Langsung ke konten utama

Love Love Love - Part 1



Love Love Love
Cast: Kim Jongin, Kang Jiyoung, Oh Sehun, Jung Krystal, Bae Suzy, Choi Sulli, Xi Luhan, Son Naeun, Huang Zitao
Pairing: Kai/Jing
Genre: romance, fluff
Lenght: two shot
Author: YRP
Summary: Kim Jongin menjadi bulan-bulanan Kang Jiyoung karena penampilannya yang culun. Tapi bagaimana jika Jongin mulai merasa jantungnya berdegup kencang saat bersama Jiyoung?




Anak laki-laki dengan rambut yang disisir rapi menutupi keningnya berjalan dengan cepat sambil sesekali menoleh ke belakang, memastikan dia tidak diikuti. Kakinya panjang hingga dia bisa melangkah lebar-lebar untuk mempercepat jalannya. Bukan karena takut terlambat ke sekolah, bahkan ini masih terlalu pagi untuk anak sekolah seumurannya berangkat.
                Jongin membuang nafas lega setelah sampai di sekolah yang jelas masih sepi, hanya ada beberapa murid piket atau beberapa anggota OSIS yang memang harus berangkat pagi. Jongin segera menuju kelasnya untuk sekedar meletakkan tasnya kemudian memilih duduk di depan lapangan basket. Udara masih dingin dan segar, pepohonan masih berembun, lapangan basket sedikit basah. Lagi-lagi Jongin membuang nafas lega.
                Beberapa anak OSIS terlihat bercanda di depan ruang OSIS yang kebetulan berada di depan lapangan basket, dan kebetulan sejurus dengan tempat Jongin duduk. Berbeda dengan dirinya, anak OSIS terlihat begitu keren dengan seragam mereka yang rapi tapi entah mengapa tetap terlihat menarik. Tidak seperti dirinya, sama-sama rapi memang, tapi terlihat sedikit culun jika kau melihat Jongin.
                Jongin memasukkan seragamnya ke dalam celana panjangnya kelewat rapi ditambah dengan sabuk hitam yang dia pakai, gaya Jongin memang terjerumus ‘culun’. Rambut lurusnya yang rapi menotopi kening, dan kacamata besarnya memperkuat kesan ‘culun’ untuknya. Kaos kaki putih panjangnya yang selalu terlihat ketika dia duduk, tas ranselnya, komik-komiknya yang biasa di tenteng sepulang sekolah, semuanya terlihat ‘culun’.
                Sialnya penampilan seperti itu membuat Jongin menjadi bulan-bulanan temannya. Parahnya lagi dia seorang gadis, gadis dengan penampilan yang jauh dari kata rapi dan anggun. Ya gadis itu, meskipun rambutnya panjang tidak membantu membuatnya terlihat anggun, jauh dari sahabat-sahabat perempuannya. Ya gadis itu, gadis bernama Kang Jiyoung yang sedang berlari ke arahnya sambil berteriak.
                “WOI JONGIN! CEPET KERJAIN PRKU!!!!” Jiyoung memukul Jongin dengan buku setebal seratus dua puluh halaman. Jongin memekik kesakitan dan segera mengambil buku dari tangan Jiyoung.
                Jongin bangkit dan berjalan cepat menuju kelasnya dengan Jiyoung berjalan di belakangnya dengan sekali-sekali menendang pantat Jongin. Jongin masih bungkam memilih duduk di bangkunya dan mulai menulis PR Jiyoung.
                “Pintar! Tulisanmu makin mirip denganku, pasti kau berlatih keras.” Kata Jiyoung ketika melihat Jongin menulis di bukunya.
                “Lain kali kalau ada tugas lagi tolong kau beritahu aku sehari sebelumnya, jadi aku bisa membawa bukumu dan mengerjakannya di rumah. Jangan mendadak seperti sekarang ini Jiyoung.” Jongin akhirnya bicara dengan nada sedikit memohon. Jiyoung mengerutkan keningnya hendak mengutuk Jongin keras-keras tapi dia urungkan.
                “Huh! Aku kan tidak ingat ada peer. Lagipula apa susahnya sih berangkat pagi? Toh juga malah dateng lebih awal dari aku.” Kata Jiyoung mencoba kalem, kasihan juga lihat Jongin setiap hari dia bentak.
                “Kalau begitu biar aku setiap hari mengingatkanmu jika ada peer.” Kata Jongin akhirnya, tapi Jiyoung tidak benar-benar memerhatikannya karena sibuk dengan ponselnya.
                Beberapa menit kemudian kelas mulai ramai, Jongin berusaha secepat mungkin menyelesaikan peer Jiyoung. Sedangkan Jiyoung sedang asyik bermain di bangkunya sambil menunggu sahabat-sahabatnya.
