di telinga Taemin denga senyum liciknya.
Jongin sangat membenci siapa saja yang berusaha menganggu Jiyoung, apalagi
mencoba merebut Jiyoung darinya. Jiyoung memekik melihat kejadian itu, ketika
Jiyoung ingin mendekat, Jongin memberi isyarat agar Jiyoung tetap pada tempatnya.
“Dia
sangat berharga buatmu eoh?” Taemin masih bisa tersenyum.
BUK!
Jongin
kembali mendaratkan pukulannya, terdapat darah di ujung bibir Taemin. Jongin
melepas Taemin, kembali pada motornya dan menyuruh Jiyoung untuk segera naik di
belakangnya. Jiyoung bisa melihat Kibum yang sedang membantu Taemin untuk
bangkit sekarang.
Jiyoung
memeluk Jongin, Jongin mempercepat laju motornya. Jiyoung tetap memeluk Jongin
sampai dia sadar sudah sampai depan rumahnya. Jiyoung tidak ingin cepat-cepat
melepas pelukannya dan masuk ke dalam rumah. Sampai akhirnya suara berat Jongin
kembali terdengar.
“Jing.”
Jongin memegang tangan Jiyoung yang memeluk tubuhnya, “Jangan membuatku
khawatir lagi, ne?”
“Mianhae!”
teriak Jiyoung seraya mengencangkan pelukannya.
“Berjanjilah
jangan membuatku khawatir lagi. Jangan pernah keluar malam sendiri lagi, jika
memang Sulli tak bisa menemanimu, bilanglah padaku. Aku pasti akan
mengantarmu.” Jelas Jongin, Jiyoung hanya mengangguk.
“Aku
tak ingin menganggumu minggu ini, karena kau akan taruhan dengan Taemin sunbae.
Tapi setelah aku mendengar apa yang dia bicarakan dengan Kibum sunbae tadi,
sebaiknya kau membatalkan taruhan itu.” Jiyoung mencoba untuk meyakinkan
Jonging, tapi Jongin hanya tersenyum.
“Turunlah!
Biar aku bisa melihat wajahmu.” Jiyoung menuruti perkataan Jongin dan berdiri
dissampingya.
“Batalkan!
Ne?” Jiyoung memohon pada Jongin.
“Memangnya
seperti apa yang kau dengar?”
“Entahlah,
tapi apapun itu mereka akan mencelakaimu.”
“Dari
dulu mereka ingin mencelakaiku, Jing.” Jongin tersenyum, meraih tangan bebas
Jiyoung, “Dengar, semuanya akan baik-baik saja. Ini bukan pertama kalinya aku
taruhan basket, kau harus percaya padaku dan doakan aku menang dalam
pertandingan ini.”
“Tapi...”
“Sudahlah,
semua akan berjalan baik-baik saja. Dan ingat, jika Taemin dan teman-temannya
mengganggumu lagi kau harus cerita padaku.” Jiyoung hanya mengangguk. “Baiklah,
kau boleh masuk sekarang.”
“Tapi
Jongin, aku khawatir.” Jiyoung memperlihatkan ekspresi yang membuat Jongin
ingin memakannya. Gadis miliknya ini memang sangat istimewa.
“Tenang
saja Jing. Semua akan baik-baik saja. Tidur yang nyenyak, ne!” Jongin mengacak
rambut Jiyoung. Jiyoung memeluk Jongin sekilas, kemudian Jongin berpamitan, dia
melihat Jongin hingga hilang di kelokan. Menyimpan rasa khawatirnya yang begitu
dalam. Jiyoung melangkah masuk dalam rumahnya.
***
“Jongin-ah!
Apa yang kau lakukan semalam?” Chanyeol berteriak ketika memasuki kelas Jongin,
beberapa mata melihat mereka.
“Ada
apa hyung?” Sehun bertanya pada Chanyeol, Chanyeol tak menghiraukannya dan
menatap Jongin menunggu jawaban darinya.
“Kin
Jongin, benarkah kau memukul Taemin semalam?” Baekhyun yang juga terlihat tak
sabar ikut bertanya. Jongin hanya mengangguk.
“Apa
yang membuatmu memukulnya?” Kyungsoo yang kini duduk di depan Sehun juga ikut
bertanya.
“Hmm,,
biar aku pikirkan hyung.” Jawab Jongin membuat semuanya ingin memakannya.
“Yang
benar saja kau memukul Taemin. Sudah kubilang jangan cari masalah dulu.” Sehun
yang duduk di sebelahnya menatapnya tajam.
“Benar,
sebaiknya kita tidak membuat masalah duluan.” Kyungsoo bermain-main dengan buku
tugas Sehun.
“Mereka
mengganggu Jiyoung semalam. Di jalan, Jiyoung sendiri dan Taemin itu bersama
Kibum. Bagaimana bisa aku tak memukulnya!” Jongin menjawab dengan kesal.
“Jiyoung?”
Baekhyun tersedak minuman yang dibawanya tadi.
“Jika
urusannya dengan Jiyoung, harusnya aku membantumu memukulinya semalam.” Sehun
berapi-api.
“Sehun-ah
jangan mulai.” Kyungsoo memperingatkan.
“Jiyoung?
Wah, kenapa kau melibatkannya? Jiyoung bisa menjadi sasaran mereka sekarang.”