                Jongin masih ingat bagaimana pertama kali bertemu dengan Jiyoung, Jongin jadi merasa bodoh karena awalnya mengira Jiyoung gadis manis. Benar saja, pertama kali melihat Jiyoung gadis itu memakai bandana dan rambutnya tergerai indah. Turun dari mobilnya yang di antar sopir, berjalan menuju kelas dengan tampilan manisnya. Tapi begitu sampai di kelas, bandana itu sudah berubah menjadi ikat rambut.
                Awalnya Jongin berpikit Jiyoung akan berbicara dengan lembut, tapi sebaliknya gadis itu selalu berteriak sambil tertawa keras. Berbeda dengan kakak laki-lakinya yang juga sekolah di tempat itu, kakaknya pintar, tidak begitu banyak bicara, tidak pernah membuat masalah dan tergabung dalam OSIS.
                Dan pada suatu hari, mungkin Jiyoung sedang bosan. Gadis itu melihat sekeliling kelas dan menemukan Jongin duduk sendiri di sudut sambil membaca komik. Dengan iseng Jiyoung mengambil kacamata yang bertengger di wajahnya membuat Jongin kaget setengah mati. Sejak saat itu Jiyoung tau penglihatan Jongin sangat parah karena Jongin saja tidak bisa mengejar Jiyoung dengan benar dan sesekali tersandung dan terjatuh. Dan sejak saat itu, Jiyoung tidak berhenti mengganggu Jongin.
                “Sudah selesai belum? Lama banget!” kata Jiyoung menghampiri Jongin dengan tampang kesal, Jongin menyerahkan bukunya yang direbut kasar oleh Jiyoung. “Terima kasih ya, Kkamjong!”
***
                “Sedang menikmati makananmu Kkamjong?” Jiyoung menghampiri Jongin yang sedang makan sendirian di kantin, Jongin juga bisa melihat komplotannya berdiri mengelilinginya.
                “Eh, ya Jiyoung.” jawab Jongin, “Kau tidak makan?” tanya Jongin kikuk. Jiyoung tersenyum penuh arti.
                “Kau mau mentraktirku dan teman-temanku? Oh terima kasih Kkamjong!” Jiyoung mengacak rambut Jongin, “Kalian silahkan pesan, semua apa kata Kim Jongin.” Lanjut Jiyoung.
                “Aku selalu beranggapan kau itu orang baik lo Jongin, ternyata benar.” Kata Suzy sambil terkikik bersama Sulli. Sedang Krystal dan Sehun hanya memandang jijik Jongin.
                Jongin berkeringat dingin sambil terus melihat isi dompetnya. Jiyoung, Suzy, Sulli, Krystal dan Sehun makan di meja sebelahnya tanpa menganggap Jongin ada disana. Setelah selesai, Jiyoung berteriak kepadanya banyak-banyak terima kasih kemudian pamit pergi bersama teman-temannya.
                “Jangan coba kabur!” kata penjaga yang menagih Jongin untuk membayar, Jongin menelan ludah.
                “Ajumoni, uang saya tidak cukup.” Kata Jongin melas, tapi ibuibu penjual tidak mau berbelas kasihan. “Saya bisa cuci piring, atau saya akan membayarnya besok.” Kata Jongin memohon.
                “Ini ajuma. Lunas!” seseorang menyerahkan beberapa lembar uang. Jongin menoleh dan betapa kagetnya melihat Sehun disana.
                “Oh, Oh Sehun? Tapi...” Jongin tidak bisa berkata.
                “Kadang aku mikir Jiyoung itu keterlaluan.” Kata Sehun sambil lalu.
                “Gomawo Oh Sehun.” Kata Jongin, Sehun terus berjalan tanpa menoleh. Kemudian Jongin dibuat panik. Bagaimana kalau Sehun hanya menjebaknya, Sehun akan bilang pada Jiyoung jika dia tidak membayar. Jongin sudah sering dibuat malu Jiyoung di sekolah, apa yang akan Jiyoung lakukan jika dia tau bukan Jongin yang membayarnya?
***
                Oh Sehun, tergabung dalam OSIS ketika baru melangkahkan kaki untuk pertama kali di sekolah. Menjadikannya anggota termuda waktu itu, semua setuju jika Oh Sehun menarik begitu banyak perhatian. Dari cara bicaranya yang kalem, kadang terdengar tegas, dan kalian akan melihat Sehun tertawa jika bersama komplotannya. Sehun benar-benar definisi pangeran, dia tau sopan santun, nilai-nilai sekolahnya selalu baik. Menjadikan Sehun saingan kakak laki-laki Jiyoung, Luhan.
                Kadang Jongin heran, bagaimana bisa rambut coklat Sehun yang disisir kedepan tanpa menutupi poninya itu, dan terkesan berantakan tapi justru terlihat begitu keren. Seragamnya juga rapi, tapi kenapa dia tidak terlihat culun sepertinya?
                Sehun masuk kelas dengan Jiyoung dalam pelukannya, Krystal, Sull dan Suzy terlihat di sekitar mereka mengatakan sesuatu pada Jiyoung yang terlihat menangis. Sehun menyuruh Jiyoung duduk di bangkunya, Sehun berlutut dan meluruskan kaki Jiyoung dan memerhatikannya.
                “Sudah Jiyoung jangan nangis, nanti juga sembuh.” Kata Sulli mencoba menenangkan. Meskipun terkenal preman, bukan rahasia umum jika Kang Jiyoung juga jago nangis. Tapi tangisnya berbeda, kadang menangis sambil berteriak dan mengomel, kadang merusak apa saja yang ada di depannya, dan parahnya lagi Jiyoung pernah menangis sambil menjambak rambut Jongin kuat-kuat. Padahal alasan Jiyoung menangis bukan karena marah pada Jongin. Intinya, Kang Jiyoung itu berbahaya.
                “Lihat saja sampai aku membuat rambut pacarnya itu botak!” kata Jiyoung sambil menangis, Krystal terkikik.
                “Iya deh nanti kamu botakin si Naeun. Tapi jangan nangis, emang sakit ya?” tanya Krystal seraya terkikik.
                “JELAS INI SAKIT KRYSTAL!! APA KAU INGIN DORONG DARI TANGGA?” teriak Jiyoung, Suzy segera membekap mulut Jiyoung. Sehun terlihat meneliti kaki Jiyoung dan memastikan tulangnya tidak patah.
                “Memang Tao itu, tega banget sama cewek.” Kata Suzy kesal, “Memangnya kamu apain si Tao itu sampe dorong kamu dari tangga?”
                “Aku cuma bentak Naeun tadi, terus Naeun laporan deh sama pacarnya itu.” jawab Jiyoung kemudian menarik ingusnya. Jongin yang diam-diam mendengarnya terkikik geli, memang menjadi hiburan tersendiri bagi Jongin setiap kali Jiyoung menangis.
                “Udah. Cuma memar, mungkin sakitnya bertahan beberapa hari.” Kata Sehun seraya bangkit dari posisi awalnya.
                “Syukurlah tidak sampai patah. Lain kali hati-hati kalau ada Tao.” Kata Krystal memperingatkan, tapi Jiyoung membelalak.
                “Aku akan membalasnya!” katanya tegas.
                “Jiyoung inget dong, kamu itu perempuan.” Sulli ikut memarahi.
                “Kau tau sendiri Tao itu bagaimana. Pokoknya jangan dekat-dekat orang itu.” Suzy juga mengingatkan, tapi kelihatannya tidak membuat Jiyoung menyerah. Bahkan Jiyoung cenderung tidak mendengarkan.
***
                Suara hujan terdengar di kamar Jongin, sudah hampir tengah malam dan Jongin masih terjaga. Mengerjakan semua tugasnya yang begitu banyak, di tambah dengan tugas Jiyoung. Jongin tidak tau sampai kapan Jiyoung menyuruhnya, Jongin juga tidak tau kenapa dia tidak mencoba menolaknya.
                Dug
                Seseorang melempar kerikil di jendela Jongin, Jongin membuka sedikit gordennya untuk melihat apa ada seseorang yang sengaja atau perbuatan hantu. Tapi tidak ada tanda-tanda orang di luar, lagipula hari sedang hujan. Siapa orang bodoh yang mau hujan-hujanan di malam hari begini.
                Dug
                Lagi-lagi sebuah kerikil menabrak jendela kamarnya. Jongin memberanikan diri untuk membuka semua gordennya, membuka jendelanya membuat air hujan masuk ke kamarnya. Jongin masih yakin tidak ada orang di luar. Ketika hendak menutup jendelanya tiba-tiba seseorang memegang tangannya dari luar jendela. Dan betapa kagetnya Jongin melihat sosok perempuan muncul tiba-tiba tepat di depan matanya.
                “KYYYYAAAA!!!!” Jongin berteriak. Sosok perempuan memakai gaun putih didepannya itu terkikik menyeramkan, wajahnya ditutupi rambut panjangnya. Jongin mencoba melepas pegangan tangan perempuan itu.
                “LEPAS HOI!” teriaknya panik. Jongin kecewa kenapa pertemuan pertamanya dengan hantu begitu ganjil seperti ini, kenapa hantu ini rela hujan-hujanan demi menakutinya. Dan kenapa tawa seramnya berubah menjadi tawa penuh kemenangan.
                “MUAHAHAHAHA!!!!” teriak hantu di depannya. “Kkamjong kau lucu sekali!”, yang Jongin pikir hantu menyibakkan rambut basahnya dan tertawa hebat. Jongin bisa melihat Kang Jiyoung sedang tertawa hebat.
                “Untuk apa kau kesini?” tanya Jongin sangsi, Jiyoung berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan tawanya dan terus gagal.
                “Hai Jongin!” kemudian Suzy berdiri di belakang Jiyoung dengan payung, tersenyum konyol pada Jongin. “Orangtuamu tidak bangun mendengar teriakanmu?”