Chanyeol terlihat berpikir, dan kalimat teakhirnya membuat semuanya sadar,
terutama Jongin, dia seperti dilempar dari lantai lima.
“Aiiisshhh!
Kenapa tak terpikirkan olehku hyung. Lalu bagaimana sekarang? mereka bisa saja
menjadikan Jiyoung sebagai umpan.
“Tapi
sepertinya, Taemin sudah mengincar Jiyoung sejak dulu.” Baekhyun berargumen.
“Tapi
aku rasa Taemin tak akan berbuat macam-macam pada Jiyoung, ya kalian tau
maksudku. Dia sosok yang sangat menghormati yeoja. Mungkin Jiyoung hanya di
sekap atau semacamnya.” Jelas Kyungsoo yang sudah melihat ekspresi marah dan
khawatir Jongin.
“Yang
kau khawatirkan tak akan terjadi. Aku tau Taemin tak akan berbuat kotor. Dia
sebenarnya murid yang baik.” Jelas Chanyeol mencoba meredakan Jongin.
“Dan
mereka mulai mencari gara-gara menurutku. Bukan salah Jongin jika memukulnya,
Taemin yang memulai semua ini.” Sehun berkata tepat ketika Jiyoung menghampiri
mereka dengan wajah cerianya.
“Annyeong,
kalian semua ada apa?” Jiyoung tampak heran melihat wajah mereka yang
menatapnya seakan Jiyoung ini merupakan orang paling menyedihkan di dunia.
Jongin bangkit dari duduknya, memegang pundak Jiyoung.
“Kau
tidak boleh pergi sendiri mulai saat ini!”Jongin berkata kemudian memeluknya.
Jiyoung yang tak mengerti maksudnya hanya diam. Jiyoung bisa melihat yang
lainnya hanya pura-pura tak melihatnya dengan Jongin. Kyungsoo menyibukkan diri
membaca buku Sehun, Baekhyun memainkan botol air minumnya, Chanyeol yang
menyapa semua murid di kelas, hanya Sehun, Sehun dengan jelas sedang
menatapnya.
“Apa
Jing? Jongin memukul Taemin oppa? Taemin oppa yang tampan itu?” Sulli
mengguncang pundak Jiyoung.
“Ya,
siapa lagi kalau bukan Lee Taemin itu.”
“Wah,
beruntung sekali Jongin bisa menyentuh wajah Taemin oppa.” Sulli tersenyum,
Jiyoung menatapnya aneh.
“Kau
boleh memukulnya jika dia kembali menggangguku Sulli-ah!” Jiyoung menghabiskan
jus tomatnya. Kemudian Jiyoung terbatuk karena Sulli memukul punggungnya.
“Lihatlah,
itu Jung Krystal.” Jiyoung mengikuti arah mata Sulli. Jiyoung bisa melihat
kecantikan gadis itu yang sungguh nyata. Jiyoung dengan sadar tau bahwa Krystal
adalah mantan kekasih Jongin. Tapi mereka hanya berjalan beberapa bulan sebelum
akhirnya Krystal bersama Minho.
“Dia
memang cantik.” Kata Jiyoung lirih.
“Ya!
Apa yang kau bicarakan? Kau iri denganya?” Sulli mulai menggoda Jiyoung.
“Anio,
dia memang cantik kan?”
“Bagaimana
jika Jongin kembali dengannya?”
“Sulli!
Jangan bicarakan itu lagi!” Jiyoung terlihat kesal dan justru itu yang membuat
Sulli senang.
“Oh
ya, nanti sore pertandingan mereka kan?” Sulli menunjuk Jongin dan teman-teman
dengan dagunya.
“Hem,
nanti sore. Kau berangkat dengan siapa?”
“Aku
berangkat sendiri, kau bersama Jongin kan?”
“Ne,
nanti hubungi aku jika kau sudah berangkat.”
***
Hola, I'm back. Highschool!AU, aku selalu suka teman ini :D
BalasHapusPertama waktu liat posternya, aku kira Sehun yang jadi pacarnya Jiyoung, tapi ternyata Kai. Mereka so sweet sekali disini, Kai-nya nakal-nakal romantis gitu, mau juga dong :3
Taemin disini jadi bad boy yah, tumben. Tapi emang sih kalo lihat dari penampilan dia dan Kai sekarang, Taemin emang pantes jadi bad boy. Sehun kayaknya punya perasaan terpendam nih sama pacar sahabatnya. Andwae! Let KaiJing sails! Gonna go to next chapie ;)
Hola...
HapusAbis liat Taemin di everybody, kaya cocok gitu jadi badboy. Ya di pakailah Taemin untuk karekter itu.
Ayo nanti Jiyoung sama siapa? Kai atau Sehun. Just wait. :)
Krystal ada mulu yak -_- berasa dihantui gitu, takut Jongin direbut ama dia, ahahaha. lanjut dulu :D
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskalo gak ada Krystal gak greget eonn.. hehe :)
HapusAlur fict yg kaya gini favorit bgt..pertarungan tp melibatkan n memanfaatkan cinta.trus kai kliatan bgt sayang n cinta mati ma jjing
BalasHapusSehun apa dia suka jg ma jjing?wiiii pasti pasti pasti seru bgt deh
Trus kata baekhyun, taemin ngincer jjing dr dulu?apa maksudnya mank udah suka dr dulu?gmn jimin knalan?n apa taemin n kai beda sekolah??