                “Mereka tidak di rumah, aku sendiri.” Jawab Jongin kesal, kenapa orang-orang ini mengikutinya terus. Apa tidak cukup di sekolah?
                “Jangan ketus gitu dong! Mau kupukul?” ancam Jiyoung mengepalkan tangannya, Jongin cepat-cepat menggeleng.
                “Lalu apa tujuanmu kesini malam-malam di tengah hujan seperti ini? Aku tidak pernah berpikir ternyata Kang Jiyoung itu lebih bodoh dari yang dibicarkan semua orang.” Kalimat itu begitu saja meluncur dari mulut Jongin, dia tidak bisa mengontrolnya.
                “Hei!” seru Suzy kaget.
                “Kau bilang apa?” tanya Jiyoung tak kalah kaget, untuk pertama kalinya Jongin melawan Jiyoung.
                “Kalau kau kesini mau melihat tugasmu, aku sedang mengerjakannya. Tenang saja, besok pasti selesai dan kau tidak akan dihukum oleh guru.” Kata Jongin cepat, rasanya Jongin merasa kesal sekali.
                “Aku percaya padamu, pasti tugasnya selesai besok.” Kata Jiyoung enteng.
                “Lalu kenapa kesini? Untung saja orangtuaku tidak di rumah! Tidak bisakah kalian menggangguku di sekolah saja? Apa kalian ingin orangtuaku tau bahwa putranya menjadi bahan olok-olok seorang gadis bodoh sepertimu?” tuduh Jongin pada Jiyoung.
                “HOI JONGIN BUKAN BEGITU!” sentak Jiyoung.
                “Jongin dengerin dulu deh!” kata Suzy.
                “Atau kau sengaja kesini untuk melihat rumahku dan menjadikannya bahan lelucon kalian besok? Apa kau sudah mengukurnya Kang Jiyoung? Rumahku tak lebih dari seperempat rumahmu? Iya kan?” tuduh Jongin lagi. Jiyoung sudah seperti kepiting rebus sekarang, dia menahan marah dan menahan dinginnya air hujan.
                “DASAR BODOH AKU TIDAK PERNAH BERPIKIRAN SEPERTI ITU!!!”
                BUG!
                “Ouucchh!” Jongin memekik ketika Jiyoung meninju hidung Jongin hingga berdarah.
                “Hei Jiyoung stop!” Suzy menarik Jiyoung untuk menjauh dari jendela.
                “RASAKAN ITU BODOH! AKU TIDAK PERNAH BERPIKIRAN SEPERTI ITU! KAU KIM JONGIN BODOH!” teriak Jiyoung. Jongin sibuk menahan sakit, darah mengucur deras dari hidungnya. Jongin benar-benar merasa kepalanya berat dan pusing.
                “Kalau begitu pulanglah!” teriak Jongin. Jiyoung menatapnya dengan pandangan kecewa, Suzy menariknya dan mengajaknya untuk segera pergi dari sana.
                Dengan cepat Jongin menutup jendelanya dan mengambil saputangan untuk menutupi hidungnya yang berdarah. Pukulan Jiyoung benar-benar keras, Jongin merasa beruntung tulang hidungnya tidak patah karena pukulan tadi.
                Jongin melihat jam yang menunjukkan sudah lewat tengah malam. Jongin benar-benar kesal, mendapat hadiah pukulan untuk ulang tahunnya yang ke delapan belas.
***
                Besoknya, pagi-pagi tugas Jiyoung sudah ada di bangkunya. Tentu Jongin sudah meletakkannya disana. Jongin bingung pada drinya sendiri bagaimana bisa dia mengatakan seperti semalam pada Jiyoung.  Jongin semakin yakin gadis itu benar-benar berbahaya.
                “Aku sudah bilang dari rumah Suzy. Oppa, kau benar-benar seperti appa sekarang.” omel Jiyoung pada kakaknya.
                “Jiyoung kau harus berubah, untung aku bisa membuatmu masuk rumah tanpa ketahuan semalam. Sebenarnya dari mana? Basah kuyup kehujanan tengah malam begitu? Memang Suzy gak punya payung di rumahnya? Jangan bohong, aku seratus persen tau kau bohong sekarang.” jelas Luhan panjang lebar. Jongin bisa mendengarnya karena jarak mereka yang dekat.
                “Coba nanti tanyakan pada Suzy!” kata Jiyoung kesal. Pagi itu langit sudah mendung, tapi itu bukan alasan untuk membuat Jiyoung memakai jaket tebal dan syal di lehernya.
                “Kau jadi sakit begini! Sudah dibilang berhenti berulah.” Luhan berkata penuh penekanan pada adik perempuannya itu.
                Jongin bisa melihat kakak beradik itu berpisah ketika Jiyoung bertemu Krystal. Luhan masih memaksanya berkata jujur sebelum Jiyoung menyeret Krystal untuk pergi dari kakaknya.

                Ada dua kemungkinan yang ada di otak Jongin. Pertama, Jiyoung tidak akan menyapanya karena kejadian kemarin dan kedua, Jiyoung akan makin membuat harinya sengsara. Tapi siapa sangka di sela pergantian jam pelajaran Jiyoung menghampiri bangkunya dan mengulurkan tangannya.
                “Minta maaf!” katanya tegas, Jongin memandangnya heran dan berpikir mungkin panas Jiyoung sangat tinggi.
                “Eh?” Jongin menatapnya tak percaya, Jiyoung melotot padanya meminta ulurannya di balas. Jongin menjabatnya singkat dan sebuah senyum terlihat di wajah Jiyoung.
                “Aku tidak suka kau berkata seperti semalam, jangan ulangi lagi. Dan aku minta maaf karena hidungmu. Kau sangat menyebalkan semalam makanya aku pukul.” Jelas Jiyoung, suaranya serak, kelihatannya Jiyoung terserang flu gara-gara kehujanan semalam.
                “Ya, aku juga.” Jawab Jongin singkat.
                “Nanti istirahat kau ikut aku. Aku minta bantuan dan aku tidak menerima penolakanmu.” Jiyoung menepuk pipi Jongin pelan sebelum akhirnya duduk di sebelah Sehun yang terlihat asik dengan pekerjaannya. Kadang Jongin sangsi, jangan-jangan mereka berdua pacaran.

                “Jadi ini untuk Naeun? Bagaimana kalau Tao tau, aku yakin seratus persen Naeun pasti akan melapor pada pacarnya itu.” Krystal memberi pendapat ketika Jiyoung, Sulli dan Suzy duduk mengelilingi meja dengan sebuah bunga dan surat di atasnya.
                “Sttt... Yang penting kita buat geer si Naeun itu. Aku dengar Naeun pacaran dengan Tao itu cuma gara-gara Tao ditakuti di sekolah. Yah, cari pelindung gitu.” Jelas Jiyoung melipat suratnya hati-hati dan menyelipkan pada rangkaian bunga.
                “Lalu siapa yang menaruh di loker Naeun? Yakin seratus persen akan ada yang melihatmu jika kau menaruh sendiri disana!” Suzy memperingatkan, Sulli mengangguk tapi Jiyoung hanya tersenyum.
                “Tenang saja. Duh, Jongen lama deh” keluh Jiyoung. Tapi tak lama setelah itu Jongin datang dengan kikuk ke meja mereka.
                “Hai Jongin!” sapa Sulli dan Jongin hanya senyum seadanya. Jongin menatap Jiyoung seakan minta penjelasan bantuan apa.
                “Duduk sini.” Jiyoung mempersilahkan Jongin duduk diantaranya dan Krystal, “Dengar, taruh ini di loker Son Naeun. Pastikan tidak ada yang melihatmu, jika adapun tidak apa-apa, mereka akan mengira kau naksir dia...” Krystal membuat gerakan muntah, “Sebaiknya sekarang saja, banyak anak di kantin jam segini.”
                “Hanya ini?” tanya Jongin dan Jiyoung mengangguk mantap.
                “Oh ya aku lupa, jangan ceritakan ini pada Sehun. Kalian bertiga juga!” Jiyoung mengancam teman-temannya. Jongin tersenyum kecut, mungkin Sehun memang benar pacar Jiyoung. “Oke Jongin, hati-hati!” Jiyoung melambai padanya ketika dia menjauh.
                Memang benar, ruang loker tidak ramai karena sebagian besar ada di kantin. Hanya ada beberapa anak yang terlihat sibuk dengan urusan mereka sendiri yang lewat sana. Dengan hati-hati Jongin membuka loker Son Naeun, seperti perkiraannya, terkunci.
                Jongin merogoh sakunya dan mengambil sebuah jepit rambut kecil, kemudian memasukkannya di lubang kunci dan membuatnya terbuka. Jiyoung yang mengajarinya satu ini, sudah sangat lama bahkan Jongin tidak ingat untuk apa Jiyoung mengajarinya dulu.
                Loker Son Naeun sangat rapi, tidak banyak barang disana, hanya beberapa alat tulis dan buku serba pink. Jongin meletakkan bunga itu cepat-cepat sebelum ada yang melihat. Setelah selesai Jongin segera pergi seraya mengutuk diri sendiri kenapa dia masih menuruti Jiyoung.
***
                “Kang Jiyoung, bagaimana bisa nilaimu seperti ini?” appanya berkata tegas membuat bulu kuduk Jiyoung berdiri. Dia hanya menunduk dan duduk rapat-rapat ke Luhan. “Kau tidak pernah belajar?”
                “Aku belajar, hanya saja songsaenim tidak pandai menjelaskan. Makanya nilaiku jelek.” Bela Jiyoung. Ayahnya menggeleng cepat.
                “Luhan, seharusnya kau mengajari adikmu jika dia mendapat kesulitan!” bentak ayahnya. Jiyoung mendapat firasat sebentar lagi Luhan akan membunuhnya karena membuatnya kena marah juga.
                Satu jam penuh Jiyoung dan Luhan mendengar omelan ayah mereka, sedikit pujian untuk prestasi Luhan. Jiyoung mengutuk siapapun yang menyerahkan kertas ulangannya dengan nilai “nol” pada ayahnya. Untung saja ayahnya menerima telepon dan harus segera pergi. Jiyoung berteriak lega.
                “Huuuoooohhh! Oppa! Bukan kau kan yang menemukan kertasku?” Jiyoung menatap kakaknya galak seraya memegang kertas ulangannya.
                “Bukan idiot! Kau itu membuatku kena marah juga!” Luhan memukul Jiyoung dengan bantal, “Sudah kubilang rubah sikapmu! Guru di sekolah juga banyak bicara padaku tentang kelakuanmu. Dan yang lebih parah lagi aku dengar dari Sehun kau selalu mengganggu teman di kelasmu!”
                “Sehun? Dia memberitahumu apa lagi?” Jiyoung keki.
                “Sebenarnya dia tidak sengaja bicara dan kemudian aku mendesaknya. Kau itu satu-satunya turunan keluarga yang tidak tergabung dalam organisasi baik manapun!” serang Luhan. Jiyoung hanya mencibir. Meskipun berkata seperti itu, Jiyoung yakin sepenuh hatinya kakaknya itu akan selalu melindunginya.
                “Aku tau kau tidak akan mengadu pada appa. Simpan semua ceritamu baik-baik ya oppa!” Jiyoung mencium pipi Luhan sekilas kemudian berlari mengunci diri dalam kamarnya secara terbahak.
***
                “Stt! Jangan bergerak, ini sempit kkamjong!” Jiyoung berbisik penuh ancaman. Sedang Jongin sudah matang kepanasan dan mandi keringat.
                Ini salah, situasi ini sungguh salah. Jongin dan Jiyoung bersembunyi di almari sapu yang penuh dan sempit. Mereka bersembunyi karena ada guru yang memergoki mereka bolos pelajaran. Sebenarnya Jiyoung yang bolos, Jongin hanya tak sengaja lewat dari perpustakaan dan bertemu Jiyoung yang berlari tergesa. Menit berikutnya Jiyoung menariknya untuk masuk dalam almari sapu ini.
                Di dalam gelap dengan sedikit cahaya dari celah pintu. Mereka dengan jelas bisa mendengar Leeteuk songsaenim tepat di depan almari sapu sedang menelpon seseorang seraya mengedar pandang mencari Jiyoung. Sialnya, Leeteuk songsaenim tidak segera pergi dari sana.
                Jongin sudah hampir mati kepanasan, bukan hanya kerena ruang gelap yang sempit tapi juga karena jaraknya dengan Jiyoung yang begitu dekat. Mereka berdiri berhadapan, dagunya menyentuh pucuk kepala Jiyoung. Tidak ada jarak di antara mereka, bahkan Jongin bisa mencium wangi rambut Jiyoung.  
Setiap gerakan sedikit saja akan membuatnya menyentuh Jiyoung, ah, dalam kondisi diam pun sebenarnya mereka sudah sangat dekat. Jiyoung tepat berada di dadanya, membuat Jongin takut Jiyoung bisa mendengar dan merasakan detak jantungnya yang berdetak tak karuan.
                Terdengar suara langkah Leeteuk menjauh, dengan hati-hati dan sangat pelan Jongin membuka pintu almari sapu, mengintip dan segera keluar ketika tahu Leeteuk sudah jauh.
                “Huuah!” Jongin tersengal-sengal seakan baru saja maraton, keringatnya mengucur deras. Jiyoung keluar dengan mengikat ulang rambut panjangnya, poninya basah karena keringat.
                “Apa yang kalian lakukan di dalam sana?” tiba-tiba sebuah suara di belakang Jongin terdengar. Jongin hampir terjungkal karena kaget, “Kenapa kalian berdua berkeringat?”
                “Heh? Bukan! Sehun tidak seperti yang kau pikirkan.” Kata Jongin cepat, Sehun memandang keduanya curiga.
                “Kita berkeringat karena kita kepanasan!” jawab Jiyoung nyolot, Sehun mengerutkan keningnya. “Duh, udaranya panas, bukan karena kepanasan apa...”
                “Ini mendung Kang Jiyoung, sekarang dingin.” Kata Sehun mengernyit, Sehun menatap Jiyoung seakan menahan tawa. Jongin bingung, bagaimana jika mereka putus karena kesalahpahaman ini?
                “Bukan seperti yang kau pikirkan Sehun. Kita di dalam sana bersembunyi, dan disana sempit dan panas., eerr.. kau tau kan. Jangan salah paham..” Jongin sebisa mungkin membuat Sehun percaya.
                “Huh! Yang pasti kita gak ngapa-ngapain!” Jiyoung memukul kepala Sehun kemudian berlari kembali ke kelas. Jongin yang masih berkeringat dan bergetar hebat memandang Sehun yang juga sedang memandangnya.
                “Jangan salah paham, kau bisa percaya padaku.” Kata Jongin, Sehun hanya tersenyum tipis kemudian memberi isyarat agar mereka kembali ke kelas.
***
                Dalam waktu-waktu tertentu Sehun memang tidak bergabung dengan Jiyoung dan yang lain, karena dia sibuk sebagai anggota OSIS. Dan pada kesempatan seperti ini Jiyoung selalu meminta Jongin datang untuk kembali mengirim sesuatu pada Son Naeun.
                “Jadi kali ini coklat.” Kata Jiyoung singkat sedangkan Sulli sedang membungkusnya dengan rapi. Jongin duduk dengan tak nyaman karena Krystal bersandar pada pundaknya, membuat Jongin tak bisa banyak bergerak. Belum lagi Suzy yang terus memerhatikan wajahnya, membuat Jongin harus menunduk.
                Dalam waktu tiga detik Suzy berhasil mengambil kacamata Jongin dan memerhatikan wajah Jongin lagi.
                “Hei Suzy tolong kembalikan, aku tidak bisa melihat dengan jelas.” Jongin mencoba meraihnya dengan memercingkan matanya. Tapi Suzy justru mengacak rambut Jongin, membuat rambut rapinya berantakan.
                “Woah! Sebenarnya kau tidak buruk Jongin.” Seru Suzy memerhatikan Jongin, Krystal ikut memerhatikan.
                “Yah kau butuh sedikit sentuhan, mungkin aku bisa mengajakmu bertemu orangtuaku agar aku berhenti di jodohkan.” Kata Krystal membuat wajah Jongin panas. Mau tak mau Jiyoung dan Sulli juga ikut memerhatikan Jongin.
                “Wuah benar!” seru Sulli sedang Jiyoung mencibir, “Atur waktumu agar Krystal bisa mengajakmu bertemu orangtuanya!”
                “Ah tidak, aduh Suzy tolong kembalikan!” Jongin kembali merapikan rambutnya, Suzy mengembalikan kacamatanya sambil tersenyum.
                “Jika Jongin yang kau ajak, itu artinya kau belum jadian dengan yang itu?” tanya Suzy, tapi Krystal hanya menggeleng.
                “Sssttt... Jangan bicarakan itu selama ada orang selain kita berempat.” Katanya.
                Sulli sudah selesai membungkus coklat itu, Jongin segera meninggalkan mereka dan pergi ke loker Son Naeun. Untuk kesekian kalinya Jongin berhasil menaruhnya tanpa seorangpun tau.
***
                Jongin berlari dengan sesekali menabrak seseorang yang berjalan di depannya, sebuah surat berwarna pink ada di tangannya. Jiyoung dan lainnya pasti masih ada di kantin, jadi Jongin harus memberitahunya segera sebelum masuk kelas dan Sehun akan bersama mereka lagi. Jongin melihat keempat gadis yang mereka cari sedang tertawa sambil memegang perut mereka, tidak sekikuk biasanya Jongin segera bergabung dengan mereka.
                “Kang Jiyoung, kau tidak akan percaya apa yang ku temukan di loker Son Naeun!” katanya seraya tersengal-sengal karena habis berlari. Jiyoung melihatnya kemudian matanya menangkap surat yang ada di tangan Jongin.
                “Jangan bilang Naeun membalasnya!” Jiyoung memekik, tidak percaya.
                “Gadis itu benar-benar menjijikan!” seru Krystal ikut membaca surat yang sudah di buka oleh Jiyoung. Keempatnya sesekali tersenyum dan mengernyit membaca surat Naeun. Setelah selesai, mereka menggeleng tak percaya.
                “Aku hanya berniat menggodanya, tapi reaksinya lebih dari yang aku inginkan.” Kata Jiyoung masih tak percaya.
                “Lalu siapa? Siapa yang akan Naeun temui? Kau tau sendiri kan Naeun mengajak Mr.X ini ketemuan?” Sull terlihat berpikir keras, Jiyoung menatap Jongin ragu-ragu.
                “Aku mohon jangan!” kata Jongin seakan tau arti dari tatapan Jiyoung.
                “Aku rasa juga jangan, nanti Jongin bisa jadi santapan Tao. Aku tidak mau membuat orang celaka karena kita.” Usul Suzy.
                “Sejak kapan kau jadi baik? Mau ya Jongin?” Jiyoung memerhatikan gerak-gerik Jongin.
                “Jangan Jing, sebaiknya kita akhiri saja dengan memberinya kotoran kambing. Biar dia tau bahwa orang yang memberinya hadiah selama ini itu kau.” Usul Sulli, sepertinya dia juga tidak setuju Jongin dijadikan umpan.
                “Kalian berdua kenapa sih?” tanya Krystal heran, “Kita kirim saja Jongin, tapi kita juga ikut. Naeun sudah terjebak, dan kita tinggal muncul untuk menertawakannya. Jadi Jongin tidak akan menjadi santapan Tao karena mereka akan tau kitalah dalangnya. Berani taruhan mereka tidak akan berani melakukan hal yang buruk jika kita melapor pada Luhan oppa dan Sehun.” Krystal tersenyum licik, menganggap idenya sangat baik.
                “Tapi kasihan Jongin...” kata Sulli, “Kau belum puas apa menyiksa Jongin selama ini?” Sulli menatap Jiyoung yang masih setia menatap Jongin.
                “Kau mau kan Jongin, nanti aku akan atur pertemuanmu dengan Naeun. Kita hanya perlu mengganti gaya rambut dan gaya pakaiannya saja.” Jiyoung memerhatikan setiap senti Jongin.
                “Tapi Jiyoung...” Jongin mencoba menolak.
                “Aku tau kau tidak akan menolak!” sela Jiyoung.

To be continued...

Author's Note: Sebenernya terinspirasi dari banyaknya grup salah gaul EXO yang selalu aja ngebully Jongin.Tapi taulah jadinya kaya begini, gak tau juga judul apa yang cocok. Semoga kalian suka, jangan lupa komen. kkk ^_^

Komentar

  1. yehet.. new story. hubungan jiyoung sama sehun di sini apa ya? suspiciously banget deh. hubungan jinghun di cerita author emang selalu mencurigakan. hehe. lama lama jiyoung jatuh cinta juga nih sama kai. setelah ditransform jongin pastinya keren badai lah ya.. awas jing, serangan jongin akan datang. hahaha..
    author cepet rubah jing ya, biar nggak kaya preman cewe gitu. feminin dikit .. hehe
    cant wait for the next chap, update soon author nim. and thanks for this update :D

    BalasHapus
  2. Sedang Krystal dan Sehun hanya memandang jijik Jongin. >> ok ok mereka memang terlahir begitu XDXD

    jongin bodoh tp justru saya suka, tp itu karakter punya jongdae biasanya kkkk
    good'-')b

    BalasHapus
  3. weleh karakternya jongin dan jiyoung ngejomplang banget. jongin apa bgt deh mau saja dijajah para wanita. jingnya juga astaga preman banget. hahaha all hail you author gue suka parah sama ide jing buat ngerjain naeun bahahaha puas gue! tapi eh iya masa itu jongin dijadiin tumbah, kalo ketau si tao gimana? mpos aja!

    BalasHapus
  4. Oke, ini bukan cerita pertama soal si culun dan si preman, tapi ini cerita pertama yang bikin Jongin di posisi culun! Wahaha! Awalnya aku ngerasa aneh, soalnya ga pernah kebayang Jongin bisa jadi culun, tapi pas ngebayangin rambut dan kacamatanya di sini, kayaknya sih iya...
    Uwaaa....uri jiyoungie...jadi preman gini...dia harus nunjukin sisi lucunya sama Jongin sekali-sekali.
    Thor, kejam amat thor, Jongin bisa jadi bakso kalau dia, dalam keadaan kayak gitu, berhadapan sama Tao...kecuali...Jongin bisa kungfu!
    Oke, ngacir dulu buat baca chapter 2!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW] TEORI BTS RUN MV - PART 1

Dengan ini saya memutuskan untuk mereview MV RUN BTS, yang memang dirasa cukup menggangu kehidupan sehari-hari dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan otak bila tidak segera ditangani oleh spesialis kejiwaan. Dengan ini saya resmi menyatakan review MV BTS DIMULAI! MV RUN BTS ini dibuka oleh V yang berdiri di suatu tempat, gelap hitam, dengan tema mirror yang pas V jatuh ke belakang tiba-tiba jadi air.    Byaaarrrr!!! Air! Itu V berdiri di air? Itu tempat apa? Itu mimpi? Eh tunggu, air! Iya AIR! Inget dong di prologue, si V terjun ke laut setelah usap ingus. Iya bener, jadi ini ada hubungannya? Bisa jadi, cuma yang di MV kaya lebih dari sudut pandang orang sakau gitu. Gak jelas itu tempat apa. Mungkin itu delulu atau semacam bayangan seseorang yang lagi coba bunuh diri terjun ke air. Mau gak mau pasti mikir pembukaan MV ini kelanjutan dari prologue yang notabene V main terjun-terjun aja k

BTS (Bangtan Boys) GOES KKN

BTS GOES KKN Cast: BTS member Genre: Humor, friendship, family Lenght: Chapter Summary: Dapatkah kita merindukan masa-masa KKN (Kuliah Kerja Nyata) ??? Jungkook's Love Story Jungkook - IU “HEH KOOKIE BAWAIN BERASNYA!” Jimin teriak-teriak, Jungkook yang lagi enak-enak liatin rak permen jadi langsung jalan aja nyamperin Jimin. Sumpah sekarang Jimin kaya mak-mak, teriak-teriak merintah-merintah seenaknya. Tapi Jungkook gak masalah sih, Jimin punya banyak duit soalnya. “Opo maneh mas?” Jungkook nyamperin, Jimin ngasi isyarat biar Jungkook angkat karung berasnya. “Ayo buruan rek, bunda ku wes nyari’i aku terus iki.” Taehyung yang bilang. “Nanti tak anter pulang kok Tae, sante ae wes lah. Nanti aku yang ngomong sama bundamu.” Kata Jimin sante. Mereka belanja hampir dua jam. Mulai dari belanja bahan makanan pokok, sampe keperluan buat anak SD dan sebagainya. Belanjaan mereka jadi berkardus-kardus, Jimin sampe pusing liatnya soalnya barang-barang ini bakal ditaruh

[FANFIC] Time Machine Chap 4 [END]

 Akhirnya selesai juga.... Happy read all.. :D Bagi yang belum baca Chapter sebelumnya... Ini Link nya: http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-1.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/10/fanfic-time-machine-chapter-2.html http://risaeverlastingfriends.blogspot.com/2013/11/fanfic-time-machine-chapter-3.html                 “Dia terus menangis memikirkanmu.”                 “Kau tau, dia sangat menyukaimu.”                 “Aku harap kau tak mebuatnya kecewa.”                 “Tapi kedatanganmu kesini adalah kesalahan besar.”                 “Dia sudah bilang, dia ingin ikut denganmu ke masa depan.”                 “Satu Oh Sehun, tujuanmu kesini untuk melindunginya. Bukan membuatnya menjadi debu.”                 Perkataan Jongin terus berputar di otak Sehun. Dia sudah tau, seakrang waktu yang tepat untuk pergi. Jiyoung harus tetap disana untuk hidup. Sehun tak ingin lagi menjadi masalah